• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN BUSINESS CONTINUITY PLAN BCP G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBUATAN BUSINESS CONTINUITY PLAN BCP G"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN

BUSINESS

CONTINUITY

PLAN

(BCP)

GUNA

MENINGKATKAN

BUSINESS

SURVIVAL

BISNIS

PERUSAHAAN

MAKALAH

Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Mata Kuliah Managemen Resiko dan Investasi TI

Disusun Oleh :

Adhitira F R (145150400111067) Rico Govinda (145150407111003) Yhanuar Alkhamislam (145150400111062)

Farhan Agastha Putra (145150401111049)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayah-NYA.

Sehingga makalah yang berjudul “PENGGUNAAN BUSINESS

CONTINUITY PLAN (BCP)” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini

merupakan tugas akhir semester empat yang diberikan oleh dosen pengampu mata

kuliah Manajemen Resiko dan Investasi TI Universitas Brawijaya, bapak Fajar

Pradana, S.T., M.T.

Makalah ini berisi tentang pembahasan pengertian, proses pembuatan,

serta contoh penerapan dari penggunaan Business Continuity Plan (BCP) pada

perusahaan. Di dalam BCP, terdapa kegiatan business impact analysis dan risk

management. Dengan adanya makalah ini, diharapkan perusahaan mapan yang

belum memiliki BCP untuk mempertimbangkan membuat BCP.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu untuk

mengembangkan makalah ini.

Malang, 09 Juni 2016

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Business Continuity Plan ... 3

2.2 Komponen Penyusun Business Continuity Plan ... 4

2.3 Pengertian Analisa Resiko ... 5

2.3.1 Metode Analisa Resiko ... 5

2.4 Proses pembuatan Business Continuity Plan ... 9

2.5 Manfaat Business Continuity Plan ... 15

BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan ... 18

3.2 Saran ... 18

(4)

iii

DAFTAR GAMBAR

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan kegiatan bisnis, tentunya ada berbagai hal yang dapat

mengancam keberlangsungan bisnis tersebut. Ancaman tersebut dapat berasal dari

internal perusahaan (human error) maupun dari luar perusahaan (bencama alam,

serangan malware, dan lain sebagainya). Apabila ancaman-ancaman tadi tidak

ditangani dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan ancaman tersebut dapat

mengakibatkan suatu proses bisnis terhenti. Bila itu terjadi, maka tujuan perusahaan

akan terhambat, bahkan perusahaan tersebut dapat merugi. Untuk mengatasi hal

tersebut, salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan membuat business

continuity plan.

Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu rencana strategis yang dibuat

berdasarkan kondisi perusahaan untuk tetap menjalankan kegiatan bisnisnya secara

berkelanjutan, walaupun perusahaan tersebut sedang terjadi masalah. Bila suatu

perusahaan telah membuat BCP mereka, maka ancaman yang datang (baik dari

internal maupun eksternal perusahaan) dapat ditekan. Dengan begitu, perusahaan tadi

akan memiliki nilai business survival yang lebih baik. Dalam implementasinya, BCP

lebih berfokus kepada pencegahan (prevent) sebelum suatu ancaman terjadi.

Di dalam BCP, terdapat berbagai komponen yang mendukung perencanaan

tersebut. Komponen-komponen tersebut yakni backup data, penanggung jawab dari

BCP, pengorganisasian setiap kegiatan BCP, serta adanya asuransi. Hal tadi

merupakan beberapa komponen untuk membuat BCP.

Kemudian, terdapat beberapa langkah-langkah yang diperlukan dalam

pembuatan BCP. Langkah-langkah tersebut meliputi pembuatan Business Impact

(6)

2 rencana (plan development), serta pelatihan dan percobaan (testing and exercising).

Setelah melewati ke-empat tahap tadi, BCP dapat diterapkan diperusahaan.

