• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyambut kurikulum 2013 erny roesminingsih MP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menyambut kurikulum 2013 erny roesminingsih MP"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Konteks Perubahan Organisasi Sekolah Oleh : Dr. Erny Roesminingsih, M.Si

Pemberlakuan kurikulum 2013 menjadi fenomenal, antara pro dan kontra. kurikulum ini diharapkan bisa diterapkan mulai tahun ajaran baru 2013, yang telah diuji publik November 2012. Adapun orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.

Perubahan yang ada di tingkat SD adalah dari 10 mata pelajaran yang diajarkan, yaitu pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, serta muatan lokal dan pengembangan diri. Namun mulai tahun ajaran 2013/2014 jumlah mata pelajaran akan diringkas menjadi tujuh, yaitu pendidikan agama, pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, matematika, seni budaya dan prakarya, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, serta Pramuka. bersifat tematik integratif. pendekatan dalam pembelajaran mata pelajaran IPA dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua pelajaran, yaitu dua mata pelajaran itu akan diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran.

Kemendikbud mengatakan bahwa "Pengembangan dan perubahan kurikulum ini adalah sesuatu yang lazim untuk menciptakan anak didik yang kompeten dan bisa dipertanggungjawabkan,"

Sekolah sebagai institusi terkait erat dengan nilai, budaya, dan kebiasaan yang hadir di tengah masyarakat. Sekolah juga sebagai ujung tombak dari proses modernisasi (agent of change), artinya produk sebuah sekolah harus berupa lulusan yang memiliki kompetensi unggul agar mampu bersaing dalam menghadapi kompetisi di jenjang yang lebih tinggi atau di pasar tenaga kerja.

(2)

Sebuah perubahan, mengapa ?

Pada hakekatnya kehidupan manusia ataupunn organisasi diliputi oleh perubahan. Adapun faktor pendorong perubahan itu sendiri dapat berasal dari dalam diri atau luar individu/sekolah. Untuk itu perubahan perlu dipahami untuk mengurangi tekanan ataupun resistensi terhadap perubahan itu sendiri.

Faktor pendorong perubahan meliputi banyak sebab dan bisa multi kombinasi. Beberapa faktor pendorong perubahan. Pertama, perubahan teknologi yang terus meningkat yang diiringi dengan kemampuan teknologi yang semakin meningkat pula. Individu dan organisasi dalam hal ini sekolah tidak akan membiarkan perkembangan menguntungkan pesaingnya. Jika mempunyai pesaing....! Perkembangan baru akan mengakibatkan perubahan ketrampilan, pekerjaan, struktur dan juga budaya. Kedua. Persaingan yang semakin intens dan global. Dalam dunia yang serba terbuka terjadi persaingan yang semakin tajam dengan cakupan lintas negara. Banyak oragnisasi dipaksa mencapai standar kualitas dan biaya yanag telah dicapai oleh organisasi /pihak perintis. Contoh konkrit dalam hal ini adalah tidak diakuinya echievement sumberdaya kita karena kualitasnya yang kurang memadai (TKI/TKW red). Sebagus apaun bekerja tidak bisa menyamai standart yang diberlakukan oleh organisasi/negara perintis atau dalam hal ini negara maju/industri. Ketiga. Semakin banyak tuntutan dari masyarakat. Masyarakat sudah melek terhadap kualitas. Mereka tidak mau dilayani oleh produk ataupun jasa yang rendah kualitasnya. Untuk menjadi organisasi yang kompetitif, sekolah harus lebih cepat merespon kebutuhan masyarakat, dan perlu diingat bahwa tuntutan mereka dapat berlaku sepanjang waktu, bahkan bisa berubah dalam ukuran detik. Kita selaku penyedia jasa pendidikan tidak dapat mengabaikan cara mereka memenuhi kubutuhan dan ekspektasi mereka. Itu merupakan hak mereka. Berkat merekalah semua akan menjadi dinamis dan berusaha untu mencari terobosan-terobosan baru untuk memenuhinya. Sekolah dalam hal ini, jika tidak mampu memenuhi harapan mereka akan ditinggalkan karena sudah tidak seirama lagi baik dalam struktur, sistem, budaya serta manajemennya. Keempat. Profil demografis negara yang berubah. Komposisi penduduk sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan ketrampilan, nilai dan budaya yang dianut, harapan, struktur pembagian tugas, kesempatan, peluang. Secara makro, perubahan demografi sangat berpengaruh terhadap pola kebutuhan masyakat yang mengarah pada capacity buiding. Investasi jangka panjang dari sebuah teritorial pemerintahan, tidak menutup kemungkinan sebuah negara.

