• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Pengantar Pada dasarnya line fishing mempunyai ciri khas yaitu berupa tali temali, mata pancing, dan umpan. Tali berfungsi untuk melekatkan mata pancing sedangkan mata pancing itu sendiri berfungsi untuk mengait ikan. Adapu umpan berfungsi sebagai pen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1.1 Pengantar Pada dasarnya line fishing mempunyai ciri khas yaitu berupa tali temali, mata pancing, dan umpan. Tali berfungsi untuk melekatkan mata pancing sedangkan mata pancing itu sendiri berfungsi untuk mengait ikan. Adapu umpan berfungsi sebagai pen"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Line Fishing

(2)

1.1 Pengantar

 Pada dasarnya line fishing mempunyai ciri khas yaitu berupa

tali temali, mata pancing, dan umpan. Tali berfungsi untuk melekatkan mata pancing sedangkan mata pancing itu sendiri berfungsi untuk mengait ikan. Adapu umpan berfungsi sebagai penarik ikan target agar mau memangsa sehingga ikan target dapat terkait di mata pancing. Beberapa jenis line fishing adalah longline, pole and line, pancing tonda, pancing vertical, fishing sport, dan pancing cumi. Mata pancing merupakan bagian yang paling penting dari satu unit pancing. Tanpa adanya mata pancing mustahil kita dapat melakukan kegiatan memancing (Wudianto, 2003). Menurut Bjordal dan Lokkeborg (1996) mata pancing pada umumnya terdiri dari bagian-bagian yang sederhana, yaitu : shank (tangkai), bend (lengkungan), point, gap, throat, dan eye (mata) yang digunakan untuk mengikat tali cabang (branch line) (Gambar 1).

 Gambar 1. Bagian-bagian mata pancing

1.2 Tujuan

Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan untuk memahami metode penangkapan ikan, akan dapat

 Menjelaskan pengertian alat tangkap line fishing dalam menunjang metode

penangkapan ikan

 Menjelaskan metode pengoperasian alat tangkap line fishing dalam proses

penangkapan ikan

1.3 Definisi

 Line fishing merupakan alat tangkap yang memanfaatkan tingkah laku ikan yang

meliputi kebiasaan makan dan swimming layer. Fungsi umpan yang dipasang pada mata pancing adalah untuk menarik perhatan ikan melalui visualisasi dan bau sehingga ikan teropsesi untuk memangsa umpan tersebut. Pancing tersebut bisa dibuat statis atau bergerak tergantung sifat ikan tujuan penangkapan apakah jenis pemburu atau tidak. Peletakan mata pancing yang berumpan di dalam kolom air tergantung swimming layer ikan dimana dia beraktivitas.

 Ada banyak variasi desain atau model mata pancing yang dibuat oleh

pabrik-pabrik dan diperkirakan sebanyak  50.000 desain, namun jumlah ini sebenarnya

(3)

dunia. Untuk olahraga pancing (sport fishing) model mata pancing lebih beragam bila dibandingkan dengan mata pancing yang digunakan untuk tujuan komersil (commersial fishing).Ukuran mata pancing dapat diketahui melalui nomor mata pancing tersebut. Penomoran ini ditentukan oleh lebar celah mata pancing dan juga diameter batang mata pancing. Semakin besar nomor mata pancing, semakin kecil ukurannya (Wudianto, 2003). Penomoran tersebut sering disebut sebagai penomoran dengan sistem Norwegia atau Amerika. Sedangkan menurut sistem Jepang semakin besar nomor mata pancing, semakin besar pula ukurannya. Yami (1989) menerangkan bahwa pancing Jepang yang digunakan untuk menangkap ikan tuna kecil sampai sedang berukuran 3,3 sampai 3,6 cm, sedangkan untuk yang lebih besar berukuran 3,5 sampai 6,4 cm.

 Menurut Bjordal dan Lokkeborg (1996) ukuran mata pancing sangat beragam.

Ukuran mata pancing digambarkan dengan nomor. Menurut aturan yang dipakai bahwa bila penomoran dengan menggunakan angka biasa (1, 2, 3,…), ukuran mata pancing akan semakin menurun (kecil) dengan bertambahnya atau semakin besar nomor mata pancing tersebut. Dan bila penomoran dengan ‘/0’ maka semakin besar angka pada nomor mata pancing semakin besar pula ukuran mata pancing tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini :

Gambar 2. Penomoran ukuran mata pancing (tanpa skala)

2.PANCING LONG LINE

Salah satu kebijakan pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan pada saat ini diarahkan pada peningkatan produksi komoditas ekspor hasil perikanan yang bernilai tinggi, termasuk diantaranya adalah berbagai jenis ikan tuna. Adapun jenis-jenis ikan ini yang ada di ZEEI meliputi : Madidihang (yellow fin tuna), Tuna Mata Besar (Big eye tuna), Albakora (Albacore tuna), dan Tuna Sirip Biru (Bluefin tuna).

Jenis-jenis ikan tuna (Thunnus spp) merupakan komoditi ekspor kedua setelah udang. Daerah penangkapannya terutama terpusat di perairan Indonesia sebelah timur dan daerah lain yang langsung berhadapan dengan Samudra Indonesia maupun yang termasuk perairan ZEE. Ikan tuna mempunyai karakteristik : merupakan ikan perenang cepat, hidup di perairan dalam, laut bebas ( “oceanic”), lepas pantai dan sering berpindah-pindah (Subani dan Barus, 1989).

Ciri-ciri perairan Indonesia baik dilihat dari segi oceanografi , keadaan topografi dasar perairan, banyaknya jenis ikan, udang dan biota lainnya. Dengan potensi yang ada pada perairan berdampak pada cara-cara pengusahaanya terutama dalam penggunaan alat penangkapan dan teknologi penangkapan. Untuk perairan laut dalam dapat digunakan alat tangkap seperti : rawai tuna, rawai cucut, rawai tegak lurus (“vertical long line”), jaring insang hanyut, soma antoni, bubu hanyut (pakaja), jala lompo yang umpannya dilengkapi dengan payos atau bila malam hari dengan menggunakan lampu (fishing light) (Subani dan Barus,1989).

Secara umum “long line” terdiri dari 3 bagian : main line, snood, pancing dan

(4)

umpan. Macam-macam type “long line”, dengan jumlah “branch line”dan kail yang berkisar 100 –500 buah. Panjang dari “long line” dapat mencapai lebih dari 50 km untuk sekala besar pada perairan oceanic (Bjordal, 1996).

Komponen rawai cucut terdiri dari : (1) Tali utama (main line) adalah PE diameter 10 mm, panjang seluruhnya 825 m, jumlah mata pancing 34 buah; (2) Tali pelampung (float line) diikatkan pada ujung tali utama yang pada tiap ujungnya diberi pelampung. Tali pelampung ini berdiameter 10 mm, panjang antara 50-200 m; (3) Pelampung (float) dibuat dari bahan plastik, bentuk bulat diameter 15 mm; (4) Tali branch line” dibuat dari bahan PE diameter 8 mm, panjang 20 m, dan pada ujung bawahnya diberi kili-kili (“swivel”); (5) Kawat baja (“wire leader”) disini perbedaan dengan sistem terdahulu dengan menggunakan rantai ; (6) Mata pancing (”hook”) dibuat dari besi baja tahan karat dipakai mata pancing No.5 (Subani dan Barus, 1989).

Penggunaan alat tangkap “long line” ditujukan untuk pemanfaatan sumberdaya laut secara optimal. Ada berbagai macam konstruksi alat tangkap “long line” sesuai dengan tujuan penangkapan.

2.1 Definisi Alat Tangkap

Longline yaitu suatu pancing yang terdiri dari tali panjang ( tali utama, main line ) kemudian pada tali tersebit secara berderet pada jarak tertentu digantungkan atau dikaitkan tali-tali pendek ( tali cabang, branch line ) yang ujungnya diberi mata pancing ( hook ) tergantung dari banyaknya satuan yang dipergunakan, panjang tali tersebut bila direntangkan secara lurus dapat mencapai panjang ratusan meter bahkan puluhan kilo meter ( km ).

Unit dasar longline meliputi 4 bagian, yaitu :

1. Bagian terpenting ( biasa disebut groundline ) yaitu tali panjang 2. Branch line atau ganglion

3. kait 4. umpan

Bottom longline atau longline dasar adalah suatu pancing yang dipergunakan untuk menangkap ikan-ikan oceanis yang dilihat dari nama alat tangkapnya, ikan- ikan yang ditangkap tersebut hidup di dasar perairan.

2.2 Sejarah Alat Tangkap

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan. Luas wilayah perairan Indonesia meliputi 5,8 juta km2 yang merupakan 70 % dari luas seluruh wilayah Indonesia. Diperkirakan sumberdaya perikanan laut yang terkandung mencapai 6,6 juta ton pertahun. Berdasarkan evaluasi besarnya potensi perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ( ZEEI ) yang merupakan daerah perikanan tuna yang potensial adalah sebesar 2,11 juta ton dengan luas wilayah 2,7 juta km2. Masyarakat Indonesia sejak jaman dulu menggantungkan kehidupannya pada perikanan dan seperti kita ketahui bahwa jaman dulu menangkap ikan hanya dengan menggunakan kait, kait yang sering digunakan adalah batu, tulang, tanduk, rumah kerang/siput, bambu dan logam.Kalau kita pikirkan betapa tidak efektifnya menangkap ikan dengan menggunakan bahan-bahan tersebut karena kita akan rugi tenaga dan waktu, hasilnya pun tidak maksimal.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tentang tingkah laku ikan maka semakin banyak muncul alat penangkapan. Ikan tuna itu sendiri memiliki sifat yang selalu mengembara, selalu dalam keadaan bergerombol, pelagis dan serakah sehingga sedikit banyak jumlah ikan yang tertangkap dipengaruhi oleh tingkah laku ikan-ikan tuna didaerah yang bersangkutan, keadaan alat dan keahlian para awak kapalnya.Dan alat tangkap yang paling potensial digunakan untuk menangkap ikan tuna adalah longline pada kedalaman 260-525 ft ( 80-160 m ).

Di Indonesia, sesungguhnya alat menyerupai long line jauh sebelum perang dunia telah ada yaitu alat tangkap tradisional yang disebut “prawe”. Rangkaian tali-tali yang

(5)

diberi pancing dimana ujung yang satu diberi pemberat (jangkar) sedangkan ujung yang satunya diberi pelampung. Tetapi alat ini sejak zaman dahulu hingga sekarang konstruksinya sama.

Tahun 1954 peralatan tuna ling line resmi diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Pengenalan ini dirintis oleh apa yang dinamakan saat itu Pusat Djawatan Perikanan Laut, dengan menggunakan KM Bima, satu kapal kayu buatan Indonesia ukuran 68 ton. Pancing yang digunakan rata-rata 500 dengan panjang tali kurang lebih 24 kilometer. Daerah yang dikelola sampai tahun 1957 adalah Samudra Indonesia bagian Barat Selat Sunda, Samudra Indonesia Bagian Selatan Pulau Bali, Lombok Sumbawa dan Samudra Indonesia Sumatra Utara. Dengan jarak penangkapan terjauh dari Nusantara mencapai 60 mil.

2.3 Prospektif Alat Tangkap

Perikanan tuna longline di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Hal ini wajar dikarenakan Indonesia mempunyai daerah penangkapan tuna yang cukup luas, disamping itu ikan tuna juga merupakan salah satu primadona komoditi ekspor produk perikanan laut.

2.4 Konstruksi Umum

Alat tangkap ini terdiri dari (Gambag 3 dan 4) :

a. Main line atau tali utama, berfungsi sebagai tempat tergantungnya tali cabang b. Branchline atau tali cabang, diikatkan pada tali utama , panjanngnya tidak boleh

lebih dari ½ x panjang tali utama

c. Pelampung, terbuat dari plastik resin yang dicetak yang ujungnya diberi lubang untuk mengikatkan tali pelampung. Pelampung ini dipasang setiap 1 basket atau tiap 7 mata pancing

d. Pemberat, untuk membebani tali pelampung dan tali cabang agar tetap berada pad kedalaman yang diinginkann Terbuat dari semen yang dicetak berbentuk lonjong seberat 0,1-3 kg

e. Swivel atau kili-kili, untuk menghindari agar antar tali cabang dan antara tali cabang dengan tali utama tidak saling terkait. Kili-kili ini terbuat dari stainless steel

f.Pancing, terbuat dari stainless steel, mata pancing yang digunakan disesuaikan dengan kedalaman

g. Tiang bendera dan bendera

h. Lampu pelampung untuk menarik ikan-ikan

2.5 Detail Konstruksi

Gambar 3. Konstruksi umum long line Gambar 4. Lampu pelampung

(6)

Dalam satu keranjang longline terdiri dari :

a. Beberapa main line yang ujungnya diikatkan branch line, kecuali pada kedua ujung yang terluar masing-masing diikatkan tali pelampung.

b. Beberapa branch line atau tali cabang yang jumlahnya sebanyak main line dikurangi satu dengan bahan biasanya seperti main line dengan diameter kecil. Branch line dihubungkan dengan sekiyama yang merupakan pintalan kawat baja yang dibalut kawat nylon atau cotton, serta pada ujungnya diikatkan sebuah pancing.

c. Pada ujung terluar dari branch line yang terletak paling dasar, masing-masing diberi pemberat agar tali cabang tetap berada pada kedalaman yang diinginkan Gambar 5 dibawah ini akan lebih memperjelas tentang merangkai longline :

(7)

Gambar 5. Bagian-bagian long line.

2.6 Konponen kontruksi long line

Tuna “long line “ yang dibahas ini adalah tuna “long line” tipe Jepang, dikatakan demikian karena pada tipe ini dengan menggunakan tali dari bahan “poly ester” sangat pesat perkembangannya di Jepang. Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan yang lain karena memiliki sifat sifat fisik yang baik serta mudah didapatkan dipasaran atau pabrik-pabrik pembuatnya. Penanganan dan perawatannya relatif sama dengan “long line” dengan bahan “kuralon” (PVVA), namun perakitannya lebih ringan karena bahan ini lebih halus dan lunak.

Adapun sifat fisik bahan “polyester” :

- Memiliki nilai densitas yang cukup tinggi (densitas 1,38), artinya sifat bahan ini tenggelam jika di perairan karena nilai densitasnya lebih besar dari densitas air tawar (densitas 1.00), maupun densitas air laut (densitas 1,026).

- Memiliki kekuatan yang baik terhadap beban

- Ketentuannya sangat baik

- Kemulurannya kurang karena tidak dapat direnggangkan (Prado.J, 1996)

Tidak semua bahan dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan alat tangkap “long line”. Dalam pemilihan bahan pembuatan alat tangkap “long line” harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat tangkap “long line” sudah memenuhi persyaratan bahan, diantaranya :

1. Memiliki berat jenis > 1,05 (lebih besar dari berat jenis air laut, densitas air laut 1,026)

2. Kuat dan memiliki daya tahan putus yang tinggi > 400 lb ( 80 kg), sehingga

mampu untuk menahan bobot ikan hasil tangkapan, mampu menahan hentakan dan tarikan ikan yang tertangkap

3. Memiliki kelenturan yang tinggi, tidak kaku

4. Tidak mudah kusut, apabila kusut mudah untuk diatasi. Apabila kusut bahan akan mudah putus

5. Mudah didapatkan dipasaran, harga relatif murah dan terjangkau (Fauzi, 1988). Rawai tuna tersusun dari satu utas “main line” terbuat dari tali “polyester multifilament”, panjangnya 55.000 meter tanpa terputus (“continous line”) dibentangkan hanyut di perairan hingga terjangkau “swimming layer” ikan tuna. Pada setiap interval 50 meter rangkaian “main line” di pasang satu “branch line”. Pada setiap interval 850 meter dari rangkaian “main line” terdapat 16 “branch line”.

Pada setiap interval 850 meter “main line” diikatkan satu “buoy” yang memiliki “extra buoyancy” yang memadai, untuk mempertahankan kedudukan rangkain : main line” agar tidak tenggelam oleh pengaruh bobot komponennya, bobot dan hentakan ikan, serta pengaruh arus dan geombang di perairan. Rangkaian “main line” yang

(8)

dilengkapi 16 utas “branch line” diantara dua “buoy” dinamakan satu “basket”.

Jumlah “branch line” dalam satu “basket” pada suatu alat sangat ditentukan oleh “swimming layer” ikan tujuan penangkapan dengan asumsi bahwa semakin banyak “branch line” dalam suatu alat tangkap “long line”, maka kedalaman yang dapat dicapai alat tangkap akan semakin dalam pula.

Jika dilihat sekilas satu rangkaian alat tangkap long line akan sangat rumit karena panjangnya mencapai puluhan bahkan ratusan kilometer. Jika uraikan secara garis besar pada dasarnya satu rangkaian rawai hanyut tersusun dari beberapa komponen antara lain: “main line”, “buoy” dan “buoy line” serta “branch line”.

a. Main Line

“Main line “ adalah tempat bergantungnya tali cabang. “Main line” (tali utama) terbuat dari bahan “polyester multifilament” panjangnya 55.000 meter tanpa terputus. Pemilihan bahan “poly ester multifilamen” telah memenuhi persyaratan pemilihan bahan pembuatan alat tangkap “long line” seperti telah dijelaskan diawal. Karena untainanya sangat panjang tidak mungkin ditarik oleh tenaga manual, maka menggunakan “line hauler” dalam penarikannya, serta menggunakan “line thrower” untuk melempar main line (setting). Penyimpanannya di kapal ditempatkan di dalam “main line tank”. Komponen “main line” dirinci pada Tabel berikut.

Tabel . Susunan komponen “main line”

Komponen Bahan Ukuran

Main line Polyester Ø 6.5

mm -- Continuous line 55.000 mBerat 1,7621 kg

- Panjang setiap interval main line 50 m

- Daya tahan putus tali 6000 kg.f

- Mempunyai gaya tenggelam 0,26 x 1,7621 = 503,96 kg.f

Dalam pemilihan bahan tali sebagai bahan pembuatan alat tangkap “long line” maka sebagai pedoman umum bahwasanya sebuah tali utama yang digunakan daya tahan putusnya pada saat kering, tak bersimpul (kg) adalah daya tahan putusnya harus lebih dari 10 kali tonase kapal, lebih besar kuadrat panjang kapal dan paling sedikit 10 kali berat ikan terbesar yang tertangkap

Tali “polyester” memiliki keunggulan dibandingkan jenis tali sintetis lainnya, antara lain:

- Densitasnya ( = 1,38) lebih tinggi dari densitas air laut ( = 1,025), sehingga

tali “poly ester” tenggelam di dalam media air laut, dan “slinking speed”nya memadai.

- Awet dan relaitf tahan terhadap pembusukan, serta tidak mudah lapuk oleh aktivitas orgaisme renik, serta tahan terhadap pangaruh zat kimia.

- Dampak radiasi cahaya matahari tidak telalu mengurangi kekuatan dan keawetan serta sifat fisik lainnya. “Softing point”nya relatif tinggi (20-230°C) sehingga tahan terhadap panas akibat gesekan terhadap mesin penarik tali (“line hauler”).

- Daya tahan putus tali PES Ø 6,5 mm = 600 kg.f, sedangkan berat ikan sasaran tangkapan 25-70 kg, dengan daya tahan putusnya memadai.

- Dapat diberi pengawet dan pewarna “coaltar” dan jenis pengawet, pewarna lainnya.

(9)

Gambar Main Line (pengukuran diameter) b. Komponen Buoy

Pada setiap 850 meter “main line” diikatkan pada “buoy line” untuk menghubungkan kapada “buoy” (pelampung basket). “Buoy” tersebut harus memiliki “extra buoyancy” (daya apung cadangan) yang cukup untuk mempertahankan kedudukan rangkaian tali tersebut agar tidak tenggelam oleh pengaruh bobot komponennya, serta bobot dan hentakan ikan, pengaruh arus dan gelombang perairan. Rangkain komponen rawai tuna diantara dua “buoy” dinamakan “satu basket”. Susunan satu komponen “buoy” dirinci pada Tabel berikut.

Tabel . Susunan Satu Komponen Buoy

No Komponen Buoy Bahan Ukuran(terakit berat 2,634kg) 1.

2. 3. 4. 5. 6.

Buoy (bola

pelampung) Top buoy Fui light Swivel

Bouy Snap Ring Buoy snap

ABS plastic buoy Plate and pole Luminuos plate 3 pcs

Leaden barel swivel

Poly ester Ø 6,5 mm

Stainless snap

Ø 300 mm – OT 303 M

-Berat 60 gram

Panjang 47 cm,berat 33,278gr

3,5 x 125 mm, berat 42 gr

c. Buoy

Buoy (pelampung basket) terbuat dari bahan plastik HI-zex, ABS “buoy”, berbentuk bola (“spherical type buoy”) diameter 30 cm, sebuah “buoy” memiliki berat sebesar 2,934 kg. Melalui formula di bawah ini diketahui ”buoy” pada rawai tuna KM. Albakora memiliki “buoyancy” 14,50 kg.f.

B = 0.43 x 15 3 = 14,50 kg.f Dimana:

B = Buoyancy (kg.f)

K = koeffisien untuk pelampung ABS= 0,43 R = radius (jari-jari) buoy = 15 cm

Gaya apung total pada satu unit rangkaian “long line” : Gaya apung total = B x ∑ pelampung

= 14,50 x 66 = 957 kg.f

Pelampung yang digunakan pada tuna “long line”, memiliki persyaratan khusus Page 79 of 160

(10)

tidak seperti alat tangkap yang lain. Dalam pemilihan pelampung pada alat tangkap “long line” harus mengikuti persyaratan :

- Tidak mudah bocor akibat pengaruh tekanan air laut sampai kedalaman 300m

- Bergaris tengah 20-30 cm, tebal 1cm, daya apung lebih dari 3,3 kgf

- Terbuat dari bahan plastik (‘hizex”) PVC, atau bahan lain yang tahan terhadap kebocoran dan pecah juga dapat dipakai. Misalnya dari pelampung gelas yang dirajut

- Dipilih yang berwarna jingga (orange) agar mudah terlihat dipermukaan air, bahkan pada jarak yang sangat jauh

- Dibalut dengan rajutan tali untuk menambah daya tahan terhadap benturan dengan benda-benda yang lain atau benturan antar pelampung sendiri

Keunggulan dari ABS “plastic buoy” Ø 300 mm-OT 303 M, antara lain:

- “Buoyancy” memadai untuk menahan beban kerja rawai hanyut di perairan

- Kuat, tidak mudah pecah tahan terhadap benturan, dan gesekan, tahan terhadap tekanan air laut, hingga pada kedalaman 300 meter; serta awet tidak lapuk oleh pengaruh panas Matahari, zat kimia, maupun organisme renik

d. Radio Buoy dan Fuji Light

“Radio buoy” mengunakan elemen kering sebagai sumber tenaga. Apabila diaktifkan maka “top buoy” akan memancarkan gelombang yang nantinya akan diterima oleh “receifer” yang terdapat pada kapal. Fungsi dari alat ini untuk mengetahui arah dari “long line” yang ditebar diperairan, sehingga dapat diketahui kemana arah dari “long line” yang hanyut setelah ditebar (setting) agar tidak hilang saat operasi penangkapan. Besarnya gaya apung dari radio buoy hampir sama dengan “buoy” yaitu sebesar 14,50 kg.f.

Sedangkan “fuji light” merupakan “refraktor” cahaya bila terkena sinar agar kedudukan buoy dapat terdeteksi oleh cahaya “search light” dan dilengkapi bahan “fluoresence”.Pada dasarnya fungsi “fuji light” pada “long line” sama dengan “top buoy”, namun pada “fuji light” prinsipnya menggunakan cahaya sebagai petunjuk arah “long line” yang hanyut setelah ditebar (setting). Alat ini menggunakan elemen kering sebagai sumber tenaga, cara kerjanya secara otomatis lampu akan menyala apabila kondisi lingkungan gelap.

Gambar Satu Unit Long Line dengan Top Buoy dan Fuji Light

e. Swivel

(11)

mengembalikan posisi tali yang melintir atau sebagai penetralisir. Karena tali yang terpelintir daya tahannya semakin berkurang, mudah putus dan sulit dalam penataan tali dalam kapal. Banyak sekali macam, bahan dan tipe dari “swivel”. Namun dalam konstruksi penggunaanya menyesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya biaya yang dianggarkan. Dari sekian tipe “swivel” ada satu yang terbaik yaitu “heavy duty swivel”, karena kontruksinya berbeda dengan tipe yang lain. Perputarannya menggunakan rel atau laker sehingga beban berat pun masih dapat berputar untuk menetralisir tali yang melintir.

“Swivel” (kili-kili) yang digunakan adalah “leaden barrel swivel”, (kili-kili yang diberi pemberat timah) digunakan bahan timah karena disamping tidak mudah berkarat didalam air laut juga karena berat bahannya dibutuhkan untuk menambah daya tenggelam tali pelampung.

Berat sebuah “leaden barrel swivel” lebih kurang 60 gram.Adapun fungsi dari “swivel” ini disamping sebagai penetralisir terpintirnya tali juga sebagai penghubung antara “buoy snap ring” dan “buoy”.

Dalam media air laut gaya tenggelam “swivel” dapat dihitung dengan formula :

f. Buoy Snap Ring

“Buoy snap ring” merupakan pengait berbentuk peniti terbuat logam tahan karat. Penggunaan “buoy snap ring” pada komponen “buoy” untuk mengganti penggunaan simpul sebagai penghubung antara “buoy” dengan “buoy line”. Karena dirasa pengguanaan simpul sebagai penghubung kurang efektif dan efisien dalam menghubungkan kompoen yang terlalu lama.

Dengan menggunaan “ Buoy snap ring” akan memudahkan dalam memasang dan melepas komponen konstruksi tuna “long line”. Sebuah “buoy snap ring” pada konstruksi “long line” ini berukuran 35 x 125 mm, beratnya 32 gram.

Berat sebuah “buoy line snap ring” dalam media air laut :

f ‘buoy line”, maka akan semakin dalam pula swimming layer ikan yang dapat dicapai.

“Buoy line” berfungsi menghubungkan pelampung dengan “main line”. Untuk mempertahankan kedudukan rawai tuna agar tetap pada kedalamam perairan yang dikehendaki. Panjang setiap utas “buoy line” berkisar antara 25-35m, atau disesuaikan

(12)

dengan kedalaman renang ikan yang menjadi tujuan penangkapan (“swimming layer”) (Fauzi, 1988). Komponen buoy line dirinci pada Tabel berikut.

Tabel . Komponen buoy line

Komponen Bahan Ukuran

Buoy line (tali

pelampung) Setelah terakit seluruhkomponennya: Panjang =35,87m, berat

Dalam media air laut gaya tenggelam “buoy line” dapat dihitung dengan rumus :

f

“Buoy snap ring” merupakan pengait berbentuk peniti terbuat logam tahan karat ukuran 35 x 125 mm. Penggunaan “buoy snap ring” pada komponen “buoy” untuk mengganti penggunaan simpul sebagai penghubung antara “buoy” dengan “buoy line”. Karena dirasa penggunan simpul sebagai penghubung kurang efektif dan efisien dalam menghubungkan kompoen yang terlalu lama. Dengan menggunaan “ Buoy snap ring” akan memudahkan dalam memasang dan melepas “buoy line” yang terkait pada “main line” sehingga dapat efektir dan efesien dalam operasi penangkapan. “buoy line snap” merupakan peniti pengait antara “buoy line” dengan “ main line” pada setiap satu basket rangkaian long line.

i. Buoy Line Snap Ring

“Buoy line snap ring” merupakan lingkaran tali “poly ester” diameter 6,5 mm panjang 47 cm, berat 33,27 gram, menghubungkan “buoy line snap kepada “buoy line”.

Dalam media air laut gaya tenggelam “bouy line snap ring” dapat dihitung

Dalam media air laut gaya tenggelam “bouy line” dapat dihitung dengan rumus:

(13)

f

“Branch line” merupakan tali penghubung antara “main line” dan pancing. Bagian ujung atas “branch line” tersebut dikaitkan pada “main line” di setiap interval 50 meter, dengan menggunakan “branch line snap”. ”Satu utas “branch line” tersusun dari rangkaian komponennya seperti dirinci pada Tabel berikut.

Bahan yang digunakan sebagai “branch line” sama jenisnya dengan bahan yang digunakan pada “main line”, dapat dirangkai dengan ukuran yang sama atau sedikit labih kacil. Bahan yang digunakan harus dapat menahan hentakan ikan yang tertangkap setidak-tidaknya mempunyai daya tahan putus 150 kg.f (Fauzi, 1988).

Gambar Rangkaian Branch line Tabel . Rangkaian Komponen Branch Line

dan efisien, karena tidak memerlukan waktu yang banyak dalam menghubungkan branch line” dengan “main line”. “Snap” biasanya digunakan pada kapal kapal “long line” yang telah maju, dalam artian dalam operasi penangkapannya telah menggunakan alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan dilaut.

Dalam media air laut gaya tenggelam “branch line snap” dapat dihitung dengan rumus :

m. Branch line snap ring

“Branch line snap ring” berupa lingkaran tali “polyester” diameter 4,5 mm, panjang 47 cm, beratnya 15,70 gram, menghubungkan “branch line snap” kepada “branch line”. Walaupun kurang dipentingkan nanun fungsi “branch line snap ring” dalam konstruksi “long line” sangat diperlukan karena dimungkinkan apabila terjadi kerusakan pada “branch line snap” maka akan memudanhkan dalam penggantiannya (memotong “branch line snap ring”) untuk kemudian diganti dengan “branch line snap yang baru”. Kerusakan pada “branch line snap diakibatkan karena karatan maupun dikarenakan masuk dalam “ line hauler”.

Bentuk daripada “branch line snap ring” memang berupa lingkaran. Dimana pada sisi sisi yang berhubungan dengan “snap” digunakan simpul, sedangkan pada bagian yang berhubungan dengan “branch line snood” digunakan simpul “reef knot”. Penggunaan simpul pada konstruksi “ long line” memang dapat mengurangi kekuatan benang (berkurang 55 % pada “reef knot”). Namun hal ini telah diperhitungkan, bahwasannya daya putus talinya masih lebih besar dari berat ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

Dalam media air laut gaya tenggelam “branch line snap ring” dapat dihitung dengan rumus :

n. Branch Line Snood (pangkal tali cabang)

“Branch line Snood” terbuat dari tali “polyester” diameter 4,5mm, panjangnya 25 m, beratnya 417,5 gram, memiliki daya tahan putus 350 kg.f, menghubungkan “branch

(14)

line snap ring” kepada “swivel”.Besarnya “branch line snood”. Besarnya tali pada “branch line snood” paling tidak sama dengan tali utama atau sedikit lebih kecil, namun memiliki kekuatan yang hampir sama.

Penggunaan “branch line snood” dalam komponen alat tangkap “long line” memungkinkan untuk dapat menjangkau “swimming layer” ikan tujuan panangkapan. Dalan komponen “branch line”, “ branch line snood” merupakan komponen yang terpanjang dibandingkan komponen yang lain yang terdapat pada “branch line”.

Dalam media air laut gaya tenggelam “branch line snood” dapat dihitung dengan rumus :

S0.4175kg0.260.1086kg.f

Gambar Satu Rangkaian Branch Line Snood o. Swivel

“Swivel” (kili-kili) pada “branch line snood” adalah type “leaden barrel swivel”, (kili-kili yang diberi pemberat timah). Berat setiap “swivel” 60 gram. Kili-kili dalam komponen tuna “long line” merupakan komponen yang harus ada. Dikarenakan pada alat tangkap “long line” yang menggunakan tali sebagai komponen utamanya sangat mungkin terjadinya kekusutan pada talli. Apabila hal ini terjadi maka akan dapat mengurangai kekuatan dari bahan benang yang digunakan dan sulit dalam penanganannya sehingga padat menghambat pada saat operasi penangkapan.

Adanya “swivel” dalam “branch line” tidak mutlak tidak akan terjadi kekusutan pada: long line”. Pada prakteknya fungsi “swivel” dapat terganggu diakibatkan oleh pengaratan yang diakibatkan oleh air laut. Dan pada tegangan yang sangat tinggi “swivel” tidak dapat berputar sebagaimana yang diharapkan untuk menetralisir pergerakan meronta-ronta ikan yang tertangkap. Sehingga memungkinkan terjadinya kekusutan pada alat tangkap. Hal ini dapat dihindari apabila “swivel” yang digunakan memiliki kualitas yang baik,namun harganya sangat mahal. Seperti penggunaan “swivel” tipe “hevy duty swivel” yang tetap dapar berputar pada beban yang sangat tinggi dikarenakan menggunakan laker pada komponen didalamnya untuk dapat memutar.

Dalam media air laut gaya tenggelam “swivel” dapat dihitung dengan rumus :

(15)

f beratnya 6,75 gram, memiliki kekuatan putus 350 kg.f. Merupakan penghubung antara “swivel” kepada “sekiyama”. Pada dasarnya fungsinya sama dengan “branch line snap ring” hanya penampatannya saja yang berbeda pada komponen “rawai tuna”. Dengan adanya “sakite” pada kontruksi “long line” dimungkinkan dalam penggantian komponen “swivel” maupun “ sekiyama” yang aus dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

Pada bagian yang menghubungkan dengan “swivel” digunakan simpul “splashing” tunggal sedangkan pada bagian yang menghubungkan dengan “sekiyama” digunakan simpul mata “eye splash”.

Dalam media air laut gaya tenggelam “sekite” dapat dihitung dengan rumus :

f

(16)

“ammor spting”, yaitu bagian yang melapisi simpul mata pada ujung-ujung “sekiyama”. “Ammor spring” berfungsi untuk memperkuat ujung-ujung “sekiyama” yang dibentuk menjadi simpul mata. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah penghubung antara “sekiyama dengan komponen yang lain menjadi menjadi sumpul mati sehingga menyulitkan dalam penggantian “sekiyama” apabila terjadi kerusakan pada “sekiyama”. Dalam media air laut gaya tenggelam “sekiyama” dapat dihitung dengan rumus :

f

“Sekiyama” merupakan kili-kili pada “sekiyama” terbuat dari “silver type swivel”, beratnya 11 gram. Dikarenakan pada “sekiyama” menggunakan “wire” yang dibalut dengan tali “polyamide” sebagai penguat. Semua tali sangat mungkin terjadinya kekusutan sama halnya pada “sekiyama”, apabila hal ini terjadi maka akan dapat mengurangi kekuatannya penanganannya sehingga padat menghambat pada saat operasi penangkapan dam menyebabkan ikan lolos dari alat tangkap.

Adanya “swivel” dalam “branch line” tidak mutlak tidak akan terjadi kekusutan pada “long line”. Pada prakteknya fungsi “swivel” dapat terganggu oleh pengaratan yang diakibatkan oleh air laut. Dan pada tegangan yang sangat tinggi “swivel” tidak dapat berputar sebagaimana yang diharapkan untuk menetralisir pergerakan meronta-ronta ikan yang tertangkap. Sehingga memungkinkan terjadinya kekusutan pada alat tangkap. Selain itu dapat pula diakibatkan ausnya “sekiyama” akibat kerosi olah air laut.

Dalam media air laut gaya tenggelam “sekiyama swivel” dapat dihitung dengan rumus :

“Wire leader” menghubungkan “sekiyama swivel” dan “tuna hook”. Pada salah satu ujungnya dibuat simpul mata dilengkapi “armor spring” dan “fuji lock”, dihubungkan ke “sekiyama”. Pada ujung lainnya diikatkan pada “tuna hook“ dilengkapi “luminuous lead”, “fuji lock”. “kanseki spring” dan “aimata”.

“Wire leader” terbuat dari tali kawat baja nomor 30 diameter 1,3mm. Panjangnya 1,5 meter dan beratnya 42 gram, memiliki kekuatan putus 140 kg.f. “Wire leader” merupakan komponen “branch line” (tali cabang) yang menerima beban langsung dari bobot ikan sasaran penangkapan (khususunya tuna). Kekuatan putus “wire leader” tersebut memadai untuk menahan beban ikan sasaran penangkapan yang beratnya berkisar antara 35-70 kg.f.

Bahan yang digunakan terbuat dari kawat baja dan memiliki daya tahan putus yang baik, diharapkan tidak putus akibat gigitan ikan cucut saat operasi penangkapan dilakukan. Pada sisi pangkal “wire” dirangkai membentuk simpul mata

(17)

“eye splash” yang dihubungkan dengan “sekiyama dengan dilapisi “ammor spring” sebagai penguat, kemudian pada pertemuan keduanya dihubungkan dengan “silver lock” untuk mengunci simpul. Hal ini dilakukan untuk memperkuat untaian tali terhadap hentakan ikan yang tertangkap. Sedangkan pada bagian ujung “wire” dihubungkan dengan “hook” yang terbuat dari bahan tahan karat. Pada pertemuan antara “wire” dengan “hook”(“aimata”) digunakan “kanseki spring” untuk memperkuatnya. Bahan yang digunakan berbeda dengan yaang digunakan sebagai “ammor spring”, pada “ kenseki spring” bahan yang digunakan terbuat dari rangkaian besi baja tahan karat yang menyerupai slang.

Pada media air laut gaya tenggelam “wire leader” dapat dihitung dengan rumus:

f

“Tuna hook” merupakan pancing khusus tuna, bernomor 38, beratnya 12 gram, terbuat dari besi tempa dilapisi bahan galvanis. Pancing tuna dilengkapi cincin pancing (“hook ring”) dan “zinc anoda” yaitu pelindung pancing menghindari pengikisan logam oleh proses elektrolisa (“galvanic action”) di dalam media air laut.

Gambar Wire yang menghubungkan hook, dan ammor spring (hijau)

Dipilih pancing dengan nomer 38, pancing khusus tuna dikarenakan sangat

Dalam media air laut gaya tenggelam “hook” dapat dihitung dengan formula :

(18)

f . kg 0086 . 0 86 . 0 kg 0012 . 0

S  

2.7 Karakteristik

Kata “long line” sering diterjemahkan menjadi “ rawai tuna” sungguhpun demikian istilah “long line” yang akan dipakai. Dan perikanan long line sering diartikan langsung perikanan tuna long line mengingat bahwa tujuan penangkapannya adalah adalah jenis-jenis ikan tuna, walaupun dengan prinsip yang sama juga dipakai untuk menangkap ikan salmon, makarel, spanish, shark dan lain lainnya. “long line” untuk ikan tuna pada kenyataannya operasinya disamping menangkap jenis-jenis ikan tuna juga menangkap janis-janis ikan lainnya seperti : ikan layaran, ikan hiu dan lain-lain. Jenis-jenis ikan tuna adalah oceanis, yang dapat juga dikatakan perikanaan laut bebas. Akibatnya, perikanan tuna long line tentunya harus mempunyai struktur yang organisasi yang teratur (Ayodhyoa,1981).

Menurut Subandi dan Barus (1988), long line adalah suatu pancing yang terdiri dari tali panjang (tali utama atau”main line”). Kemudian pada tali tersebut seara berderet pada jarak tertentu dikaitkan tali-tali endek (tali cabang atau “branch line”) yang ujungnya diberi mata pancing (“hook”) yang banyaknya tergantung dari satuan yang dipergunakan. Panjang tali tersebut apabila dibentangkan secara lurus akan dapat mencapai panjang ratusan meter, bahkan puluhan kilometer. Jepang yang dianggap sebagai asal tuna long line tidak mengetahui kapan pastinya perikanan tuna long line dimulai. Namun para ahli perikanan di Jepang sepakat bahwa kurang tahun 1800 nelayan-nelayan Jepang telah menggunakan tali sepanjang 2.250 m dengan 75 pancing, untuk menangkap ikan tuna. Kapal yang dipergunakan pada saat itu hanya beberapa meter, sehingga penangkapan hanya dapat dilakukan di dekat pantai. Dengan adanya perbaikan bentuk dan bertambahnya besar perahu, pada akhir abad XIX daerah penangkapan telah meluas sampai dengan 50 mil dari pantai. Tahun 1906 satu kapal bermesin dicoba untuk pertama kali dan berhasil. Akibatnya, tiga tahun kemudian jumlah kapal penangkap tuna bermesin mencapai angka 150 dengan ukuran rata-rata 20 ton. Penyempurnaan kapal sedikit demi sedikit dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini hingga ukuran kapal mencapai 200 ton (Simongkir, 1982).

Longline dasar ini mempunyai ciri khas, pada kapal longline memiliki ruang yang besar untuk ikan hasil tangkapan, dan kapasitas minyak bahan bakar yang besar. karena perjalanan penangkapan ikan dengan longline memakan waktu 3 – 4 bulan. Longline merupakan modifikasi dari alat tangkap rawai yang terdiri dari main line, branch line, tali pelampung, pelampung, tali pancing, pancing, bendera dan lain-lain. Dimana antara pelampung dengan pelampung lain dipasang branch line sbanyak 4 – 6 buah, yang berarrti tiap satu basket terdapat 4 – 6 mata pancing, dan pada ujung main line bagian dasar masing-masing diberi pemberat.

(19)

2.8 Bahan dan Spesifikasinya

Melihat dari segi materialnya, rawai tuna atau longline ini dapat dibagi dua jenis yaitu yang bahan utamanya monofilament ( biasanya PA ) dan multifilament ( biasanya PVA seperti kuralon ). Perbedaan pemakaian bahan ini akan mempangaruhi jenis line hauler yang digunakan. Adapun perbedaan dari kedua jenis bahan ini dipandang dari segi perikanan adalah :

a.Bahan monofilament lebih murah dan ringan disbanding dengan multifilament dan juga monofilament lebih mudah dirakit serta sesuai untuk kapal-kapal kecil.

b.Bahan monofilament lebih mudah ditangani

c. Bahan monofilament lebih kecil, halus dan transparan dan dinilai akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik disbanding multifilament

2.9 Perhitungan Komponen Long line

a.Rasio Perbandingan Buoy Line Terhadap Main line

Berdasarkan formula di bawah ini rasio antara panjang buoy line terhadap panjang main line pada satu interval jarak antara branch line sama dengan 0,72.

ML FL

c

72 , 0 50

87 , 35

 

c

Dimana :

c = nilai ratio

FL = panjang buoy line, 35,87 meter ML = panjang main line, 50 meter

b.Perbandingan Branch line Terhadap Main line

Berdasarkan formula dibawah ini, rasio perbandingan antara panjang branch line terhadap panjang main line peda suatu interval jarak antara branch line sama dengan 0,75.

ML BL

C

75 , 0 50

37 , 37

 

c

Dimana :

C = nilai ratio

BL = panjang branch line, 37,37 meter ML = panjang main line, 50 meter

c.Perbandingan Panjang Branch Line Terhadap Buoy Line

Berdasarkan formula dibawah ini, rasio nilai perbandingan antara panjang satu utas rangkaian komponen “branch line” terhadap panjang “buoy line” sama dengan 1,04

(20)

FL

BL = panjang branch line, 37,37 meter ML = panjang buoy line, 35,87 meter

d.Berat Komponen Long Line di Udara

Berat komponen Long line perlu duketahui berkaitan dengan kemampuan daya muat kapal, serta untuk mempertimbangkan stabilitas kapal dan keselamataan pelayaran. Berat komponen rawai tuna seperti dirinci pada Tabel berikut.

Tabel . Berat Komponen Long line di Udara (tiap utas, tiap basket dan tiap unit)No. NAMA KOMPONEN BERAT SETIAPUTAS (kg) BERAT PERBASKET (16 branch line)

3. Main Line 1,762 29,955 1.557,650

4. Unit Branch Line

Berat diudara setiap komponen penyusun “Long line” pada setiap basket adalah 45,082 kg / basket. Berat diudara rata-rata satu unit alat tangkap “long line” yang dibawa pada sutu operasi penangkapan adalah 2.344,264 kg / unit.

u. Berat Komponen Dalam di Air laut

Berat komponen dalan media air laut dapat dihitung dengan formula :

(21)

W komponen = Berat komponen diudara

 air laut = Densitas air laut

 materi= Densitas komponen

Berdasarkan formula tersebut maka diketahui berat komponen rawai hanyut tuna dalam rangkaian satu basket, seperti dirinci pada Tabel berikut.

(22)

(-) = komponen terapung dipermukaan laut (+) = komponen tenggelam dipermukaan laut

e.Perhitungan Daya Apung Terhadap Daya Tenggelam

Berdasarkan rincian berat komponen diudara dan didalam air laut, maka “buoyancy” dan “sinking power” setiap basket perlu diketahui seperti dirinci pada Tabel. berikut .

Tabel. Perbandingan “bouyancy” dengan “sinking power” komponen “long line”

No Komponen Rawai Tuna Bouyancy Sinking

Power 1. Daya apung buoy (pelampung

basket) di air laut 14,402 kg.f 2. Daya tenggelam komponen buoy

line (tali pelampung)

Daya tenggelam komponen “main line” (tali utama)

Daya tenggelam komponen “branch line” (tali cabang)

0,33 kg.f

7,788 kg.f

4,419 kg.f

JUMLAH 14,402 12,543

Sumber : BPPI, Semarang

Dari rincian tersebut diatas diketahui bahwa :

- Jumlah “buoyancy” pada satu “buoy” disetiap basket (B) = 14,402 kg.f. Jika dikalikan dengan jumlah “buoy” peda satu unit “long line” maka,

pelampung total B

B  

Btotal = 14,402 x 66 = 950,53 kg.f

- Jumlah “sinking power” pada satu basket “long line” (S) = 12,543 kg.f.

