• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DALAM MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN TERHADAP IBU DAN ANAK (Studi Kasus diPolda Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FUNGSI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DALAM MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN TERHADAP IBU DAN ANAK (Studi Kasus diPolda Lampung)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DALAM

MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN TERHADAP IBU

DAN ANAK

(Studi Kasus diPolda Lampung)

(JURNAL)

Oleh

Ramadinne Nuzunulriyanti

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

FUNGSI ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DALAM MENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN TERHADAP IBU DAN ANAK

Oleh

Ramadinne Nuzunulriyanti, Firganefi, Budi Rizki Husin Email : Ramadinnenr@gmail.com

Ilmu kedokteran forensik adalah ilmu yang digunakan untuk keperluan hukum dengan memberikan bukti ilmiah yang dapat digunakan dalam memecahkan kejahatan khususnya kejahatan tindak pidana pembunuhan.Ilmu ini mempelajari sebab kematian, identifikasi, keadaan mayat postmortem. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang diambil dalam penulisan skripsi ini antara lain Bagaimanakah fungsi ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak? dan Apakah faktor penghambat fungsi ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak?Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah wawancara dengan narasumber.Hasil wawancara responden kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan mengambil kesimpulan deduktif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ilmu kedokteran forensik sangat berperan penting dalam proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan, untuk menentukan sebab-sebab kematian dan dijadikan sebagai alat bukti yang sah berupa visum sesuai dalam Pasal 184 KUHAP. Disimpulkan bahwa faktor hukum dan penegak hukum yang masih kurang mengerti pentingnya ilmu kedokteran forensik, Kemudian faktor sarana dan prasarana yang masih kurang memadai yaitu dikarenakan mahalnya harga alat yang digunakan untuk autopsy dan alat untuk interogasi lie detector.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka perlu diberikan saran dalam skripsi ini, yaitu kepolisian dan dokter selaku penyidik untuk saling berkolaborasi dengan baik menambah sumber daya manusia dan sarana prasarana agar tercapainya suatu keadilan bagi masyarakat.

(3)

ABSTRACT

FUNCTION MEDICAL FORENSIC SCIENCE IN UNCOVERING THE MURDER CASE AGAINST WOMEN & CHILDREN.

By:

Ramadinne Nuzunulriyanti, Firganefi, Budi Rizki Husin Email :Ramadinnenr@gmail.com

Forensic medicine is the science that is used for legal purposes to provide acientific evidence that can be used in solving crimes, especially crimes criminal act of murder. The science of studying the causes of death, identification, state of the bodiespostmortem. Based on the description above, problems taken in this thesis include functions How forensic medicine in the murder of the mother and child? And what are the factors inhibiting the function of forensic medicine in the murder of the mother and child? The method used is the juridical normative and empirical jurisdiction. Source data used are primary data and secondary data. The sampling method used was interviews with sources. Results of interview respondents were then processed and analyzed qualitatively by taking a deductive conclusion. Based on the result of research and discussion, we can conclude that the science of forensic medicine is very important in the process of investigation in the criminal case of murder, to determine the causes of eath and used as legal evidence in the form of vise according to Article 184 Criminal Procedure Code. It was concluded that legal and law enforcement factors that still do not understand the importance of forensic medicine, then factor infrastructure is still inadequate, namely due to the high price of tools used for autopsy and tools for interrogation lie detector. According to the research conducted by the author, it is necessary to be given advice in this thesis, namely police and doctors as investigators to collaborate with either augment human resources and infrastructure in order to achieve a justice for the people

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan seorang polisi menyelesaikan pemeriksaan suatu perkara pidana, terutama perkara yang menyedot perhatian masyarakat, perkara yang besar yang sulit dan berbelit sangat bergantung dengan kemampuan profesionalitas setiap pemeriksaan perkara (penyidik polisi).Oleh karena itu setiap penyidik yang profesional dan mandiri harus mampu menguasai kriminalisitik atau ilmu penyidikan (opsporingsleer).