(3)

Pasmore (1994) mengatakan bahwa perubahan diartikan sebagai “..mengubah dalam cara mengerjakan atau berpikir tentang sesuatu... “ Perubahan merupakan sebuah fenomena yang tidak bisa dibendung. Organisasi/ sekolah yang berhasil adalah organisasi yang fokus pada mengerjakan apa saja yang merupakan perubahan kondisi. Artinya, organisasi/sekolah ini adalah sekolah yang selalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut perubahan karena dia yakin mampu untuk melakukannya. Atau sebaliknya jika dia merasa tidak mampu, maka organiasi/sekolah itu akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi jika perubahan itu benar-benar datang dan menerpanya. Organisasi akan belajar dari masa lalu, menanamkan pengetahuan serta menerapkannya untuk membantu menerima perubahan. Sekolah semacam ini selalu dalam kondisi belajar atau diistilahkan dengan “learning organization”

Sekolah yang mampu sebagai organisasi pembelajar (learning organization) akan mencoba dan belajar tentang pendekatan – pendekatan baru yang digunakan dalam mengembangkan konsep, gagasan serta merencanakan dan mengoperasionalkannya. Kesuksesan sekolah pada saat ini sangat tergantung pada kemampuan organisasi tersebut untuk belajar dan merespon perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat. Kepala sekolah yang sukses adalah kepala sekolah yang mampu secara efektif menggunakan kebijaksanaan, mengelola sekolah dengan berbasis ilmu pengetahuan, dan melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan. Disinilah letak pentingnya organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar adalah pengembangan kapasitas organisasi untuk terus belajar, beradaptasi dan berubah.

Untuk menjadi sebuah organisasi pembelajar, sekolah harus mampu mendorong timbulnya suatu kondisi prasyarat yang oleh Peter Senge disebut sebagai lima hal inti dalam pembentukan organisasi pembelajar. Kondisi prasyarat tersebut dirancang dan dilaksanakan secara sistematis oleh sekolah. Kelima hal tersebut adalah:

1. Keahlian Pribadi (Personal Mastery) 2. Model Mental (Mental Model) 3. Visi Bersama (Shared Vision) 4. Pembelajaran Tim (Team Learning)

5. Pemikiran Sistem (System Thinking) (Senge, 1990)

(4)

salah satu yang harus diinternalisasikan adalah kecakapan mengenal diri sendiri. Menginternalisasikan nilai-nilai kecakapan hidup akan sulit jika para guru tidak memiliki kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri. Penguasaan pribadi merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi dalam menciptakan hasil yang paling diinginkan, dan menciptakan suatu lingkungan sekolah yang mendorong semua anggotanya mengembangkan diri mereka sendiri kearah sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang mereka pilih.

Mental Model adalah suatu prinsip yang mendasar dari organisasi pembelajar. Model mental adalah suatu aktivitas perenungan yang dilakukan dengan terus menerus mengklarifikasikan dan memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita. Model mental terkait dengan bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa dan bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi. Model mental merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam setiap individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model mental bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan mengambil keputusan terbaiknya. Dalam pembahasan terdahulu model mental ini kemudian menghasilan cara berfikir atau mindset

Shared Vision adalah suatu gambaran umum dari sekolah dan tindakan (kegiatan) sekolah yang mengikat orang-orang secara bersama-sama dari keseluruhan identifikasi dan perasaan yang dituju. Dengan visi bersama, sekolah dapat membangun komitmen yang tinggi dalam organisasi. Selain itu organisasi dapat pula menciptakan gambaran-gambaran atau mimpi-mimpi bersama tentang masa depan yang ingin dicapai, serta prinsip-prinsip dan praktek-praktek penuntun yang akan digunakan dalam mencapai masa depan tersebut.

Team Learning adalah suatu keahlian percakapan dan keahlian berpikir kolektif dalam organisasi. Kemampuan organisasi untuk membuat individu-individu cakap dalam percakapan dan cakap dalam berfikir kolektif tersebut akan dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan organisasi. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa kecerdasan organisasi jauh lebih besar dari jumlah kecerdasan-kecerdasan individunya. Untuk mencapai kondisi tersebut dibutuhkan individu-individu dalam organisasi yang memiliki emotional intelligence yang tinggi.

(5)

organisasi pembelajar, tidak mungkin dapat menerjemahkan disiplin-displin itu kedalam tindakan (kegiatan) organisasi yang lebih luas.

Bertindak penuh makna dengan memperhatikan berbagai kemungkinan (Acting in High Level of Ambiguity). Dalam organisasi pembelajar, setiap individu didorong untuk dapat memanfaatkan seluruh kemampuan dan kecerdasannya untuk menyikapi tantangan yang seringkali rumit dan penuh kemungkinan (ambiguitas). Individu yang mampu menerapkan prinsip ini mampu beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya yang baru sekalipun. Modal utama untuk dapat menerapkan prinsip ini adalah memanfaatkan pengetahuan dan seluruh potensi yang dimilikinya.

Kompetensi dipandang sebagai manfaat pembelajaran (learning outcomes) yang diterima atau dikuasai setelah proses pembelajaran (Holmes dan Hooper, 2000). Valentine dkk., (2002) menyebutkan bahwa kompetensi anggota organisasi akan meningkat jika organisasi mampu menciptakan iklim dan suasana kondusif untuk belajar. Moran dan Riesenberger (1994) berpendapat, bahwa terdapat sepuluh kompetensi yang harus dimiliki para pekerja global sebagai jaminan untuk dapat bekerja dengan rasa aman dan sejahtera, akibat adanya tuntutan dunia kerja global, yaitu (1) kompetensi lingkungan, (2) kompetensi analitik, (3) kompetensi strategik, (4) Kompetensi fungsional, (5) kompetensi manajerial, (6) kompetensi profesi, (7) kompetensi sosial, (8) kompetensi intelektual, (9) kompetensi individu, dan (10) kompetensi perilaku (behaviour).

(6)

Perubahan organisasional bukanlah masalah yang sederhana, karena akan berurusan dengan mengubah kinerja organisasi. Kita tahu bahwa organisasi atau sekolah dalam hal ini bagaikan makluk hidup. Sekolah merupakan sebuah sistem, yang saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponan yang lain. Perubahan yang kompleks seperti ini jika tidak fokus dan komitmen terhadap perubahan itu sendiri akan merugikan banyak pihak. Hanya ada satu pilihan untuk melakukan perubahan, yaitu perbaikan kinerja sebagai satu-satunya tujuan. Dengan demikian perubahan akan membuat sesuatu menjadi berbeda (Robbins, 2001). Perubahan lebih merupakan sebuah transformasi secara terencana ataupun tidak terencana (Greenberg dan Baron, 2003). Perubahan lebih diarahkan pada pergeseran dari keadaan sekarang menuju pada keadaan yang diinginkan di masa depan (Potts dan LaMarsh, 2004).

Yang terpenting harus dilakukan untuk menghadapi perubahan tersebut agar kita siap menghadapinya, seperti yang dikemukakan oleh Potts dan LaMarsh (2004) sebagai berikut :

a. Bagaimana kita mengetahui adanya sesuatu yang telah ada sekarang b. Aspek apa saja dari keadaan sekarang yang tidak dapat tetap sama c. Seberapa serius masalahnya

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang jawaban tiga pertanyan di atas maka analisislah tentang struktur, proses, orang dan budaya untuk mempertimbangkan bagaimana pengaruh antara variabel yang satu dengan yang lainnya.

Walaupun semua pihak sudah mengetahui pentingnya suatu perubahan tersebut, namun bukan berarti perubahan itu terjadi dengan sendirinnya, bahkan mungkin timbulnya resistensi. Resistensi terjadi dikarenakan adanya sudut pandang yang berbeda. Maka dari itu, untuk mengawal perubahan, change agent harus mampu memberikan personal compact. Personal compact ini merupakan kewajiban dan komitmen bersama yang ada antara seluruh warga organisasi/sekolah dan sekolah itu sendiri.

(7)

seseorang. Selama dominasi kebutuhannya tidak terpenuhi maka orang akan cenderung menolak.

Implementasi kurikulum 2013 dan perubahan

Kurikulum selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh

Kurikulum 2013 merupakan perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang

Anita Lie (2012) menyatakan bahwa keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Tentu ada alasan tersendiri mengapa diperlukan kurikulum 2013.

Beberapa alasan antara lain tantangan masa depan semakin komplek untuk menghadapi tantangan global dan percepatan perkembangan teknologi informasi, kompetensi masa depan diperlukan kemampuan berkomunikasi secara kritis logis dan berkarakter agar mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah global, persepsi masyarakat masih menitik beratkan aspek kognitif dalam hasil pembelajaran, dan berbagai fenomena negatif dikalangan pelajar antara lain tawuran, narkoba, pergaulan bebas, kecurangan, dan lain-lain.

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan kurikulum sebelumnya (KTSP), keduanya mempunyai fungsi dan tujuan yang sama serta berpijak dari undang-undang yang sama yaitu Undang Undang No.20/2003 Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 undang undang tersebut menyatakan bahwa fungsi Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

(8)

Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 akan lebih berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari hasil evaluasi beberapa hal yang dikoreksi dan direvisi pada KTSP yang akan menjadi titik tekan dalam kurikulum 2013 antara lain:

 konten KTSP masih terlalu padat (mata pelajaran banyak, materinya meluas, dan

tingkat kesukarannya melampaui usia anak);

 belum sepenuhnya berbasis kompetensi, belum menggambarkan secara holistik

domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan;

 belum terakomodasi pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif,

keseimbangan soft skills dan hard skills, dan kewirausahaan;

 belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,

nasional, maupun global;

 standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci

sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru;

 standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap,

keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala

(9)

Guru sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum 2013, mengundang banyak pertanyaan dan berusaha mencari jawaban sekaligus langkah langkah persiapan beradaptasi dengan kurikulum baru. Guru dituntut sebagai pembelajar cepat untuk meramu empat komponen kurikulum 2013 yang meliputi standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Hasil yang diharapkan adalah peningkatan kompetensi siswa yang seimbang antara sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) untuk menghasilkan lulusan yang produktif, kreatif, inovatif yang mampu menjawab tantangan global.

Untuk membuat siswa yang kreatif dan inovatif diperlukan guru yang lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan materi, penilaian, dan metoda penyampaian yang menyenangkan dengan memperhatikan kesiapan psikologi siswa sebelum belajar.

Penerapan kurikulum baru merupakan hal yang wajar, sebagai sebuah keniscayaan dari kehendak perubahan zaman. Kurikulum baru juga bisa dianggap sebagai bagian dari tanggapan pemerintah atas harapan, masukan, kritik dan saran dari masyarakat yang menghendaki adanya penyesuaian atas kurikulum lama yang berlaku hingga saat ini. Semangat kurikulum baru adalah lebih menyederhanakan (jumlah) mata pelajaran, dianggap memenuhi harapan para orang tua siswa yang selama ini ikut merasakan anaknya menanggung beban pelajaran yang terlampau banyak atau berat. Muatan kurikulum baru yang akan lebih berbasis pada pendidikan karakter, juga dianggap selaras dengan tuntutan masyarakat mengenai kian perlunya penguatan kembali pada pengembangan kepribadian siswa yang unggul dan luhur

Secara garis besar tuntutan kurikulum 2013 menurut penulis adalah untuk mempersiapkan generasi di masa mendatang yang tangguh, mampu bersaing dengan di era teknologi informasi yang berkembang dengan cepat, mampu bisa beradaptasi tantangan global, serta mampu memberikan solusi segala permasalahan terkini. Untuk itu tantangan untuk para guru tidak ringan, mulai saat ini agar selalu mengikuti perkembangan informasi terkini, menjadi teladan bagi siswanya untuk senantiasa kerja keras untuk menjadi guru profesional, mampu mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk mempersiapkan generasi baru yang tangguh pada dekade mendatang.

(10)

Argandoña, Antonio. 2003. Fostering Values in Organizations. Journal of Business Ethics, Vol. 45, No. 1/2, 15th Annual Eben Conference: “Sustaining Humanity Beyond Humanism” (June).

Argyris, Chris. 1999. On Organization Learning, Williston, Vermont, USA: Blackwell Publication.

Cummings. G. Thomas. Organisation Development and Change. United States: South Western College Publishing

Drucker, P.F. 1992. Managing for The Future. New York: Butter

Indrawijaya.Adam. 1998. Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Bandung: Sinar Baru

Marquardt. M. J, dan Angus, R. 1994. Building the Global Learning Organization. New York. Mc Graw-Hill Companies Inc.

____. 1996. Building The Learning Organizations: A System Approach to Quantum Improvement and Global Success. New York: McGraw-Hill Companies Inc.

Moran, Robert T and Riesenberger, John R. 1994. The Global Challenge: Building the New Worldwide Enterprise. London: McGraw-Hil Book Company.

Rosdiana, Haula. 2003. Menjadi yang Terdepan melalui Organisasi yang Berpengetahuan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,

Senge, Peter. M. 1990.The Fifth Dicipline: The Art and Practice of Learning Organization. New York: Double D.

Spencer, Lyle M. dan Spencer, Signe M. 1993. Competence at Work: Models for Superior Performance, New York: John Wiley & Sons. Stankiewicz, Mary Ann. 2000.

Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, Edisi 12, Jakarta: Salemba Empat, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasi penelitian ini, kajian tentang program fasilitasi biaya hidup bagi lanjut usia dalam kategori jompo di Kecamatan Kuantan Singingi dapat dianalisa

Sementara itu hambatan yang datang dari luar diri kita, juga mempengaruhi keefektifan mendengar kita. Siswa akan sulit menerima pelajaran jika di luar kelas

Dalam perkembangannya, setelah nasionalisasi atas perusahaan- perusahaan listrik Belanda oleh pemerintah Indonesia, pengelolaan ketenagalistrikan di Indonesia

Antigen ini diharapkan dapat menghasilkan kandidat vaksin rekombinan hepatitis B yang sesuai dengan genetik virus tersebut di Indonesia, karena gen penyandi antigen

skenario partial connected penggunaan bandwidth Babel masih lebih kecil, untuk delay diungguli oleh B.A.T.M.A.N-adv, sedangkan jitter dan packet loss.. nilai Babel

Adanya pesaing yang menjual produk dengan harga yang lebih murah, kami menyiasati ancaman itu dengan selalu mencari inofasi pada produck kami dari segi rasa, bentuk, dan kemasan,

Tujuan operasi pada pasien dengan celah bibir dan palatum adalah perbaikan estetika dari bibir dan hidung, penutupan celah palatum, normalisasi bicara dan mendengar,

Pada pemeriksaan RT-PCR untuk deteksi virus Dengue-3 pada nyamuk yang diin- feksi secara intrathorakal, terdapat variasi dalam volume RNA virus yang digunakan dan juga