• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Persalinan Normal 2.1.1 Pengertian

Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal

yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah

bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (JNPK-KR, 2008).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin (Saifuddin, 2000).

2.1.2 Tujuan Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai

upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan

(optimal).

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal

harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi

tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan. Keterampilan yang

(2)

standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap

penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi

dapat terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong persalinan mungkin

saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang

akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang

dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

2.1.3 Lima Puluh Delapan Langkah Asuhan Persalinan Normal

Berdasarkan Pusdinakes (2011), untuk melakukan asuhan persalinan normal

dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut :

1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan

ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah

partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air

mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan

(3)

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ

dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta

ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala

bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

(4)

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan

bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang

handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri

dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk

tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

(5)

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan

handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali

pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),

dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk

(6)

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,

minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai

dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorso-kranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan

hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan

lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah

robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,

dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

(7)

43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit

1 jam.

45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri

anterolateral.

46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral.

47. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

48. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1

jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca

persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan

(8)

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila

ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf.

2.1.4 Lima Benang Merah APN

Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi, yaitu

membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi,

pencatatan, dan rujukan.

1. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan

digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini

merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis

informasi, membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah

normal atau bermasalah), membuat rencana tindakan yang sesuai dengan

diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil

(9)

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk

membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri

sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi.

3. Pencegahan Infeksi Tindakan

Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam

asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan-tindakan pencegahan

infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai

perlengkapan (celemek / baju penutup, kacamata, sepatu tertutup),

menggunakan asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai,

menangani peralatan tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian

lingkungan serta pembuangan sampai secara benar.

4. Pencatatan (Dokumentasi)

Pencatatan rutin adalah penting karena dapat digunakan sebagai alat bantu

untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau

perawatan sudah sesuai atau efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada

(10)

keperawatan. Partograf adalah bagian yang terpenting dari proses pencatatan

selama persalinan.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan

atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan

jiwa para ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).

2.3Asuhan Sayang Ibu

2.3.1 Pengertian Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang ibu (JNPK-KR, 2008). Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan

bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi

yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah ini harus dihindarkan

(Pusdinakes, 2011).

Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan

merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan

untuk proses almiah ini harus dihindarkan. Pada asuhan sayang ibu terjamin bahwa

ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang biasa di

harapkan. Sama seperti kala I, selama kala II, bidan harus menjelaskan apa yang akan

dilakukannya, dan sebelum melakukan hal tersebut yaitu, sebelum melakukan

pemeriksaan vagina, mengecek tekanan darah, mengecek tekanan jantung janin, dan

(11)

Ia akan membantu ibu dalam memahami apa yang sedang dan apa yang akan terjadi,

selama proses kelahiran, serta mengikuti operan serta dari ibu dan peran serta dari

bidan, dokter atau pemberi asuhan lainya dalam proses kelahiran tersebut. Kebutuhan

pertama wanita dalam proses persalinan adalah rasa aman. Perasaan terlindungi

adalah persyaratan bagi perubahan tinggkat kesadaran yang merupakan karakteristik

dari proses kelahiran. Selama berabad-abad, diseluruh dunia kebanyakan wanita

mengambil strategi serupa untuk merasa aman ketika mereka melahirkan (JNPK-KR,

2008).

2.2.2 Tujuan Asuhan Sayang Ibu

Pada JNPK-KR (2008), terdapat beberapa tujuan dari pelaksanaan asuhan

sayang ibu yaitu:

a. Asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan

angka kelangsungan hidup ibu.

b. Membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan.

c. Menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses

alamiah.

d. Menjamin bahwa ibu dan keluarga diberitahu tentang apa yang sedang

terjadi.

e. Bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilah ibu untuk

mendampingi selama proses persalinan yakni suami, ibu, mertua, saudara

(12)

2.2.3 Prinsip – prinsip Umum Asuhan Sayang Ibu

Menurut JNPK-KR (2008), terdapat beberapa prinsip- prinsip asuhan sayang

ibu yang diterapkan dalam proses persalinan yaitu :

a. Mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi.

b. Sapa ibu dengan sopan dan ramah, bersikap dan bertindak dengan tenang dan

berikan dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi.

c. Jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu atau anggota keluarganya.

d. Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan

dukungannya.

e. Waspadai tanda – tanda penylit selama persalinan dan lakukan tindakan yang

sesuai atau di perlukan

f. Siap dengan rencana rujukan

2.2.4 Faktor- Faktor yang Memengaruhi dalam Proses Persalinan

Menurut Rohani dkk (2011), terdapat beberapa factor yang memengaruhi

dalam proses persalinan yaitu :

a. Power (Tenaga atau Kekuatan) adalah kekeuatan yang mendorong janin dalam

persalinan adalah His, Kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi

dari ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah His,

(13)

His (Kontraksi Uterus) adalah kontraksi otot-otot dalam rahim pada persalinan.

Pada bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada

kontraksi rahim yang disebut his.

b. Passage (Jalan Lahir) yaitu terdiri atas panggul ibu, yakni tulang yang padat,

dasar panggul, vagina dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya

terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk

panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

Jalan lahir dibagi atas :

1. Bagian Keras : Tulang-Tulang Panggul

2. Bagian Lunak : otot dasar panggul dan perineum

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

Janin ( bayi ) aterm mempunyai tanda cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat

badan sekitar 2500-3000 gr dan PB sekitar 50-55 cm. Pertumbuhan organ

sempurna, rambut kepala tumbuh dengan baik, kulit licin dengan verniks kaseosa

atau bersih, testis sudah turun ke dalam skorotum, labium mayus menutupi

labium minus. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan baik letak,

persenatse dan posisinya. Karena bagian terbesar janin adalah kepala maka pada

umumnya jika kepala janin telah dilahirkan, bagian-bagian lain dengan mudah

(14)

Plasenta ( uri ) yakni Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diemeter 15-20

cm, tebal2-3 cm, berat 500-600 gram. Biasanya plasenta akan berbentuk lengkap

pada usia kehamilan 16 minggu. Letak plasenta yang normal umumnya pada

bagian korpus uteri bagian depan atau belakang agak kea rah fundus uteri.

Plasenta terdiri atas 3 bagian :

1. Bagian janin. Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari uri yang

matang terdiri dari : vili korialis, ruang-ruang interviler, dan pada bagian

permukaan janin uri diliputi oleh amnion yang kelihatannya licin.

2. Bagian maternal. Terdiri dari desidua kompakta yang terbentuk dari

beberapa lobus dan kotiledon ( 15-20 buah )

3. Tali pusat. Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan

janin. Panjangnya rata-rata 50-55 cm, sebesar jari ( diameter 1-2,5 cm )

d. Psikis (Psikologis)

Banyak wanita normal bias merasakan kegairahan dan kegembiraan saat merasa

kesakitan diawal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa

kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas

“kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau

memproduksi anak. Khususnya, rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya

mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian

(15)

sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor psikologis meliputi hal-hal sebagai

berikut :

1. Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual

2. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

3. Kebiasaan adat

4. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

Bentuk dukungan psikologis yang dapat diberikan pada ibu bersalin :

1. Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu yang akan melahirkan.

Merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan

kegiatan bimbingan proses persalinan.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien memperjelas serta

mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan; membantu

mengambil tindakan yang efektif untuk ibu yang akan melahirkan; membantu

mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk

kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan

semestinya.

Pendekatan Komunikasi Terapeutik :

a. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan ibu yang akan

melahirkan. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan

(16)

b. Kehadiran pendamping persalinan yang dapat memberikan dukungan selama

persalinan (orang terdekat : suami,orang tua). Kehadiran merupakan bentuk

tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/

kebingungan, memberikan perhatian total pada ibu. Bila memungkinkan

anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan, seperti

sentuhan/masase yang nyaman, menyeka wajah dan lehernya dengan kain

dingin, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut, kompres hangat dan

dingin yang dapat mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri.

c. Mendengarkan. Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan

klien.

d. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin. Komunikasi non verbal

kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap ibu

akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.

e.Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini diupayakan untuk

memberi rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyelesaikan persalinan.

Pemahaman dapat mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri

untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang

beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis. Tindakan yang

dilakukan seperti menghitung kontraksi atau menghitung napas ibu satu per

satu untuk menentukan irama dan menolong wanita mengetahui kemajuan

(17)

f.Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas,

berelaksasi dan posisi postur tubuh. Misalnya : bidan meminta klien ketika

ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan mengatakan pada ibu

untuk bernafas panjang dan rileks.

g.Mengadakan kontak fisik dengan klien. Kontak fisik dapat dilakukan dengan

menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan

wajah klien.

h.Memberikan pujian. Pujian diberikan pada ibu atas usaha yang telah

dilakukannya, berbicara dengan suara bernada rendah secara berirama,

memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan

mensyukuri anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT dan optimis

bahwa ibu bisa mendidik anak dengan baik

i.Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan

menyatakan ikut berbahagia.

2. Menghindari kepanikan dan ketakutan

Siapkan diri ibu, ingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah hati

yang didambakan. Simpan tenaga ibu untuk melahirkan, tenaga anda akan

terkuras jika berteriak-teriak dan bersikap gelisah. Dengan bersikap tenang, ibu

dapat melalui saat persalinan dengan baik dan lebih siap. Dukungan dari

orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan

(18)

Dukungan tersebut diatas merupakan metode mengurangi rasa sakit (Pain

Relief) yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam bentuk yang bersifat

sederhana, efektif, biaya rendah, resiko rendah, membantu kemajuan

persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi

yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari

kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

2.2.5 Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan

Menurut JNPK-KR (2008), terdapat beberapa proses asuhan sayang ibu yang

dilakukan dalam proses persalinan yaitu :

a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.

b. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan kepada ibu sebelum memulai

asuhan tersebut.

c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya

Berikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarga, jelaskan

proses kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarganya

d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.

(19)

Kala II persalinan menimbulkan rasa khawatir pada ibu, berikan rasa aman,

semangat dan tentramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung.

Dukungan tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu kelancaran proses

persalinan dan kenyamanan proses kelahiran bayi, jelaskan setiap tindakan

kepada ibu sebelum melakukannya. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu,

jelaskan apa yang terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan – alasan tentang tujuan

suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan yang telah dilakukan misalnya

tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam

f. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu serta anggota

keluarga yang lain, seperti Memberikan dukungan emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi

ibu selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan mereka untuk berperan aktif

dalam mendukung dan mengenali langkah – langkah yang mungkin akan sangat

membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman

atau saudara yang khusus (JNPK-KR, 2008).

Menurut JNPK-KR (2008) dukungan umum dalam persalinan antara lain

yaitu :

1. Dorong pasangan ibu untuk mendukungnya, perlihatkan kepadanya cara praktis

(20)

2. Fasilitas orang lain, terutama wanita untuk menunggui dalam peran pendukung

aktif.

3. Kuatkan dan yakinkan

4. Berikan dukungan fisik seperti memberi minum, menggosok punggung ibu yang

sedang melahirkan, membantunya untuk bergerak mengelap dahinya, dan lain –

lain.

5. Dorong dukungan berkeseimbangan harus ada seorang yang menunggui setiap

saat, memegang tangannya dan memberikan kenyamanan.

6. Biarkan pasanagan ibu melahirkan untuk mengkomunikasikan kebutuhan ibu

kepada bidan, dokter dan lain – lain

Dukungan kebidanan yang baik yaitu: kehadiran bidan yang

berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan memelihara kontak mata

sepenuhnya. Bantuan memberi rasa nyaman, sentuhan, pijatan. Dorongan verbal

pujian, serta penjelasan mengenai apa yang terjadi dan berbagai informasi.

Menurut Vicky (2006), keuntungan dukungan emosional yaitu :

a. Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih sedikit apidural.

b. Berkurangnya kelahiran instrumental

c. Berkurangnya seksio sesarea

d. Lebih banyak nilai afgar 5 menit yang lebih dari 7

(21)

Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih efektif dalam membantu

seorang calon ibu untuk menghadapi persalinannya daripada dukungan yang baik

dari bidan dan teman yang dipilihnya. Dukungan yang penuh kasih mengurangi

kebutuhan ibu terhadap obat pereda rasa nyeri dan campur tangan medis dala

persalinan. Setelah kelahiran bayinya, para wanita ini juga akan merasa lebih baik

tentang dirinya sendiri, persalinannya dan bayinya (Nolan, 2003).

g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga yang lain selama

persalinan dan kelahiran bayinya.

Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran,

penting untuk mengikutsertakan suami, ibunya atau siapapun yang diminta ibu

untuk mendampinginya. Saat ini membutuhkan perhatian dan dukungan. Alasan :

dukungan dari suami atau pendamping selama persalinan berkaitan dengan hasil

persalinan yang lebih baik.

h. Ajarkan suami dan anggota – anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana

mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

i. Lakukan praktek – praktek pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama

persalinan. Ibu hamil berkemih paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering bila

terasa ingin berkemihatau jika kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung

(22)

simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan

antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi untuk berkemih di kamar mandi,

jika tidak dapat berjalan ke kamar mandi berikan wadah penampung urine.

Kandung kemih yang penuh akan memperlambat turunnya bagian terbawah janin

dan mungkin menyebabkan partus macet, meningkatkan resiko pendarahan pasca

persalinan disebabkan atonia uteri, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu,

meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan. Selama persalinan

berlangsung, tidak dianjurkan melakukan kateterisasi kandung kemih secara

rutin. Kateterisasi kandung kemih dilakukan jika hanya kandung kemih penuh

dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Karena kateterisasi menimbulkan rasa

sakit, meningkatkan resiko infeksi dan perlukaan saluran kemih ibu. Anjurkan

ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu merasa ingin buang air besar saat

persalinan aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang

dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada rectum, jika ibu

belum siap melahirkan perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi. Jangan

melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan

memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau

infeksi luka pasca persalinan, malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang

(23)

j. Hargai privasi ibu

k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran

bayi

Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Saat pembukaan

lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk

meneran, jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan

nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. Alasan : meneran secara

berlebihan sehingga menahan upaya untuk mengambil nafas akan mengakibatkan

kelelahan yang tidak perlu bagi ibu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi

karena menurunnya pasokan oksigen ke plasenta.

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan dan

kelahiran. Anjurkan pula suami dan pedamping lainnya untuk membantu ibu

berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu

persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan, jangan

membuat ibu dalam posisi telentang, beritahukan agar ia tidak mengambil posisi

tersebut.

Jika ibu berbaring telentang, berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,

plasenta dan lain – lain) akan menekan vena kava inferior, hal ini akan

menyebabkan turunnya aliran darah dari siklus ibu ke plasenta. Kondisi seperti

ini, akan menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin. Posisi telentang

(24)

Posisi yang dianjurkan selama persalinan :

1. Posisi setengah duduk atau miring adalah posisi istirahat dan netral

terhadap gaya gravitasi. Posisi itu akan membantu seorang wanita yang

kelelahan untuk menghemat energinya, terutama jika ia telah berdiri dan

berjalan untuk jangka waktu lama. Juga jika kemajuan terjadi cepat

netralisasi gravitasi dapat memperlambat persalinan sampai pada

kecepatan yang dapat dikendalikan.

2. Posisi tegak memanfaatkan gaya gravitasi untuk menempatkan presentasi

(bagian terbawah) di serviks, meningkatkan kualitas kontraksi, dan

menambah penurunan janin.

3. Posisi dengan wanita bersandar ke depan cenderung untuk meningkatkan

rotasi janin dan mengurangi nyeri punggung.

4. Posisi asimetris dengan wanita mengangkat salah satu kaki cenderung

meningkatkan rotasi dan mengurangi nyeri punggung.

Menurut Penny (2005), Posisi ibu yang tidak dianjurkan selama persalinan

a. Posisi litotomi berlebih, yang digunakan ketika beberapa kontraksi terjadi

pada kala II dapat memfasilitasi jalan lahir janin yang terperangkat di

dalam symfisis pubis.

b. Posisi dorsal cenderung menyebabkan hipotensi sufine dan meningkatkan

nyeri punggung kontraksi akan semakin sering dan nyeri, tetapi tidak

(25)

l. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia

menginginkannya

Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan sayang ibu. Mereka dapat

membantu ibu berganti posisi, melakukan kegiatan, memberikan minuman dan

makanan, berbicara dengn ibu serta memberikan semangat selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Alasan : ibu akan udah

mengalami dehidrasi selama persalinan dan kelahiran untuk mempertahankan

kondisi optimal pada ibu dan bayinya. Pastikan agar ibu mendapatkan cukup

asupan cairan.

Nutrisi adalah subyek yang sangat penting pada saat yang sama, sangat bervariasi.

Pendekatan yang tepat tampaknya tidak menghambat keinginan wanita untuk

makan dan minum selama persalinan dan melahirkan. Sebab persalinan

membutuhkan energi yang sangat besar, karena lama persalinan dan kelahiran

tidak dapat diperkirakan, sumber energi perlu diisi kembali untuk menjamin

kesejahteraan ibu dan janin.

Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan minum air) selama

persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten

persalinan, tapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan cairan

saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan

(26)

yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah

dehidrasi. Dehidrasi bias memperlambat kontraksi dan membuat kontraksi

menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-KR, 2008).

Pada asuhan sayang ibu dalam asuhan persalinan ibu dapat tetap makan dan

minum, karena jika ibu berpuasa selama persalinan dapat menyebabkan kemajuan

yang kurang baik, rasa lapar yang tidak menyenangkan, peningkatan keton urine,

diagnosa distosia dan urutan intervensi dan sebagai puncaknya adalah kelahiran

saecarae (Vicky, 2006).

m. Hargai dan perbolehkan praktek – praktek tradisional yang tidak memberi

pengaruh yang merugikan

n. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,

pencukuran dan klisma

o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya setelah lahir

p. Membantu memulai pemberian ASI dan 1 jam pertama kelahiran bayi

q. Siapkan rencana rujukan bila diperlukan

r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan – bahan,

perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi

bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

2.3 Kompetensi

Pengertian dari kompetensi adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh

(27)

kompeten adalah seseorang yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan

pekerjaannya (HMHB, 2005).

HMHB (2005), mengatakan bahwa kualifikasi yang harus dimiliki seseorang

dalam menjalankan pekerjaannya haruslah mencakup 4 unsur yang harus menyatu

dalam diri seseorang pekerja, dan 4 unsur tersebut harus juga didukung oleh

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai dari orang tersebut. Empat unsur

tersebut adalah :

1. Menjalankan peranannya sesuai dengan pekerjaan yang harus ditanganinya,

dan dapat bekerjasama dengan pekerjaan lainnya.

2. Menyelesaikan pekerjaannya sesuai pedoman kerja dan hasil kerja yang

memenuhi standar.

3. Menangani sejumlah tugas yang menjadi bagian dari pekerjaannya.

4. Mengambil keputusan dan bertindak secara tepat waktu menghadapi situasi

kritis/ gawat.

