• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya sehingga akan mampu bersaing di era globalisasi. Kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam bersaing di era global sudah diberikan mulai dari jenjang pendidikan yang paling dasar yaitu Sekolah dasar (SD). Melalui sekolah dasar siswa mulai belajar untuk membaca, menghitung serta belajar dalam ketrampilan lainnya. Siswa sekolah dasar mulai mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya, oleh karena itu diperlukan dorongan agar siswa mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam memecahkan suatu masalah serta menerima pengetahuan yang baru. Berpikir kritis adalah suatu cara untuk mengembangkan daya pikirnya dalam mencapai tujuan. Kemampuan berpikir kritis menjadi hal yang cukup penting bagi siswa terutama dalam kegiatan pembelajaran, dengan kemampuan berpikir kritis siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya secara lebih maksimal untuk dapat memecahkan suatu permasalahan yang dihadapinya. Fisher (2008:4) menyatakan “berpikir kritis merupakan suatu metode dalam berpikir mengenai hal, substansi maupun masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran”.

(2)

membutuhkan stimulus atau rangsangan yang tepat. Pembelajaran yang hebat dimulai dari masalah. Masalah yang dimaksud yaitu berupa segala hal yang dapat menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa kemudian menjadi objek pembelajaran dalam kegiatan belajar yang akan dilakukan. Dalam hal ini, maka guru dan siswa akan secara bersama-sama mengarahkan fokus mereka untuk membahas permasalahan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Siswa bukan sebagai objek dan guru sebagai subjek, melainkan sebagai rekan. Siswa dan guru akan menjalin interaksi serta komunikasi yang baik.

Terlebih saat ini pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan tidak diberikan begitu saja dari seorang guru kepada siswanya, melainkan siswa harus dapat mempunyai kemampuan untuk aktif mencari, menemukan, mengolah dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Oleh karena itu pendidik harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyusun dan menemukan sendiri pengetahuannya. Dalam kegiatan pembelajarannya siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh gurunya, tetapi siswa juga dituntut untuk terlibat dalam aktivitas proses berpikir. Dalam kurikulum 2013 ini diterapkan sistem pembelajaran tematik terintegratif. Pembelajaran tematik terintegratif merupakan suatu pembelajaran terpadu, dimana dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan tema untuk mengaitkan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lain, sehingga apa yang disampaikan dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa (Nurdin, dkk 2010:303). Hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran tematik ini tidak hanya terfokus pada aspek pengetahuan saja, melainkan pada tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, serta ketrampilan. Hasil belajar menjadi faktor penting terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Hasil belajar menjadi tolok ukur apakah pembelajaran yang sudah dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.

(3)

materi dengan mengaitkan materi tersebut terhadap lingkungan yang ada di sekitar siswa. Hanya saja guru tidak selalu menggunakan model-model pembelajaran yang menuntun siswa untuk bisa lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, sehingga indikator yang menjadi acuan dalam penilaian kemampuan berpikir kritis tidak terpenuhi. Indikator tersebut meliputi: 1) memfokuskan pertanyaan; 2) menganalisis argumen; 3) mengobservasi dn mempertimbangkan hasil observasi dan; 4) menuliskan kesimpulan. Berkaitan dengan hal tersebut hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal.

Hasil observasi awal yang dilakukan di SD Negeri Blotongan 02 dikelas 4 menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik belum maksimal. Diketahui bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada pembelajaran tematik kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga adalah ≥75. Siswa dikatakan mencapai KKM jika nilainya sudah mencapai atau lebih dari 75. Hasil ulangan tengah semester pembelajaran tematik kelas 4, semester I tahun ajaran 2016/2017 menunjukkan bahwa dari 34 siswa terdapat 13 (38,2%) siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan 21 (61,76%) siswa belum mencapai KKM, dengan rentang nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 26,7. Dapat dijabarkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa yang kurang maksimal sebagai akibat dari kurangnya dorongan siswa untuk berperan serta selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sehingga sebagian besar dari siswa cenderung pasif. Hal ini mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa menjadi rendah sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa juga kurang maksimal.

