• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB VI"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

82

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan akhir dari serangkaian penulisan, dengan

demikian muatan pokok bab ini adalah kesimpulan dan saran.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, beberapa kesimpulan penting yang dapat

dirangkum adalah sebagai berikut. Kebijakan perparkiran menetapkan 3

wilayah di Salatiga sebagai parkir berizin yang langsung dikelola oleh Dinas

Perhubungan. Wilayah tersebut adalah wilayah Salatiga Utara, Wilayah

Salatiga Tengah, dan Wilayah Salatiga Selatan dengan jumlah lokasi 107 titik

parkir. Komunikasi yang dilakukan oleh UPT Perparkiran tentang

menyampaikan peraturan daerah ini kepada juru parkir dan masyarakat masih

kurang jelas, dengan masih adanya penafsiran sendiri-sendiri. Secara

Keterbatasan sumber daya manusia (staf) dalam mengimplementasi kebijakan

tidak memadai (hanya 4 orang) sehingga peran implementator pada penarikan

retribusi masih mengalami kendala. Strutur birokrasi untuk

mengeimplementasikan peraturan daerah ini cukup baik dari hal memberikan

legalitas juru parkir resmi dan menerima setiap laporan tentang masalah

parkir.

Model pengelolaan parkir di Salatiga terpetakan sebagai model

Perparkiran Berizin, Perparkiran Warga dengan izin UPT Perparkiran, dan

perparkiran warga tanpa izin UPT Perparkiran. Selain itu terdapat parkir

khusus yang dikelola oleh pihak ketiga. Pengelolaan kedua model warga

diatas belum terkoneksi dengan baik karena ketersediaan sumber daya

manusia yang tidak mendukung secara baik dalam kesadaran tentang

pengelolaan parkir tepi jalan umum. Parkir warga yang tidak berizin

merupakan ranah kebijakan pemerintah daerah yang perlu ditinjau kembali.

(2)

83 resmi pemerintah daerah, model parkir yang seperti ini perlu dievaluasi untuk

dijadikan lokasi perparkiran berizin.

Ada beberapa model pengelolaan parkir di Salatiga yaitu, model parkir

berizin, parkir warga dengan izin UPT Perparkiran, dan parkir warga tanpa

izin UPT Perparkiran. Model parkir berizin merupakan model parkir yang

diterapkan di wilayah Kota Salatiga. Model parkir ini berpayungkan hukum

dan dilegitimasi oleh UPT Perparkiran . kemudian model parkir warga dengan

izin UPT Perparkiran adalah model parkir yang memiliki legitimasi dari 2

pihak baik warga setempat dan UPT Perparkiran. Ciri dari model parkir ini

adalah memiliki 2 tanggung jawab setoran retribusi, baik retribusi harian ke

UPT Perparkian dan kontribusi ke warga/lingkungan setempat. Model parkir

warga tetapi tidak memiliki izin UPT Perparkiran ini memiliki ciri terkadang

juru parkir tidak menggunakan atribut parkit seperti parkir lainnya, tidak

memiliki id card. Berada di jalan jalan kecil dan biasanya di jam – jam

tertentu. Sistem kerja juru parkir kota Salatiga secara keseluruhan tidak diatur

oleh UPT Perparkiran, tetapi diatur oleh kesepakatan bersama antara juru

parkir atau paguyuban yang memayungi. Sebagian besar juru parkir masih

melalaikan aturan yang telah disepakati dan keselamatan kerja.

6.2 Saran

S

aran dalam bagian akhir penulisan karya ilmiah ini didasarkan pada

temuan selama melakukan penelitian ini adalah :

1. Pihak pemerintah daerah dalam melakukan proses implementasi lebih

memperjelas hubungan dengan semua elemen, baik dishub, Kepala

UPT Perparkiran, Koordinator juru parkir dan juru parkir agar tidak

tumpang tindih. Selama ini tugas koordinator juru parkir hanya sebatas

legalitas.

2. Pemerintah daerah harus tegas terhadap kegiatan-kegiatan ilegal yang

bertentangan dengan aturan. Hal ini dikhawatirkan akan memunculkan

persoalan baru yang sulit untuk dipecahkan. Seperti halnya parkir –

(3)

84 UPT Perparkiran bisa saja apabila parkir – parkir model seperti ini

tetap ada akan menghambat pendapatan kota dan diharapkan

pemerintah mampu merangkul dengan kebijakan – kebijakan yang

terintegrasi dan akan menambah penadapatan asli daerah seperti

contoh, para juru parkir harus terdaftar dan digaji oleh pemerintah.

3. Implementasi yang dilakukan oleh UPT Perparkiran kurang baik.

Untuk UPT Perparkiran seharusnya menambah personil lagi dalam

mengelola perparkiran sehingga diharapakan mampu memaksimalkan

potensi-potensi parkir di setiap titik.

4. Bagi juru parkir yang tidak terdaftar di UPT Perparkiran lebih baik

mendaftarkan diri dikarenakan lebih terjamin dalam aktivitas bekerja

dan lebih mematuhi peraturan.

5. Untuk ketua RT dan ketua RW di seluruh Salatiga seharusnya lebih

memahami peraturan daerah terutama parkir tepi jalan umum. Dimana

setiap jalan yang digunakan aktivitas parkir bisa dikelola oleh UPT

Perparkiran. Sehingga lokasi dan juru parkir yang bekerja

mendapatkan perlindungan hukum.

6. Bagi paguyuban – paguyuban parkir yang berada di Salatiga bisa lebih

berkoordinasi dengan UPT Perparkiran.

7. Untuk masyarakat atau pengguna parkir harus lebih mengetahui

tentang aturan parkir dan bukan hanya sekedar membayar. Ditakutkan

apabila aturan yang menjadi rujukan untuk parkir disalahgunakan oleh

juru parkir.

8. Mengingat dari tahun ketahun penggunan kendaraan bermotor dan

pusat perbelanjaan bertambah seharusnya ada pembangunan lahan

khusus parkir. Contoh jalan Jendral Sudirman dan Jalan Sukowati

maupun Jalan Monginsdi yang sudah terlalu sesak diisi oleh parkir tepi

jalan umum.

9. Bagi peneliti dapat melanjutkan penelitian selanjutnya tentang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern atas pengelolaan retribusi parkir Kota Salatiga sudah memadai, meskipun masih ada kurangnya penegakan

Sedangkan definisi operasional dalam Perda No 12 Tahun 2011 Kota Salatiga penerimaan retribusi parkir adalah Penerimaan atas penyediaan tempat parkir yang disediakan,

Analisis biaya dari pilihan 1 : biaya utama yang ditanggung adalah penerimaan parkir. yang rendah, dimana sektor parkir menyumbang 54% dari target PAD pada

Yang meliputi konsep hukum adalah semua peraturan dan kaidah- kaidah atau norma yang oleh anggota masyarakat dijadikan patokan berinteraksi dengan tercitanya ketertiban

Penarikan kesimpulan/verifikasi adalah suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan

“Kebijakan Publik ( Public Policy ) adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk.. keputusan-keputusan untuk

Pertama, Upaya visitasi yang dilakukan oleh pengurus forum PANTAS perlu dilakukan tidak hanya kepada organisasi etnis yang belum bergabung menjadi anggota tetapi

adalah salah satu tarian di daerah Salatiga yang telah resmi menjadi tarian. milik kota Salatiga khususnya