Biasanya untuk merumuskan penilaian terhadap kompetensi seseorang

haruslah menggunakan kalimat aktif. Kalimat yang biasanya digunakan untuk

menggambarkan bahwa seseorang itu kompten terhadap pekerjaannya adalah

menjalankan peranannya sesuai pekerjaan yang harus ditanganinnya dan dapat

bekerjasama dengan pekerja lainnya. Tata cara penggunaan kalimat ini diperlukan

(28)

kompeten terhadap pekerjaannya diperlukan observasi ketika orang tersebut

melakukan pekerjaannya (HMHB, 2005).

Setiap jenis pekerjaan selalu memiliki ukuran tertentu yang digunakan untuk

menilai mutu pelaksanaan pekerjaan dan mutu hasil pekerjaan. Untuk menilai mutu

selalu digunakan ukuran yang baku, ukuran tersebut disebut standar. Mutu pelaksaan

pekerjaan dan mutu hasil pekerjaan menjadi ukuran untuk menentukan prestasi kerja

seorang pekerja. Istilah yang digunakan untuk menilai prestasi kerja seorang adalah

kinerja, yang artinya adalah seorang pekerja selalu dinilai atas dasar mutu

pelaksanaan atau kinerjanya yang artinya adalah seorang pekerja selalu dinilai atas

dasar mutu pelaksanaan atau kinerjanya. Standar yang digunakan untuk menilai

kinerja seseorang disebut standar kompetensi (HMHB, 2005).

Kompetensi menjelaskan apa yang dilakukan orang di tempat kerja pada

berbagai tingkatan dan memperinci sesuai standar operasional prosedur masing–

masing tingkatan, mengidentifikasi karakteristik, pengetahuan, keterampilan dan

perilaku yang diperlukan oleh individu yang memungkinkan menjalankan tugas dan

tanggung jawab secara efektif sehingga mencapai standar kualitas profesional dalam

bekerja dan mencakup semua aspek catatan manajemen kinerja, keterampilan dan

pengetahuan tertentu, sikap komunikasi, perilaku aplikasi dan pengembangan

(Wibowo, 2011).

Ada lima karakteristik dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang,

(29)

konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan dikehendaki oleh

seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti

mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian

atau tujuan tertentu; (2) traits, adalah naluri yang secara konsisten dapat memberikan

respon yang cepat dan tepat terhadap keadaan atau informasi yang diterima, atau

karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi

tertentu; (3) self concept, sikap perilaku, sistem nilai atau persepi diri atau imajinasi

seseorang, yang dianut dan dipercayai dapat menguatkan dan meyakinkan sesuai

dengan harapannya, serta dapat menuntun menjadi individu yang efektif di berbagai

lingkungan kerja, jika keyakinan tersebut didukung rasa percaya diri yang besar,

misalnya kepemimpinan; (4) knowledge, sekumpulan informasi dan pengetahuan

yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) skill, kemampuan untuk

mengerjakan atau menyelesaikan tugas – tugas fisik atau mental tertentu nyata

dilakukan.

Mustopadidjaja (2008), mengklasifikasikan kompetensi kedalam empat jenis,

yaitu :

1. Kompetensi Teknis (technical competence), yaitu kompetensi mengenai

bidang yang menjadi tugas pokok organisasi. Kompetensi ini, antara lain

meliputi operasionalisasi system prosedur kerja, yang berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan dan tugas instansi, penerapan sistem dan prinsip –

(30)

2. Kompetensi Manajerial (manajerial competence), kompetensi yang berkaitan

dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani

tugas – tugas organisasi. Kompetensi ini, meliputi antara lain dalam hal

kemampuan menerapkan konsep dan teknik perencanaan, pengorganisasian,

pengendalian, koordinasi dan evaluasi kinerja unit organisasi, juga

kemampuan dalam melaksanakan prinsip – prinsip good governance dalam

manajemen pemerintahan.

3. Kompetensi Sosial (social competence), kemampuan melakukan komunikasi

yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokoknya.

Kompetensi ini, antara lain secara internal memotivasi sumberdaya manusia

dalam meningkatkan produktivitas kerja, secara ekternal melaksanakan

kemitraan, kolaborasi, pengembangan jaringan kerja dengan berbagai lembaga

dalam rangka meningkatkan citra dan kinerja organisasi.

4. Kompetensi Intelektual/ Stratejik, kemampuan untuk berfikir secara strategi

dengan visi jauh kedepan. Kompetensi ini meliputi kemampuan merumuskan

visi, misi strategi dalam rangka mencapai tujuan organisasi sebagai bagian

integral dari pembangunan nasional; merumuskan dan memberi masukan

untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan

sistematis; memahami paradigma pembangunan kesehatan yang relevan

(31)

menjelaskan kedudukan, tugas, fungsi organisasi instansi kesehatan dalam

mewujudkan tujuan Pembangunan Kesehatan Indonesia.

Wibowo (2011) menjelaskan kompetensi merupakan karakteristik individu

yang mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja. Kinerja di tempat kerja di

pengaruhi oleh: (a) pengetahuan dan kemampuan (b) keterampilan gaya bekerja

keperibadian, (c) perilaku yang terdapat kepentingan/minat, dasar-dasar, nilai sikap,

kepercayaan dan gaya kepemimpinan. Dengan demikian seorang pelaksana yang

unggul adalah mereka yang menunjukan kompetensi pada skala tingkat lebih tinggi,

dan dengan hasil lebih baik dari pada pelaksana biasa rata–rata. Oleh karena itu

kompetensi merupakan karakteristik yang mendasar pada setiap individu yang di

hubungkan dengan keriteria yang direferensikan terhadap kinerja yang unggul dan

efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi. Spencer dan Spencer (1993) dalam

Moeheriono (2011) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi yaitu:

a. Motif sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang

menyebabkan tindakan seseorang motif mendorong, mengarahkan dan memilih

perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

b. Sifat adalah karakteristik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau

informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik

(32)

c. Konsep diri adalah sikap nilai–nilai, atau citra dari seseoarang. Percaya diri

merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam setiap situasi

adalah bagian dari konsep diri orang.

d. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki dalam bidang spesifik. Pengetahuan

adalah kompetensi yang kompleks.

e. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.

Kompetensi atau keterampilan kognitif termasuk berfikir analisis dan konseptual.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Bidan dalam Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu

Beberapa faktor yang memengaruhi bidan dalam pelaksanaan asuhan sayang

ibu adalah:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan manusia mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang

(33)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi

baru dari formulasi – formulasi yang sudah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian

terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(34)

responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan di atas (Notoatmojo, 2003).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu

2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (objek)

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidak baiknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh

(35)

2. Sikap

Menurut Notoatmojdo (2003), sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial

yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar

adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang

satu dengan yang lainnya, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi

pola perilaku tiap individu sebagai anggota masyarakat.

Menurut Azwar (2004), pembentukan sikap manusia dipengaruhi oleh

berbagai faktor, yaitu :

a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman yang telah ada ataupun yang sedang kita alami ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus interaksi sosial. Tanggapan

akan menjadi dasar pembentukan sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

objek psikologis, baik yang akan membentuk sikap positif maupun sikap negatif.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional, karena penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan

(36)

b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut

mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang

kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita.

Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus

bagi kita (Significant Other), akan banyak mempengaruhi sikap kita seperti orang

tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, isteri atau suami.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari kebudayaan telah

menanamkan pengaruh sikap kita terhadap berbagai permasalahan.

d. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah dan lain sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan orang.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

(37)

f. Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi

dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang demikian dapat

merupakan sikapyang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang

akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persistem dan lebih tahan

lama.

3. Keterampilan

Keterampilan adalah batasan kemampuan (knowledge, skill, and profesional

attitude) minimal yang harus dikuasai oleh masing-masing individu guna bisa

melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh

organisasi profesi (Heni, 2009).

Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan ke

dalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang bidan diperoleh melalui pendidikan

dan latihan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan

latihan yakni : a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan

masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja,

prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan

pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi

(38)

Dalam melaksanakan profesinya, bidan memiliki 9 keterampilan. Setiap

keterampilan dilengkapi dengan pengetahuan serta keterampilan dasar, pengetahuan

dan keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki sekaligus dilaksanakan oleh seorang

bidan dalam melakukan kegiatan asuhan kebidanan. Dijelaskan bahwa kompetensi

merupakan pengetahuan, nilai serta sikap dasar yang terefleksikan dalam wujud

dalam wujud kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang

serta bisa digapai pada setiap waktu (Heni, 2009).

Kebiasaan berfikir sekaligus bertindak yang dilakukan secara konsisten dan

kontinu memungkinkan seseorang atau bidan menjadi kompeten. Dalam hal ini, dapat

pula dimaknai memiliki pengetahuan, ketrampilan, nilai serta pola sikap dasar dalam

melakukan sesuatu. kebiasaan berfikir dan bertindak tersebut senantiasa dilatari

dengan budi pekerti yang luhur dan baik dalam kehidupan pribadi, sosial,

kemasyarakatan, keberagamaan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketrampilan tersebut diklasifikasikan menjadi dua level. Pertama, ketrampilan dasar.

Keterampilan yang secara mutlak harus dimiliki oleh seorang bidan. Kedua,

ketrampilan lanjutan atau tambahan. Pengembangan dari pengetahuan serta

keterampilan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh seorang bidan guna menunjang

tugasnya sebagai seorang bidan dalam memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat

yang sangat dinamis seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Heni,

(39)

2.5 Bidan

Pada buku lima puluh tahun Ikatan Bidan Indonesia dijabarkan dengan jelas

konsep dasar profesi bidan, berdasarkan buku tersebut terdapat beberapa rumusan

penting yang harus diketahui tentang profesi bidan, diantaranya adalah bidan

merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan

sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara

internasional telah di akui oleh internasional confederation of midwives (ICM) tahun

1972 dan international federation of international gynaecologidt and obstetritian

(FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan

Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian disahkan

oleh FIGO dan WHO (IBI, 2010).

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan

yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan di beri izin untuk

menjalankan praktek kebidanan di Negara itu. Dia harus mampu memberikan

syfervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama

masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (Post Partum Period), memimpin

persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi atau baru lahir dan

anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada

ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan

pertolongan gaweat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya (50 tahun

(40)

2.6 Landasan Teori

Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai karakter

sikap dan perilaku, atau kemampuan individual yang relatif bersifat stabil ketika

menghadapi suatu situasi di tempat kerja. Lebih lanjut, Spencer (1993) menyatakan

terdapat lima komponen yang membentuk kompetensi.

Kelima komponen kompetensi adalah motives, yaitu konsistensi berpikir

mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang, sehingga

menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti mengendalikan,

mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan

tertentu; traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap

informasi atau situasi tertentu; self concept, yaitu sikap, nilai, atau imajinasi

seseorang; knowledge, yaitu informasi seseorang dalam lingkup tertentu; dan skills,

yaitu kapasitas kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.

Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency karena sulit

untuk dikembangkan dan sulit mengukurnya.Komponen kompetensi knowledge dan

skills disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah dikembangkan dan

mudah mengukurnya. Komponen kompetensi self concept berada di antara kedua

(41)

Gambar 2.1 Unsur Kompetensi Individual Sumber : Spencer dan Spencer, 1993

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan Landasan Teori maka penulis merumuskan kerangka konsep

penelitian yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap berpengaruh

terhadap pelaksanaan asuhan sayang ibu dalam asuhan persalinan normal.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

Motif Sikap

Keterampilan Kompetensi

Konsep Diri

Kompetensi Bidan :

1. Pengetahuan 2. Keterampilan APN 3. Sikap

Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu dalam Asuhan Persalinan

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

Proses persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kahamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

Persalinan dan kelahiran normal adalah merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu) lahir spontan melalui jalan lahir dengan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18