Diharapkan dengan adanya BCP, perusahaan dapat lebih siap untuk

menghadapi segala kemungkinan resiko yang muncul. Sehingga apabila terjadi suatu

bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut dapat dikurangi atau

bahkan dihilangkan.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Business Continuity Plan (BCP)?

2. Apa saja komponen penyusun BCP?

3. Apa yang dimaksud dengan risk analysis?

4. Bagaimana metode melakukan risk analysis?

5. Bagaimana cara membuat BCP?

6. Apa manfaat menggunakan BCP terhadap perusahaan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian BCP

2. Mengetahui komponen BCP

3. Mengetahui pengertian risk analysis

4. Mengetahui metode untuk melakukan risk analysis

5. Mengetahui alur pembuatan BCP

(7)

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Business Continuity Plan

Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu rencana strategis yang dibuat

berdasarkan kondisi perusahaan untuk tetap menjalankan kegiatan bisnisnya secara

berkelanjutan, walaupun perusahaan tersebut sedang terjadi masalah. Bila suatu

perusahaan telah membuat BCP mereka, maka ancaman yang datang (baik dari

internal maupun eksternal perusahaan) dapat ditekan. Dengan begitu, perusahaan tadi

akan memiliki nilai business survival yang lebih baik.

Dalam implementasinya, BCP lebih fokus terhadap pencegahan (prevent).

Lalu, Terdapat beberapa tahap dalam melakukan BCP.

gambar 1 Siklus Business Continuity Plan pada organisasi

A. Tahap pencegahan (prevention) : Pada tahap ini, strategi yang digunakan

yakni untuk mencegah terjadinya suatu bencana, serta mencegah efek bencana

tersebut. Tahap ini akan berhubungan dengan resiko manajemen (risk management

plan). Karena berhubungan dengan resiko manajemen, maka tahap ini menggunakan

metode analisa resiko, mulai dari mengidentifikasi resiko, identifikasi dampak pada

nyawa karyawan dan properti perusahaan, dan lain sebagainya.

B. Tahap persiapan (preparedness) : Pada tahap ini, tim analisa BCP akan

(8)

4 dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan tindakan dan pemulihan yang efisien

apabila nantinya terjadi suatu bencana. Kemudian, tahap ini akan berhubungan

dengan Business Impact Analysis(BIA). Contoh penerapan tahapan ini yakni

melakukan backup terhadap data-data yang penting.

C. Tahap tindakan (response) : Apabila ternyata terjadi suatu bencana pada

perusahaan, maka tahap ini akan dilakukan. Pada tahap ini, strategi yang dilakukan

yakni menahan agar bencana tadi tidak sampai mengganggu proses bisnis, serta

melakukan upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan berdasarkan skala

prioritas yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Tahap ini berhubungan

dengan Incident Response Planning.

D. Tahap pemulihan (recovery) : Setelah bencana dapat teratasi, maka

langkah selanjutnya yakni melakukan pemulihan. Strategi ini dilakukan untuk

mengembalikan keadaan perusahaan seperti semula, serta meminimalkan recovery

time (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan). Tahap ini berhubungan

dengan recovery plan. Contoh penerapan tahap ini yakni menggunakan backup data

yang lama bila data yang baru rusak akibat terkena bencana.

Setelah melalu tahap pemulihan, proses tidak berhenti pada tahap tersebut.

Namun, tahap tadi akan memberikan feedback terhadap tahap prevention agar

nantinya bencana yang serupa dapat ditanggulangi lebih baik.

2.2 Komponen Penyusun Business Continuity Plan

Di dalam Business Continuity Plan (BCP), terdapat komponen-komponen

penting yang terdapat di dalamnya. Komponen tersebut yakni :

A. Komponen Personel

Komponen ini meliputi semua pihak yang terlibat di dalam proses BCP.

Misalnya perencana BCP (planner), penanggung jawab, tim-tim khusus tiap proses,

dan lain sebagainya. Komponen ini berfungsi untuk menjalankan strategi-strategi

(9)

5 B. Komponen Teknologi

Komponen ini berfungsi untuk mendukung proses BCP.