(4)

pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang mampu untuk menumbuhkan kemampun berpikir kritis siswa dan nantinya tentu akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Discovery Learning. Cahyo (2013:100), menyatakan bahwa “Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya bukan melalui pemberitahuan oleh gurunya melainkan siswa menemukan sendiri”. Selanjutnya Widiasworo (2017:161) mengatakan bahwa “Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang lebih menekankan supaya siswa menemukan sendiri konsep pengetahuannya”. Model pembelajaran Discovery Learning menekankan kepada kegiatan untuk menemukan. Siswa harus menemukan sendiri konsep pengetahuannya tanpa diberitahu terlebih dahulu oleh guru, hal ini tentunya dapat membuat siswa menjadi lebih aktif, mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya serta mampu untuk merangsang kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Masrida, dkk (2016, 81-87), yang melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap ketrampilan berpikir kritis dan hasil belajar mata

pelajaran IPA, menunjukkan adanya hubungan antara penerapan model pembelajaran Discovery Learning dengan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terjadi adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rumini dan Wardani (2016, 19-40), hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan hasil yang sama. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar tema berbagai pekerjaan mengunakan model Discovery Learning siswa kelas 4 SDN Kutoharjo 01 Pati semester 1 tahun ajaran

(5)

dari 34 siswa. Senada dengan penelitian sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Nupita (2013, 1-9), Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keaktifan guru, keaktifan siswa, serta peningkatan hasil belajar dan ketrampilan pemecahan masalah daam proses belajar setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery pada siswa kelas 5 SDN 2 Sindumoro Kecamatan Kebonmas

Kabupaten Gresik. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh presentase sebesar 64,86%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 91,89%. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan dengan diterapkannya model Discovery berdampak positif bagi hasil belajar siswa.

SD Negeri Blotongan 02 Salatiga dalam kegiatan pembelajarannya guru masih jarang menerapkan model pembelajaran yang merangsang siswa untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, karena seringkali guru menyampaikan pembelajaran dengan metode ceramah padahal dalam kurikulum 2013 seharusnya menggunakan model-model yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan akan berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Model Discovery Learning menekankan kepada belajar melalui suatu penemuan. Melalui penerapan model ini konsep dari materi akan ditemukan sendiri oleh siswa sehingga apa yang dipelajari siswa lebih tertanam dalam ingatannya karena siswa mengalaminya sendiri. Penelitian ini penting untuk dilakukan agar siswa mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang akan meningkat pula.

1.2. Identifikasi Masalah

(6)

ini disebabkan karena guru tidak selalu menerapkan model pembelajaran yang kreatif, inovatif. Guru lebih sering menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah sehingga sebagian besar dari siswa lebih cenderung pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Jika tidak segera diatasi maka hal ini akan berdampak buruk bagi proses kegiatan belajar mengajar yang akan datang. Terlebih saat ini SD Negeri Blotongan 02 Salatiga menerapkan Kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk lebih berperan selama proses pembelajaran berlangsung, terutama dalam hal bepikir kritis.

Permasalahan ini harus dicari solusinya. Model pembelajaran Discovery Learning diperkirakan mampu mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir

kritis siswa, dan sekaligus menjadi solusi nyata untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Apabila model pembelajaran Discovery Learning ini mampu membuat kemampuan berpikir kritis siswa menjadi lebih baik, maka model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga? 2. Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga?

(7)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning pada pembelajaran tematik yang dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah dari model pembelajaran Discovery Learning sehingga dalam penerapannya dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

1.4.2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran tematik kelas 4 terutama pada peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan mampu untuk memberikan wawasan dan pengalaman baru bagi guru dalam penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa.

b. Bagi Siswa

Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan mampu untuk meningkatkan hasil belajar serta kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pembelajaran tematik dengan diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning.

c. Bagi Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Bagi guru, saat pembelajaran matematika berbasis masalah agar dapat lebih menekankan proses meninjau ulang proses dan hasil agar kemampuan berpikir tingkat

Pemberian hormon yang berasal dari luar tubuh seperti pada kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen maupun progesteron menyebabkan peningkatan kadar kedua hormon

Tujuan umum penelitian yang dilakukan di Pedukuhan Cekel Desa Jetis Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkat

Bahan material galian tanah dapat digunakan kembali sebagai timbunan tanah kembali apa jenis material tanah tersebut memenuhi syarat, sesuai dengan yang diisyaratkan dalam

As suggested in the chart, some schools of methodology see the teacher as ideal language model and commander of classroom activity (e.g., Audio-Lingual Method, Natural

Evaluasi klien mengalami Cerebro Vaskuler Accident dengan masalah Defisit perawatan diri, Dari catatan perkembangan selama 3 hari pada 2 klien, menunjukkan bahwa klien 2

Sedangkan pada pernyataan negatif, presentare rata-rata menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah mencapai lebih dari 90% sehingga dapat disimpulkan bahwa

Sharp (1964), Litner (1965), Mossin (1966) memperkenalkan Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang merupakan salah satu model penilaian aset yang menggambarkan hubungan