• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara perilaku Word of Mouth Communication dengan keputusan membeli pemutih wajah pada remaja putri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara perilaku Word of Mouth Communication dengan keputusan membeli pemutih wajah pada remaja putri"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REl\tlAJA PUTRI

Oleh :

NENDEN MARIA ULFAH NIM : 102070026053

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU WORD OF IVIOUTH

COMMUNICATION DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI

PRODUK PEMUTIH WAJAH PADA REMAJA

Skripsi

Diajukan kepada fakultas psikologi untuk rnemenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Pembimbing I

Oleh:

Nenden Maria Ulfah NIM: 102070026053

Di bawah Bimbingan

Pernbimbing II

セᄋ@

・MMOエᄃ[luTセ@

-Drs.Sofiandy Zakaria,M.Ps.T Dra.Agustiawaty,M.Phil Sne

FAKULTAS PSIKOL0<31

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

(3)

Communication dengan Keputusan Membeli Prociuk Pemutih Wajah pada Remaja telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarnt untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 14 Juni 2007

1

Sidang Munaqosah

anggota

M.si

Pembimbing I

Ors. Sofiandy Zakaria. M. Psi. T

Sekretaris ruerai)gkap anggota

Ora

z。ィュセセ@

M,;

NIP 150 238 WWセ@

Anggota:

Penguji II

セセ@

Ors. Sofiandy Zakaria M.Psi. T

Pembimbing II

MMセZカセセセ@

(4)

MOTTO:

セゥZョ。イ@

kecantikan yans .scjati itu, .seperti d:nar matahari

terliit yans me:neransi lansit Jan liumi, !iuka:n d:nar

kecantikan yans dl!iuat-!iuat Jan kema:njaa:n paf.su

( DR I ヲMャQセlid@ セaャカャalI@

Perempuan yang 6e6as dari

desak,an nafsu yang mengimpit

rfer6e6as dari setiap kj,Cauan yang

memperdaya, apapun namanya

rfer6e6as dari pengfiam6aan se[ain./il[{afi

rfer6e6as dari k§tunduk,an dan k§pasrafian

k§pada se[ain Jl[[afi

(5)

'Tak,ad'a Rgta-k,ata yang terucap

Sefain menangis syafid'u

...

<Beri6u-ri6u 6afifW,n 6eijuta-juta ucapan terima

k,asifi tak,afW,n cuk,up untuk,mem6ayar semua

Rgsifi sayang yang di6eri,l?._.an

:Namun

...

Setid'aR.Jiya

...

Sk,ripsi ini

---

d'apat mewakjfi--- tand'a 6uftr.i

rasa sayang yang pafing d'afam

(6)

(A) Fakultas Psikologi (B) Juni 2007

(C) Nenden Maria Ulfah

ABSTRAKSI

(D) Hubungan antara Perilaku Word-of-Mouth Communication dengan Keputusan Membeli Prociuk Pemutih Wajah pada R1:;maja

(E) Halaman: xvi+ 60 (F) Latar Belakang :

Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri karena remaja memiliki rasa takut tidak diterima oleh teman sebaya jika tidak berpenampilan sama dengan teman lainnya. Remaja mulai menghias diri dengan kosmetik. Salah satu kosmetik yang digunakan oleh para remaja adalah kosmetik pemutih wajah. Kosmetik ini sangat mudah didapat dan kandungan dalam produk pemutih wajah sangat berbahaya seperti merkuri yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit apabila tidak cocok digunakan bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh BPOM produk pemutih wajah dapat menyebabkan kanker. Pada masa ini remaja dapat dengan mudah dipengaruhi karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja dan biasanya remaja dapat dengan mudah terbujuk oleh rayuan iklan. lklan yang ditayangkan oleh media televisi dapat mempen9aruhi remaja untuk menggunakan produk yang ditayangkan di televisi. Salah satu iklan yang menarik perhatian remaja adalah iklan pemutih wajah. Sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu produk, remaja akan mencari informasi tentang suatu produk atau merek.

(7)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 144 siswa. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 40 orang, yaitu kelas 1 berjumlah 21 orang siswi dan kelas 2 yang berjumlah 19 orang siswi dengan usia 15-18 tahun. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling

sedangkan pengambilan sampel dilakukan secara non random atau tidak acak. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan angket dengan skala model likert yang terdiri atas empat alternatif jawaban. lnstrumen yang digunakan adalah skala keputusan membeli dan skala perilaku word-of-mouth communication.

Untuk mempermudah peneliti dalam perhitungan dan analisa data, maka peneliti menggunakan bantuan sistem kompute1· SPSS versi 11.5. Pengujian reliabilitas skala menggunakan Alpha Cronbach untuk skala word-of-mouth communication diperoleh reliabilitas sebesar 0,70 sedangkan untuk skala keputusan membeli diperoleh reliabilitas sebesar 0, 80 dengan r tabel 0.312.

Dari hasil pengolahan data dengan N

=

40 diperoleh r hitung

=

0,700. nilai r hitung lebih besar dari r label baik dalam taraf si9nifikansi 5% =0,312 maupun 1% =0,403, maka hipotesa nol (Ho) yan(J menyatakan "tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli produk P£'mutih wajah pada remaja" ditolak dan hipotesa alternative (Ha) yang menyatakan bahwa "ada hubungan yang signifikan antara perilaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli produk pemutih wajah pada remaja" diterima.
(8)

ABSTRACT

(A) Faculty Psychology (B) Juni 2007

(C) Nenden Maria Ulfah

(D) Relation between Behavior of Word-Of-Mouth Communication with the Decision Buy The Product of Facial Whitening at Adolescent

(E) Page : xvi + 58 (F) Background

Adolescent represent a period to spirit seeking because adolescent own to have cold feet is not accepted by friend coeval otherwise have appearance to equal to other friend and adolescent start to decorate the self with the cosmetic. One of cosmetic used by all adolescent is cosmetic of facial whitening. This cosmetic is very easy got and obstetrical in product of facial whitening like merkuri which can cause the iritasi husk if used incompatible even according to research conducted by BPOM of product of facial whitening can cause cancer. A period this adolescent earn easily influenced because pattern consume the somebody formed at adolescent age and adolescent to usually earn is easily persuaded by advertisement. Advertisement displayed by television media can influence adolescent to use the product displayed in television. One of advertisement drawing attention adolescent is a advertisement of facial whitening. Before setting mind on to buy something product, adolescent will look for the information about product or brand.

Besides advertisement in television, there is other dissimilar information source which can influence adolescent in make decision to buy, that is passing discussion conducted by usher the friend about product of pursuant to its experience either through direct and also indirectly. Indirectly passing the discussion adolescent have conducted the promotion product to its friend. Satisfied to product used do not will only return to use the the product but also frequently do the communications by verbal by source which they trust the. Information about product of passing word-of-mouth will be more be heard by adolescent and surely if the information conveyor is friend by self as according to personal experience. Incoming i1nformation from one who is recognized around its will be more get the attention because earning direct see the result from product informed from subjek used product.

(9)

of system of computer of SPSS version 11.5. examination of reliabilitas scale use the Alpha Cronbach for the scale of word-of-mouth communication obtained reliabilitas of equal to 0,70 while for the scale of decision buy obtained reliabilitas of equal to 0, 80 by r tables of 0.312.

From result of data processing by N

=

40 obtained r count

=

0,700. valuer count bigger than r tables of goodness in level si9nifikansi 5% = 0,312 and also 1 % = 0,403, hence hypothesizing zero (Ho) expressing "there is no relation which signifikan behavior of word-of-mouth communication with the decision buy the facial whitening at adolescent "refused. Hypothesizing alternative (Ha) expressing that "there is relation which signifikan between behavior of word-of-mouth communication with the decision buy the product of facial whitening at adolescent "accepted.
(10)

KAT A PENG ANT AFt

Tiada yang pantas diungkapkan selain rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT yang dengan segala kemurahan-Nya telah memberikan kemudahan diantara kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini yang berjudul "Hubungan antara perilaku Word-of-Mouth Communication dengan Keputusan Membeli pada Remaja''. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Hidup adalah perjuangan, itulah yang penulis rasakan selama penyusunan skripsi ini. Bukanlah hal yang mudah untuk tetap berkonsentrasi pada skripsi ketika masalah-msalah hidup menghampiri. Namun, Alhamdulillah berkat do'a dan dukungan yang tulus dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si, dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh dosen dan ka1yawan yang dengan kesabaran dan kerelaannya telah membantu kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

(11)

4. Kepada orangtuaku yang tercinta yang selalu memberi semangat dan perhatian dikala penulis menghadapi kejenuhan sewaktu mengerjakan skripsi ini serta saudara-saudaraku terutama H.Rahman, Burhan Efendi yang telah memberikan semangat dan dukungan serta perhatian semoga keluarga kita mencapai sukses dunia akhirat.

5. Kepala Yayasan dan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Attahiriah Klender yang telah memberikan izinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada siswa yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Perpustakaan UIN Jakarta, perpustakaan UI Depok, perpustakaan Sumantri, dan perpustakaan Nasional.

7. Sahabat-sahabatku Ina, Zakiah, Nur, Elis serta teman-temanku yang lain dikelas D semoga ukhuwah dan silaturahim kita dapat terus dijaga.

Serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya penulisan skripsi ini, seperti pepatah mengatakan bahwa "Tak Ada Gacling yang Tak Retak" .Penulis yakin bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga karya ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ..

Jakarta, Juni 2007 Penulis,

(12)

DAFTAR ISi

Halaman judul ... .

Halaman persetujuan ii

Halaman pengesahan ... ,, ... ... iii

Motto . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . iv

Dedikasi . . .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . ... v

Abstraksi ... .,... vi

Kata pengantar . . .. . .. . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. x

Daftar isi . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . .. . .. . .. xi

Daftar tabel . . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. . . xvi

Daftar lampiran .. .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . .. . . .. . . .. ... xvii

BAB 1

PENDAHULUAN

1-9

1.1 Latar belakang masalah 1.2 ldentifikasi masalah 1

6

1.3 Pembatasan dan perumusan masalah .. .... .. .. .. .. .. .. 7

1.3.1 Pembatasan masalah .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 7

1.3.2 Perumusan masalah .. . . .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. 7

1.4 Tujuan dan manfaat penelitian .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 8

1.4.1 Tujuan penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 8

1.4.2 Manfaat penelitian 1.5 Sistematika penulisan

BAB 2

KAJIAN PUST AKA

8

9 10-31 2.1 Keputusan membeli .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ... 10

2. 1.1 Pengertian keputusan membeli .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 1 O 2.1.2 Tahap-tahap dalam keputusan mt'lmbeli ... 11

(13)

word-of-mouth communication .. .. .. .. .. .. . .. .. .. 18 2.2.3 Metode penyampaian word-of-mouth

communication . . .. .. .. .. .. .... .. ... .. .... .. .. .. .. ... .. .. ... .. . 21 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi

sosial . . . .. . ... ... . .. .. . ... .. . ... ... .. . ... ... . . . ... .. . ... . .. 21 2.3 Remaja . .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 22

2.3.1 Pengertian remaja .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. 24 2.3.2 Batasan usia remaja .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. ... 25 2.3.3 Karakteristik remaja .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. 26 2.4 Kerangka berfikir .. .. . .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. . .. .. . .. . 28 2.5 Hipotesis ... ... ... ... .. .... .. .. .. ... ... . .. .... .. ... 31

(14)

3.5 Teknik uji instrumen ... . .. .. . ... ... . .. .. . . .. .. .. ... ... ... ... ... 40

3.6 3.7

3.5.1 Uji validitas skala .. . . .. .. . . .. .. .. . .. .. . . .. .. .. .. .. .. 40 3.5.2 Uji reliabilitas ska la . . .. . . .. . . .. .. .. . . . .. .. . . .. . . . 45

Teknik analisa data Prosedur penelitian

47

48

BAB 4

PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A

49-52

4.1 Gamba ran um um respond en .. . . .. ... . . . .. . . .. . . . .. .. . . 49 4.1.1 Gambaran umum responden berdasarkan

usia ... 49 4.1.2 Gambaran umum responden berdasarkan

kelas ... 50 4.2 Presentasi data . .. . . .. .. .. .. .. .. . . .. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. 50

4.2.1 4.2.2

Uji persyaratan ... .. Uji hipotesis ... ..

50 51 4.3 Pembahasan hasil penelitian . . .. .. .. . . .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. 52

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 54-58 5.1 Kesimpulan ... , 54 5.2 Diskusi . . .. . . .. .. .. .. .. . . .. . . .. .. .. .. .. .. . . . .. .. .. . . . .... . 54 5.3 Saran .. .. .. . .. .. . . .. .. .. .. .. . . .. . . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . . .. . . .. .. 58

(15)

3.2 Blue print ska la word-of-mouth communication ... 39

3.3 Has ii try out ska la keputusan membeli ... 42

3.4 Blue print ska la keputusan membeli pasca try out . . . 43

3.5 Has ii try out ska la word-of-mouth communication . . . 44

3.6 Blue print skala word-of-mouth communication . . . .. 45

4.1 Gamba ran um um responden berdasarkan usia . . . .. 49

4.2 Gambaran um um respond en berdasarkan kelas . . . ... 50

4.3 Uji Normalitas . .. .. . ... . .. .. . ... ... ... ... ... .. . ... ... . .. ... ... . .. ... .. . ... . .. ... 51

[image:15.595.36.445.145.501.2]
(16)

LAMPI RAN

1. Pernyataan kesediaan

2. Skoring skala keputusan membeli (try out)

3. Skoring skala word-of-mouth communication (try out) 4. Skoring skala keputusan membeli (pasca try out)

5. Skoring skala word-of-mouth communication (pasca try out) 6. Reliability keputusan membeli

7. Reliability word-of-mouth communication

(17)

PENDAHULUP1N

1.1

Latar belakang masalah

Dewasa ini kosmetika telah berkembang menjadi salah satu kebutuhan. Bentuk tubuh yang ideal, kulit tubuh dan wajah yang putih dan mulus serta tatanan rambut yang bagus merupakan impian bagi setiap individu. Tak mengherankan jika berbagai cara dilakukan untuk mempercantik penampilan fisik agar penampilan fisiknya menjadi ideal dan cantik SE•perti apa yang dibayangkannya.

Setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan membeli. Untuk sampai pada perilaku membeli, banyak hal dan tahap yang harus dilalui oleh konsumen sebelum sampai pada tahap keputusan membeli suatu produk, yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evalusi alternatif, dan keputusan pembelian.

(18)

2

tanpa mengetahui informasi tentang produk tersebut. Pencarian informasi ini terjadi setelah adanya pengenalan kebutuhan. karena pencarian informasi ini termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam in9atan dan

pemerolehan informasi dari lingkungan. Ketika pembeli mengidentifikasi suatu kebutuhan, mereka akan mencari informasi エ・ョエ。ョセj@ cara memenuhi kebutuhan tersebut. Pencarian informasi ini dapat bersifat pencarian internal, remaja mencari informasi dengan cara membuka kembaii ingatannya dimana informasi tersebut disimpan di long-term memory. Pencarian eksternal di iakukan oleh remaja untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber lain, seperti iklan. teman. sales person.

Perkembangan iklan semakin marak, terutama akibat dukungan media yang dapat digunakan sebagai sarana penyaluran iklan. baik itu media cetak maupun elektronik. Peluang ini tidak disia-siakan oleh paira produsen berbagai jenis produk, karena mereka cukup jeli melihat televisi sebagai sarana paling ampuh untuk mempromosikan produk dan sekaiigus menjaring dan membina konsumen.

(19)

remaja memiiiki rasa takut tidak diterima oieh teman sebaya jika tidak berpenampilan sama dengan teman lainnya, remaja mulai menghias diri dan menggunakan aksesoris yang dapat menimbuikan kepercayaan dirinya.

Pada masa pencarian jati diri iniiah remaja dapat dengan mudah

dipengaruhi karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja dan biasanya remaja dapat dengan mudah terbujuk rayuan ikian, suka ikut-ikutan teman, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat seperti iniiah yang dimanfaatkan oieh produsen daiam memasarkan produk untuk remaja.

Remaja putri daiam hai membeii produk kosmetik bukan hanya karena ikian tetapi adanya pengaruh word-of-mouth communication, yaitu melalui

pembicaraan yang diiakukan amar teman temang produk pemutih wajah berdasarkan pengalaman setelah menggunakan produk pemutih wajah dan secara tidak iangsung meiaiui pembicaraan tersebut mereka sudah

melakukan promosi kepada temannya. lnformasi yang da1tang dari seorang teman biasanya berdasarkan pengaiaman pribacii yang akan menimbuikan

(20)

meiakukan word-of-mouth communication atau dikomunikasikan secara verbal oleh sumber-sumber yang mereka percayai.

informasi yang datang dari orang yang dikenai di sekitamya akan iebih mendapatkan perhatian karena dapat langsung melihat hasil dari produk yang diinformasikan dari subjek yang teiah menggunakan produk. Word-of-mouth communication dianggap lebih dipercaya dibanding seorang tenaga penjuaian dan dapat menjangkau konsumen iebih cepat dari pada ikian maupun direct mail, karena apa yang dibicarakan berdasarkan atas pengaiaman pribadi terhadap produk.

4

Kemajuan teknoiogi komunikasi dan informasi membuat proses transfer informasi antar konsumen menjadi lebih cepat karena orang bisa dengan cepat berkomunikasi. Di era komunikasi massa dan ikian seperti sekarang ini ternyata komunikasi personal seperti word-of-mouth communication memiliki kekuatan yang besar daiam mengambii keputusan suatu produk, hai ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadisugito : - 90 % Peianggan yang tidak puas tidak akan membeii ia9i produk

(21)

- i!Vaktu usaha, tenaga dan uang yang diperiukan untuk menarik seorang pelanggan baru 5 kali lebih banyak daripada untuk mempertahankan seorang peianggan iama.

- Setiap pelanggan yang puas akan menceritakannya kepada paling sedikit 5 orang iainnya, yang sebagian diantaranya dapat menjadi peianggan.

Peneiitian iain diiakukan oieh Limbong yang dikutip oieh Yati Rohayati, 2005 mengenai faktor yang mempengaruhi remaja dalam pembelian kosmetika. Peneiitian diiakukan pada wanita dengan rentang usia antara i 5 sampai 24 tahun dan sampel yang diambil adalah pelajar dan mahasiswa dengan tingkat pengeiuaran dibawah Rp.50.000,00. Media yang menjadi sumber informasi dalam melakukan proses pencarian adalah majalah, teleivisi, teman, dan keiuarga. Menurut responden pada peneiitian in, bahwa hai yang menarik pada iklan kosmetik adalah informasi dan pesan iklan dengan fokus pada cara pakai, sedangkan proses keputusan mengapa merei<a memakai suatu produk kosmetika adalah karena mereka melihat teman atau keluarga

memakai produk tersebut dan berhasii mendapatkan manfaat dari pemakaian produk tersebut

(22)

6

langsung tetapl juga menghadirkan model dari penggunaan produk tertentu yang sifatnya nyata dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga para remaja putrl memutuskan untuk membeii atau tidak.

Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untui< meiihat apai<ah ada

hubungan antara Perilaku Word-of-Mouth Communication dengan Keputusan Membeii Prociuk Pemutih Vvajah pada Remaja Putri.

1.2

ldentifikasi Masalai'I

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, untuk lebih mengarahkan pembahasan serta pemecahan masaiah, maka penuiis mengidentifli<asi sebagai berikut :

i. Apai<ah ada hubungan antara tayangan ikian di teievi:si dengan keputusan membeli produk pemutih wajah pada remaja putri?

2. Adai<ah hubungan antara periiai<u word-of-mouth communication dengan keputusan membeli produk pemutih wajah pada remaja putri ?

3. Apakah periiaku word-of-mouth communication yang diiai<ui<an oieh remaja dapat meningkatkan keputusan untuk membeli ?

(23)

1.3

Pembatasan dan Perumusan Masaiah

1.3.1 Pembatasan Masalah

a. Vvord-of-mouth communication yang dimaksud daiam peneiitian ini adalah pembicaraan yang dilakukan antar teman tentang produk pemutih wajah berdasarkan pengaiarnan seteiah menggunakan produk pemutih wajah.

b. Keputusan membeii yang dimaksud adaiah i<eputusan yang diambil oleh remaja putri untuk membeli produk pemutih wajah. c. Daiam peneiitian ini, responden yang akan dijadikan sampei

adalah remaja putri MA Attahiriyah ,lakarta Selatan berusia

15-i 8 tahun. Responden membeii serta menggunakan produk

pemutih wajah.

i.3.2 Perumusan iViasaiah

Terkait dengan masalah tersebut dibuatlah pertanyaan penelitian yang nantinya ai<an dijadikan dasar pengumpuian data dengan rumusan sebagai

berikut:

Apakah ada hubungan antara periiaku word-of-mouth communication

(24)

8

1.4

T ujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasaiahan, maka tujuan diadakan peneiitiannya ini adaiah untuk:

i. Mengetahui apakah ada hubungan antara periiaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli produk pemutih wajah pada remaja putri ?

2. Mengetahui apakah ada perbedaan antara perilaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeii produk peimutih wajah pada remaja putri berdasarkan jenis usia ?

1 .4.2 Manfaat Peneiitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan akan menarnbah khazanah ilmu Psikoiogi Konsumen pada umumnya, khususnya mengenai periiaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli yang dilakukan oleh remaja putri.

(25)

1.5

Sistematika Penuiisan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kaidah Americ;3n Psychologycal Association (APA) styie. Dengan sistematika penuiisan :sebagai berikut :

BAB 1 : Pendahuluan, meliputi latar belakang rnasalah, identifikasi

masaiah, pembatasan dan perumusan masaiah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian Pustaka, meiiputi kerangka teori yang bmkenaan dengan, keputusan membeli pada remaja, word-of-mouth communication

pengertian remaja, kerangka berfikir, dan hipott3sa.

BAB

3 :

Metode Penelitian, meliputi pendekatan penelitian, metode pengumpuian data, subjek peneiitian yang terb;3gi menjacii

karakteristik dan jumlah subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpuian data, dan anaiisa data.

BAB 4 : Presentasi dan Analisa Data, meliputi セQ。ュ「。イ。QQ@ umum penelitian dan hasii utama peneiitian.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Keputusan Membeli

2.1.1 Pengertian Keputusan Membeli

Menurut Engel, Blackwell, and Miniard ( dalam Yahya, 1995: 15) keputusan membeli diartikan sebagai :

"Suatu sikap yang merupakan hasil atau kelanjutan dari proses yang

dilakukan individu ketika dihadapkan pada situasi dan alt1:irnatif tertentu untuk berperilaku dalam memenuhi kebutuhannya".

Sedangkan Johannes Supranto (1998 : 3) menyatakan bahwa pengambilan keputusan terjadi sebagai perumusan berbagai tindakan al!ternatif yang tepat setelah suatu evaluasi {penilaian) dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai

(27)

2.i.2

Tahap-Tahap ciaiam Keputusan iiiiembeii

Kotler (1996: 227) membagi tahap-tahap proses keputusan membeli menjadi iima tahapan yang terbagi atas pengenaian kebutuhanimasaiah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembeiian. Tahapan daiam keputusan membeii yang digunakan pada penelitian ini ada pada tahap pencarian informasi.

Tahap-tahap daiam keputusan membeti Pengenalan I-+ Pencarian

,_

Evaluasi

- I

masalah informasi alternatif

[image:27.595.39.457.180.481.2]

• Keputusan __..., Perilaku pembelian pasca

Gambar 2.1 Tahap-Tahap dalam Keputusan Membeli Sumber : Kotler, 1996 : 227

1. Pengenalan kebutuhan/masalah

membeii

Langkah pertama yang diiakukan pembeii daiam membuat keputusan untuk membeli adalah pengenalan kebutuhan. Adanya kebutuhan tersebut

disebabkan karena konsumen merasakan adanya ketidakHesuaian antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang diinginkannya.

Pengenaian kebutuhan pada dasarnya tergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan sebenarnya (actual state) dan keadaan yang diinginkan (desired state) umuk mengaktifKan proses keputusan.

(28)

i2

karena kebutuhan yang dikenaii harus cukup penting dan k.onsumen percaya bahwa solusi bagi kebutuhan tersebut ada dalam batas kernampuannya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi actuai state dan desire state.

Faktor yang mempengaruhi actual state adalah fal<tor internal dan eksternal. internai seperti memiiiki keinginan untuk membeii suatu produk serta faktor

eksternal seperti iklan, informasi dari teman atau anggota k.eluarga. Sedangkan faktor yang mempengaruhi desire state adaiah buciaya, gaya hidup, dan

reference group.

:2. Pencarian informasi

Setelah mengidentifikasi masalah, konsumen melakukan p1:mcarian untuk memperoieh informasi mengenai produk. Pencarian informasi ini terjadi karena termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan dan

pemeroiehan informasi dari iingkungan.

ivienurut john. Mowen & Minor (daiam Owi Kartini Yahya, ;W0:2 : 18) Pencarian informasi ini dapat bersifat pencarian internal (internal search) maupun

pencarian eksternai (ekstemai search). Pada intemai search, i<0nsumen mencari informasi dengan cara membuka kembali memori informasi jangka panjang mengenai produk atau jasa. Pada eksternai search, konsumen

(29)

ivienurut Engei, Biackweii, and iviiniard (daiam Yahya, i 995 ) jumiah dan jenis pencarian informasi yang dijalankan seseorang berbeda menurut kelas sosial, kategori produk dan situasi. Keias sosiai terendah memiiiki sumber informasi

yang terbatas dalam menyaring kesalahan informasi. Konsumen kelas pekerja biasanya sering menggunakan teman atau kerabatnya untuk informasi

mengenai keputusan konsumsi.

Sedangkan konsumen keias menengah iebih percaya pada informasi yang diperoleh dari media dan secara aktif terlibat di dalam penc:arian eksternal dari media tersebut. Semakin tinggi keias sosiai semakin besar akses kedaiam informasi media.

ivienurut Kotier (daiam Agus, 1992: 125) sumber informasi konsumen dibagi empat kelompok, yaitu:

- Sumber pribadi - Sumber komersial

: Keiuarga, teman, tetangga, kenaian : lklan, penyalur, kemasan, pame1·an - Sumber pubiik : iviedia massa

- Sumber pengalaman : Penanganan, pengamatan, dan penggunaan produk

3. Evaiuasi Aiternatif

(30)

masaiah agar mendapatkan sebuah keputusan untuk membeii. Ketika membandingkan pilihan suatu produk, konsumen membentuk keyakinan,

i4

sikap, dan tujuan mengenai aiternatif yang dipertimbangkari. Evaiuasi aiternatif merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya dengan cara mencari piiihan terbaik tentang produk yang diikiankan, seperti kuaiitas dan harga. Evaluasi alternatif ini dimulai dengan pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan mengenai produk atau merek dan diikuti denfian peraiihan daiam sikap terhadap tindakan pembelian. Evaluasi alternatif ini digunakan oleh konsumen untuk membandingkan produk dan merek yang berbeda.

4. Keputusan pembeiian

Dalam menentukan pembelian, konsumen akan melakukan tahap evaluasi aiternatif dengan membentuk preferensi atas merek-merek atau produk dan kemudian akan timbul niat untuk melakukan pembelian. Menurut Kotler (Agus, 1992: i28i ada dua faktor yang dapat timbui diantara pembeiian dan

keputusan membeli, yaitu sikap orang lain dan faktor emosional yang tidak diharapkan.

1. Sikap orang lain. Sejauhmana sikap orang lain dalam mengurangi

aiternatif yang disukai akan bergantung pada dua hai, yaitu: (1i intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai oleh konsumen dan (2i motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang iain.

(31)

pembeiian dan jika pandangan orang tersebut negatif, maka individu tersebut dapat meninjau kembali niatnya untuk melakukan transaksi membeii.

2. Faktor situasi yang tidak diharapkan akan muncul untuk mengubah niat pembeiian, misainya informasi tertentu yang bersumber dari iingkungan luar individu seperti orang-orang terdekatnya.

5. Periiaku pasca pembeiian

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan, karena konsumen memiiiki harapan terhadap produk yang telah digunakannya. Para konsumen membentuk harapan-harapan

berdasarkan pesan yang diperoieh dari para penjuai, kawan-kawan, atau sumber-sumber informasi lain.

Pemasaran harus memantau kepuasan pasca pembeiian, tindakan pasca pembelian suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya, yaitu jika konsumen puas maka akan menunjukkan kemungkinan yang iebih tinggi untuk membeli produk tersebut. Komponen penting yang terjadi pada pasca

(32)

i6

2. i .3 Peran inciiviciu ciaiam Keputusan Membeii

Kotler (1996: 223) ada lima peran dalam keputusan pembeilian, yaitu:

1. Pencetus (initiator) : Seseorang yang pertama kaii mimgusuikan gagasan untuk membeli suatu produk atau jasa.

2. Pemberi pengaruh (infiuencer) : Seseorang yang pandangannya atau

sarannya dapat mempengaruhi keputusan untuk mernbeli.

3. Pengambii keputusan (decider) : Seseorang yang ュエセョァ。ュ「ゥゥ@ keputusan untuk setiap komponen, yaitu keputusan pembelian-apakah membeli, tidak membeii, bagaimana membeii, dan dimana akan membeii. 4. Pembeli (buyer) : Orang yang melakukan pembelian.

5. Pemakai (usef) : Seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk.

2.2

Word-of-Mouth Communication

2.2.1

Pengertian Word-of-Mouth Communication

Terdapat berbagai definisi mengenai word-of-mouth communication,

diantaranya dikemukakan oleh Kotler.et al (Imam Nurmawan, 1997: 396) mendefinisikan word-of-mouth communication sebagai : "komunikasi pribadi tentang produk antara pembeli dengan tetangga, teman, dan anggota

(33)

komentar-komentar, dan informasi diantara dua orang, dimana kedua-duanya bukaniah tenaga pemasar''.

Kotier, at.ai. (daiarn Agus, 1992) mendefinisikan word-of-mouth communication

sebagai : "kornunikasi interpersonal antar konsurnen non pernasar tentang produk, jasa atau perusahaan tertentu berdasarkan pengaiamannya baik secara langsung rnaupun tidak langsung pada suatu waktu tertentu".

Zeitharni.et.ai (daiarn Fandy Tjiptono, 200i: 29) word-of-mouth communication

adalah pernyataan secara personal atau non personal yan9 disarnpaikan oleh orang iain seiain organisasi kepada peianggan.

Seiain biasa disingkat dengan VVOM. word-of-mouth juga c1ikenai dengan istiiah Buzz. Rosen (dalam Zoelkifli Kasip, 2004 : 8) rnenyatakan Buzz sarna dengan iii/OM, yaitu keseiuruhan kornunikasi orang ke orang mengenai suatu produk, jasa/perusahaan tertentu di setiap tahap pada wal(tu tertentu.

(34)

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Periiaku Word-Of-Mouth

Communication

Menurut Richins Marsha dan Root Shaffer (daiam Patria Priharmoko, 2002 :

46-53) ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku word-of-mouth

communication, yaitu kepuasan konsumen, opinion ieaderships, cian insentif. 1. Kepuasan konsumen

Kepuasan konsumen merupakan konsep penting daiam strategi pemasaran dan penelitian konsumen. Jika konsumen merasa puas dengan suatu produk, maka konsumen akan cenderung untuk terus membeii dan menggunakannya serta memberitahu orang lain tentang pengalaman yang m13nyenangkan dengan produk tersebut.

i8

Kotier (daiam Buchari Aima: 2002; 231) mendefinisikan kepuasan konsumen sebagai: "satisfaction is person's feelings of pleasure or disappointment resuiting from comparing a product's perceived performance in reiation to his

or her expectaction jadi kepuasan konsumen adalah perasaan senang/kecewa seseorang yang berasai dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya".

Seperti yang dijeiaskan definisi diatas, kepuasan merupaka1n fungsi dari kesan atas kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan, maka

(35)

peianggan akan merasa puas. jika kinerja meiebihi harapan, maka peianggan merasa sangat puas.

2. Opinion ieaderships

Kebanyakan dari konsumen menerima informasi tentang k1:lbutuhannya dari orang iain. Orang iain yang jadi sumber informasi bisa berupa teman, saudara, tetangga atau teman satu kelompok. Biasanya informasi yang kita terima berasai dari orang yang kita yakini bahwa dia mempunyai informasi yang benar karena selama ini dia bergerak dibidang tertentu yang berkaitan dengan informasi yang kita butuhkan.

Orang yang kita tanyai dan minta untuk memberikan informasi disebut sebagai pemimpin opini (opinion leaderships). Opinion leaderships memiliki fungsi untuk memberikan informasi kepada orang iain (pengikut) mengenai produk,

memberikan nasehat agar konsumen dapat mengurangi resiko dalam pembeiian suatu produk baru.

Apa yang memotivasi Opinion ieaderships ? Opinion ieaderships ingin

(36)

mereka tetap menciapatkan informasi mengenai prociukijasa yang teiah ciigunakannya.

Emanueiie Rosen (ciaiam Zoeikifii Kasip, 2004 : 31

i

menye1outkan bahwa acia beberapa jenis prociuk yang orang cencierung untuk menciii>kusikannya.

Prociuk-prociuk tersebut aciaiah sebagai berikut :

1.

Prociuk yang menarik, seperti buku kaset cian film.

2. Prociuk pengaiaman pribacii, seperti hotei, maskapai penerbangan, mobii, cian buku yang merupakan prociuk-prociuk yang masuk dalam kategori ini. 3. Prociuk yang mahai, seperti komputer atau barang eiektronik.

4. Prociuk yang ciiciapat ciiamati, seperti baju, mobil cian telepon genggam. 20

Orang cencierung membicarakan apa yang mereka iihat. jika prociuk ticiak

terlihat oleh mereka orang cencierung ticiak menciiskusikannya.

3. insentif:

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku word-of-mouth communication acialah insentif (haciiah). Menurut Kartini Kartono (2003i bahwa insentif ciiciefinisikan sebagai : "perangsang atau obyek yang menimbulkan tingflah laku yang telah ciimotivisir". Sedangkan Chapiin (2005i insentif adaiah oby1ek eksternai yang

(37)

Pemberian insentif diyakini dapat mengubah motivasi seseorang. Motivasi adalah sesuatu kekuatan yang mendorong atau menarik s•eseorang yang menghasiikan periiaku yang menetap ke arah suatu tujuan tertentu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri (instrinsic) dan dari luar (extrinsic). Motivasi ekstrinsik mengacu pada variabei dari iinkungan yang rnengarahkan periiaku seseorang (misalnya gaji, hadiah). lnsentif memegang peranan dalam

menyebarkan word-of-mouth communication. Pemberian insentif baik berupa uang atau barang memotivasi konsumen untuk menyebarkan word-of-mouth communication yang positif baik tentang perusahaan, produkijasa yang diberikan.

:i!.2.3 Metocie penyampaian word-of-mouth communication

Menurut Emmanuel Rosen (dalam Zoelkifli Kasip, 2004 : 6!5) terdapat berbagai metode daiam penyampaian word-of-mouth communication, yaitu :

1. Penasehat (advisor) terpercaya untuk merekomendasikan produk terremu.

2. Seorang teman memberitahukan teman yang lainnya (secara pribadi meiaiui teipon & e-maiii.

3. Seseorang yang memberikan referensi atau networking kepada orang iain.

(38)

6. Pidato, makaiah, peneiitian dari para ahii. 7. Kelompok pemakai produk tertentu.

8. Acara (events), seperti pertemuan makan maiam, rap.at umum yang membicarakan tentang pengalaman setelah menggunakan produk. 9. Peranan aktor daiam memerankan sebagai peianggan daiam ikian.

22

10. Peranan aktor dalam memerankan sebagai ahli (misalnya dokter) dalam ikian.

2.2.4 Fak.tor-Faktor yang Mempengaruhi interak.si Sosiai

lnteraksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain yang dapat mempengaruhi individu satu dengan individu yang iain atau

sebaliknya. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan keiompok atau keiompok dengan keiompok.

Fioyd Aiport (daiam Bimo Vliaigito, 2002 : 58 )mengatakan bahwa periiaku dalam interaksi sosial ditentukan oleh banyak faktor, yaitu 1'aktor imitasi, sugesti, dan identiflkasi

1. Faktor imitasi

Faktor yang mendasari interaksi adaiah faktor imitasi. imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Faktor imitasi memiliki peranan yang

(39)

umuk mengimitasi sesuatu periu adanya sikap menerima, sikap mengagumi terhadap apa yang diimiitasi dan imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya

2. Faktor sugesti

Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari orang iain yang umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.

Sugesti dapat dibedakan menjadi dua, yaitu auto-sugesti, yaitu sugesti

terhadap diri sendiri dan hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang iain.

3. Faktor identifikasi

Faktor iain yang memegang peranan daiam interaksi sosiai adaiah faktor identifikasi. ldentifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau

keinginan daiam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak iain. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya climana suatu keadaan

(40)

24

2.3

Remaja

2.3.1

Pengertian Remaja

istiiah adoiescence atau remaja berasai dari kata Latin adoiescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk menjadi dewasa. Menurut Hurlock (dalam

Soedjarwo, 1991) istiiah adoiescence memiiiki arti yang iuas, mencakup

kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Dalam ilmu kedokteran dan iimu-iimu yang terkait (seperti bioiogi dan iimu faaii remaja dikenai sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin rnanusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti aiat-aiat keiamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna pula (Sariito Vliirawan Sarwono, 2002 : 6).

(41)

Sementara itu VliHO memberikan definisi tentang remaja yang iebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu : biologis, psikoiogis, dan sosiai ekonomi. Dari ketiga kriteria tersebu't akan dijeiaskan bahwa remaja adalah suatu masa dimana :

i. individu berkembang pada saat pertama kaii ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2. individu mengaiami perkembangan psikoiogik dan poia identifikasi dari

masa kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peraiihan dari ketergantungan sosiai - ekonorni yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980 dalam Sarlito Vliirawan Sarwono, 2004 : 9).

2.3.2 Batasan Usia Remaja

Menurut Mappiare (dalam Mohammad Ali & Mohammad Asrori, 2004 : 9). iviasa remaja beriangsung antara umur i2 tahun sampai dengan 2i tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia i2ii3 tahun sampai dengan i7ii8 tahun adaiah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir Huriock (daiam Soedjarwo, 1991 : 206) batasan usia remaja untuk

(42)

26

Sedangkan Zakiah Oaradjat (2003: 141) mengemukakan bahwa masa remaJa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 13 sampai 16 tahun adalah remaja

awai, dimana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjaian sangat cepat

dan usia 17 sampai 21 tahun adalah usia remaja akhir yan!l merupakan

pertumbuhan atau perubahan terakhir daiam pembinaan pribadi dan sosiai.

2.3.3 Karakteristik Remaja

Mohammad Ali & Mohammad Asrori (2004: 16-18) dalam bukunya

menyebutkan sejumiah sikap yang menunjukkan karakteristik remaja, yaitu :

1. Kegelisahan

Sesuai dengan perkembangannya remaja mempunyai angan-angan atau

keinginan yang harus diwuudkan di masa depan. Namun sesungguhnya

remaja beium banyak memiiiki kemampuan untuk mewujudkan keinginan

tersebut. Remaja seringkali memiliki keinginan atau angan-angan yang

jauh iebih besar dibandingkan dengan kemampuan yang dimiiikinya.

Seiain itu, di satu pihak mereka ingin mendapat banyak pengaiaman

untuk menambah pengetahuan, tetapi di pihak lain m13reka merasa belum

mampu meiakukan berbagai hai dengan baik sehingga tidak berani

mengambil tindakan untuk mengambil pengalaman langsung dari

(43)

5. Keinginan mencoba segaia sesuatu.

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yan91 tinggi (high curiosityi. Karena didorong oieh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba segaia sesuatu yang beium pernah diaiaminya.

6. Menarik perhatian lingkungan.

Pada masa ini remaja muiai mencari perhatian dari iingkungannya untuk mendapatkan status dan peranan dalam berbagai kegiatan yang diadakan di iingkungannya.

7. Terikat dengan kelompok.

Remaja daiam kehidupan sosiai sangat tertarik kepaoa keiompok sebayanya sehingga tak jarang orang tua dinomorduakan sedangkan keiompoknya dinomorsatukan.

2.4

Kerangka Berfikir

Produsen sebagai penyedia barang dan jasa melihat pelua.ng dari peranan teievisi sebagai media yang mempunyai fungsi sebagai media informasi dan media promosi. Kenyataannya yang terlihat sekarang ini peran televisi sebagai media promosi iebih condong untuk ditampiikan. Bentuk promosi dari

(44)

29

Prociuk yang ditawarkan oieh ikian beragam jenisnya, tetapi yang sering muncul di televisi adalah iklan tentang produk kosmetika yang ditujukan untuk remaja, karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan pada masa inilah banyak perubahan-perubahan yang terjadi karena remaja ada pada masa pencarian jati ciiri. Saiah satu perubahan yang ada pada diri remaja yaitu penampilan dirinya. Oleh karena itu, untuk memenuhi rasa ingin tahunya remaja seiaiu berusaha mencari

berbagai informasi tentang kosmetik yang ingin digunakannya. Sebuah produk yang baru diiuncurkan tentunya memeriukan sebuah media promosi yang tepat, agar produk tersebut dapat dikenal dan laku dipasaran.

Pada zaman yang serba mutakhir beiakangan ini tentunya banyak media yang bisa digunakan untuk memasarkan produk baru tersebut. Mulai media cetak hingga media eiektronik yang merupakan komunikasi massa. Dari yang murah meriah hingga terbilang sangat mahal. Yang menjadi fenomena belakangan ini adaiah penggunaan media eiektronik yaitu teievisi dan raciio sebagai media iklan. Televisi memiliki keistimewaan dibandingkan dengain media massa iainnya, karena informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jeias terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual dan televisi merupakan

(45)

tersebut. Pencarian informasi ini dapat bersifat pencarian internai, remaja putri mencari informasi dengan cara membuka kembali iniiatannya dimana informasi tersebut disimpan di iong-term memory. Pencarian eksternai di lakukan oleh konsumen untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber lain, seperti ikian, teman, saies person.

Akan tetapi ada media yang iebih tepat dan efisien untuk dapat mempengaruhi remaja adalah melalui media perilaku word-of-mouth communication (WOM) atau komunikasi interpersonai yang diiakukan secara verbai oieh sumber-sumber yang dipercayaL lnformasi tentang suatu produk rnelalui word-of-mouth communication (VliOM) akan iebih didengar oieh rernaja apaiagi jika penyampai informasi tersebut adalah teman sendiri sesuai dengan

pengaiaman pribadi. informasi yang datang dari orang yang dikenai di

sekitarnya akan lebih rnendapatkan perhatian karena dapat langsung melihat hasii dari produk yang diinformasikan dari subjek yang teiah menggunakan produk.

!KLAN

PENCARIAN INFORMASI

WORD-OF-MOUTH

roMMI JNfrA T/ON

l

r--

KEPUTUSAN

H

MEMBELI
(46)

2.5

i-iipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesa penelitian sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeii produk pemutih wajah pada remaja putri.

Ha : f\da hubungan yang signifikan antara periiaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli produk pemutih wajah pada remaja putri.

(47)

Mt: TOuOLOGi 1-'t:Nt:LiTifi\N

3.1

Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Creswell (dalam Alsa, 2003). Penelitian kuantitaf adalah penelitian yang bekerja dengan angka yang datanya berwujud bilangan {skor atau nilai, peringkat atau frekuensi) yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa satu variabel tertentu mempengaruhi カ。イゥ。「Hセi@ yang lain.

3.

i

.2

Metode Penelitian
(48)

33

3.2

Variabel dan Operasionaiisasi Variabel

3.2.1 Definisi Variabel

Menurut Keriinger (2004: 49) variabel adalah simbol atau lambang yang kita lekatkan pada bilangan atau nilai. Variabel terdiri atas dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Daiam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah perilaku word-of-mouth

communication. Sedangkan variabel terikat adalah keputusan membeli.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian operasional variabel membuat rincian indikator variabel yang digunakan dalam pengukuran. Variabel dalam pengukuran ini adalah word-of-mouth communication dan keputusan membeli.

1.

Word-of-Mouth Communication

Word-of-mouth communication adalah komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh remaja MA Attahiriyah berdasarkan pengalamannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Jalaludin Rakhmat (2000) ada tiga aspek dalam komunikasi lisan, yaitu:

1. Aspek kognitif, meliputi transmisi pengetahuan, kepercayaan, dan informasi 2. Aspek afektif, meliputi emosi, tertarik, dan kecemasan.

(49)

2. Keputusan Membeli

Keputusan membeli dalam penelitian ini adalah keputusan yang dilakukan remaja sebelum membeli kosmetika dan skor yang diperoleh dengan menggunakan angket yang diberikan kepada 40 siswa berjenis kelamin perempuan iviA Attahiriyah.

Dalam penelitian ini, pembatasan mengenai proses keputusan membeii

didasarkan pada teori Kotler ( 1996 : 227) yang membagi menjadi lima tahapan, yaitu:

1. Tahap pengenalan kebutuhan/masalah, mencakup keadaan yang ada dan keadaan yang diinginkan.

2. Tahap pencarian informasi, mencakup sumber pribadi, sumber komersial, sumber publik, dan sumber pengalaman.

3. Tahap evaluasi alternatif, mencakup memiliki kepercayaan terhadap produk atau merek dan membandingkan produk dan merek yang berbeda.

4. Tahap keputusan pembelian, mencakup waktu, tempat, dan pelaku pembelian.

(50)

35

3.3

Pengambiian Sampel

3.3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh individu atau objek yang akan diteliti. Dalam KBBI (2001) populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel sedangkan Gay (dalam Sevila, 1993). rnendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneliti akan mengeneralisasikan hasil penelitiannya.

Penelitian ini dilakukan di MA Attahiriyah Jakarta Selatan. Yang menjadi populasi dengan kriteria sebagai berikut:

1. Siswa berjenis kelamin perempuan dengan usia antara 15-18 tahun. 2. Siswa berjenis kelamin pereempuan kelas 1 dan 2.

3. Subjek adalah remaja yang pernah membeli dan menggunakan kosmetika pemutih wajah ..

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang memiliki karakteristik yang dianggap bisa mewakili populasi.

(51)

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposif sampling dengan cara non random {tidak acak). Peneliti menggunakan purposif sampling, yaitu sampling bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan strata atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu. (dalam Suharsimi, 2002 : 115).

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah skala model Likert. Menurut Azwar {2005) skala merupakan metocle penskalaan sikap responden yang tidak dinilai secara benar atau salah sepanjang jawaban itu jujur dan sungguh-sungguh. Skala disusun berdasarkan indikator variabel yang telah ditentukan. lndikator-indikator tersebut adalah sebagai wakil dari ciri-ciri perilaku yang akan diukur dan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua buah skala yaitu perilaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli.

(52)

37

Sebagaimana yang dikutip dari A'ZWar (2004 : 33) yang menyatakan bahwa tidak ada manfaatnya apabila memperbanyak pilihan karena akan mengaburkan perbedaan jawaban yang diinginkan, disamping itu subyek tidak cukup peka untuk jenjang yang lebih dari tujuh tingkat.

Pernyataan-pernyataan tersebut bersifat favorable (mendukung obyek sikap) yang mempunyai bobot nilai SS=4, S=3, TS=2, STS=1 dan unfavorable (anti

obyek sikap) dengan bobot skor jawaban SS=1, S=2, TS=3 dan STS=4, untuk lebih jelasnya perincian bobot skor jawaban adalah sebagai berikut :

Alternatif Jawaban Favorabel

uョヲ。カセイ。「・ャ@

Sangat Setuju 4

Se tu ju 3

セ@

Tidak Setuju 2

(53)
[image:53.595.19.443.136.579.2]

Tabel 3.1

Blue Print Skala Keputusan ll/lembeli

Philip Kotler (1996 : 227)

セaウセ@

lndikator Pernyataan

Favorabel Unfavorabel

engenalan a. Keadaan yang ada 4, 16 11

kebutuhan b. Keadaan yang

diinginkan

QXLRXZセ@

5,9

2. Pencarian a. Sumber pribadi 2, 6 25, 31

informasi b. Media massa 8, 37 15,19

c.

lklan 24,36 3,33

セ@

,), Evaluasi a. Memiliki 10,26,22 13,39

alternatif kepercayaan

mengenai produk

atau merek

b. Membandingkan 20, 30 35

produk dan merek

H ..

LNLNLセL@

yang berbeda

セRQW@

a. Waktu 12,32

l'i:mOOl•o

erilaku Kepuasan dan b. Tempat 38, 34,27 14,40 29, 1 23

a sea ketidakpuasan

I

J pembelian

I

konsumen

I

23

I

17 Jumlah

Jumlah

3

5 4 4 4 5

3

I

4 3

I

5

(54)
[image:54.595.29.456.141.477.2]

Tabel 3.2

Blue Print Skala Perilaku Word-of-Mouth Communication ( Aspek-Aspek dalam Komunikasi Lisan)

Jalaluddin Rakhmat, 2002

[ No

I

Aspek lndikator Pernyataani

I

イエセイオュ@

Favorabel Unfavorabel

a. Transmisi 8,24,32 13,25

pengetahuan

b. Kepercayaan

"· ,,, " L"

35

c. lnformasi 4, 28, 36 12,19

2. Afektif a. Emosi 6 '17, 31

b. Tertarik 5, 7,33 '15, 39

c. Cemas 16,26,30 ·11, 37

d. Sikap

I

20,40 1, 27

3. Behavioral a. lnteraksi 23,34 3, 10,29

b. Tindakan 2, 14 9

Jumlah

23

r17

l

39

Jumlah

I

5

5

5 3

5

5 4 5 3

(55)

dimodifikasikan, sedangkan bila koreiasi yang didapat menghasilkan skor tinggi maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur.

Pengujian validitas ini menggunakan Korelasi Product Moment yang

dikemukakan oleh Pearson dan untuk penghitungannya menggunakan program SPSS versi 11.5.

Adapun rumus Korelasi Product Momen Pearson sebagai berikut :

r xy :

N

LXY

-

<L

Xl

CL

Yl

-../(L,x2 - ("L,x}2/ N} ("L,y2 - {LY}2/n)

Keterangan :

r xy Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

l:

xy Jumlah hasil perkalian antara x dengan y

l:

x Jumlah seluruh skor x

LY

Jumlah seluruh skor y N Jumlah subyek penelitian x dan y : Skor masing-masing skala

1. Hasil Pengujian Instrument Keputusan Membeli

Dari data try out indeks validitas item skala keputusan memt1eli yang diuji cobakan pada responden sebanyal< 37 siswa dan hasil perhitungannya

(56)

42

Dari 40 item skaia keputusan membeii yang diujicobakan terdapat 15 item yang tidak valid yaitu nomor 2, 3, 6, 9, 12, 13, 18, 19, 23, 25, 26, 29, 31, 32, 40.

Peneiitian ini digunakan sebanyak 25 item yang valid dan berikut tabel hasil try out pada skala sikap keputusan membeli.

Tabel 3.3

Hasil Tryout Skala Keputusan Membeli

I ··- I

nv sp n 1 a or uma

Favorabel Unifavorabel

A ek

I d"k

t

Pernyataan J 1 h

I

1. Pengenalan a. Keadaan yang ada 4, 16 11 3

kebutuhan b. Keadaan yang 18*, 28, 5,9* 5

diinginkan 17

2. Pencarian a. S umber pribadi 2*,6* 2.5*, 31* 4

informasi b. Media massa 8,37 15, 19* 4

c. lklan 24, 36 3*, 33 4

3. Evaluasi a. Memiliki 10, 26*, '13*, 39 5

altematif kepercayaan 22

mengenai produk

atau merek

b. Membandingkan 20, 30 35 3

produk dan merek

yang berbeda

セBBGBGGB@

a. Waktu 12*, 32* 21, 7 4

mbelian b. Tempat 14, 40* 23* 3

Perilaku Kepuasan dan 38, 34,27 29*, 1 5

pas ca ketidakpuasan

I

pembelian konsumen

Jumlah

23

17 I 4(1

I

I

[image:56.595.22.447.159.665.2]
(57)
[image:57.595.18.448.125.545.2]

Tabel 3.4

Blue Print Skala Keputusan Membeli Pasca

Try

Out

I

No

I

Aspek

1. Pengenalan kebutuhan

lndikator

a. Keadaan yang ada

Pemyataan Favorabel Unfav

9

orab.i

I

Jumlah

3

b. Keadaan yang

L⦅⦅⦅⦅Lセ@

_ _ _ __, __ d_ii_ng_i_nk_a_n _ _ _ - - t _ _ 1_4_,2_3_-+-____

s __

__,_ __

S⦅Nセ@

2. Pencarian a. lklan 2 20, 26 3

I

informasi b. Media massa 7, 32 12,15 4

c. Teman 19, 31 :l, 28 4

3. Evaluasi a. Memiliki 8, 21 10, 34 4

allernatif kepercayaan mengenai produk atau merek b. Membandingkan

produk dan merek yang berbeda

16,25 30 3

27 +=•17,6

3

pernbelian b.Tempa bTempat. 11,35 18 3

エMMMMMMゥセMMMMMMMェMMMMMMMMMKMMMM

5 Perilaku Kepuasan dan 33, 29, 22 :24, 1 5 4 Keputusan a. Waktu

pasca ketidakpuasan

_i__

35

-1

pembelian konsumen

・MMセMMMjオ⦅ュ⦅ャ⦅。ィセMMMMMMMMMQMYM

1

16 35 i

2. Hasil Pengujian lnstrumen Perilaku Word-of-Mouth Communication

Dari data try out indeks validitas item skala word-of-mouth communication

(58)

44

perhitungannya diinterpretasikan dengan merujuk pada tabe! r product momen pada level 5 % dan 1 % adalah sebagai berikut :

Dari 40 item ska!a word-of-mouth communication yang diujicobakan terdapat 16 item yang tidak valid, yaitu nomor 4, 8, 9, 1 O, 11, 12, 18, 19, 20, 26, 28, 32, 33, 36, 38, 40. penelitian ini digunakan sebanyak 22 item yang valid, dan berikut tabel hasil try out pada skala sikap word-of-mouth communication.

[image:58.595.25.455.171.588.2]

Tabel 3.5

Hasil Tryout Skala Perilaku Word-of-Mouth Communication

No Aspek lndikator Pernyataan Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1. Kognitif a. Transmisi 8*, 24, 32* '13, 25 5

pengetahuan 5

b. Kepercayaan 18*, 22, 38* 21, 35 5

c. lnformasi 4*, 28*, 36* 12*,19*

2. Afektif a. Emosi 6 17,31 3

b. Tertarik 5, 7, 33* 15, 39*

LL

c. Cemas 16, 26*, 30 11*, 37

d. Sikap 20*, 40 1, 27

a. lnteraksi 23,34 3, 10*, 29 5

b. Tindakan 2, 14 9* 3

(59)
[image:59.595.19.454.120.475.2]

Tabel 3.6

Blue Print Skala Perilaku Word-of-Mouth Communication Pasca Try Out

No

Aspek lndikator Pernyataani Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1. Kognitif a. Transmisi 6, 18,28 11, 22 5 pengetahuan

b. Kepercayaan 14, 19,33 18,31 5

2. Afektif a. Emosi 5 15,27 3

b. Tertarik 4,6,29 13,34 5

c. Cemas 14,23,26 10,32 5

d. Sikap 17,35,20 ·1, 24 5

I

3. Behavioral a. lnteraksi 9,30 3,25 4

b. Tindakan 2, 12 8 3

I

Jumlah

I

20 15

I

35

3.5.1. Uji Reliabilitas Skala

Reliabilitas adalah ketepatan yang dicapai pada pengukuran dengan

menggunakan instrumen sehingga hasil yang diperoleh bersifat konsisten. Uji reliabilitas adalah konsisten atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran ( Saifudin Azwar, 2004 ). Tes dikatakan sebagai reliabilitas tinggi apabila skor tampak tes itu berkorelasi tinggi dengan skor murninya sendiri. Dalam penelitian ini menggunakan ukuran reliabilitas dengan Alpha Cronbach sebagai berikut :

a

= 2 ( 1-

s,

2+

s/ )

S

x2

I

(60)

46

Keterangan :

51 2

=

Varian skor belahan

1

52 2 = Varian skor belahan 2

S

x 2 = Varian skor skala

Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas keputusan membeli dengan skala word-of-mouth communication berdasarkan kaidah reliabilitas Guilford sebagai berikut

Kaidah Reliabilitas Guilford

Kriteria Koefisien Reliabilitas I

-Sangat Reliabel > 0,9

Reliabel 0,7-0,9

Cukup Reliabel 0,4-0,7

J

Kurang Reliabel 0,2-0,4 Tidak Reliabel < 0,2

Pengujian reliabilitas skala menggunakan Alpha Cronbach untuk skala word-of-mouth communication diperoleh reliabilitas sebesar 0, 70 sedangkan untuk skala keputusan membeli diperoleh reliabilitas sebesar O, 80.

(61)

3.6

Teknik Analisa Data

Teknik analisa data merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran hipotesis. Dalam penelitian deskriptif korelasional besar atau tingginya hubungan antara variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Penelitian deskriptif koefisien korelasi

menjelaskan tentang sejauhmana dua lebih variabel berkorelasi (Suharsimi Arikunto, 2000). Untuk menganalisis data yang diperoleh dan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel penelitian menggunakan teknik statistik Korelasi Product Momen Pearson dengan rumus :

r xy :

N

L:XY -

(L

Xl

(L

Yl

.../(I,x

2 -

(Lx}

2/ N} (LY2 - (Ly}2

/n}

Keterangan :

r xy Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

2..

xy Jumlah hasil perkalian antara x dengan y

I

x Jumlah nilai setiap butir

2..Y

Jumlah nilai konstan yang di peroleh individu N Jumlah subyek penelitian

x dan y : Skor masing-masing skala

(62)

48

dari r tabel, maka korelasi dianggap signifikan dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak. Tetapi jika hasil perhitungannya lebih kecil dari r tabel maka korelasi tidak signifikan atau Ha ditolak dan Ho diterima.

3.7

Pl!'osedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Menyusun proposal penelitian, memilih problematika dan judul penelitian, menentukan rumusan dan batasan masalah, menentukan variabel penelitian, merumuskan hipotesis penelitian, menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka, menentukan subjek penelitian, dan menentukan instrument

pengambilan data penelitian, menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan.

2. Tahap pengambiian data

Menyusun instrumen penelitian, menyiapkan subjek penelitian, melaksanakan uji coba instrumen, merevisi instrumen, dan melaksanakan tes sebenarnya.

3. Tahap pengolahan data

Melakukan skoring terhadap hasil angket penelitian, menghitung hasil dan membuat tabulasi data yang diperoleh kemudian membuat tabel data,

melakukan anaisa data dengan menggunakan statistik untuk menguji hipotesis penelitian, membuat interpelasi dan kesimpulan dari data angka yang

(63)

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1

Gambaran Umum Responden

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Gambaran umum responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini:

[image:63.595.37.445.132.508.2]

Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

No

Usia F %

1 15 tahun 14 3'' ,1

2 16 tahun 12 30

3 17 tahun 10 2"

"

4 18 tahun 4 10

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa usia subjek berkisar antara 15-18 tahun sesuai dengan pembatasan usia yang digunakan penulis. Usia 15 tahun memiliki jumlah subjek terbanyak, yaitu 14 Orang (35 %), usia 16 tahun, 12 orang (30 %), usia 17, 10 orang (25 %), usia 18, 4 orang (10 %).

(64)

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kelas

Garnbaran urnurn responden berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

[image:64.595.28.439.153.488.2]

Tabel 4.2

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kelas

No Ke las F セyッ@

1

1

21

fi3

2

2 IPA

8

15

3

21PS

11

セQR@

Jumlah

40

100%

50

Berdasarkan kelasnya responden tersebut diarnbil dari siswi kelas 1 sebanyak 53 %, kelas 2 IPA, yaitu 15 %, dan kelas 2 IPS, yaitu 32

°;.,.

4.2 Presentasi Data

4.2.1 Uji Persyaratan

Untuk pengolahan data rnelalui teknik analisa statistik pararnetrik ada dua persyaratan yang harus dipenuhi sebelurn diadakannya uji hipotesis yaitu harus berdistribusi normal. Uji persyaratan norrnalitas data peneliti

(65)

Uji Normalitas

[image:65.595.29.431.169.492.2]

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Meinurut Kuncono (2003) bahwa distribusi data dikatakan normal jika kッャュッセゥッイッカ@ - Smirnov lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05.

Tabel 4.3

Uji Normalitas Perilaku Word-Of-Mouth Communication dan Keputusan Membeli

Kolmogorov-Smirnov (a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic: df Sig.

Keputusan membeli '116 40 ,195 ,953 40 ,100

Word-of-mouth ,190 40 ,001 ,907 40 '003

Berdasarkan tabel /data uji persyaratan normalitas diatas, taraf signifikansi variabel keputusan membeli sebesar 0.195 dan taraf signifikansi variabel perilaku word-of-mouth communication sebesar 0.001.

4.2.2 Uji Hipotesis

(66)
[image:66.595.30.440.125.478.2]

Tabel 4.4

Uji Hipotesis Perilaku Word-Of-Mouth Communication dan l<eputusan Membeli

Keputusan membel1 Word-of-mouth

Keputusan membeli Pearson Correlation 1 ,700(**)

Sig. (2-tailed) ,000

N 40 40

Word-of-mouth Pearson Correlation '700(*") 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 40 40

Dari perhitungan dengan menggunakan uji statistic parametric Product Moment Pearson, didapatkan nilai koefisien korelasi antara keputusan membeli dan perilaku word-of-mouth communication sebesar r hitung 0.700.

4.3

Hasil Tambahan

(67)

(0,05%) yaitu 2.86, maka Ho dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

word-of-mouth communication yang signifikan berdasarkan tingkat usia "ditolak"

[image:67.595.76.432.182.480.2]
(68)

BAB5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian serta pengujian hipotesis dengan menggunakan metode statistic program SPSS versi 11.5, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel keputusan membeli dengan perilaku word-of-mouth

communication.

Hasil penelitian menunjukan Ha yang menyatakan ada hubungan antara perilaku word-of-mouth communication dengan keputusan membeli pada remaja diterima baik dalam taraf signifikansi 5 % (0.312) maupun taraf signifikansi 1

%

(0.403) diperoleh nilai koefisien r hitung sebesar 0.700 adapun Ho yang menyatakan tidak ada hubungan antara perilaku

word-of-mouth communication dengan l<eputusan membeli pada remaja ditolak.

5.2

Diskusi

(69)

membeli pada remaja. Arah korelasi positif yang ditunjukl<an dengan angka positif pada r hitung menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku word-of-mouth communication terha

Gambar

3.1 TABEL Blue print ska la keputusan membeli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar 2.1 Tahap-Tahap dalam Keputusan Membeli
Tabel 3.1 Blue Print Skala Keputusan ll/lembeli
Blue Print Skala Perilaku Tabel 3.2 Word-of-Mouth Communication
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada alamat web: https://klc2.kemenkeu.go.id/. Peserta diharapkan membaca literatur sesuai dengan petunjuk pada web dimaksud. 3) E-Learning Pengenalan Fasilitas

Para pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka kreatif, selain itu mereka mendorong para pengikutnya agar menjadi kreatif juga. Perusahaan-perusahaan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang kerja suami dan istri pada rumahtangga nelayan tradisional di luar sektor

Sebelum melakukan suatu investasi dalam suatu sekuritas, para investor perlu mengetahui prospek dari sebuah perusahaan.Untuk menilai prospek dari sebuah perusahaan, cara yang

Untuk meningkatkan hard skills dan soft skills salah satu cara yang dilakukan sekretaris profesional adalah dapat menguasai keterampilan dalam berkomunikasi,

ligninolitik dengan rasio tergolong tinggi yakni 6,8 pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) yang juga diketahui memiliki aktivitas selulolitik yang

Atmosfer dari planet merkurius terdiri dari gas natrium dan kalium yang sangat tipis sehingga kadang-kadang dikatakan bahwa planet ini tidak memiliki atmosfer.. Jarak

Sebenarnya guru sudah mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif dengan cara mengelompokkan siswa akan tetapi lebih sering siswa yang pandai yang mengerjakan tugas