Komponen-komponen tersebut meliputi :

 Hardware : berupa jaringan komputer(network), mainframe, dan lain sebagainya.

 Software : berupa sistem operasi yang digunakan, aplikasi, dan lain-lain.  File data dan vital records : Data-data penting perusahaan yang disimpan

dalam bentuk softcopy.

 Operations processing equipment : peralatan yang diguanakan untuk melakukan proses suatu kegiatan.

 Office equipment : peralatan yang menunjang kegiatan bisnis. Misalnya printer, mesin fotokopi, kalkulator, dan lain sebagainya.

 Backup data : kegiatan menyalin sebuah data untuk disimpan pada tempat lain dan dapat dipakai dikemudian hari.

2.3 Pengertian Analisa Resiko

Sebelum membuat Business Continuity Plan (BCP), tim analisa dapat

melakukan analisa resiko (risk analysis) terlebih dahulu. Menurut Barry, analisa

resiko adalah upaya untuk melakukan identifikasikan resiko-resiko, mencari cara

untuk mengontrol dan mengurangi resiko tadi, serta memantau dampak yang masih

tersisa setelah terjadinya suatu bencana.

2.3.1 Metode Analisa Resiko

Menurut Buku James W.Marriet, ada dua metode utama dan satu metode

gabungan yang dapat digunakan untuk melakukan analisa resiko. Metode tersebut

yakni :

Metode kualitatif

Metode kualitatif adalah metode yang dilakukan dengan cara penilaian secara

(10)

6 angka tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil analisa resiko yang sedang di

identifikasikan. Kemudian, metode ini juga dapat digunakan ketika dampak dari

resiko yang dianalisa tidak terlalu berbahaya. Karena kemudahannya, metode ini

merupakan metode yang paling sering digunakan dalam menentukan suatu kegiatan

bisnis. Namun, metode ini tidak melakukan tahap analisa cost-benefit.

Menurut Thomas R. Petlier, ada beberapa proses yang dilakukan pada metode

ini, yakni :

 Mengidentifikasi batasan analisa : Pada tahap ini, penganalisa akan melakukan pembatasan ruang lingkup masalah yang akan dianalisa. Sehingga hasil

analisa tadi akan lebih tepat sasaran.

 Membuat tim khusus : Selanjutnya, proses ini akan membentuk tim-tim khusus yang nantinya akan menangani permasalahan tertentu.

 Mengidentifikasi ancaman (thread) : Lalu, penganalisa membuat suatu kuesioner untuk mengetahui ancaman dan penyebabnya.

 Membuat skala prioritas ancaman : Pada tahap ini, ancaman yang telah diidentifikasi akan di urutkan berdasarkan prioritasnya. Semakin besar dampak yang

ditimbulkan terhadap perusahaan, maka ancaman tersebut akan memiliki skala

prioritas yang tinggi.

 Melakukan rekapitulasi ancaman : Pada tahap ini, ancaman tadi akan digolongkan berdasarkan level ancaman, dampak, dan faktor penyebab resiko.

(11)

7  Mengadakan sosialisasi : Pada proses ini, analisator akan melakukan sosialisasi untuk memberitahu hasil dari analisa resiko yang telah dilakukan.

Metode kuantitatif

Metode kuantitatif adalah suatu metode yang menggunakan data berupa nilai

angka untuk memberitahu probabilitas dan dampak yang ditimbulkan. Tidak seperti

metode kualitatif, metode kuantitatif memperhitungkan cost-benefit di dalam proses

pelaksanaannya.

Untuk melakukan metode ini, terdapat beberapa proses yang akan dilakukan.

Proses-proses tersebut meliputi :

 Melakukan pengenalan karakteristik sistem : Tahap melakukan analisa dan pengenalan terhadap sistem yang diterapkan pada perusahaan.

 Mengidentifikasi ancaman : Tahap melakukan analisa terhadap ancaman, baik yang telah terjadi maupun yang berpeluang akan terjadi dimasa mendatang.