Jika dikalikan dengan jumlah “buoy” peda satu unit “long line” maka,

pemberat total B

B   Btotal = 12,543 x 65 = 815,29 kg.f

- “Surplus buoyancy” pada satu basket “long line” adalah selisih antara “sinking power” komponen dalam satu basket terhadap “buoyancy” yang dihasilkan satu “buoy” (pelampung) (B-S) = 14,402 kg.f - 12,534 kg.f

= 1,859 kg.f

- Rasio antara sinking power komponen satu basket terhadap “buoyancy” satu ”buoy” “long line” ( B/S ) = 14,402 kg.f / 12,543 kg.f = 1,148 kg.f

2.10 Perawatan Alat Tangkap Long Line

Setiap alat yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan lambat laun akan berkurang kekuatannya dan dalam waktu tertentu akan rusak, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Alat tangkap “long line” ini dioperasikan dilaut yang tingkat perisakannya sengat cepat apabila tidak dirawat dengan baik. Walaupun bahan yang dipergunakan memiliki kualitas yang baik belum menjamin alat tangkap tersebut memiliki umur yang panjang jika tidak dilakukan perawatan. Disamping kualitas bahan ada faktor lain yang sangat mempengaruhi keawetan alat tangkap “long line” yaitu faktor lingkungan yang dapat merusak tidak dihindarkan, yaitu dengan jalan perawatan “long line” secara berkala dan penempatan “long line” pada tempat yang terlindung.

Menurut Sadhori (1985), penurunan kekuatan ini disebabkan oleh :

- Pengaruh mekanis

- Perubahan sifat-sifat bahan

- Perusakan oleh jasad-jasad renik

(23)

- Pengaruh alam

Kerusakan atau penurunan kekuatan tersebut sangat sulit untuk dicegah, tetapi kita berusaha sedapat mungkin untuk menjaga keawetan alat tangkap. Dalam hal pemeliharaan alat tangkap memerlukan penanganan yang baik, karena pemeliharaan yang kurang baik akan memperpendek umur “long line” Salah satu cara menghambat kerusakan alat tangkap adalah dengan merawat atau memelihara alat tangkap tersebut dengan baik dan benar.

Perawatan dan pemeliharaan alat tangkap pada alat tangkap long line antara lain adalah :

- Keadaan tali dan pancing harus bersih dari sisa umpan atau darah ikan yang melekat

- Pada saat “hauling” diusahakan kotoran-kotoran yang melekat pada alat tangkap segera dibersihkan

- Memeriksa keadaan tali, mungkin ada yang aus atau putus, bila ada sebaiknya diganti, diperbaiki atau disambung

- Tempat penyimpanan tali harus terhindar dari pengaruh sinar matahari langsung dari minyak yang dapat merusak, begitu juga dari gangguan tikus dan hewan perusak lainnya

- Alat-alat dari bahan baja yang tidak dipakai disimpan dengan cara dicelupkan atau direndam didalam minyak agar tidak cepat berkarat

- Tali dijaga dari gesekan atau benturan dari benda-benda tajam. Gesekan dengan benda kapal akan menyebabkan tali cepat aus, sehingga laju penyusutan alat sangat besar

- Alat tangkap dijaga dari tekanan benda berat secara langsung, sehingga tali tidak berubah bentuk

- Bagian-bagian atau pancing yang berkarat sebaiknya segera diganti

- Sekiyama yang aus atau melilit secepatnya diperbaiki dengan jalan mengganti dengan senar yang baru

Perawatan alat tangkap biasanya dilakukan sebelum dan sesudah operasi penangkapan dilakukan. Hal ini dilakukan agar alat tangkap dalam kondisi yang baik. Sehingga apabila dioperasikan akan dapat dioparasikan tanpa menemui kandala yang berarti dan akan menunjang keberhasilan operasi penangkapan. Setelah operasi penangkapan dilakukan sebaiknya alat tangkap dibersihkan dari darah maupun sisa umpan yang melekat dikarenakan sisa darah dan umpan yang melekat pada alat tangkap akan memicu terjadinya pembusukan yang akan mengakibatkan tali menjadi aus, dan akan mengakibatkan karatan pada komponen yang terbuat dari logam. Disamping itu yang perlu dilakukan adalah memeriksa apakah pada bagian alat tangkap tersebuat terdapat bagian yang aus atau putus, apabila ada segera diganti dengan bagian yang lain yang kondisinya baik.

Sebelum ditempatkan pada tempat penyimpanan harus diperhatikan agar tali dijaga dari gesekan benda-benda tajam yang dapat mengakibatkan tali menjadi aus atau bahkan putus. Dan yang perlu diperhatikan agar dalam penyimpanannya dihindari dari tekanan benda berat secara langsung yang dpat mengakibatkan tali berubah bentuk sehingga mengurangi efektifitas penangkapan.

Dalam penyimpanan alat tangkap harus dihindarkan dari pengaruh sinar matahari langsung karena dapat mengakibatkan alat tangkap menjadi cepat aus. Sebaiknya ditempatkan pada tempat yang terhindar dari gangguan hewan yang dapat merusak alat tangkap seperti tikus dan hewan lainnya yangn bersifat merusak. Untuk bahan yang terbuat dari logam sebaiknya dalam penyimpanannya dicelupkan kedalam minyak terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar komponen tersebut tidak cepat berkarat karena pengaruh air laut dan udara.Apabila terdapat komponen yang berkarat

(24)

sebaiknya segera diganti dengan komponen yang baru.

Semua yang dilakukan diatas untuk mempertahankan kondisi alat tangkap agar dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang. Komponen “long line” merupakan komponen yang sederhana namun harganya relatif tinggi. Oleh karena itu perawatan alat tangkap dilakukan agar dapat menekan biaya perbaikan alat tangkap. Pada akhirnya kondisi alat tangkap yang baik akan meningkatkan keberhasilan operasi penangkapan.

2.11 Hasil Tangkapan

Pada operasi penangkapan longline ini yang tertangkap yaitu ikan-ikan dengan ukuran besar seperti tuna, salmon, Spanish mackerel, shark, dll. Tetapi pada kenyataannya operasi tertangkap juga ikan layaran, hiu, dll.

Contoh ikan yang tertangkap pada operasi longline seperti pada tabel di bawah : NO SCIIENTIFIC NAME ENGLISH

NAME INDONESIANNAME AREA 1 Thunus thynnus

orientalis Bluefin tuna ? North pacific,Atlantic 2 T. Thynnus thynnus Bluefin tuna ? North pacific,

Atlantic 3 T. Thynnus macoyi Southerm

bluefin ? South pacific,Indian ocean 4 T. alalunga Albacore Albacore All ocean 5 T. oberus Big eye tuna Mata besar All ocean 6 T. Albacares Yellow fin tuna Madidihang,

beulang kedawung

All ocean

7 T. tonggol Northerm

bluefin ? Pacific, Indianocean. Atlantic

8 T. atlanticus Blackfin ? Atlantic

9 Katsowonus pelamis Skipjack Cakalang All ocean 10 Tetrapturus

angustirustris Shortbillspearfish ? Pacific, Indianocean 11 Istiophorus orientalis Sailfish Ikan layaran Pacific, Indian

ocean 12 Tetrapturus audax Striped marlin Setuhuk

loreng Pacific, Indianocean 13 Macaira nigricans Blue marlin Setuhuk hitam Pacific, Indian

ocean

14 Macaira indica Black marlin Setuhuk putih Pacific, Indian ocean

15 Xiphias gladias Sword fish Ikan pedang,

ikan todak Pacific, Indianocean

16 Xiphias Shark Hyu, cucut All ocean

2.12 Daerah Penangkapan

Penyebaran Ikan Tuna di Perairan Indonesia

Tuna dan cakalang adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas,

(25)

termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera. Pengetahuan mengenai penyebaran tuna dan cakalang sangat penting artinya bagi usaha penangkapannya (Cascorbi, 2002).

Jenis tuna dan cakalang menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Penyebaran jenis-jenis tuna dan cakalang tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis bujur (longitude) tetapi dipengaruhi oleh perbedaan garis lintang (latitude). Pada Perairan Samudera Hindia dan Samudera Atlantik, ikan tuna dan cakalang menyebar di antara 40ºLU dan 40ºLS. Khususnya di Indonesia, tuna hampir didapatkan menyebar di seluruh perairan di Indonesia. Wilayah Indonesia bagian barat meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut Banda Flores, Halmahera, Maluku, Sulawesi, perairan Pasifik di sebelah utara Irian Jaya dan Selat Makasar (Collete dan Nauen, 1983 dalam

Diniah. et al, 2002).

Distribusi ikan tuna dan cakalang di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku

(behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, diantaranya adalah parameter oseanografis, seperti : suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan Kedalaman renang tuna dan cakalang bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya tuna dan cakalang dapat tertangkap di kedalaman 0-400 meter. Salinitas perairan yang disukai berkisar 32-35 ppt atau di perairan oseanik. Suhu perairan berkisar 17-31 oC (Diniah. et al, 2002).

Mengenai jenis ikan tuna yang sering tertangkap adalah sebagai berikut :Madidihang (Thunnus albacares) tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Panjang madidihang bisa mencapai lebih dari 2 meter. Jenis tuna ini menyebar di perairan dengan suhu yang berkisar antara 17-31oC dengan suhu optimum berkisar antara 19-23oC, sedangkan suhu yang baik untuk kegiatan penangkapan berkisar antara 20-28oC.