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara melanggar hukum, maupun yang tidak melanggar hukum.1 Adapun rumusan

Pasal 338 KUHP adalah barang siapa merampas nyawa oranglain, diancam, karena pembunuhan, dengan pidana pemjara paling laa lima belas tahun.

Kriminalistik dalam mendukung penegakan hukum acara pidana juga memperoleh bantuan dari hasil temuan ilmu-ilmu pengetahuan yang dikenal dengan ilmu forensik. Ilmu Kedokteran Forensik/Kehakiman, yaitu ilmu kedokteran yang diaplikasikan untuk kepentingan peradilan. Ilmu ini mempelajari sebab kematian, identifikasi, keadaan mayat postmortem, perlukaan,

1https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembunuha n

perkosaan, serta pemeriksaan noda darah.2

Dalam penyelesaian perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia seperti kasus pembunuhan, Ilmu Kedokteran Forensik sangat diperlukan. Dan jug keberadaan dokter forensik didalam menjalankan perintah undang-undang, (dalam hal ini KUHAP), yang melakukan pemeriksaan atas diri korban tindak pidana, atau tersangka pelaku tindak pidana (misalnya pada kasus pembunuhan) merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan dan tidak dapat di abaikan untuk membuat titik terang suatu tindak pidana.Maka berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dan menuangkan dalam laporan skripsi yang berjudul Fungsi Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Mengungkap Kasus Pembunuhan Terhadap Ibu Dan Anak.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah:

a. Bagaimanakah fungsi ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak (studi kasus di polda lampung)

b. Apakah faktor penghambat fungsi ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan ibu dan anak (studi kasus di polda lampung.

2

(5)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah wawancara dengan narasumber atau informan (depth interview).Hasil wawancara responden kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan mengambil kesimpulan deduktif.

II. PEMBAHASAN

A. Fungsi Ilmu Kedokteran

Forensik dalam Mengungkap Kasus Pembunuhan

Ilmu forensik adalah ilmu yang digunakan untuk keperluan hukum dengan memberikan bukti ilmiah yang dapat digunakan dalam pengadilan dalam memecahkan suatu kejahatan.3Forensik merupakan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains. Forensik adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu sains. Pada prinspnya, Ilmu Kedokteran Forensik dapat dikelompokkan kedalam ilmu-ilmu forensik; seperti misalnya Ilmu Kimia Forensik, Ilmu Fisika

3

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016

/09/pengertian-ilmu-forensik-dang-ruang.html?m=1(Diakses Pada Tanggal 15 Januari 2018)

Forensik, Ilmu Psikiatri Forensik, Balisik, Dektiloskopi dan sebagainya. Fungsi utama ilmu-ilmu forensik tersebut, termasuk Ilmu Kedokteran Forensik ialah :

1. Membantu penegakan hukum menentukan apakah suatu peristiwa yang sedang diselidiki merupakan peristiwa pidana atau bukan

2. Membantu penegakan hukum mengetahui bagaimana proses tindak pidana tersebut, meliputi; a. Kapan dilakukan

b. Dimana dilakukan c. Dengan apa dilakukan d. Bagaimana cara dilakukan e. Apa akibatnya

3. Membantu penegakan hukum mengetahui identitas korban 4. Membantu penegakan hukum

mengetahui identitas pelaku. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter Jims Ferdinan Possible selaku ahli forensik di Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, mengatakan bahwa fungsi dari ilmu kedokteran forensik ialah berdasarkan Pasal 133 KUHAP bahwa “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli

(6)

keadilan, terkadang seorang dokter akan dimintai keterangannya sebagai saksi ahli. Jadi tugas dari ilmu kedokteran forensik adalah membantu proses peradilan menjadi saksi ahli, untuk memberikan keterangan dari apa yang kita (dokter) lakukan, pemeriksaan pada barang bukti berdasarkan kewenangan dari penyidik. Jadi didalam kita (dokter) memberikan bantuannya harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan penyidik dan disesuaikan berdasarkan kasus yang sedang ditangani.4

Ketentuan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan kewajiban dokter didalam ilmu kedokteran forensik antara lain dalam KUHAP disebutkan dalam Pasal 120, 133, 179, 180.5 Dokter

ahli forensik dapat memberikan bantuannya dalam hubungannya dengan proses peradilan dalam hal: a. Pemeriksaan ditempat kejadian

perkara, ini biasanya dimintakan oleh pihak yang berkewajiban dalam hal dijumpai seseorang yang dalam hal keadaan meninggal dunia. Pemeriksaan oleh ahli forensik ini akan sangat penting dalam hal menentukan jenis kematian dan sekaligus untuk mengetahui sebab-sebab dari kematian tersebut, sangat berguna bagi pihak yang

4Wawancara dengan Jims Ferdinan Possible, Dokter Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, Pada Tanggal 21 Desember 2017. 5I Ketut Murtika, 1992, “Djoko Prakoso Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman”, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 109

berwajib untuk memproses atau tidaknya menurut hokum. Dalam hal ini dokter akan membuat visum et repertum sebelum mayat dikuburkan.

b. Pemeriksaan terhadap korban yang luka oleh ahli forensik dimaksud untuk mengetahui: 1. Ada atau tidaknya

penganiayaan

2. Menentukan ada atau tidaknya kejahatan atau pelanggaran kesusilaan 3. Untuk mengetahui umur

seseorang

4. Untuk menentukan kepastian seorang bayi yang meninggal dalam kandungan seorang ibu.

Menurut Syahrial, jadi fungsi utama forensik dalam mengungkap suatu kasus sangatlah dibutuhkan karena didalam mengungkap kasus pengakuan dari pada tersangka sangat dibutuhkan keterangan ahli sehingga pihak kepolisian mengambil kesaksian dari ahli forensik, alat bantu lie detector, video untuk perekaman saat pemeriksaan, dan ahli psikologi, dari keterangan inilah saksi petunjuk saksi ahli bisa mendapatakan hasil.6 Ilmu forensik digunakan pada saat proses penyidikan setelah dilakukan penyelidikan oleh kepolisian terlebih dahulu untuk mencari kebenaran atas adanya suatu peristiwa pidana. Penyelidikan adalah serangkaian

(7)

tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam KUHAP.7

Setelah dilakukannya penyelidikan dan dikatakan dapat dilakukan penyidikan, maka penyidik kepolisian memulai proses penyidikan. Proses penyidikan dilakukan oleh penyidik, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 KUHAP, yaitu :

1. Penyidik adalah

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang

2. Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana diatur dalam ayat 1 Kn diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

Pada proses penyidikan akan dilakukan melalui beberapa proses salah satunya yaitu dengan dilakukannya otopsi atau visum pada korban. Fungsi dari ilmu kedokeran forensik dalam proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dilihat pada contoh kasus dengan Nomor : LP/47/B/III/2017/POLRES LU/SPK POLSEK KTBU atas nama Marjuli. Pembunuhan yang dilakukan oleh

7 Pasal 1 Ayat 4 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

(8)

bahwa golok tersebut dalah milik Marjuli yang biasa digunakannya untuk pergi kesawah, dan terdapat sidik jari Marjuli digolok tersebut. Kemudian menurut H. Syahrial selaku penyidik Polres Lampung Utara melakukan pemeriksaan pada Marjuli dengan mendatangkan ahli psikologi forensik, lie detector dan alat perekam yang bisa mengatur mimik wajah seseorang dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan 93% tersangka mengatakan kebohongan dalam bersaksi atau memberikan keterangan, kemudian pihak kepolisian dan jaksa mendapati kata sepakat bahwa perkara ini menjadi P21 sehingga sekarang dalam proses persidangan dipengadilan.8Menurut dokter Jims selaku dokter yang memeriksa korban dengan dilakukannya otopsi internal dan eksternal, menyatakan pada tubuh korban benar mengalami kekerasan dan terdapat luka yang berasal dari alat bukti golok yang ditemukan di TKP tersebut.9

Otopsi merupakan pemeriksaan mayat guna menentukan penyebab kematian, efek atau indikasi

penyakit, atau untuk

mengidentifikasi orang mati.Patolog forensik melakukan otopsi dengan bantuan teknis otopsi dan fotografer otopsi.

8Wawancara Dengan Syahrial, Kasat Reskrim Polres Lampung Utara, Pada Tanggal 15 Oktober 2017

9Wawancara dengan Jims Ferdinan Possible, Dokter Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, Pada Tanggal 21 Desember 2017.

Menurut Idries dan Tjiptomartono bahwa bantuan ilmu kedokteran kehakiman/forensik dalam penyidikan perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia diberikan menurut tahapan-tahapan sebagai berikut:10

a. Pada pemeriksaan ditempat kejadian perkara (TKP)

b. Pada pemeriksaan korban, baik pemeriksaan terhadap korban yang telah menjadi mayat maupun pada kejahatan seksual, dan penganiayaan.

c. Pada saat dilakukannya rekonstruksi suatu kejahatan dan interogasi kepada tersangka atau terdakwa.

Idries dan Tjiptomartono mengatakan bantuan ilmu kedokteran forensik dalam penyidikan perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia diberikan menurut tahapan-tahapan sebagai berikut:11 1. Pada pemeriksaan ditempat

kejadian perkara (TKP)

2. Pada pemeriksaan korban, baik pemeriksaan terhadap korban yang telah menjadi mayat maupun pada kejahatan seksual, dan penganiayaan.

3. Pada saat dilakukannya rekonstruksi suatu kejahatan dan interogasi kepada tersangka atau terdakwa.

10 Firganefi Dan Ahmad Irzal Fardiansyah, Op. Cit. Hlm. 50

11 Firganefi Dan Ahmad Irzal Fardiansyah,

(9)

Berdasarkan uraian diatas maka ilmu bantu kedokteran forensik sangat berfungsi membantu penyidik kepolisian untuk mengungkap dan menemukan sebab-sebab kematian suatu kasus tindak pidana pembunuhan yang terjadi tersebut hal itu dikarenakan ilmu kedokteran forensik/kehakiman adalah hal yang penting untuk membantu membuat terang suatu peristiwa pidana yang terjadi. Selanjutnya akan diuraikan dari pendapat responden untuk mengetahui agar fungsi ilmu kedokteran forensik dapat terlihat untuk membantu proses penyidikan tindak pidana pembunuhan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hi.Syahrial, selaku Kepala Unit Reserse Kriminal di Polres Lampung Utara, mengatakan bahwa jadi dokter beserta ilmunya yaitu ilmu kedokteran forensik ini dalam mengungkap suatu kasus tindak pidana khusunya pembunuhan sangatlah dibutuhkan tidak hanya dengan hasil visum korban yang dapat dijadikan alat bukti ilmiah tetapi. dengan menggunakan alat bantu forensik seperti alat deteksi kebohongan(lie detector), video untuk perekaman saat pemeriksaan pada saat interogasi tersangka, dan ahli psikologi, dengan bantuan tersebut penyidik mendapatkan hasil yang cukup untuk membuktikan bahwa Marjuli adalah tersangka dari kasus pembunuhan di Kotabumi.12

12

Wawancara Dengan Syahrial, Kasat Reskrim Polres Lampung Utara, Pada Tanggal 15 Oktober 2017

Menurut Heri Sumarji selaku Direktur Reserse Kriminal Umum Di Polda Lampung, bahwa ilmu kedokteran forensik sangat diperlukan karena ilmu ini dapat memberikan kesaksian secara ilmiah suatu kasus yang sedang ditangani oleh penyidik keperadilan untuk dijadikan alat bukti yang sah dan meyakinkan hakim dalam menetapkan keputusannya. Kegunaan dari ilmu forensik diantaranya membntu menentukan apakah suatu peristiwa merupakan tindak pidana atau bukan, selain itu membantu mengungkap proses tindak pidana, dan membantu mengungkap identitas pelaku dan korban.13

Menurut Jims Ferdinan Possible selaku Dokter Forensik di Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, mengatakan bahwa keberadaan ilmu kedokteran forensik khususnya di Kotabumi sangat membantu didalam proses peradilan penanganan kasus tindak pidana pembunuhan, penganiayaan, dll. Karena, dalam keilmuan kedokteran forensik itu seorang dokter ahli dapat menjelaskan atau memberikan petunjuk berdasarkan data yang kita temukan atau peroleh dalam bentuk Visum et Repertum sehingga bisa dijadikan alat bukti ilmiah oleh pihak kepolisian untuk membuat titik terang dalam menentukan kapan,

(10)

dengan alat apa, jamberapa matinya korban didalam peradilan.14

Menurut Erna Dewi selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung mengatakan bahwa fungsi dari ilmu kedokteran forensik adalah ilmu bantu dalam hal pembuktian dalam kriminalistik, dan mencari sebab-sebab kematian seseorang apakah karena racun, atau terkena benda tumpul atau tajam. Dan didalam peradilan forensik juga sangat dibutuhkan, dan yang wajib meminta adalah penyidik kepolisian, berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan bahwa penyidik wajib memintakan keterangan ahli apabila terjadi tindak pidana terhadap tubuh, nyawa dan kesehatan manusia, untuk pembuktian, alat bukti dan keterangan saksi untuk menambah keyakinan hakim didalam proses persidangan sebagai alat bukti keterangan ahli sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Science investigation dilakukan dalam proses penyidikan untuk membantu penyidik dalam mengungkap suatu tindak pidana. Science investigation dilakukan oleh seorang ahli atau seorang yang memiliki pengetahuan atau ilmu pengetahuan khusus, dimana nantinya dalam proses persidangan akan menjadi suatu keterangan ahli seperti yang

14

Wawancara dengan Jims Ferdinan Possible, Dokter Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, Pada Tanggal 21 Desember 2017.

disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP.15

Menurut penulis yang diuraikan oleh para responden mengenai fungsi ilmu kedokteran forensik bagi penyidikan merupakan hal penting yang harus dipahami oleh setiap penyidik dalam melakukan indentifikasi dan interogasi pada tersangka dan menentukan sebab-sebab kematian korban dengan menggunakan ilmu forensik, peran dari ilmu forensik akan terlihat jika seseorang penyidik benar-benar memahami arti penting dari ilmu kedokteran forensik bagi penyidikan tindak pidana khusunya tindak pidana pembunuhan.

B. Faktor-Faktor Penghambat

dari Fungsi Ilmu Kedokteran Forensik dalam Mengungkap Kasus Pembunuhan

Dalam melakukan penyidikan perkara tindak pidana pembunuhan dengan bantuan ilmu kedokteran forensik terkadang penyidik mengalami hambatan dalam melaksanakannya. Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor penghambat dalam penegakan hukum di Indonesia, yaitu :16

1. Faktor perundang-undangan yaitu beberapa asas dalam undang-undang yang agar

15Wawancara dengan Erna Dewi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, Pada Tanggal 15 Januari 2018.

16

(11)

tujuannya mempunyai dampak positif.

2. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat yaitu faktor

lingkungan yang mana hukum itu diterapkan.

5. Faktor kebudayaan yaitu sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan ada karsa manusia didalam hidup.

Faktor-faktor diatas dapat dijadikan acuan untuk melihat faktor penghambat bagi penyidik dalam melakukan proses penyidikan pada perkara tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan ilmu bantu kedokteran forensik. Didalam praktiknya, faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi penyidik dalam melakukan proses penyidikan perkara tindak pidana pembunuhan yaitu :

1. Faktor Penegak Hukum

Menurut Syahrial didalam Undang-undang sudah dijelaskan tentang fungsi dari ilmu kedokteran forensik tetapi bagaimana dengan sumber daya manusianya yang menyebabkan keterbatasan dari sifat manusia itu sendiri yang dapat membuat kesalahan terutama penegak hukum khususnya pihak kepolisian apakah mengetahuinya atau tidak bahwa sangat pentingnya dokter dengan pengetahuan ilmu kedokteran