 Mengidentifikasi kelemahan : Tahap melakukan analisa terhadap kelemahan perusahaan saat ini maupun masa yang akan datang.

 Melakukan analisa kontrol : Tahap melakukan analisa terhadap proses kontrol yang diterapkan pada perusahaan saat ini.

 Memperhatikan kecenderungan (likelihood) : Tahap mengadakan analisa terhadap kecenderungan weakness perusahaan dan ancaman. Sehingga, tahap ini akan

menghasilkan tingkat kecenderungan suatu ancaman pada perusahaan.

 Menganalisa dampak : Proses mengukur dan menganalisa dampak dari suatu ancaman. Sehingga proses ini menghasilkan level dampak pada ancaman yang

(12)

8  Melakukan determinasi resiko : Proses menganalisa dan mengidentifikasi hasil analisa dari tingkat kecenderungan, tingkat ancaman, serta tingkat dampak yang

ditimbulkan oleh ancaman.

 Memberikan saran kontrol : Proses menyampaikan saran berupa beberapa beberapa rekomendasi untuk melakukan monitoring terhadap ancaman guna

mengurangi dampak dari ancaman tersebut.

 Membuat dokumentasi : Tahap membuat dokumentasi dari hasil analisa-analisa yang telah dilakukan sebelumnya.

Metode hibrida/semi kuantitatif

Metode hibrida merupakan gabungan antara metode kualitatif dengan metode

kuantitatif. Jadi, metode ini menggunakan nilai berupa skala angka untuk

dikategorikan untuk setiap kategori kualitatif. Meskipun merupakan gabungan,

metode ini tidak melakukan tahap-tahap yang ada serinci pada tahap kualitatif

maupun kuantitatif.

Setelah melakukan analisa resiko, maka hasil yang didapatkan yakni berupa

(13)

9 gambar 2 Tabel analisa Resiko

Pada tabel tersebut, terdapat kolom dan baris yang menyatakan tingkat

kemungkinan (probability) dan dampak (impact) yang ditimbulkan dari suatu

ancaman. Semakin besar kemungkinan ancaman terjadi, maka tingkat probabilitasnya

semakin tinggi. Begitupula dengan impact. Semakin besar dampak yang ditimbulkan

terhadap keberlangsungan perusahaan, maka tingkat impact akan semakin tinggi. Apabila ancaman terdapat pada level „high‟, maka langkah yang tepat harus dilakukan untuk menanggulanginya. Apabila ancaman terdapat pada level „medium‟,

maka langkah penaggulangan sebaiknya dilakukan. Apabila ancaman terdapat pada level „low‟, maka tidak perlu ada tindakan yang dilakukan untuk saat ini.

2.4 Proses pembuatan Business Continuity Plan

Dihimpun dari www.ready.gov, terdapat beberapa proses yang dilakukan

untuk membuat Business Continuity Plan. Ke-empat proses tersebut yakni tergambar

(14)

10 gambar 3 Tahap pembuatan Business Continuity Plan

Langkah 1 : Membuat Business Impact Analysis

Menurut Disaster Recovery Institute International (DRII), Business Impact

Analysis (BIA) adalah adalah suatu kegiatan menganalisa dan mengukur dampak

potensial dari suatu ancaman terhadap perusahaan. Tujuan akhir dari BIA yakni

membuat suatu skala prioritas untuk menentukan masalah yang paling kritikal

terhadap perusahaan.

Berdasarkan preparedness Buletin volume 7 issue 1, di dalam BIA terdapat

beberapa informasi yang ada. Diantaranya :

 Recovery time : BIA akan menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan resource yang terkena dampak bencana.

 Prioritas fungsi bisnis : BIA berisi informasi mengenai mana fungsi bisnis yang harus didahulukan untuk di-recovery ketika beberapa fungsi bisnis

terkena bencana.

 Resource requirement : BIA informasi tentang sumber daya apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan bisnis perusahaan.

 Pengembangan continuity strategies dan dokumentasi Business Continuity Plan.

Pada BIA, terdapat istilah Recovery Time Objective dan Recovery Time

(15)

11 pemulihan resource yang terkena bencana. Sedangkan RPO adalah jumlah maksimal

data/resource yang hilang tanpa menyebabkan dampak yang besar.

Kemudian, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, salah satu informasi

yang terdapat di dalam BIA yakni Resource requirement. Resource requirement berisi

hal-hal apa saja yang dibutuhkan perusahaan agar proses bisnis dapat dijalankan.

Resource requirement biasanya terdapat beberapa hal, misalnya karyawan, fasilitas,

teknologi dan komunikasi, vital records, dan office equipment.

Untuk melakukan BIA, terdapat beberapa langkah yang dilakukan.

a. Membuat kuesioner BIA

Pada langkah ini, analisator dapat mengajukan beberapa pertanyaan terkait

dengan masalah yang telah maupun yang akan dihadapi perusahaan. Pertanyaan

umum yang sering muncul pada kuesioner yakni :

- Apa saja sumber informasi yang penting bagi perusahaan?

- Apa saja proses bisnis yang dapat menyebabkan dampak negatif yang sangat

fatal apabila perusahaan tidak menjalankan proses tersebut?

b. Mengadakan workshop untuk menginstruksikan fungsi bisnis dan process manager

bagaimana cara untuk menyelesaikan BIA

Pada tahap ini, analisator akan mengadakan workshop untuk

menginstruksikan fungsi bisnis dan process manager sebagai peserta workshop

bagaimana cara menyelesaikan BIA. Pada workshop tersebut, analisator akan

menyebarkankan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya kepada peserta workshop

untuk mengisi kuesioner BIA tersebut.

c. Mereview kuesioner

Setelah peserta mengisi kuesioner, maka langkah selanjutnya yakni mereview

jawaban-jawaban tersebut. Dari jawaban-jawaban tersebut, maka penganalisa sudah

dapat membayangkan apa dan bagaimana bencana yang harus diprioritaskan.

(16)

12 Langkah selanjutnya yang dilakukan yakni melakukan interview dengan pihak

terkait untuk melakukan validasi terhadap informasi yang telah didapat sebelumnya.

Selain itu, langkah ini juga berfungi untuk melengkapi informasi tertentu bila hasil

kuesioner tersebut belum jelas.

e. Menyusun dan menganalisa hasil kuesioner

Langkah terakhir yang dilakukan yakni menyusun dan menganalisa hasil

kuesioner. Dari hasil analisa ini, akan didapatkan apa saja prioritas recovery dan

strategi-strategi yang mungkin untuk diterapkan. Selain itu, hasil analisa ini juga

dapae menjadi rekomendasi untuk mengatasi kerentanan ancaman.

Langkah 2 : Membuat Recovery Strategy

Setelah melakukan Business Impact Analysis (BIA), maka langkah

selanjutnya yakni membaut sebuah strategy pemulihan (recovery strategy). Menurut

www.businessdictionary.com, Recovery strategy adalah suatu langkah-langkah

strategis yang digunakan untuk memulihkan kegiatan operasi yang kritikal dari

perusahaan yang terkena bencana ke kondisi semula. Pada proses ini, ada beberapa

langkah yang dapat digunakan.

a. Menggunakan Business Impact Analysis untuk menentukan resource requirement

Langkah pertama yang harus dilakukan yakni menggunakan Business Impact

Analysis (BIA) yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini, BIA akan digunakan

untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan resource requirement yang

dibutuhkan oleh perusahaan. Dengaa adanya langkah ini, maka perusahaan dapat

menentukan sumber daya penting apa saja yang dibutuhkan agar kegiatan bisnis

perusahaan tetap dapat berjalan.

b. Meniadakan gap antara recovery requirement dengan kapabilitas perusahaan

Selanjutnya, langkah yang akan dilakukan yakni menganalisa recovery

(17)

13 requirement yang tidak dapat dipenuhi oleh kapabilitas perusahaan saat ini, maka

recovery requirement tersebut tidak akan diterapkan terlebih dahulu. Begitupula

sebaliknya.

c. Mengeksplorasi pilihan-pilihan recovery strategy

Kemudian, strategi-strategi yang telah dibuat sebelumnya akan diserahkan

kepada pihak manajemen. Para manajer akan memilih kembali mana saja strategi

yang dibutuhkan oleh perusahaan. Setelah melakukan pemilihan strategi, pihak

manajer akan menyetujui rencana tersebut.

d. Melakukan implementasi strategi

Setelah mendapat persetujuan dari manajer, maka rencana tadi akan

dilaksanakan oleh perusahaan.

Langkah 3 : Membuat Plan development

Setelah membuat recovery strategy, maka langkah selanjutnya yakni membuat

rencana pengembangan (Plan Development). Secara garis besar, plan development

akan melakukan pengembangan terhadap strategi yang telah dibuat sebelumnya.

Selain itu, proses ini nantinya akan membentuk tim khusus untuk menangani

masalah-masalah yang telah didefinisikan sebelumnya. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan pada tahap ini yakni :

a. Mengembangkan plan framework

Langkah pertama yang akan dilakukan yakni mengembangkan plan

framework. Ada beberapa plan framewotk yang dapat digunakan, misalnya COBIT

(Control Objective for Information and Related Technology). Plan framework

tersebut dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa poin berikut :

 Mendefinisikan posisi strategi saat ini

(18)

14  Merencankan strategi agar arah rencana tadi dapat terlaksana

b. Membentuk recovery team

Pada langkah ini, pembuat BCP akan membentuk tim khusus yang bertugas

untuk menangani pemulihan kondisi fungsi bisnis apabila ada permasalahan yang

berdampak tidak baik bagi perusahaan. Ada beberapa tim-tim khusu yang dibuat.

MIsalnya software team yang bertugas untuk menangani permasalahan perangkat

lunak perusahaan, relocation team yang bertugas untuk menangani permasalahan

pemindahan lokasi perusahaan apabila terjadi bencana, damage assessment yang

bertugas auntuk melakukan perhitungan dampak suatu bencana, dan lain sebagainya.

d. Membuat prosedur business continuity dan IT disaster recovery

Selanjutnya, hal yang akan dilakukan yakni membuat prosedur untuk business

continuity. Selain itu. Prosedur lainnya yang harus dibuat yakni IT disaster recovery.

Kedua hal tadi akan menggunakan BIA dalam proses pembuatannya.

e. Membuat dokumentasi solusi permasalahan

Kemudian, langkah selanjutnya yakni mendokumentasikan solusi-solusi untuk

masing-masing ancaman yang telah maupun akan muncul dikemudian hari. Hal ini

dilakukan agar semua pihak yang terlibat dapat melakukan prosedur untuk menangani

permasalahan tersebut dengan baik.

Langkah 4 : Melakukan Testing and exercises

Langkah terakhir yang akan dilakukan yakni melakukan tes dan pelatiahn

(testing and exercising). Pada tahapan ini, perusahaan akan melakukan beberapa

pelatihan terhadap tim khusus yang telah dibuat sebelumnya. Adapun

langkah-langkah yang dijalankan yakni :

(19)

15 Pada langkah ini, hal yang dilakukan yakni melakukan pengembangan

(development) terhadap testing dan exerproses yang ada. Tidak hanya itu, pada

tahapan ini, analisator juga akan melakukan pengembangan terhadap maintenance

requirement yang dibutuhkan.

b. Melakukan pelatihan kepada tim business continuity

Kemudian, proses selanjutnya yakni perusahaan akan mengadakan pelatihan

terhadap tim business continuity yang telah dibentuk pada langkah ke tiga

sebelumnya. Hal ini bertujuan agar tim tersebut dapat lebih siap menjalankan

fungsinya ketika bencana benar-benar terjadi.

d. Melakukan pengujian berdasarkan hasil tes dokumen

Pada langkah terakhir ini, strategi yang telah berhasil dibuat akan diujikan

terlebih dahulu. Dari langkah ini, nantinya akan didapatkan feedback dari hasil uji

tadi. Feedback tersebut nantinya dapat dipergunakan kembali untuk meng-update

dokumentasi yang ada.

