BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomis
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Di Indonesia tanaman jagung sudah dikenal sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di luar Pulau Jawa. Dari hasil survei pertanian Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1991, daerah
sentrum produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh
provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2008).
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah.
Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar , yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut (Rukmana, 2008).
umumnya berkisar 60-300cm (Purwono dan Hartono, 2011).
Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan
helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm dan lebar mencapai 15cm (Rukmana, 2008).
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang.
Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).
Biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Pada umumnya, biji
jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
kulit biji, endosperm, dan embrio (Rukmana, 2008).
2.1.2. Tinjauan Ekonomi
Tujuan dari kegiatan atau aktifitas ekonomi seperti yang dilakukan oleh setiap
orang adalah bagaimana memadukan faktor ekonomi yang dimiliki (dengan jumlah yang terbatas) agar memperoleh hasil berupa keuntungan, selanjutnya
akan dapat meningkatkan pendapatan dari kegiatan ekonomi tersebut (Soekartawi, 1998).
Produksi adalah suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau
masukan untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa yang diperoleh dengan suatu kegiatan yang namanya proses produksi, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal dalam menggabungkan masukan untuk
produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi dalam proses produksinya (Hernanto, 1991).
Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Pupuk dan pestisida
(obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian. Pupuk dalam hal ini terdiri dari
pupuk organik (kompos, kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan pestisida meliputi, herbisida, insektisida, fungisida,
Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh satu orang petani atau perusahaan pertanian,
harga penjualan produksi dan biaya produksi/ usahatani atau perusahaan pertanian. Jumlah produksi dari satu usahatani atau satu perusahaan pertanian, ditentukan oleh skala usaha dan produktivitas yang dapat diperoleh satu unit
usahatani atau perusahaan pertanian. Besarnya skala usahatani dapat ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk yang hidup/berusaha dalam sektor pertanian
(Simanjuntak, 2004).
dan lainnya (Anonimus, 2010).
Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung sejauh mana usaha yang telah dijalankan dapat memberikan keuntungan. Pendapatan usahatani tersebut hanya
akan diperoleh apabila semua biaya yang telah dikeluarkan dapat ditutupi oleh hasil penjualan dari kegiatan produksi yang telah dilakukan (Soekartawi, 1998).
yang umumnya sangat terbatas kemampuannya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja
keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya (Suratiyah, 2006).
Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan
tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik tenaga kerja bidang usaha tani menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut :
1. Keperluan akan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontiniu dan tidak merata. 2. Penyerapan tenaga kerja dalam usaha tani sangat terbatas.
3. Tidak mudah di standartkan, dirasionalkan, dan dispesialisasikan.
4. Beraneka ragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Mubyarto (1995), mengatakan suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output), dalam sektor pertanian terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi
(output) yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian
Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecillnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang
digunakan.
2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap produksi Pertanian
rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya di sector pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal
dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai
dengan uang.
3. Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap produksi Pertanian
Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang,
misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Sementara itu pupuk anorganik adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya urea,
TSP dan KCL.
4. Pengaruh Pestisida Terhadap produksi Pertanian
Pestisida dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat
merugikan petani. Pestisida dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain
pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan pestisida bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan turunnya produksi dan kualitas buah.
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, sehingga semakin unggul bibit
maka semakin baik produksi yang akan dicapai.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis
analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji
multikolinearitas tidak dilakukan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis
dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi
persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
1. Uji Normalitas
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi
normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada
masing-masing variabel penelitian.
2. Uji Multikolinearitas
antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara
variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition index (CI).
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai
berikut:
1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi. 2. Menambah jumlah observasi.
3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
3. Uji Heteroskedastisitas
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya).
Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah
Park atau uji White.
4. Uji Autokorelasi
t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi
tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya.
5. Uji Linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun
mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah
elastisitas.
2.2.2. Produksi
kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Anonimus, 2010).
Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang
harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui
semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik (Daniel, 2002).
Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena
faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan
komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship
(FR). Secara Sistematik dapat ditulis dengan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi Coob-Douglas adalah salah satu fungsi atau persamaan yang melibatkan
dua atau lebih variabel (variabel bebas dan variabel tidak bebas) misalnya faktor
produksi antara lain, luas lahan (�1), bibit (�2), jumlah pupuk (�3), tenaga kerja
(�4), secara matematis, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : Y = ��. . ����.����.����.����.����
Untuk menaksir parameter-parameter yang harus ditranformasikan dalam bentuk
Y = Ln��+ ������+ ������+������+ ������+������+� Dimana :
Y = Produksi (Kg)
�0 = Konstanta
�1…�5 = Koefisien regresi terhadap X
�1 = Luas lahan (Ha)
�2 = Jenis Bibit
�3 = Jumlah Pupuk (Kg)
�4 = Jumlah Pestisida (Ltr)
�5 = Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat
tergantung dari peranan �1 sampai dengan �5 dan faktor-faktor lain yang tidak
ada dalam persamaan (Daniel, 2002).
Memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan, maka seharusnya
mempertimbangkan harga jual dari produksinya, melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya selanjutnya menentukan harga ppokok hasil usahataninya (Fadholi, 1990).
2.2.3. Pendapatan
Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan adalah balas jasa dari
kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan produksi saja tetapi dapat juga diperoleh dari hasil menyewakan atau menjual unsur-unsur produksi,
Berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, Soekartawi (1986) mengemukakan beberapa definisi :
a. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani.
b. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian
barang dan jasa bagi usahatani.
c. Pendapatan tunai usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.
d. Penerimaan total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.
e. Pengeluaran total usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Secara harfiah, pendapatan dapat
didefinisikan dari pengurangan nilai yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin
besar nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh
dari investasi yang jumlahnya besar pula. Untuk mengukur keberhasilan usahatani biasanya dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Dengan melakukan analisis pendapatan usahatani dapat diketahui gambaran keadaan aktual usahatani sehingga
dapat melakukan evaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Fungsi Pendapatan Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui
Berganda merupakan cara yang banyak peminatnya karena dianggap bahwa petani atau pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Secara matematis Fungsi Pendapatan Regresi Linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut
Y = ��+ ����+ ����+����+ ����+����+����+����+� Dimana :
Y = Pendapatan (Rp)
�0 = Konstanta (Rp)
�1…�5 = Koefisien regresi terhadap X
�1 = Harga jual jagung (Rp)
�2 = Biaya lahan (Rp)
�3 = Biaya bibit (Rp)
�4 = Biaya pestisida (Rp)
�5 = Biaya pupuk (Rp)
�6 = Upah tenaga kerja (Rp)
�7 = Biaya alsintan (Rp)
(Rahim dan Hastuti, 2007).
2.3. Kerangka Pemikiran
Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap
tahunnya, walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah
murah dari pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.
Dari adanya usahatani jagung maka dihasilkan produksi jagung. Produksi jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas lahan, jenis bibit, jumlah pestisida, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja. Hasil produksi jagung dijual kepada
pedagang. Harga berpengaruh kepada penerimaan. Besarnya penerimaan petani jagung diperoleh dari perkalian antara produksi dengan harga jual.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani ialah harga jual jagung, biaya lahan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk, upah tenaga kerja, dan biaya alsintan. Pendapatan petani diperoleh dari pengurangan antara besar
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan : : Menyatakan ada hubungan Produksi
Jagung
Faktor-Faktor yang mempengaruhi :
• Luas Lahan
• Jenis Bibit
• Jumlah Pestisida
• Jumlah Pupuk
• Jumlah Tenaga Kerja
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
• Harga Jual Jagung
• Biaya Lahan
• Biaya Bibit
• Biaya Pestisida
• Biaya Pupuk
• Upah Tenaga Kerja
• Biaya Alsintan Penerimaan
2.4. Hipotesis Penelitian
1. Luas lahan, jenis bibit, jumlah pestisida, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga
kerja berpengaruh terhadap produksi jagung di daerah penelitian.
2. Harga jual jagung, biaya lahan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk, upah tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh terhadap pendapatan petani