I. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Asam Amino dalam Sampel II. Hari/Tanggal Percobaan : Kamis, 20 Oktober 2016 pukul 08.50 WIB III. Selesai Percobaan : Kamis, 20 Oktober 2016 pukul 10.20 WIB IV. Tujuan Percobaan : Menentukan asam amino yang terdapat dalam
sampel dengan kromatografi kertas V. Dasar Teori
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH (Anna Poedjiadi, 2009). Rumus umum untuk asam amino ialah:
Asam amino merupakan monomer (satuan pembentuk) protein dan dapat menentukan banyak sifat-sifat penting. Asam amino adalah suatu senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus fungsi amino dan gugus fungsi karboksil. Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil (C-) atau dapat dikatakan bahwa gugus amino dan gugus karboksil terikat pada atom karbon yang sama.
Sifat-sifat asam amio
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Anna Poedjiadi, 2009).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, sebagaimana dituliskan dibawah ini.
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila larutan asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+. Sebaliknya apabila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO -sehingga terbentuk gugus –COOH. Dengan demikian asam amino terdapat dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi, 2009).
NH2
C COO
-H
R
NH3+
C COOH
H
R
Dalam basa Dalam asam
Bentuk (I) Bentuk (II)
Asam amino dasar (standar)
Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA sebagai kode genetik.
Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan dalam kurung menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang sering digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan menurut sifat atau struktur kimiawinya: Asam amino alifatik sederhana
Glisina (Gly, G)
Alanina (Ala, A)
Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivat alanin. Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis fibroin, yaitu protein yang terdapat pada sutera. Struktur alanin :
Valina (Val, V) Leusina (Leu, L) Isoleusina (Ile, I) Asam amino hidroksi-alifatik
Serina (Ser, S) Treonina (Thr, T)
Asam amino dikarboksilat (asam)
Asam aspartat (Asp, D) Asam glutamat (Glu, E) Amida
Asparagina (Asn, N) Glutamina (Gln, Q) Asam amino basa
Lisina (Lys, K) Arginina (Arg, R)
Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik) Asam amino dengan sulfur
Sisteina (Cys, C)
Metionina (Met, M) Prolin
Prolina (Pro, P) (memiliki gugus siklik) Asam amino alifatik sederhana
Glisina (Gly, G) Alanina (Ala, A) Valina (Val, V) Leusina (Leu, L) Isoleusina (Ile, I) Asam amino hidroksi-alifatik
Serina (Ser, S) Treonina (Thr, T)
Asam amino dikarboksilat (asam)
Asam aspartat (Asp, D) Asam glutamat (Glu, E) Amida
Asparagina (Asn, N) Glutamina (Gln, Q) Asam amino basa
Lisina (Lys, K) Arginina (Arg, R)
Histidina (His, H) (memiliki gugus siklik) Asam amino dengan sulfur
Sisteina (Cys, C) Metionina (Met, M) Prolin
Asam amino aromatik
Fenilalanina (Phe, F) Tirosina (Tyr, Y) Triptofan (Trp, W)
Pemisahan Asam Amino dengan Cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut (Anna Poedjiadi, 2009).
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetric, kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. Salah satu metode yang banyak memperoleh pengembangan ialah metode kromatografi. Macam-macam kromatografi ialah kromatografi kertas, kromtografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion.
pela rut tertentu. Dengan menggunakan standar asam-asam amino yang telah diketahui macamnya pada kromatografi kertas seperti yang dilakukan diatas, dapat diketahui macam asam amino yang diperiksa. Penentuan macam asam amino dapat pula dilakukan dengan menghitung harga Rf masing-masing asam amino, kemudian dibandingkan dengan harga Rf asam amino yang terdapat pada table yang telah ada (Anna Poedjiadi, 2009).
Berikut adalah tabel harga Rf dari asam-asam amino:
Amino acid Rf value
alanine 0.38
arginine 0.20
Asparagine 0.5
aspartic acid 0.24
Cysteine 0.4
glutamine 0.13
glutamic acid 0.30
glycine 0.26
Proline :not a true amino acid - shows
up as yellow 0.43
serine 0.27
threonine 0.35
tyrosine 0.45
valine 0.61
Sumber: http://www.biotopics.co.uk/as/amino_acid_chromatography.html
Dalam percobaan ini digunakan metode kromatografi lapis tipis. Pada dasarnya kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaannya terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam.
Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas adalah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Empat macam adsorben yang umum digunakan adalah silica gel (asam silikat), alumina (aluminium oxyde), kieselghur (diatomeus earth) dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silica gel karena mempunyai daya pemisahan yang baik.
VI. Alat dan Bahan Alat – Alat
- Kertas kromatografi ukuran 4 x 10 cm 1buah
- Pipa kapiler 4 buah
- Chamber 1 buah
- Oven 1 buah
- Klip dan benang (gantungan) 1 buah
Bahan-bahan
- Asam asetat glasial - n-butanol
- Aquades
- Larutan sampel
VII. Alur Percobaan
1. Pembuatan larutan pengemulsi
2. Menentukan komponen asam amino 25mL butanol + 6mL Asam asetat
glasial + 25mL aquades
-dicampur sambil dikocok
-ditempatkan larutan dalam lemari
kromatografi dan dijenuhkan dengan uapnya. Eluen ( Fasa Gerak )
Kertas Kromatografi 4x10 cm
-diberi garis dari tepi atas 0,5 cm dan tepi bawah 1 cm
-ditotolkan 4 macam larutan (A,B,C dan D) pada tanda yang sudah ada di plat KLT
-setiap saatu tetesan dikeringkan terlebih dahulu sebelum tetesan berikutnya diletakkan diatasnya
-besar diameter tetesan tidak boleh lebih dari 0,4 cm Kertas kromatografi bernoda
-dimasukkan lemari kromatografi dengan posisi digantung -dimulai elusi selama 1,5 jam
-dikeluarkan dan batas larutan ditandai dengan pensil
-dikeringkan dalam oven pada suhu 105– 110oC selama 5 menit. -disemprot ninhidrin
-dikeringkan dalam oven pada suhu 105 – 110oC selama 1 menit
Noda-noda asam amino
-ditentukan batas eluen menggunakan pensil -dilingkari jarak sample
-dihitung harga Rf tiap noda ( A,B,C,D) -dicatat warna
VIII. Hasil Pengamatan No.
Perc.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Pembuatan larutan pengemulsi Sebelum:
- n-butanol= larutan tidak berwarna
- asam asetat glasial= larutan tidak berwarna
- aquades= larutan tidak berwarna Sesudah
- n-butanol + asam asetat + aquades = larutan tidak berwarna
CH3CH2CH2CH2OH(aq)+ CH3COOH(aq)
CH3CH2CH2COOCH3(aq)+H2O(l) n-butanol= non polar
asam asetat glasial= polar aquades= polar
Pada percobaan larutan
pengemulsi terjadi reaksi esterifikasi
2. Menentukan komponen asam amino Sebelum:
- A : sampel 2 = larutan tidak
- Plat KLT= plat berwarna putih Sesudah
-Plat dioven= plat berwarna putih -Larutan standar dan sampel
ditotolkan pada plat KLT
sebanyak 3x penotolan:noda tidak berwarna dan larutan meresap
Nilai Rf asam amino Alanin : 0,38
Arginin : 0,20 Asparagin : 0,5 Asam aspartat : 0,24 Cystein : 0,4
Glutamin : 0,13 Asam glutamat : 0,30 Glisin : 0,26 25mL butanol + 6mL Asam
asetat glasial+ 25mL aquades
-dicampur sambil dikocok -ditempatkan larutan dalam lemari kromatografi dan dijenuhkan dengan uapnya. Eluen ( Fasa Gerak )
Kertas Kromatografi 4x10 cm
-diberi garis dari tepi atas 0,5 cm dan tepi bawah 1 cm
-ditotolkan 4 macam larutan (A,B,C dan D) pada tanda yang sudah ada di plat KLT -setiap saatu tetesan dikeringkan terlebih dahulu sebelum tetesan berikutnya diletakkan diatasnya
-Dielusi dengan eluen dan dioven= noda tidak berwarna dan plat KLT kering
-Disemprot ninhidrin dan dioven: larutan meresap naik pada plat terdapat noda yang semula berwarna ungu berubah menjadi jingga
-Jarak yang ditempuh eluen: A= 1 cm
-dimasukkan lemari kromatografi dengan posisi digantung
-dimulai elusi selama 1,5 jam
-dikeluarkan dan batas larutan ditandai dengan pensil
-dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC – 110oC selama 5 menit. -disemprot ninhidrin
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC – 110oC selama 1 menit.
Noda-noda asam amino
-ditentukan batas eluen menggunakan pensil
-dilingkari jarak sample
-dihitung harga Rf tiap noda ( A,B,C,D) -dicatat warna
IX. Analisis dan Pembahasan
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Penentuan Kadar Asam Amino dalam Sampel” dengan tujuan untuk menentukan asam amino yang terdapat dalam sampel dengan kromatografi kertas. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan percobaan ini yaitu:
1. Pembuatan larutan pengemulsi (fasa gerak)
Untuk melakukan percobaan ini hal pertama yang dilakukan yaitu mencampurkan 25 mL n-butanol yang berupa larutan tidak berwarna, 6 mL larutan asam asetat glacial yang tidak berwarna dan 25 mL aquades yang tidak berwarna sambil dikocok sehingga dihasilkan larutan tidak berwarna. Dalam proses tersebut terjadi suatu reaksi esterifikasi. Dengan reaksi:
CH3CH2CH2CH2OH(aq)+ CH3COOH(aq) CH3CH2CH2COOCH3(aq)+H2O(l) n-butanol kepolarannya lebih rendah dibandingkan dengan asam asetat glasial dan air, sehingga eluen bersifat polar. Karena kepolarannya, eluen tersebut digunakan untuk mendeteksi asam amino yang ada pada sampel yang bersifat polar. Larutan tersebut ditempatkan dalam lemari kromatografi (chamber). Eluen yang telah dimasukkan dalam chamber harus segera ditutup agar eluen tidak menguap. Perlakuan ini bertujuan untuk menjenuhkan bagian dalam chamber. Kondisi chamber yang jenuh bertujuan untuk memudahkan eluen bergerak. Sehingga fungsi eluen sebagai fasa gerak dalam kromatografi berjalan dengan baik. Juga kondisi jenuh dalam chamber dapat mencegah penguapan pelarut, sehingga pelarut bergerak lambat pada KLT maka komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai noda-noda asam amino. Namun percobaan pembuatan eluen ini tidak kami lakukan karena telah disiapkan oleh kelompok praktikan kelas lain sehingga kami langsung dapat menggunakannya.
2. Menentukan komponen asam amino
1996). Pinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Untuk melakukan percobaan ini pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan plat KLT dengan ukuran 4 x 10 cm, kemudian membuat garis batas dari tepi atas 0,5 cm dan garis batas dari tepi bawah 1 cm, pada batas bawah di beri tanda berupa titik yang berjumlah 4 buah yang terletak berdampingan dengan jarak 1 cm, dengan titik pertama berada pada 0,5 cm dari pinggir plat. Fungsi dari pembuatan titik-titik adalah sebagai tempat sampel yang akan di elusi. Selanjutnya plat KLT di oven selama 5 menit, hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran (air) yang dapat mengganggu proses elusi. Kemudian dengan pipa kapiler diteteskan 4 macam larutan (A, B, C dan D) berdampingan pada masing-masing titik sebanyak 3 tetesan. Tiap-tiap tetesan harus dikeringkan dahulu, sebelum tetesan berikut diletakkan diatasnya. Tujuan tetesan selanjutnya menunggu tetesan pertama mengering terlebih dahulu adalah agar ukuran spot tidak terlalu besar. Setelah itu plat KLT dimasukkan ke dalam chamber dengan posisi digantungkan selama ±90 menit untuk dijenuhkan dengan uap eluen, dijaga agar posisi plat tidak miring. Karena jika miring, maka jarak tempuh eluen akan berbeda dari yang diinginkan. Lalu chamber segera ditutup. Kemudian ditunggu sampai eluen mencapai garis batas atas plat.
mengidentifikasi adanya asam amino dalam suatu bahan dimana asam amino bebas (asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat) akan bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Reaksi dinyatakan positif jika terjadi perubahan warna sampel menjadi ungu, dan reaksi dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan warna. Warna ungu menunjukkan uji ninhidrin positif, karena pada asam amino terdapat gugus karboksil yang dapat dilepaskan atau tereduksi akan bereaksi dengan NH3 dengan proses dekarboksilasi dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat bereaksi dengan asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen.. Reaksi tersebut bernilai positif bila terbentuk warna ungu atau biru jika terdapat kandungan asam α-amino. Asam-asam amino yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk suatu produk yang disebut ungu Ruhmann.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Lehninger, 1982).
Kemudian noda-noda asam amino yang terbentuk tersebut diberi tanda menggunakan pensil sehingga jarak yang tempuh pelarut dapat diukur dengan mudah dari batas bawah dan batas atas sedangkan jarak tempuh noda diukur pada bagian atas noda, sehingga didapatkan data jarak tempuh noda:
Larutan Sampel A= 1 cm Larutan standar B = 1,1 cm Larutan standar C = 2,2 cm Larutan standar D = 2,3 cm
Dari data tersebut dapat dihitung harga Rf untuk masing-masing asam amino standart dan sampel 2 menggunakan perhitungan di bawah ini:
pela rut oleh
ditempuh ya ng
ja ra k
senya wa oleh
ditempuh ya ng
ja ra k Rf
Kemudian ditetapkan komponen-komponen asam amino dalam larutan sampel dengan membandingkan harga Rf-nya dengan Rf asam-asam amino standar. Dan dari perhitungan didapatkan nilai Rf:
Larutan Sampel A = 0,1176 Standar B (cysteine) = 0,1294 Standar C (glisin) = 0,2588 Standar D (alanin) = 0,2706
Kemudian harga Rf yang didapatkan dibandingkan dengan harga Rf asam amino secara teori. Larutan asam amino standar B, C, D berturut-turut adalah cystein, glisin, alanin. Berdasarkan standar asam amino diketahui bahwa sampel mendekati standar B yang diketahui merupakan cystein.
Berikut adalah struktur dari asam amino cystein, glisin, alanin.:
Namun hasil dari percobaan kami memiliki nilai yang berbeda dengan nilai Rf secara teori. Dimana urutan kepolaran yang kami peroleh dari yang terendah ke tinggi yaitu cysteine, glisine, alanine. Seharusnya urutan kepolaran dari yang terendah ke tertinggi yaitu glisin, alanine, dan cystein. Hal ini dapat disebabkan karena human error dan chemical eror. Human error dalam hal ini dapat terjadi ketika proses penotolan (penetesan) masing-masing larutan yang digunakan. Kemungkinan ketika penotolan yang dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap larutan tersebut kurang tepat dan diameter yang dihasilkan kurang besar. Kemungkinan lainnya yaitu banyaknya larutan yang ditotolkan bisa melebihi atau belum mencapai standarnya yaitu sebanyak 5 �m dengan diameter 0,4 cm. Chemical error dalam hal ini yaitu larutan eluen yang digunakan telah rusak strukturnya sehingga tidak dihasilkan nilai Rf yang sesuai teori.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari nilai Rf sampel yaitu 0,1176 maka komponen asam amino yang terkandung pada sampel adalah asam amino cysteine, dimana nilai Rf sampel mendekati nilai Rf larutan asam amino standart B yaitu 0,1294 yang diketahui merupakan asam amino cysteine.
XI. Jawaban pertanyaan
1. Apakah keuntungan dan kerugian dalam metode pemisahan dengan kromatografi kertas ?
Jawab:
Keuntungan:
a) Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang serupa.
b) Peralatan yang diperlukan sedikit dan sederhana c) Biayanya murah
Kerugian:
Pelarut yang digunakan harus sesuai dengan sampel yang akan digunakan. Misalkan ketika menggunakan pelarut polar, molekul-molekul polar akan memiliki interaksi yang tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Sehingga cenderung untuk larut dalam lapisan air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang bergerak. Karena molekul-molekul ini membutuhkan waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang dalam fase gerak, molekul tidak akan bergerak dengan cepat pada kertas.
2. Apakah metode kromatografi kertas dapat digunakan untuk analisis kuantitatif ? Jawab:
Metode kromatografi kertas dapat digunakan baik untuk melakukan analisis yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Analisis Kuantitatif dilakukan berdasarkan perbandingan Rf dari zat sampel dengan harga Rf zat standar.
Analisis Kualitatif dilakukan dengan mengidentifikasi komponen asam amino dari sampel terhadap suatu larutan asam amino yang telah diketahui sebelumnya berdasarkan nilai Rf, Pada percobaan ini ditandai dengan adanya warna ungu serta dari harga Rf sampel yang diselidiki lalu dibandingkan dengan harga Rf standarnya.
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai Rf ? Jawab:
Faktor-faktor yang menentukan harga Rf yaitu :
Pelarut : disebabkan oleh pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan- perubahan harga Rf.
mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga berpengaruh juga terhadap harga Rf
Kertas : pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran dan mempengaruhi kesetimbangan partisi.
Suhu : perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
Ukuran dari bejana : volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer sehingga mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
Kualitas adsorben
Ketebalan lapisan , semakin tebal lapisan Rf nya semakin kecil
XII. Daftar Pustaka
Anonim. Tanpa tahun. Chromatograpy of amino acids. http://www.biotopics.co.uk/as/amino_acid_chromatography.html (diakses pada Selasa, 25 Oktober 2016 pukul 19.20 WIB)
Poedjiadi, Anna, F.M. Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Terbitan Kedua, a.b. diterjemahkan oleh Sudiro K.P.I. Bandung: Penerbit ITB.
Hostettmann K., Hostettmann M., A. Marston. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Bandung: Penerbit ITB.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Tim Biokimia. 2016. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya : Jurusan Kimia
FMIPA UNESA.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Diketahui :
Panjang plat : 8,5 cm Sampel A : 1 cm Standart cystein : 1,1 cm Standart glisin : 2,2 cm Standart Alanin : 2,3 cm Ditanya: Perhitungan Rf ? Jawab:
Rf sampel A = �� �� � � �� �� � ��
= 8,5
= 0,1176
Rf cystein =�� �� � � �� �� � ��
= , 8,5
= 0,1294
Rf glisin = �� �� � � �� �� � ��
= , 8,5
= 0,2588
Rf Alanin = �� �� � � �� �� � ��
= , 8,5
LAMPIRAN FOTO
Kegiatan Gambar Keterangan
Plat KLT yang telah di beri garis atas dan bawahnya dioven
Fungsi pengovenan adalah untuk menghilangkan kadar air yang kemungkinan ada pada plat
Sampel, Standart A, B dan C ditotol pada plat KLT yang telah dibuat garis sebelumnya.
Sampel A : larutan tidak berwarna
Standart cystein : larutan tidak berwarna
Standart glisin : Larutan tidak berwarna
Standart Alanin : Larutan tidak berwarna
Plat yang telah ditotol kemudian dimasukkan kedalam eluen
Ditunggu 1,5 jam sampai eluen naik sampai tanda batas atas plat
Setelah ditunggu selama 1,5 jam
Eluen telah seluruhnya naik sampai batas atas KLT
Plat KLT di semprot dengan ninhindrin
Plat KLT di oven selama 5-10 menit atau sampai noda terlihat
Terdapat noda berwarna jingga yang ketinggiannya tidak sama
Segera beri garis pada noda dan lapisi dengan plester