Setelah langkah ke-empat selesai, proses tidak terhenti sampai disitu saja.

Proses tersebut akan kembali lagi kepada tahap awal, yakni Business Impact Analysis

(BIA). Pada BIA, hasil yang didapatkan selama kegiatan business continuity plan

akan dikaji ulang. Hal ini bertujuan agar nantinya ancaman baru yang serupa dapat

ditangani lebih baik lagi.

2.5 Manfaat Business Continuity Plan

Business Continuity Plan (BCP) merupakan rencana yang bersifat preventif,

artinya rencana tersebut berfokuskan kepada tindak pencegahan sebelum suatu

bencana benar-benar terjadi menimpa perusahaan. Namun, bukan berarti bahwa BCP

tidak bisa menaggulangi bencana. Di dalam BCP, terdapat disaster recovery

(20)

16 Menurut www.continuitysa.com, Ada banyak manfaat yang didapatkan

apabila perusahaan menggunakan BCP. Diantaranya :

Mengurangi dampak bencana ke perusahaan

Dengan menggunakan BCP, maka apabila perusahaan terkena bencana,

dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Hal ini disebabkan Karena BCP

membantu perusahaan untuk mengidentifikasi berbagai macam ancaman yang telah

atau akan terjadi, serta menganalisa berbagai cara untuk menanggulangi ancaman

tersebut. Sehingga perusahaan lebih siap untuk menanggulangi bencana.

Mengurangi resiko kehilangan finansial

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, BCP membantu perusahaan untuk

menganalisa resiko dan ancaman, serta bagaimana cara untuk menghadapi

permasalahan tersebut. Di dalam analisa resiko, terdapat juga metode kuantitatif yang

dapat memperhitungkan berapa probabilitas dan dampak yang ditimbulkan oleh

bencana dalam cost-benefit perusahaan. Sehingga perusaahaan dapat memperkirakan

berapa besar kerugian yang ditimbulkan oleh bencana.

Menambah kepercayaan terhadap pekerja, klien, dan supplier

BCP menjamin keberlangsungan proses bisnis serta „hidup‟ dari perusahaan itu sendiri. Selain itu, dengan membuat BCP, berarti perusahaan tersebut berusaha

untuk memenuhi standar business continuity dari Business Continuity Institute. Oleh

sebab itu, pekerja, klien, dan supplier akan lebih percaya bahwa perusahaan dapat

memberikan service yang baik.

Membantu memulihkan fungsi yang kritikal dalam waktu tertentu

Di dalam BCP, terdapat istilah Recovery time objective (RTO) dan recovery

point objective (RPO) yang telah dibahas sebelumnya. RTO membantu perusahaan

untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemulihan

(21)

17 semakin baik. Sedangkan dengan RPO, perusahaan dapat mengetahui jumlah

toleransi maksimal data yang hilang. Dengan adanya RTO dan RPO sebagai kontrol,

(22)

18

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu rencana strategis yang dibuat

berdasarkan kondisi perusahaan untuk tetap menjalankan kegiatan bisnisnya secara

berkelanjutan, walaupun perusahaan tersebut sedang terjadi masalah. Bila suatu

perusahaan telah membuat BCP mereka, maka ancaman yang datang (baik dari

internal maupun eksternal perusahaan) dapat ditekan.

Sebelum membuat BCP, analisator melakukan analisa resiko (risk analysis)

untuk mengetahui seberapa apa dan sebab suatu ancaman yang telah atau akan datang

menimpa perusahaan. Setelah melakukan analisa resiko, maka analisator dapat

membuat BCP. Kemudian, ada beberapa langkah yang digunakan untuk membuat

BCP. Mulai dari Langkah membuat Business Impact, membuat recovery strategy,

melakukan plan development, dan melakukan testing dan exercises.

Ada beberapa manfaat yang didapat bila menggunakan BCP. Diantaranya

yaitu mengurangi dampak bencana kepada perusahaan, mengurangi resiko kehilangan

finansial, menambah kepercayaan karyawan, klien, dan supplier, serta membantu

memulihkan fungsi yang kritikal dalam jangka waktu tertentu.

3.2 Saran

Sebaiknya perusahaan yang telah mapan mempertimbangkan untuk membuat

Business Continuity Plan (BCP). Sebab, meskipun pembuatan BCP tergolong mahal,

ada banyak manfaat yang didapat dengan adanya BCP di perusahaan. Salah satunya

yakni mengurangi dampak bencana kepada perusahaan, mengurangi resiko

kehilangan finansial, menambah kepercayaan karyawan, klien, dan supplier, serta

(23)

19

DAFTAR PUSTAKA

Peltier, Thomas R.2005.Information Security Risk Analysis Second Edition.CRC

Press:Florida.

DARING

Anonim.Tanpa Tahun.Business Continuity Plan.

https://www.ready.gov/business/implementation/continuity.Diakses tanggal 06 Juni

2016.

Anonim.Tanpa Tahun.Resource Requirements.

http://www.planwrite.com/Requirements.asp.Diakses tanggal 08 Juni 2016.

Bodenstein, Cindy.2014.Six Benefits of Business Continuity management.

http://www.continuitysa.com/six-benefits-of-business-continuity-management/.Diakses tanggal 09 Juni 2016.

Editor.2015.Business Impact Analysis.[PDF].Diakses tanggal 09 Juni 2016.

Editor.2015.4 Essential Components of A BCP.

http://www.techadvisory.org/2015/05/4-essential-components-of-a-bcp/.Diakses

tanggal 08 Juni 2016

FFIEC.2003.Business Continuity Plan.[PDF]. Diakses tanggal 08 Juni 2016

Madrid Comunidad.Tanpa Tahun.Risk Analysis and Quantification.[PDF]. Diakses tanggal 08 Juni 2016.

Merrit, W. James.1999.A method for Quantitative Risk Analysis. [PDF].Diakses

tanggal 08 Juni 2016.

(24)

20 Quenssland.2009.Business Continuity Planning Guide.[PDF].Diakses tanggal 06 Juni

Gambar

gambar 1 Siklus Business Continuity Plan pada organisasi
gambar 2 Tabel analisa Resiko
gambar 3 Tahap pembuatan Business Continuity Plan

Referensi

Dokumen terkait

Pendanaan pembangunan sanitasi melalui APBD Provinsi dapat dibedakan atas; (i) pendanaan untuk kegiatan prioritas pembangunan sanitasi provinsi yang dilaksanakan oleh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketercapaian standar nasional perpustakaan yang ditinjau dari aspek standar sarana dan prasarana: (1) sekolah yang mencapai 100%

Proses pembuatan peta potensi area mikro hidro diawali dari data SRTM DEM yang diubah menjadi peta slope, dilanjutkan overlay dengan peta curah hujan yang berasal dari data

Padahal pada sisi lain banyak orang yang dipaksa atau terpaksa membatasi diri (dengan isolasi mandiri atau dirawat di rumah sakit) karena terjangkit covid 19 yang secara ekonomi

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui sumber

Tugas akhir ini dilaksanakan dengan metode eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui beban maksimal yang dapat diterima kolom baja profil C gabungan dengan

Hasil analisis dan pembahasan adalah bahwa dengan adanya audit operasional yang dilakukan pada perusahaan tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penjualan tiket

Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari