• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PEMBENTUKAN SIKAP SOSIAL

A. Sikap Sosial

Sikap merupakan suatu masalah yang penting, karena sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada prilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Seseorang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya, dengan mengetahui sikapnya.

Sikap pada manusia tidak terbentuk begitu saja, melainkan terbentuk secara berangsur-angsur, sejalan dengan perkembangan kehidupannya. Sikap (attitude) di dalam kehidupan manusia mempunyai peran besar sebab apabila sikap sudah terbantuk pada diri manusia, maka ia akan turut menentukan tingkah lakunya dalam menghadapi suatu objek. Adanya attitude-attitude menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-objeknya.1

1. Pengertian Sikap Sosial

Sikap atau attitude dapat dibedakan dalam attitude sosial dan attitude individual. Ada beberapa pengertian tentang sikap yang telah dirumuskan oleh para ahli antara lain, yaitu :

a. Menurut Dr. W. A. Gerungan bahwa attitude itu lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.2 b. Sarlito Wirawan berpendapat bahwa sikap adalah kesiapan pada

seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.3 c. Mayor Palok berpendapat bahwa sikap adalah suatu tendensi atau

kecenderungan yang agak stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu.4

1

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresto, 1988), Cet. II, hlm. 150.

2 Ibid. 3

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), hlm. 94.

(2)

d. Menurut Kamus Psikologi sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun negatif terhadap orang-orang, banda-banda atau siatuasi-siatuasi tertentu.5

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesadaran individu untuk bertindak dalam menanggapi objek dan terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman.

Sementara sosial merupakan suatu yang berkenaan dengan hubungan antara orang-orang atau kelompok ataupun berkenaan dengan pengaruh orang-orang atau kelompok antara satu sama lain.6

Jadi yang dimaksud sikap sosial adalah kesadaran individu untuk bertindak secara nyata dan berulang-ulang terhadap objek sosial berdasarkan pengalaman-pengalaman.

2. Ciri-ciri dan Fungsi Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu. Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri atau sifat dan sikap tersebut. Adapun ciri-ciri sikap itu adalah :

a. Sikap selalu menggambarkan antara subyek dan objek. Objek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai sosial, lembaga masyarakat dan lain sebagainya.

b. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan.

c. Karena sikap dapat dipelajari maka sikap dapat berubah-ubah (meskipun untuk merubahnya relatif sulit).

d. Sikap tidak akan hilang meskipun kebutuhan sudah terpenuhi.

e. Sikap tidak akan hanya satu macam, melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi perhatian subjek.

f. Di dalam sikap terkait juga faktor motivasi dan perasaan. Kedua hal inilah yang membedakannya dengan pengetahuan.7

4

Mayor Palok, Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru, 1979), Cet. IX, hlm. 97.

5

Kartini Kartono dan Dali Gula, Kamus Psikologi, (Bandung:: Pioner Jaya, 1982), hlm. 35.

6

Ibid, hlm. 462.

7

Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hlm. 144.

(3)

Adapun fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap merupakan sesuatu yang bersifat communicabel, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan kelompoknya yang lain.

b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi-aksi tak ada pertimbangan, tetapi pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan. Akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidap perlu dilayani. Jadi manusia setiap saat mengadakan pilihan-pilihan dan semua perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak demikian akan mengganggu manusia.

d. Sikap berfungsi pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh

(4)

karena itu dengan itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.8 3. Bentuk-bentuk Sikap Sosial

Sebagaimana uraian di atas bahwa manusia itu tidak bisa lepas dari yang lainnya. Ia akan selalu mengadakan hubungan demi kesempurnaan dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya pelaksanaan bentuk-bentuk sikap sosial yang positif, agar tercipta kehidupan yang harmonis. Banyak bantuk sikap sosial yang positif, diantaranya adalah :

a. Tanggung Jawab

Manusia merupakan makhluk sosial yang sekaligus individual. Manusia sebagai makhluk sosial akan melahirkan daripadanya tanggung jawab keluar yaitu terhadap keluarga dan sosial (masyarakat).

Dan selaku makhluk individu ia bertanggung jawab terhadap diri sendiri yang semua itu berkonotasi pada keharmonisan hidup. b. Gotong-Royong

Gotong-royong atau tolong-menolong bisa berarti untuk kebaikan dan bisa untuk keburukan. Islam menegakkan gotong-royong yang bersifat baik dan ia melarang tolong-menolong dalam hal yang buruk.