forensik tersebut bagi penyidikan untuk membuat terang suatu perkara.17

Menurut Heri penyidik yang sedang melakukan proses pengolahan pada tempat kejadian terkadang dalam mencari bukti-bukti yang terdapat pada tempat kejadian perkara bisa saja kurang teliti, mengabaikan ataupun menghiraukan sesuatu tanda-tanda, hal demikian dapat terjadi karena disebabkan kekurangtahuan ataupun kurang pengalaman serta kurangnya pendidikan yang didapat penyidik sehingga pada akhirnya akan menyulitkan penyidik sendiri dalam mengungkap suatu tindak pidana, padahal walaupun pengolahan tempat kejadian perkara dapat diulang kembali apabila diperlukan namun sebenarnya untuk dapat menentukan dan mencari bukti hanya bisa sekali saja sebab dalam penanganan yang pertamalah benda-benda ataupun bukti-bukti lain masih tetap dalam keadaan asli belum tercampur dengan yang lain.

2. Faktor Sarana atau Fasiltias Menurut Syahrial mengatakan secara perlahan dan pasti Polri sudah melakukan peningkatan sarana dan prasarana baik dalam identifikasi, namun yang saat ini menjadi kendala adalah minimnya alat bantulie detector dikarenakan harga yang mahal jadi hanya ada di bareskrim

(12)

saja. Lie detector sangat membantu dalam proses penyidikan.18

Menurut Jims Ferdinan Possible mengatakan secara umum bisa dikatakan tidak ada, tapi secara khusus ada hambatan yang memang mungkin pada kasus-kasus yang cukup rumit ini hambatan yang saya lihat ini berhubungan dengan tata cara yang belum dipahami dari berbagai pihak kemudian dari fasilitasnya karena tidak semua alat yang dipakai tidak bisa digunakan untuk semua kasus, ada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan alat-alat yg lebih spesifik. Tapi semaksimal mungkin kami dari pihak Rumah

Sakit Umum Ryacudu

mengupayakan dengan alat apa yg kami miliki untuk mengungkap setiap kasusnya dan dalam hambatan kekurangan faslitas itu kita mengupayakan untuk berkoordinasi dengan bagian atau departemen lainnya agar dapat meminjamkan alat bahan habis pakai bahkan kita berkolaborasi dengan ahli forensik dari tempat lain. Untuk meminjam beberapa alat untuk kita pakai.19 Dari hasil wawancara dengan para responden yang paling menonjol dari faktor pengahambat fungsi ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan

18Wawancara Dengan Syahrial, Kepala Satuan Reserse Criminal Umum Polres Lampung Utara, Pada Tanggal 15 Oktober 2017

19Wawancara dengan Jims Ferdinan Possible, Dokter Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, Pada Tanggal 21 Desember 2017.

adalah faktor sarana dan fasilitas, baik pihak kepolisian maupun dari pihak rumah sakit.Otopsi sangat menentukan dan berpengaruh bagi peradilan serta membawa konsekuensi bagi terdakwa dan membawa keadilan bagi korban.

III. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka penulis dapat menarik kesimpulan:

(13)

masyarakat pada suatu tindak pidana.

2. Faktor penghambat fungsi ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan adalah:

a. Faktor Penegak Hukum Di dalam Undang-undang sudah dijelaskan tentang fungsi dari ilmu kedokteran forensik tetapi bagaimana dengan sumber daya

manusianya yang

menyebabkan keterbatasan dari sifat manusia itu sendiri yang dapat membuat kesalahan terutama penegak hukum khususnya pihak kepolisian apakah mengetahuinya atau tidak bahwa sangat pentingnya dokter dengan pengetahuan ilmu kedokteran forensik tersebut bagi penyidikan untuk membuat terang suatu perkara.

b. Faktor Sarana dan Fasilitas Yang menjadi kendala adalah minimnya alat bantulie detector dikarenakan harga yang mahal jadi hanya ada di bareskrim saja. Lie detector sangat membantu dalam proses penyidikan.

Secara umum bisa dikatakan tidak ada, tapi secara khusus ada hambatan yang memang mungkin pada kasus-kasus yang cukup rumit ini hambatan yang saya lihat ini berhubungan dengan tata

cara yang belum dipahami dari berbagai pihak kemudian dari fasilitasnya karena tidak semua alat yang dipakai tidak bisa digunakan untuk semua kasus, ada kasus-kasus tertentu yang membutuhkan alat-alat yg lebih spesifik. Tapi semaksimal mungkin kami dari pihak Rumah Sakit

Umum Ryacudu

mengupayakan dengan alat apa yg kami miliki untuk mengungkap setiap kasusnya dan dalam hambatan kekurangan faslitas itu kami mengupayakan untuk berkoordinasi dengan bagian atau departemen lainnya agar dapat meminjamkan alat bahan habis pakai bahkan kami berkolaborasi dengan ahli forensik dari tempat lain untuk meminjam beberapa alat untuk kita pakai.

Dari hasil wawancara dengan para responden yang paling menonjol dari faktor pengahambat fungsi ilmu kedokteran forensik dalam

mengungkap kasus

(14)

B. Saran

Adapun saran-saran dalam penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan pihak kepolisian baik Polres Lampung Utara dan Polda Lampung saling berkolaborasi sebagai penyidik untuk lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang ilmu kedokteran forensik agar dapat mempermudah suatu proses penyidikan

2. Menjalin hubungan yang baik antara pihak kepolisian dengan masyarakat dengan cara memberikan pengetahuan tentang pentingnya tempat kejadian perkara agar masyarakat memahami pentinganya tempat kejadian perkara bagi penyidik dalam proses penyidikan.

3. Sarana dan prasarana yang sudah ada pada setiap Polda dan Rumah Sakit masih sangat minim, kedepannya berharap seluruh Polda dan Rumah sakit di seluruh Indonesia khususnya di Bandar Lampung bisa terealisasikan agar memudahkan penyidik dalam proses penyidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Firganefi dan Ahmad

IrzalFardiansyah, 2014, “Hukum DanKriminalistik”, Bandar Lampung: Justice Publisher.

I Ketut Murtika, 1992, “Djoko

Prakoso Dasar-Dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman”, Jakarta, Rineka Cipta.

Soerjono Soekanto, 2007, “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum”, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

http://seputarpengertian.blogspot.co.i d/2016/09/pengertian-ilmu-forensik-dang-ruang.html?m=1 (Diakses Pada Tanggal 15 Januari 2018)

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pemb unuhan (Diakses Pada Tanggal 25 Maret 2018)

Wawancara dengan Jims Ferdinan Possible, Dokter Rumah Sakit Umum Ryacudu Kotabumi, (Pada Tanggal 21 Desember 2017).

Wawancara Dengan Syahrial, Kasat Reskrim Polres Lampung Utara, (Pada Tanggal 15 Oktober 2017). Wawancara dengan Erna Dewi, Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, (Pada Tanggal 15 Januari 2018).

Wawancara Dengan Heri Sumarji, Direktur Kriminal Umum Polda Lampung, (Pada Tanggal 7 Desember 2017).

Referensi

Dokumen terkait

16 UU KUP maka penggunaan kata „kekeliruan dalam penghitungan‟ dalam penjelasan Pasal 34 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011 dapat dikatakan menggunakan ungkapan atau istilah yang

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu dibentuk Peraturan Walikota tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2012

Setelah diberikan pembelajaran remediasi menggunakan Program Flash terdapat peningkatan yang signifikan antara skor hasil tes awal dan tes akhir, jawaban siswa yang

Bahan yang digunakan pada praktikum Reklamasi Pantai ini adalah hasil.. wawancara warga setempat

Bagi perusahaan asuransi kerugian yang listing di Bursa Efek Indonesia Penelitian ini. diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pertimbangan

Dalam penelitian terhahulu bagaimana perempuan untuk menyetujui kepetusan dalam setiap kebijakan yang dibuat saat sidang paripurna disini perempuan kurang dalam

Jensen (1986) menjelaskan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial pada perusahaan dapat menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga

1) Variabel PER, DPR, ROA, Tingkat Suku Bunga SBI serta Kurs Dollar AS secara serempak bersama-sama mempengaruhi Harga Saham. Hal ini disebabkan karena pada