Tuna mata besar (Thunnus obesus) menyebar dari Samudera Pasifik melalui perairan di antara pulau-pulau di Indonesia sampai ke Samudera Hindia. Ikan ini terutama ditemukan di perairan sebelah selatan Jawa, sebelah barat daya Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Laut Banda dan Laut Maluku. Tuna mata besar merupakan jenis yang memiliki toleransi suhu yang paling besar, yaitu berkisar antara 11-28oC dengan kisaran suhu penangkapan antara 18-23oC.

Tuna albakora (Thunnus alalunga) daerah penyebaranya sangat dipengaruhi oleh suhu. Jenis ini menyenangi suhu yang relatif lebih rendah. Albakora juga memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dua jenis tuna di atas.

Tuna sirip biru (Thunnus maccoyi) didapatkan menyebar hanya di belahan bumi selatan. Oleh karena itu jenis ini sering disebut sebagai southern bluefin tuna. Ikan ini tidak terlalu banyak tertangkap oleh para nelayan Indonesia (Laevastu dan Hela, 1970).

Faktor Tingkah Laku Ikan

Migrasi adalah berpindah dari suatu daerah ke daerah lain dan tinggal di daerah baru itu selama waktu yang relatif agak tertentu atau mungkin menetap di daerah baru tersebut. Migrasi pada ikan merupakan perpindahan yang periodis, merupakan gerakan yang dilakukan atas kehendak dan kekuatanya sendiri dengan tujuan dan arah tertentu pula. Ikan pelagik tertentu yang hidup dalam lapisan 200 m teratas, antara lain ikan tuna, selalu melakukan migrasi dalam siklus hidupnya, antara lain karena faktor temperatur yang terjadi pada setiap musim serta ketersediaan makanan (Mulbyantoro. et al, 1999).

(26)

Ikan tuna sebagai salah satu jenis ikan pelagis merupakan ikan yang sangat peka terhadap setiap perubahan lingkungan yang ada disekitarnya. Perubahan sekecil apapun dapat membuat ikan melakukan migrasi dari satu tempat ke tempat lain dalam rangka mencari tempat yang sesuai dengan kondisi dirinya. Alasan kebiasaan ikan tuna yang suka bermigrasi ini adalah pilihan akan suhu yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, tempat berkumpulnya makanan dan gradien suhu dimana proses migrasi bisa dilakukan secara soliter (sendiri) maupun berkelompok. Perubahan suhu dapat mempengaruhi ikan melalui beberapa peranannya sebagai modifier dalam proses metabolisme dan aktifitas ikan serta sebagai stimulus syaraf. Reaksi yang muncul pada ikan terhadap suhu bisa jadi merupakan pengaruh yang sangat komplek yang menyangkut beberapa proses diantaranya adalah perubahan area makan melalui migrasi dan pencarian atau beberapa dampak terhadap tingkat pertumbuhan, pemasakan gonad bahkan recruitment ikan disuatu perairan (Gunarso, 1990).

Secara umum, faktor iklim tersebut sangat mempengaruhi kebiasaan hidup ikan tuna baik dalam mencari makan, migrasi, pemijahan dan aktifitas yang lain, sehingga hal tersebut dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam penentuan area fishimg ground dan dilakukan penangkapan.

Dispersi ikan tuna

Dispersi atau dispersion adalah fenomena dalam populasi yang mempengaruhi jarak perenggangan antar individu ikan atau spesies ikan. Dispersi itu adalah gerakan ikan, terutama ikan tuna muda tanpa tujuan tertentu dan dapat juga sebagai gerakan pasif bersama arus air laut dan keluar dari populasi asal dan menempati daerah baru untuk waktu yang lama, oleh karena adanya dispersi itu maka suatu populasi ikan laut yang telah lama ada disuatu daerah dapat berubah. Disamping itu ada gerakan pindah keluar dari kumpulan populasi asal, ada pula gerakan pindah memasuki populasi yang telah ada yang biasanya dilakukan oleh ikan-ikan muda dan inilah yang disebut dengan recruitment. Beberapa faktor berpengaruh pada dispersi ikan yaitu faktor lingkungan alam (fisik dan kemis), faktor biologis (reproduksi), faktor adanya ketersediaan makanan serta mortalitas alami (Mulbyantoro. et al, 1999).

Pola dispersi dapat bersifat random atau bersifat kelompok (clumped). Ikan-ikan

karnivor biasanya menyebar secara random, sedang ikan herbivor secara berkelompok membentuk kumpulan. Gerakan dispersi itu dapat dilakukan secara bebas oleh berbagai jenis ikan berdasarkan naluri, terutama untuk mencari makan. Pola dispersi ikan ini dapat dipengaruhi oleh adanya kepadatan dalam populasi yang disebabkan oleh reproduksi maupun persaingan dalam mencari makan. Pola tersebut merupakan salah satu faktor penyebab berkumpulnya ikan di sekitar rumpon sebagai tempat berlindung maupun mencari makan (Laevastu dan Hela, 1970).

2.13 Tehnik Operasi a. Setting

Seperempat jam sebelum setting dimulai dilakukan persiapan-persiapan agar setting berjalan dengan lancar. Persiapan itu adalah membuka umpan dan disemprot air laut agar tidak kaku karena pembekuan sebelumnya. Basket dibuka dan ditaruh di meja setting hingga penuh. Antar basket yang satu dengan basket yang lain disambung. Bola penampung dikeluarkan dari tempatnya dan kemudian disambung dengan tali bola. Semua ABK sudah berada ditempatnya dimana ia bekerja. ABK ini dibagi menjadi dua grup setting, jika grup A setting, maka grup B istirahat, begitu pula sebaliknya. Yang istirahat menyediakan umpan terlebih dahulu.

Umpan yang dipakai untuk menangkap ikan tuna ada tiga jenis yaitu bandeng, lemuru, dan laying. Untuk ikan bandeng bila keadaannya masih baik bisa dipakai

(27)

dua kali, sedangkan untuk umpan lemuru hanya sekali pakai karena umpan tersebut mudah rusak.

Teknik pemasangan umpan ada ( 3 ) tiga cara, yaitu : 1. Mengaitkan mata pancing antara kedua mata umpan

2. Mengaitkan mata pancing dengan menusukkan bagian atas kepala

3. Mengaitkan mata pancing di daerah punggung ( dorsal ), tepatnya dibawah sirip dorsal tersebut.

Pemasangan umpan biasanya dilakukan dengan mengaitkan mata pancing diantara kedua mata umpan. Ini dilakukan agar sewaktu umpan berada di air terlihat seperti hidup karena pengaruh arus. Untuk pemasangan biasanya juga sangat bervariasi, kadang dalam beberapa basket berlainan jenis, terkadang juga dipasang umpan yang sejenis. Ini semua tergantung pengalaman dan keinginan kapten kapal.

Setelah persiapan selesai maka setting segera dimulai dan kapal dijalankan  6

knot. Pertama kali lightbuoy dilego, kemudian main line yang pertama dibuang, main line ini tidak tidak dipasang branch line. Main line habis , tali pelampung dibuang yang disusul dengan pembuangan pelampung. Basket yang kedua digeser, basket ini dipasang branch line yang ujungnya terdapat pancing yang telah diberi umpan lalu dibuang.

Jumlah basket yang digunakan sebanyak 160 buah , dengan 1440 mata pancing. Dlam setiap basket yang dipakai terdiri dari dua buah ikatan tali main line yang telah disisipi branch line pada ikatan yang pertama, dibagian atasnya diberi tali pelampung dan pada ikatan yang kedua diberi branch line yang disambungkan ke main line. Petugas setting berada di buritan kapal dengan tugasnya masing-masing, yaitu : 1 orang memasang umpan dan membuang pancing, 1 orang membuang main line, 1 orang membuang tali pelampung, 1 orang membuang basket, 1 orang memegang kemudi setting. Setting biasanya dimulai pukul 06.00 sampai dengan 11.00.

b. Hauling

Sebelum hauling dimulai, dilakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu. Persiapan itu misalnya pisau diasah, roller diberi minyak pelumas, karet line hauler dalam keadaan baik, deck disiram air laut dan line hauler dijalankan serta handle dicoba. Stelah bendera berada didekat kapal, bendera diganco lalu dinaikkan keatas dck. Main line dilepas dari tiang bendera untuk kemudian dihubungkan ke line hauler untuk ditarik. Hauling dimulai sekitar pukul 16.00 dan berakhir biasanya pukul 01.00 dan akan bertambah waktunya kalau ikan yang tertangkap lebih banyak atau ada kekusutan pada tali.

Petugas hauling terdiri dari :

2.13.1Pemegang handle, tugasnya mengawasi kekenduran dan ketegangan tali utama. Bila tali kendur jangan sering mengerem, karena tali bisa masuk ke propeller kapal dan bila kusut dijalankan perlahan atau direm.

2.13.2Penjaga main line, bertugas menjaga gulungan tali utama agar rapi dan tidak kusut. Bila sudah satu basket, harus membuka simpul, demikian juga jika ada tanda yang rusak diberi tanda dengan simpul.

2.13.3Penggulung branch line, tugasnya menggulung branch line dan diusahakan jangan sampai merusak dinding kapal juga pancing harus dibersihkan dari sisa umpan lalu diikatkan ke branch line.

2.13.4Penerima pancing, bertugas menerima gulungan branch line dan meletakkannya pada gulungan main line. Tiap basket terdiri dari dua yaitu satu ikatan yang terdiri dari gulungan main line dan branch line serta satunya lagi main line yang diatasnya terdapat tali bola ( pelampung ).

2.13.5Penyusun basket, dalam menyusun basket dibantu oleh penerima pancing agar susunan basket menjadi rapi. Lalu diikatkan dengan tali salang yang sudah tersedia.

(28)

2.14.Ikan Umpan

Ikan umpan merupakan pemikat agar ikan sasaran (target species) yang memakannya dapat terkait pada mata pancing. Beberapa jenis ikan umpan yang umum dipakai untuk rawai tuna di Indonesia, antara lain: Kembung (Rastrelliger, sp.), Layang (Decapterus sp.), Lemuru (Sardinella sp.), dan Bandeng (Chanos chanos). Pada umumnya mata pancing dikaitkan di bawah gurat sisi (lateral line) ikan umpan. Nelayan Taiwan lebih menyukai umpan bandeng hidup, dan penempatan mata pancing dikaitkan diatas gurat sisi. Contoh pemasangan umpan pada Gambar berikut .

(a). pancing dikaitkan (b). pancing dikaitkan di bawah gurat sisi di atas gurat sisi

Gambar Pemasangan Ikan Umpan

2.14 Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan

1. Semua ABK sudah berada ditempatnya dimana ia bekerja dan melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik.

2. Pengaitan mata pancing, tergantung dari pengalaman dan keinginan kapten kapal 3. Roller harus diberi minyak pelumas agar pada saat hauling line hauler tidak kusut

dan tali tidak kusut.

4. Umpan yang diberikan, biasanya disemprot air laut agar tidak kaku karena pembekuan sebelumnya.

(29)

Tatap Muka ke 10

3 POLE AND LINE 3.1 Definisi Alat Tangkap

Pole / Rod and line atau disebut biasa juga dengan “pancing gandar” karena pancing ini menggunakan gandar, walesan, joran atau tangkal ( rod or pole ). Jadi semua pancing yang menggunakan gandar sebenarnya adalah pole and line, walaupun terakhir salah kaprah karena sebutan pole and line hanya untuk penagkapan cakalang. Pada pengoperasiannya ia dilengkapi dengan umpan, baik umpan benar ( true bait ) dalam bentuk mati atau hidup maupun umpan tipuan ( imitasi ).

3.2 Sejarah alat tangkap

Ikan tuna sudah dikenal manusia sejak zaman batu, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat penangkap ikan dengan menggunakan pancing dari tanduk dan perahu jukung kuno. Pada awalnya pole atau gandar terbuat dari bahan tradisional seperti bambu atau kayu namun seiring dengan kemajuan zaman, bahan pole atau gandar berkembang sehingga terbuat dari metal atau fiberglaas.

Di Jepang, pancing pertama dikenalkan pada abad 8 yang terbuat dari metal, dan kemudian ditemukan jaring untuk skipjack atau cakalang pada abad 12. Pada awalnya penangkapan ikan menggunakan pole and line menggunakan perahu jukung kemudian berkembang menjadi perahu dayung, perahu layar dan akhirnya berkembang menjadi kapal layar besar pada abad 19. Dan sekarang kapal pole and line sudah menggunakan mesin/motor yang modern.

3.3 Prospektif Alat Tangkap

Seperti yang telah diketahui Indonesia memiliki lautan yang sangat luas, meliputi kurang lebih duapertiga dari seluruh luas wilayah negara. Disamping itu sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki  13.607 buah pulau. Dan memiliki kuranglebih 90.000 km

garis pantai. Lautan Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, beriklim tropis ternyata membawa konsekuensi kaya akan jenis-jenis maupun potensi sumberdaya perikanan. Untuk ikan saja diperkirakan ada 6000 jenis dimana 3000 jenis diantaranya telah diidentifikasikan

Sehubungan dengan hal diatas, penggunaan pole and line di Indonesia masih memiliki kesempatan yng besar karena wilayah Indonesia masih menyimpan potensi yang besar untuk perikanan tangkap, yaitu sekitar 1,8 juta ton pertahun (Kompas; 3-04-04 ) terutama di wilayah timur Indonesia seperti laut Arafura, laut Seram, laut Banda, dan laut Flores serta perairan lainnya seperti Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Lautan Hindia.Namun demikian perlu adanya kewaspadaan akan terjadinya pencurian ikan oleh pihak asing. Menurut harian Kompas ( 3-04 2004 ), pada tahun 2003 sebanyak 144 kapal ikan asing tertangkap di perairan Indonesia dan 28 kapal diantaranya berada di Kalbar. Dan salah satu kelemahan utama penegakan hukum dilaut, menurut Rohmin adalah terlalu lemahnya proses hukum.

3.4 Konstruksi umum

Pole and line terdiri dari gandar yang bisanya terbuat dari bambu ( bamboes pole), tali pancing dan mata pancing. Bentuk kapal pole and line memiliki beberapa kekhususan antara lain :

 Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan

sebagai tempat memancing.

 Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup.  Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers

system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.

Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untk kapal ukuran 20 GT dengan kekuatan 40-60 HP, tenaga pemancingnya berjumlah 22-26 orang, dengan

(30)

ketentuan sebagai berikut 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-2 orang pelempar umpan, 1 orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing.

Gambar diatas dek kapal pole and line yang sedang operasi 3.5 Detail Konstruksi

Panjang galah biasanya tergantung ukuran perahu yaitu semakin besar ukuran perahu yang digunakan, ukuran gandar / joran juga semakin panjang dan terbuat dari bambu maupun fiberglass karena ringan dan lentur Tali utama terbuat dari bahan nylon monofilament warna merah atau hijau dan panjangnya 2/3 dari panjang galah/ gandar.

Mata pancing untuk pole and line ini ada 2 macam yaitu yang berkait balik dan tidak berkat balik, namun yang sering digunakan adalah yang tidak berkait balik. Mata pancing ini diselipkan seakan akan disembunyikan pada umpan tiruan / palsu, sehingga tidak secara langsung kelihatan menyolok. Untuk mata pancing yang berkait balik memakai umpan, yaitu umpan hidup atau masih segar. Penggunaan mata pancing ini hanya dilakukan kalau nantinya ikan yang akan ditamgkap tidak suka menyambar umpan tiruan.

3.6 Karakteristik

Pole and line atau pancing gandar ini memiliki beberapa jenis antara lain mackerel pole and line, skipjack pole and line dan squid pole and line atau pole and line untuk cumi-cumi. Dan berikut ini dalah penjelasannya:

a. Mackerel pole and line

Untuk di Jepang metode pemancingan ikan makarel yang efisien pada malam hari. Berat kapal sekitar 1-50 ton.Lama pelayaran dari satu malam hingga dua minggu. Nelayan lebih suka menggunakan galah bambu, buatan jepang, karena ringan dan lentur. Jarak galah biasanya 1,5 sampai 2 meter panjangnya tergantung ukuran perahu. Tali utama panjangnya hampir sama dengan panjang galah. Pengait atau ikan yng dipasang pada mata pancing dihubungkan dengan tali utama oleh tali mata pancing sepanjang 10-15 cm dan warnanya sama dengan tali utama. Ada dua jenis umpan ( untuk pengait dan untuk ditabur ) umpan untuk pengait yaitu terbuat daridaging makarel bagian luar dengan lebar 10mm, panjang 50-60 mm, dan tebal 2 sampai 3 mm. Untuk pemasangannya , bagian kulit di sisi dalam sedangkan bagian daging di sisi luar.

b. Skipjack pole and line

Pemancingan skipjack dengan pole and line di perairan jepang menggunakan tangkai bambu dengan panjang 4,5 sampai 6 meter unuk di jepang dan 3,5 sampai 4 meter untuk di kep pasifik dan Tahiti. Pada kapal skipjack ini biasanya memiliki banyak awak kapal namun dengan ditemukannya mesin untuk penangkapan cakalang maka mengurangi sejumlah awak kapal. Mesin yang digunakan untuk tiap-tiap kapal antara 4 sampai 12 unit mesin. Mesin ini dirancang untuk melakukan gerakan sebagai mana yang dilakukan nelayan, contohnya untuk menarik ikan dengan cara gerakan vertikal dari tangkai dan untuk membuka tangkapan ikan.

Sedangkan untuk ukuran kapal bervariasi antara 20 sampai 500 GT. Kapal yang berukuran lebih dari 70 GT terbuat dari baja, sedangkan yang kurang dari 60 GT terbuat dari fiberglass. Umpan hidup dari jenis ikan sardin sangatlah diperlukan, agar sardin tersebut teap hidup untuk masa 50-60 hari sampai kapal sampai di tempat pemancingan,

Gambar

Gambar 1.  Bagian-bagian mata pancing
Gambar 3. Konstruksi umum long line                                            Gambar 4
Gambar 5 dibawah ini akan lebih memperjelas tentang merangkai longline :
Tabel . Susunan komponen “main line”
+7

Referensi

Dokumen terkait