Sebagaimana agama Islam mengharuskan manusia semuanya untuk tolong-menolong satu sama lainnya dalam hal-hal kebajikan, bakti dan takwa. Dalam istilah bertolong-menolong inilah terkandung pengertian dan pengakuan adanya perbedaan keadaan dan prestasi antara manusia. Mereka yang lebih dalam hal-hal kebajikan, hal-hal ketakwaan, dalam hal-hal keimanan dan sebagainya, menolong mereka yang kurang.

8

(5)

Nilai-nilai keagamaanlah yang harus menjadi pedoman pokok dalam hal bertolong-tolongan itu, dengan berpedoman pada nilai-nilai ini, pastilah hubungan kemasyarakatan dan kesusilaan ikut terjamin.9

Anjuran dan tuntutan bagi manusia untuk berinteraksi sosial kemasyarakatan dengan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan ini akan memacu pada kebaikan dan ketakwaan dan menjauhkan diri dari berbuat dosa dan melanggar aturan interaksi sosial, seperti berkhianat, dusta dan sebagainya. Dalam interaksi ini tidak diperkenankan berbau penghinaan kepada orang lain dan menganggap dirinya lebih mulia. c. Kasih Sayang

Agama Islam menjelaskan konsep interaksi sosialnya secara sistematis, yang antara lain didalamnya terkandung anjuran untuk bersikap kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah) oleh karenanya hendaknya dalam berhubungan dengan orang lain manusia harus membekali dirinya dengan sikap kasih sayang.

Pada dasarnya sikap kasih sayang ini sangat diperlukan dalam berinteraksi sosial, sebagai upaya untuk menumbuhkan keharmonisan dan kerukunan bermasyarakat. Sebab kasih sayang akan dapat menghapus perasaan asing antara yang satu dengan yang lainnya, yang mempunyai tempat yang luhur dalam lubuk hati sanubari manusia.

Keberadaan kasih sayang akan meringankan kaki dan tangan untuk berbuat kebajikan, menggembirakan hati, memperbesar minat, kemauan, serta mempengaruhi sikap kita untuk peka terhadap orang lain. Kasih sayang akan menimbulkan rasa simpati yaitu dapat ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.10

Dari uaraian tersebut di atas nyatalah dapat diambil pengertian tentang tata krama dan norma-norma berinteraksi sosial yang terkandung dalam ajaran Islam yang tentunya harus dipraktekkan oleh umatnya. Dengan prinsip-prinsip bermasyarakat yang tidak hanya

9

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1980), hlm. 119.

10

(6)

tertuju pada satu kelompok saja melainkan meliputi seluruh kehidupan manusia. Islam menganjurkan untuk senantiasa berlaku toleransi dan menjaga perasaan. Sebab dengan toleransi (yang didalamnya terkandung rasa kasih sayang dan gotong royong), dan menjaga perasan (yang didalamnya memuat sikap tanggung jawab) akan menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam proses interaksi. Hal ini tentu akan lebih menjamin terwujudnya kehidupan yang harmonis dan sejahtera.

4. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Sebagaimana diuraian bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir namun begitu sikap juga tidak terbentuk begitu saja tanpa adanya proses. Sikap terbentuk secara berangsur-angsur sejalan dengan perkembangan kehidupannya. Jadi pembentukan sikap merupakan proses yang apabila proses perkembangan ini berlangsung dengan baik maka akan mengakibatkan suatu kepribadian yang harmonis.

Sikap seseorang dapat dibentuk atau berubah melalui beberapa cara antara lain, yaitu :

a. Adopsi

Adopsi merupakan kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. Misalnya, seorang yang sejak lahir sampai ia dewasa tinggal dilingkungan yang fanatik Islam, ia akan mempunyai sikap negatif terhadap daging babi.

b. Diferensiasi

Diferensiasi terjadi dengan berkembangnya inteligensi, berubahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. Misalnya, seorang anak kecil mula-mula takut kepada setiap orang dewasa yang bukan ibunya, tetapi lama kelamaan ia dapat

(7)

membeda-bedakan antara ayah, paman, bibi, kakak, yang disukainya dengan orang asing yang tidak disukainya.

c. Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap. Dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenal hal tersebut. Misalnya, seorang desa sering mendengar tentang kehidupan kota. Ia pun sering membaca surat kabar yang diterbitkan di kota, kawan-kawan yang datang dari kota membawa barang-barang yang bagus dari kota dan bercerita tentang keindahan kota. Setelah beberapa waktu maka dalam diri orang dewasa tersebut timbul sikap positif terhadap kota dan hal-hal yang berhubungan dengan kota, sehingga pada akhirnya ia terdorong untuk pergi ke kota.

d. Trauma

Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang sekali pernah jatuh dari sepeda motor, selamanya tidak suka lagi naik motor.11

Pembentukan sikap yang senantiasa tumbuh dan berkembang dalam basis sosial tertentu, misalnya : ekonomi, politik agama dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan, norma, group. Faktor lainnya yang mempengaruhi kemungkinan perubahan sikap adalah adanya informasi yang berlawanan. Faktor ini semuanya tergantung pada sifat-sifat sikap itu sendiri sebagaimana adanya sebelum diterima informasi baru.12 Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap ini ada yang dari luar dirinya dan dari dalam dirinya. Faktor-faktor itu adalah :

11

Sarlito Wirawan, Op. Cit., hlm. 95-96.

12

(8)

a. Faktor Intern : yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang dari luar melalui persepsi kita. Oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan kita dekati dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. Karena harus memilih inilah kita menyusun sikap positif terhadap satu hal dan membentuk sikap negatif terhadap hal lainnya.

b. Faktor Ekstern : selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri, maka pembentukan sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang ada diluar, yaitu :

1) Sikap objek yang dijadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut 4) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap 5) Situasi pada saat sikap itu dibentuk.13

Dalam pembentukan dan perubahan sikap ini lingkungan yang paling dekat dalam kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki peranan yang penting.

Ada tiga hal yang penting dalam pembentukan sikap yang diperhatikan dalam masa adolesen adalah :

a. mass media b. kelompok sebaya

c. kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan, organisasi kerja dan sebagainya.

Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi tidak demikian halnya, lembaga-lembaga sekolahpun memiliki tugas pula dalam membina sikap ini.14

13

Ibid, hlm. 96-97.

14

(9)

B. Interaksi Sosial 1. Pengertian

Salah satu bentuk manifestasi dari kecenderungan naluriah manusia sebagai makhluk sosial dengan adanya yang biasa disebut faktor-faktor psikologi dengan nama interaksi sosial.

Oleh para ahli, interaksi sosial diberi batasan sebagai berikut : Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok lain, ataupun antara individu dengan kelompok. 15

Adapun menurut Bimo Walgito interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu yang lain. Individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya hubungan yang timbal balik.16

Dari pembahasan-pembahasan tersebut jelas terlihat bahwa interaksi sosial adalah kelangsungan timbal balik hubungan antara dua atau lebih manusia yang saling mempengaruhi sehingga individu-individu tersebut dapat menyesuaikan dirinya dengan individu-individu yang lain, menyesuaikan ada yang bersifat pasif dan ada yang bersifat aktif.

Interaksi sosial hanya berlangsung apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak. Dengan demikian interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial. Karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin terdapat kehidupan bersama.

Seorang muslim dalam melaksanakan interaksi sosial hendaknya senantiasa diwarnai dengan kepribadian yang luhur. Akhlak yang mulia yang diajarkan oleh Islam seperti kebenaran kejujuran, ikhlasan, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, tolong-menolong, setia kawan, menjaga kemashlahatan umum, semua itu merupakan akhlak yang mempunyai nilai sosial yang pantas diterapkan dalam interaksi sosial.17 Oleh karena itu

15

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakara: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 57.

16

Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 57.

17

(10)

hendaknya pada diri seorang muslim atau kelompok muslim, dalam melaksanakan interaksi sosialnya sebaiknya berdasarkan hukum-hukum yang telah diatur oleh ajaran Islam, untuk menunjang terbentuknya suatu sikap sosial yang berdasar kebenaran. Kelangsungan interaksi sosial manusia yang positif sangat penting karena manusia senantiasa mengadakan hubungan dengan lingkungannya dalam rangka menuju kesempurnaan hidup.

2. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Sebagaimana diketahui, manusia merupakan makhluk sosial. Yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu berhubungan dengan manusia lain, baik secara fisik, psikis maupun rohani. Karenanya interaksi sosial dapat menggiatkan dan merangsang perkembangan kehidupan serta mampu memberikan sesuatu yang dibutuhkan dalam hidup. Dalam interaksi sosial ada beberapa faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial ini, baik secara tunggal maupun secara bergabung, yaitu :

a. Faktor Imitasi

Seperti yang dikemukakan oleh G. Tarde faktor yang mendasari interaksi sosial adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde faktor imitasi merupakan satu-satunya faktor yang mendasari atau melandasi interaksi sosial.

Terhadap pendapat ini sukarlah orang dapat menerima seluruhnya. Memang faktor imitasi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat dalam interaksi sosial, namun demikian imitasi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial. Imitasi tidaklah berlangsung dengan sendirinya mengimitasi orang lain, demikian sebaliknya. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain yang berperan. Imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi.

(11)

Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalau orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang diimitasi tersebut. Untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap menerima, sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya.

Orang meniru orang lain, terutama jika orang lain itu merupakan orang-orang yang kuat dan penting. Salah satu sumber yang terpenting dari pembentukan sikap sosial dasar pada awal kehidupan adalah keluarga.18

Anak-anak suka meniru sikap sosial dasar pada awal kehidupan adalah keluarga.19 Anak merupakan peniru yang hebat sebagaimana yang diungkapkan oleh Lester D. Crow, Childern are great imitators of attitudes. They learn many of their attitudes indirectly from their parent, teacher, and peer association.20 Anak-anak suka meniru sikap orang tuanya. Pada masa remaja mereka suka meniru sikap teman sebayanya.

Faktor imitasi memang mempunyai peranan dalam interaksi sosial. Misalnya dalam perkembangan bahasa, akan berlaku faktor ini. Apa yang diucapkan anak, anak akan mengimitasi dari keadaan sekelilingnya. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian menyampaikan kepada orang lain. Sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial. Demikian pula dalam perilaku, mode-mode dan sebagainya, imitasi banyak memegang peran.

Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial seperti yang digambarkan di atas juga mempunyai segi-segi negatifnya. Yaitu apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ataupun secara

18

Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 58.

19

Michael Adryanto dan Savitri Soekrisno, Terj. Social Psychology, (PT. Gelors Aksara Pratama, 1999), hlm. 143.

20

Lesker D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York : American Book Company, 1956), hlm. 81.

(12)

yuridis dan moral harus ditolak. Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi jumlah yang serba besar.

Selain itu, adanya proses imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, dan hal ini dapat menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Dengan kata lain adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.

b. Faktor Sugesti

Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Dalam kehidupan sosial banyak individu menerima sesuatu cara, pedoman, pandangan, norma, dan sebagainya dari orang lain tanpa adanya kritik yang terlebih dahulu terhadap apa yang diterima itu. Misal dalam bidang perdagangan orang mempropagandakan dagangannya sedemikian rupa, hingga tanpa berpikir lebih lanjut orang termakan propaganda itu, dan menerima saja apa yang diajukan oleh pedagang yang bersangkutan.

Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama satu dengan yang lain, namun sebenarnya keduanya berbeda. Dalam hal imitasi orang yang mengimitasi keadaannya aktif sedangkan yang diimitasi adalah pasif dalam arti bahwa yang diimitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya. Hal itu tidak demikian dalam sugesti. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu. Jadi disini apa yang dituju atau apa yang dikehendaki itu jelas, yaitu

(13)

agar orang lain dapat menerima apa yang diberikannya, hal ini berbeda dengan apa yang terjadi dalam imitasi.

Sugesti akan mudah terjadi bila memenuhi syarat-syarat berikut: 1) Sugesti mudah diterima orang lain, bila daya berpikir kritisnya

dihambat.

Seperti telah dijelaskan dimuka sugesti akan diterima orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Karena itu bila orang masih dapat berpikir secara baik, masih dapat berpikir secara kritis, maka ia akan sulit menerima sugesti dari orang lain. Makin kurang daya kemampuannya memberikan kritik, maka akan mudahlah orang itu menerima sugesti dari orang lain. Daya berpikir kritis itu akan terhambat bila orang terkena stimulus yang bersifat emosional, dan juga jika orang dalam keadaan lelah baik fisik maupun psikologisnya. Misalnya orang yang telah berjam-jam rapat ia sudah lelah baik fisik maupun psikologis, adanya keengganan untuk berpikir secara berat, sehingga biasanya dalam keadaan yang demikian orang akan mudah menerima pendapat, pandangan dari pihak lain atau dengan kata lain orang yang bersangkutan akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.

2) Sugesti mudah diterima orang lain, bila kemampuan berpikirnya terpecah-pecah (dissosiasi).

Orang akan mudah terkena sugesti dari pihak lain apabila kemampuan berpikirnya terpecah belah atau mengalami dissosiasi. Orang mengalami dissosiasi apabila orang itu dalam keadaan kebingungan, karena menghadapi berbagai macam masalah. Orang-orang yang sedang dalam keadaaan kebingungan pada umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh pihak lain tanpa berpikir lebih jauh terlebih dahulu. Secara psikologis orang yang sedang dalam kebingungan, orang akan mencari pegangan untuk mengakiri rasa kebingungannya tersebut. Apa yang dikemukakan oleh orang lain akan mudah diambil

(14)

sebagai langkah untuk mengakiri kebingungannya, tanpa pemikiran yang lebih jauh. Selama individu dalam kebingungan, selama itu pula keadaan jiwanya tidak tenteram. Karena itu kalau dalam masyarakat terjadi kebingungan, keadaan ini akan memberikan peluang yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang akan memberikan sugesti mengenai suatu pandangan, pendapat, norma ataupun hal-hal yang lainnya.

3) Sugesti mudah diterima orang lain, bila materinya mendapatkan dukungan dari orang banyak (sugesti mayoritas)

Dalam hal ini orang akan mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu pandangan, pendapat, norma dan sebagainya, apabila pandangan, pendapat ataupun norma tersebut telah mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas. Yaitu sebagian besar kelompok atau golongan memberikan sokongan atas pandangan, pendapat atau norma-norma dan sebagainya yang telah mendapat dukungan dari mayoritas.

Orang beranggapan oleh karena sebagian besar anggota telah menerimanya, maka orang akan terasing atau tersingkir jika tidak ikut menerimanya.

4) Sugesti mudah diterima orang lain, apabila yang memberikan materi itu orang yang mempunyai otoritas.

Walaupun materi yang diberikan itu sama, tetapi kalau yang memberikan itu berbeda, maka akan terdapat perbedaan dalam penerimaan atas materi yang bersangkutan. Dalam hal ini orang mempunyai kecenderungan akan mudah menerima sesuatu yang dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu adalah orang yang memberikan otoritas dalam bidangnya. Hal yang demikian akan menimbulkan rasa percaya bahwa apa yang diberikan itu memang benar, karena memang menjadi bidangnya, sehingga hal itu menimbulkan sikap penerimaan atas pendapat tersebut, dan pendapat yang dikemukakan itu pasti mengandung

(15)

kebaikan-kebaikan dan kebenaran-kebanaran. Misal materi yang dikemukakan sama tetapi bidangnya berbeda (missal, seorang juru tulis) sedangkan yang lain diberikan oleh Bupati Kepala Daerah, maka penerimaan atas materi tersebut jelas berbeda, karena yang memberikan mempunyai otoritas yang berbeda. Karenanya langkah yang praktis apabila akan memberikan sesuatu dengan maksud agar yang diberikan itu dapat mudah diterima oleh orang lain, orang yang memberikan sebaiknya mempunyai otoritas dalam bidang yang diberikan itu.

5) Sugesti mudah diterima orang lain, apabila orang yang bersangkutan telah ada pendapat yang mendahului yang searah.

Bila dalam diri individu telah ada pendapat yang mendahului dan pendapat ini masih samar-samar dan pendapat tersebur searah dengan apa yang disugestikan maka pada umumnya orang akan mudah menerima pendapat yang disugestikan tersebut. Karenanya yang disugestikan itu akan lebih meyakinkan tentang pendapat pendahulunya. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu akan mudah menerima sugesti yang diberikan oleh pihak lain yang akan menghilangkan rasa keragu-raguannya. Contoh : orang mempunyai pendapat bahwa minyak angin cap PPO merupakan minyak angin yang cukup baik bila dibandingkan dengan minyak angin lainnya. Tetapi pendapat ini masih merupakan pendapat yang samar-samar. Tiap hari orang tersebut mendengarkan iklan di radio bahwa minyak angin cap PPO merupakan minyak angin yang terbaik. Apa yang dikemukakan itu akan mudah diterima oleh orang orang yang bersangkutan, karena yang dikemukakan itu seakan-akan membenarkan pendapatnya dan lebih meyakinkan akan pendapat bahwa minyak angin cap PPO memang minyak angin yang terbaik. Apa yang didengar itu lebih meyakinkan akan pendapatnya yang mendahuluinya.

(16)

Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial ialah faktor identifikasi. Identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Istilah identifikasi timbul dalam uraian Freud mengenai cara seorang anak belajar norma-norma sosial dari orang tuanya. Hal tersebut mulai kira-kira ketika ia berusia lima tahun.21 Dalam garis-garis besarnya anak itu belajar menyadari bahwa, dalam kehidupan ini ada norma-norma dan peraturan-peraturan yang hendaknya dipenuhi, dan ia pun mempelajarinya, yaitu dengan dua cara utama.

1) Anak mempelajari dan menerima norma-norma sosial itu karena orang tua dengan sengaja mendidiknya. Orang tua dengan dengan sengaja menanamkan norma-norma sosial kepada anaknya, bahwa ini baik, dan itu tidak baik, ini perlu dikerjakan dan itu tidak perlu dikerjakan, dana mana-mana perbuatan yang perlu ditinggalkan. Dengan jalan demikian akan tertanamlah norma-norma sosial pada anak.

2) Kesadaran akan norma-norma sosial juga dapat diperoleh anak dengan jalan identifikasi. Yaitu anak mengidentifikasikan diri pada orang tua baik pada ibu maupun pada ayah. Karena kedudukan orang tua sangat penting sebagai tempat identifikasi dari anak-anaknya.22

Di dalam identifikasi anak akan mengambil oper sikap-sikap maupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu. Dalam proses identifikasi ini seluruh norma-norma, cita-cita, sikap dan sebagainya dari orang tua sedapat mungkin dijadikan norma-norma, sikap-sikap dan sebagainya itu dari anak sendiri, dan anak menggunakan hal tersebut dalam perilaku sehari-hari. Karena itu seperti telah dipaparkan didepan kedudukan orang tua dalam

21

W. A. Gerungan, Op. Cit., hlm. 67.

22

(17)

keluarga adalah sangat penting. Karena segala sesuatu yang diperbuat oleh orang tua akan dijadikan tauladan bagi anak-anaknya.

Identifikasi ini dilakukan oleh anak kepada orang lain yang dianggap ideal dalam sesuatu segi, baik itu norma-normanya, sikap-sikapnya ataupun segi-segi yang lain yang nilainya bersangkutan. Masa perkembangan anakatau individu paling banyak melakukan identifikasi kepada orang lain ialah pada masa remaja. Dalam masa ini individu melepaskan identifikasinya dengan orang tua dan norma-norma sosial sendiri. Karena ini dalam masa remaja banyak anak mencari tempat identifikasi pada orang-orang dalam masyarakat yang dianggap ideal bagi yang bersangkutan.

d. Faktor Simpati

Selain faktor-faktor tersebut diatas faktor simpati juga memegang peranan dalam interaksi sosial. Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain. Oleh karena simpati merupakan perasaan, maka simpati timbul tidak ada dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan/emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Di samping individu mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, ini yang sering disebut antipati. Jadi kalau simpati itu bersifat positif, maka antipati bersifat negatif.23

Proses simpati dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua orang atau lebih orang. misalnya hubungan cinta kasih antara manusia. Biasanya didahului dengan hubungan simpati. Perbedaannya dengan identifikasi, dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh dan ingin belajar. Sedangkan pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama.24

23

Ibid, hlm. 64.

24

Referensi

Dokumen terkait

Atmosfer dari planet merkurius terdiri dari gas natrium dan kalium yang sangat tipis sehingga kadang-kadang dikatakan bahwa planet ini tidak memiliki atmosfer.. Jarak

supply yang mengutamakan peran pemerintah dan didukung segenap komponen masyarakat. Untuk mengefektifkan kebijakan perlindungan masyarakat dari bahaya rokok maka pemerintah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang ditemukan di Taman Kanak-kanak Kebon Baru Utara Kecamatan Kesambi Kota Cirebon yaitu

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

ligninolitik dengan rasio tergolong tinggi yakni 6,8 pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) yang juga diketahui memiliki aktivitas selulolitik yang

Para pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka kreatif, selain itu mereka mendorong para pengikutnya agar menjadi kreatif juga. Perusahaan-perusahaan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor