• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Mengalami Kekerasan dalam Lembaga Pendidikan (Studi Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Mengalami Kekerasan dalam Lembaga Pendidikan (Studi Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab dalam keberlangsungan bangsa dan negara, setiap anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa perlakukan diskriminatif.1 Begitu pula halnya dengan anak yang sedang menjalani proses pendidikan di dalam lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pengembangan diri serta kemampuannya agar kelak anak didik tersebut dapat meraih mimpi dan cita-citanya serta dapat berguna bagi nusa dan bangsa. Selama menjalani proses pendidikan di dalam suatu lembaga pendidikan anak sepatutnya mendapatkan perlindungan.

Perlindungan terhadap anak, merupakan hak asasi yang harus diperoleh anak . sehubungan dengan hal ini, Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menentukan bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pernyataan

1

(2)

dari pasal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan bagi semua warga negara, baik wanita, pria, dewasa dan anak-anak untuk mendapat perlindungan hukum. Masalah perlindungan hukum terhadap anak, bukan saja masalah hak asasi manusia, tetapi lebih luas lagi adalah masalah penegakan hukum, khususnya penegakan hukum terhadap anak sebagai korban tindak kekerasan.2

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.3

Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat hukum. Oleh sebab itu perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.4

Kekerasan sering terjadi terhadap anak, yang dapat merusak, berbahaya dan menakutkan anak. Anak yang menjadi korban kekerasan menderita kerugian, tidak saja bersifat materil, tetapi ju\ga immaterial seperti goncangan emosional dan psikologis yang dapat mempengaruhi kehidupan masa depan anak. Pelaku

2

Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, Bandung: Refika Aditama, 2014, hlm. 13

3

Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945

4

(3)

tindak kekerasan terhadap anak bisa saja orang tua (ayah dan atau ibu korban), anggota keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah sendiri (aparat penegak hukum dan lain-lain).5 Kekerasan terhadap anak bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, termasuk di dalam lingkungan lembaga pendidikan khususnya lingkungan sekolah tempat anak seharusnya menimba ilmu untuk memperoleh pengetahuan demi mewujudkan cita-citanya. Pelaku kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah bisa saja guru atau staf di dalam sekolah tersebut atau pun anak sebagai pelajar di sekolah tersebut.

Di Indonesia, telah banyak terjadi kekerasan terhadap anak yang terjadi di sekolah. Berikut ini data kekerasan terhadap anak di sekolah yang terjadi di Indonesia pada tahun Januari 2013- Maret 2015 dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Bidang Data Informasi dan Pengaduan :

Tabel 1

Anak Korban Kekerasan Fisik

Sumber : Tabloid Nova, Edisi 1444/XVIII 26 -1 November 2015

5

Maidin Gultom, Op.Cit, hlm.1

No. Tahun Jumlah Kasus

1. 2013 215 Kasus

2. 2014 273 Kasus

(4)

Tabel 2

Anak Korban Kekerasan Psikis

Sumber : Tabloid Nova, Edisi 1444/XVIII 26 -1 November 2015

Tabel 3

Anak Sebagai Pelaku Kekerasan

Sumber : Tabloid Nova, Edisi 1444/XVIII 26 -1 November 2015

Dalam Lingkungan Sekolah, anak bisa saja menjadi korban kekerasan maupun pelaku kekerasan itu sendiri. Seperti kasus yang terjadi di SD Negeri 117491 Simandiangin , Desa Sabungan, Kecamatan Sungai Kanan. AM bocah laki-laki yang berusia 6 tahun yang masih duduk di bangku kelas 1 mengalami tindak kekerasan seksual di sekolah yang dilakukan oleh 2 orang kakak kelasnya

No. Tahun Jumlah Kasus

1. 2013 74 Kasus

2. 2014 41 Kasus

3. 2015 9 Kasus

No. Tahun Jumlah Kasus

1. 2013 63 Kasus

2. 2014 67 Kasus

(5)

yang duduk di kelas 6. AM mengaku ditelanjangi oleh 2 orang kakak kelasnya , setelah itu lubang anusnya ditusuk oleh kakak kelasnya tersebut 6

Sungguh memprihatinkan apabila mendengar berita tentang kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah. Memprihatinkan karena sekolah yang bertujuan untuk mendidik anak agar menjadi manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa, dan Negara, justru mendapatkan mengalami perlakuan kekerasan di lingkungan sekolah dimana dia belajar tentang moralitas, anti kekerasan dan sebagainya.

Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) ibukotanya Kotapinang adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Labuhanbatu yang diresmikan pada tanggal 21 Juli tahun 2008, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan pintu gerbang Provinsi Sumatera Utara ditinjau dari Provinsi Riau. Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terbagi atas 5 Kecamatan dan 54 Kelurahan/Desa. Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat : a. Sekolah Dasar Negeri (SDN) terdapat 172 sekolah dengan jumlah murid

36.717 orang dan guru 1.923 orang.

b. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) terdapat 22 sekolah, dengan 6.540 orang murid dan 486 orang guru.

c. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) terdapat 6 sekolah, dengan 2.631 murid dan 137 orang guru.

6

(6)

Penulis tertarik untuk mencoba menguraikan masalah kekerasan terhadap anak khususnya kekerasan terhadap anak yang terjadi di dalam lembaga pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN) dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang

Mengalami Kekerasan dalam Lembaga Pendidikan (Studi Pada Sekolah

Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan) ”.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana ruang lingkup terjadinya kekerasan terhadap anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak yang mengalami kekerasan dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

(7)

b) Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap anak yang mengalami kekerasan dalam lembaga pendidikan khususnya pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a) Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dapat menambah wawasan dan ilmu Pengetahuan dalam bidang Hukum pada umumnya dan Hukum pidana pada khususnya.

b) Manfaat Praktis

Secara praktis dalam pembahasan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah , lembaga-lembaga pendidikan, masyarakat, maupun orang tua dalam memberikan perlindungan terhadap anak, khususnya dalam memberikan hak-hak anak yang sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Perlindungan Anak. Sehingga dapat mengurangi kekerasan yang terjadi terhadap anak di dalam lembaga pendidikan.

D. Keaslian Penulisan

(8)

dalam Lembaga Pendidikan (Studi Pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan ) belum pernah dilakukan dalam topik dan pembahasan yang sama. Penelitian terhadap judul skripsi ini juga telah diperiksa oleh pihak perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara , judul skripsi ini belum pernah dikemukakan dan permasalahan yang diajukan belum pernah diteliti.

Oleh karena itu penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih “asli” sesuai

dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, serta terbuka sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan Perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. 7

Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan dimana tiap-tiap orang yang bermasyarakat wajib menaatinya ; Sistem peraturan untuk mengawasi tingkah laku manusia dalam masyarakat atau bangsa ; Undang-undang, ordonansi, atau peraturan yang ditetapkan pemerintah dan ditandatangani dalam undang-undang.8

7

Srikandi Rahayu. Seputar Pengertian Perlindungan Hukum. http:// seputarpengertian. Blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian-perlindungan-hukum.html diakses pada tanggal 2 Oktober 2015 pukul 19.09 WIB.

8

(9)

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.9

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Pengertian Anak

Dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, tidak terdapat pengaturan yang tegas tentang kriteria batasan usia anak. Berbeda peraturan perundang-undangan berbeda pula kriteria anak dalam peraturan perundang-undangan tersebut.

Adapun pengertian anak menurut ketentuan Peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

9

(10)

Indonesia Nomor 3029) tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, tidak secara eksplisit mengatur mengenai batas usia anak. Akan tetapi bila dilihat dalam pasal 153 ayat (5) KUHAP menyebutkan bahwa Hakim Ketua sidang dapat menentukan bahwa anak yang belum mencapai umur 17 tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang . Selanjutnya dalam pasal dalam pasal 171 KUHAP menyebutkan bahwa batasan usia anak di sidang pengadilan yang boleh diperiksa tanpa sumpah dipergunakan batasan usia di bawah 15 tahun.10 b. Di dalam ketentuan pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

diesebutkan bahwa belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.11

c. Di dalam Ketentuan Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa batasan untuk disebut anak adalah belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan.12

d. Dalam ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. 13

e. Dalam ketentuan pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa anak adalah tiap manusia yang

10

Angger Sigit Pramukti & Fuady Primaharsya, Sistem Peradilan Pidana Anak. Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2015,hlm.7

11

Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

12

Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

13

(11)

berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih di dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya.14

f. Di dalam ketentuan pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun , tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.15

g. Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberlakukan wajib belajar 9 tahun, yang dikonotasikan menjadi anak yang berusia 7 sampai 15 tahun.16

h. Di dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun , termasuk anak yang masih dalam kandungan.17

Hadi Supeno dalam M.Nasir Djamil mengungkapkan bahwa semestinya setelah lahir Undang-Undang Perlindungan Anak yang dalam strata hukum dikategorikan sebagai lex specialist, semua ketentuan lainnya tentang defenisi anak harus disesuaikan, termasuk kebijakan yang dilahirkan serta berkaitan dengan pemenuhan hak anak.18

14

Pasal 1 sub 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

15

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

16

M.Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum : Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), Jakarta : Sinar Grafika, 2013, hlm.10

17

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

18

(12)

Karena memang sudah seharusnya peraturan perundang-undangan yang ada memiliki satu (mono) defenisi sehingga tidak akan menimbulkan tumpang tindih peraturan perundang-undangan yang ada pada tataran praktis akan membuat repot penyelenggaraan pemerintahan. Untuk itu, Undang-Undang Perlindungan Anak memang seyogiyanya menjadi rujukan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dalam pemenuhan hak anak.19

3. Pengertian Kekerasan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kekerasan berasal dari kata keras diartikan sebagai sifat (hal dsb) keras ; kegiatan; kekuatan dsb; paksa (an); kejang; kekejangan. 20 Di dalamnya terdapat kata kekuatan yang diartikan sebagai tenaga; gaya; kekuasaan;keteguhan; kekukuhan, dan juga kata paksaan yang diartikan tekanan; desakan keras; yang dipaksa. Jadi kekerasan berarti suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat komponen kekuasaan, tekanan, dan paksaan.

Kekerasan menurut Black adalah pemakaian kekuatan, force, yang tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau kemarahan yang tak terkendali, tiba-tiba bertenaga, kasar dan menghina. Kekuatan itu, biasanya kekuatan fisik, disalahgunakan terhadap hak-hak umum, terhadap aturan hukum dan kebebasan umum, sehingga bertentangan dengan hukum. 21

Bab IX Pasal 89 KUHP menentukan bahwa orang pingsan atau membuat orang tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Berdasarkan

19

Ibid, hlm.11

20

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PT Balai Pustaka, 1976

21

(13)

ketentuan Pasal 89 KUHP dapat diketahui bahwa kekerasan adalah suatu perbuatan dengan menggunakan tenaga atau kekuatan jasmani secara tidak sah, membuat orang tidak berdaya. Melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata, menyepak, menendang dan sebagainya. Yang disamakan dengan melakukan kekerasan menurut pasal ini ialah membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya.22

4. Lembaga Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.23

Defenisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain24 : a. Driyakara mengatakan bahwa : Pendidikan adalah upaya memanusiakan

manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda.

b. Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses di

mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum.

c. Crow and Crow menyebut pendidikan adalah proses yang berisi berbagai

macam kegiatan yaang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan

(14)

membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

d. Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak ; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, keehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.

e. Di dalam GBHN tahun 1973 disebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Dari uraian diatas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai :

a. Suatu proses pertumbuhan yang menyesusaikan dengan lingkungan ; b. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepaada anak dalam

pertumbuhannya ;

c. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat ;

d. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.

Fungsi pendidikan dalam arti mikro sempit adalah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan dalam arti luas adalah sebagai alat 25:

a. Pengembangan pribadi ; b. Pengembangan warga negara ; c. Pengembangan kebudayaan ; d. Pengembangaan bangsa ;

25

(15)

Philip H.Coombs dalam Fuad Ihsan mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak di lembagakan), pendidikan formal (pendidikan sekolah), dan pendidikan non-formal (pendidikan luar sekolah yang di lembagakan).26

Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan (informal) adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai meninggal dunia . 27 Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang termasuk dalam pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.28

Pendidikan Sekolah (Pendidikan Formal) adalah pendidikan di sekolah , yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu29. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.30

Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib terarah dan berencana diluar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pengajar , fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai serta, komponen-komponen lainnya

Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

29

Fuad Ihsan,Op.Cit, hlm.42

30

(16)

disesuaikan dengan keadaan peserta , atau peserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. 31

Lembaga pendidikan merupakan wadah berlangsungnya individu menyerap ilmu atau belajar dan bersangkutan dengan lingkungan atau tempat. Pada penulisan skripsi ini, lembaga pendidikan yang akan dibahas adalah lembaga pendidikan formal pada tingkat Sekolah Dasar Negeri.

F. Metode Penelitian

Metodologi mempunyai beberapa pengertian, yaitu (a) logika dari penelitian ilmiah, (b) studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, dan (c) suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa metode penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.32

Pengumpulan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini telah dilakukan melalui pengumpulan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung penulisan skripsi ini sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan itu, maka dalam penulisan skripsi ini metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah penelitian dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan yuridis

31

Fuad Ihsan,Op.Cit, hlm.42

32

(17)

empiris. Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau penelitian kepustakaan atau penelitian hukum doktrinal yang dapat diartikan sebagai penelitian hukum dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder.33

Penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis empiris atau sosiologi hukum adalah pendekatan dengan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologi hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat. 34

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu dan pada saat tertentu.35

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu sebagai berikut : a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. 36

33

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta,2007, hlm.13

34

Zainuddin Ali,Op.Cit,hlm.105

35

Bambang Waluyo,Penelitian Hukum Dalam Praktek,Jakarta : Sinar Grafika,1996,hlm.8

36

(18)

Data ini diperoleh melalui wawancara kepada tiga Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi37 :

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum Primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.

3) Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan sebagainya.

4. Metode Pengumpulan Data

Penulisan skripsi ini menggunakan metode Library Research (Penelitian Kepustakaan) dan metode penelitian lapangan.

37

(19)

Library Research merupakan metode penelitian yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian.38

Field research merupakan metode penelitian dengan terjun langsung kelapangan dalam hal ini adalah tiga Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan judul penelitian, yang mana dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara (interview). Wawancara adalah sebuah dialog atau tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara dengan responden atau narasumber. 5. Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Dalam hal ini, analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif yaitu data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.

Dengan demikian maka setelah data primer dan data sekunder telah lengkap, selanjutnya dianalisis dengan peraturan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Penulis dalam memudahkan penyusunan dan pemahaman skripsi ini, membuat suatu sistematika penulisan secara teratur dari berbagai hal dan bagian yang hubungan satu dengan yang lainnya. Sistematika penulisan tersebut dibagi dalam beberapa bab dan diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub-sub bab. Skripsi ini dirancang dengan tujuan agar terhindar dari kesimpangsiuran sehingga tidak

38

(20)

terjadi tumpang tindih antar satu hal dengan yang lain sehingga karenanya disusun secara sistematis dalam bentuk sebagai beikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan kerangka yang terdiri dari latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pusataka, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan. Dalam bab ini penulis memaparkan tentang pengertian perlindungan hukum, pengertian anak, pengertian kekerasan dan lembaga pendidikan.

BAB II RUANG LINGKUP TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN.

Bab ini membahas tentang Kekerasan terhadap anak, Ruang lingkup Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar, Kekerasan terhadap anak pada sekolah dasar negeri di kabupaten Labuhanbatu Selatan.

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG

MENGALAMI KEKERASAN DALAM LEMBAGA

PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

(21)

Anak yang mengalami kekerasan dalam lembaga pendidikan sekolah dasar negeri di kabupaten Labuhanbatu Selatan, Upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap anak dalam lembaga pendidikan.

BAB IV PENUTUP

Gambar

Tabel 1  Anak Korban Kekerasan Fisik
Tabel 2  Anak Korban Kekerasan Psikis

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan klasifikasi keputusan nasabah dalam pengambilan kredit menggunakan model Regresi Logistik Biner dan Metode Classification and Regression

[r]

Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penerapan Media Poster untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Penulisan ini telah membuat aplikasi e-learning yang berisi artikel-artikel dan juga terdapat file materi yang dapat didownload, juga terdapat animasi dari simulasi wireless Ad-Hoc

[r]

[r]

Pembuatan Aplikasi Permainan Space ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, dan sudah diuji cobakan pada emulator yang disediakan oleh J2ME dan

[r]