• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Teori Ekonomi Makro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengantar Teori Ekonomi Makro"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 12

Inflasi dan Pengangguran

______________________________________________________________________ Satuan Acara Perkuliahan 12

Sub Pokok Bahasan:

Inflasi

Pengangguran

Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran

Deskripsi Singkat:

Bab 12 ini akan menjelaskan tentang inflasi dan pengangguran. Uraian dimulai dari penjelasan tentang inflasi, meliputi pengertian, jenis-jenis, dan penyebabnya. Di sub bagian ini juga akan dijelaskan bagaimana dampak inflasi secara umum terhadap perekonomian. Uraian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai pengangguran yang meliputi pengertian, jenis-jenis, penyebab dan dampak pengangguran terhadap perekonomian. Terakhir, uraian ditekankan pada hubungan antara inflasi dan pengangguran.

Kegiatan Belajar-Mengajar :

1. Dosen menjelaskan pokok, sub pokok bahasan dan TIK pertemuan

2. Dosen menjelaskan materi dengan tetap memberi keleluasan kepada mahasiswa bertanya/menyanggah. Pertanyaan-pertanyaan dalam slide harus dijawab mahasiswa melalui diskusi kelompok kecil di kelas

3. Di akhir perkuliahan mahasiswa diberi tugas/latihan.

Dengan membaca bab ini, pembaca diharapkan dapat menjelaskan:

 Apa, mengapa dan bagaimana Inflasi  Apa, mengapa dan bagaimana pengangguran

 Apa hubungan inflasi dan pengangguran

(2)

12.1. INFLASI

12.1.1. Pengertian Inflasi

Beberapa pakar memberikan pengertian mengenai inflasi. Nopirin mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu. Sementara Samuelson dan Nordhaus menyatakan inflasi sebagai kenaikan harga secara umum. Sehingga tingkat inflasi tahun ke-t (It)

sama dengan tingkat harga tahun ke-t (Pt) dikurangi dengan tingkat harga tahun

sebelumnya (Pt-1), atau It = Pt - Pt-1

Umumnya, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bisa terjadi inflasi harus ada 3 komponen yaitu, (1) Kenaikan Harga yang berarti harga saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya, (2) kenaikan harga barang tersebut bersifat umum, artinya, bahwa semua harga mengalami kenaikan, dan (3) kenaikan harga berlangsung terus menerus (tidak terjadi sesaat), misalnya saja dalam periode minimal satu bulan. Jadi, jika kenaikan harga hanya terjadi pada satu atau dua jenis barang saja (tidak bersifat umum), atau kenaikan harga hanya terjadi sesaat, maka kondisi tersebut belum cukup dikatakan telah terjadi inflasi. Kenaikan harga barang tertentu atau kenaikan harga karena panen yang gagal misalnya, tidak termasuk inflasi.

Inflasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang.

12.1.2. Metode Pengukuran Inflasi

Tingkat inflasi biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi nilainya, makin tinggi kenaikan harga-harga barang secara umum. Jika kita pernah mendengar berita di TV bahwa tingkat inflasi mencapai angka dua digit, itu berarti tingkat inflasi sudah mencapai angka 10 % ke atas.

Umumnya kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:

(3)

(konsumen) dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebutuhan hidupnya (cost living). Satu paket barang yang mewakili pola pengeluaran konsumen/rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dipilih untuk selanjutnya dihitung seberapa besar biaya yang diperlukan untuk membeli barang/jasa tersebut. Ada dua penghitungan. Pertama, biaya-biaya tersebut diukur dengan harga pada saat penghitungan dilakukan (harga berlaku). Kedua biaya dihitung berdasarkan harga barang pada tahun dasar tertentu. Perbandingan kedua biaya inilah yang disebut dengan CPI.

b) Produsen Price Index (PPI) dikenal dengan Whosale Price Index. Index ini lebih menitikberatkan pada perbandingan biaya yang dikeluarkan oleh produsen – dalam hal ini perdagangan besar - seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Seperti CPI, biaya yang dikeluarkan produsen untuk sepaket barang mentah/faktor produksi dihitung, baik berdasarkan harga berlaku (tahun berjalan) maupun tahun dasar. Perbandingan kedua biaya inilah yang disebut dengan PPI.

c) GNP Deflator, yaitu jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI. Indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas. GNP Deflator didefinisikan sebagai perbandingan GNP Nominal (GNP yang dihitung berdasarkan harga berlaku) dengan GNP Riil-nya (GNP yang dihitung berdasarkan harga kontans tahun tertentu).

(4)

12.1.3. Jenis-jenis Inflasi

Jenis inflasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu menurut sifatnya dan berdasarkan penyebabnya. Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)

Creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun). Kenaikkan harga berjalan sangat lambat dengan persentase yng kecil serta dalam jangka yang relatif lama.

2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)

Galloping inflation ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau triple digit) dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga-harga minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Efek terhadap perekonomian lebih berat daripada inflasi yang merayap.

3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)

Hyper inflation merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali lipat. Masyarakat tidak lagi mau menyimpan uang, nilai uang merosot sangat tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai atau ditutup dengan mencetak uang.

Sementara itu, berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

1. Demand Pull Inflation (Inflasi karena tarikan permintaan)

(5)

2. Cost Push Inflation (Inflasi karena dorongan biaya (produksi))

Cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikkan harga serta turunnya produksi. Inflasi ini biasanya dibarengi resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikkan biaya produksi yang dapat timbul karena beberapa faktor yaitu :

– Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikkan upah – Industri monopolis managernya dapat menentukan

– Kenaikkan harga bahan baku industri

– Kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Kalau proses ini berjalan terus maka timbullah cost-push inflation.

Penyebab inflasi pun dapat diidentifikasi dari ‘lokasi’ barang/jasa yang mengalami kenaikan harga. Jika tingkat inflasi yang terjadi disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri, maka disebut domestic inflation. Sebaliknya, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum, maka disebut Imported Inflation.

12.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Samuelson dan Nordhaus menyebutkan bahwa ada 2 faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi, yaitu tarikan permintaan (demand pull) dan dorongan peningakatan harga (cost push). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jika permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, maka sesuai hukum ekonomi, maka kondisi ini akan menarik harga ke atas sehingga tercapai keseimbangan baru pada tingkat penawaran dan permintaan agregat. Inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan agregat ini yang disebut dengan demand pull inflation. Sementara itu, jika pada kondisi perekonomian di mana ada peningkatan biaya, khususnya saat periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif, maka ini pun akan mendorong kenaikan harga-harga barang/jasa secara umum. Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya produksi inilah yang dikenal dengan cost push inflation.

(6)

disebut domestic inflation. Sebaliknya, Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang import secara umum, maka disebut Imported Inflation.

Kejadian inflasi di negara-negara di dunia, khususnya di Indonesia dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor-faktor tersebut antara lain:

- Adanya peningkatan jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar ini di Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa:

* Kenaikan harga migas di luar negeri * Meningkatnya bantuan luar negeri

* Masuknya modal asing, khususnya investasi portfolio di pasar uang * Meningkatnya anggaran Pemerintah secara mencolok

* Depresiasi nilai Rupiah dan gejolak mata uang konvertibel

- Adanya tekanan pada tingkat harga umum, yang dapat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian berikut ini :

* Penurunan produksi pangan akibat musim kering yang berkepanjangan * Peningkatan harga komoditi umum secara mendadak

* Pencabutan program subsidi BBM * Kenaikan harga BBM yang mencolok * Kenaikan tarif listrik

- Kebijakan Pemerintah dalam mendorong kegiatan ekspor non-migas; maupun kebijakan lainnya yang bersifat distortif seperti antara lain:

* Lonjakan inflasi setelah dikeluarkannya kebijakan devaluasi

* Kebijakan tata niaga yang menciptakan pasar yang oligopolistis dan monopolistis

* Pungutan-pungutan yang dikenakan dalam perjalanan lalu lintas barang dan mobilitas tenaga kerja

* Kebijakan peningkatan tingkat upah minimum regional

- Peningkatan pertumbuhan agregat demand yang dipicu oleh perubahan selera masyarakat, atau kebijakan pemberian bonus perusahaan dan faktor spekulatif lainnya:

(7)

* Perkembangan pusat belanja yang ekspansif dengan mematikan fungsi keberadaan pasar tradisional di lokalitas tertentu.

Pada masa lalu pencetus inflasi di Indonesia lebih dipengaruhi oleh inflasi yang berasal dari impor bahan baku dan penolong. Hal ini beralasan karena sebagian besar dari bahan baku tersebut masih diimpor dari luar negeri, akibat struktur industri yang sedikit mengandung local content.

Dua faktor dapat berpengaruh atas kenaikkan harga di dalam negeri. Jika terjadi kelangkaan pasokan akibat gangguan logistik atau perubahan permintaaan dunia atas bahan baku tersebut di dunia. Jika terjadi penurunan nilai rupiah kita terhadap mata uang asing utama seperti dollar Amerika Serikat.

Saat ini inflasi di negara kita lebih banyak dipengaruhi oleh lonjakan harga minyak bumi di pasar internasional, yang dapat mendorong lebih lanjut biaya pengadaan sumber energi listrik dan bahan bakar untuk sebagian besar pabrik-pabrik pengolahan.

Dimasa depan ancaman lonjakan harga minyak bumi masih akan mengancam inflasi di negara kita. Potensi kelangkaan bahan baku batubara dan gas akan juga terjadi dan mengakibat kan kenaikkan biaya energi. Disamping itu ancaman jangka menengah atas kemungkinan terjadinya inflasi di beberapa daerah di Indonesia adalah akibat adanya kelangkaan bahan makanan pokok masyarakat yang timbul akibat paceklik, hama penyakit, dan penurunan produktivitas padi, kedelai dan kacang-kacangan.

Memang inflasi pada tingkat yang rendah merupakan perangsang bagi produsen untuk menambah kapasitas produksinya; tetapi jika terlalu tinggi akan memberikan dampak negatif atas meningkatnya ketidakpastian dan penurunan daya beli konsumen, sekaligus potensi penjualan perusahaan.

12.1.5. Dampak Inflasi Terhadap Perekonomian

(8)

bukti nyata dari rawannya dampak negatif yang harus ditanggung para pengusaha dan masyarakat.

Bagaimana pun inflasi adalah kejadian ekonomi yang sudah dianggap lumrah dan tidak selamanya berdampak negatif. Secara ringkas, berikut ini adalah dampak negatif dan positif inflasi:

a. Dampak negatif

Dampak negative inflasi umumnya terjadi saat inflasi disebabkan oleh cost push inflation. Saat terjadi kenaikan harga-harga faktor produksi (input) dari perekonomian, maka:

1. Harga barang-barang dan jasa yang dihasilkan (output) juga akan naik. 2. Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang. 3. Menimbulkan tindakan spekulasi.

4. Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar. 5. Kesadaran menabung masyarakat berkurang. b. Dampak positif

Dampak positif inflasi biasanya terjadi jika jenis inflasi yang terjadi adalah demand pull inflation. Saat permintaan agregat meningkat, maka:

1. Peredaran / perputaran barang lebih cepat.

2. Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah. 3. Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi (pengusaha yang

untung memperbesar usahanya melalui investasi).

4. Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.

Dengan dampak negative dan positif di atas, maka saat terjadi inflasi akan ada pihak-pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan adalah:

a. Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.

(9)

c. Para spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka.

d. Para peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik, sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi yang mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan jumlah angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.

Sementara itu, pihak-pihak yang dirugikan antara lain:

a. Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang diperoleh lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.

b. Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata berkurang, sedangkan kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan. c. Para pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar

dapat menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dikerjakan.

d. Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah diberikan menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum inflasi, pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi = 20 gram emas.

e. Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan dirasakan lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di samping itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa, nilai uang yang ditabung menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan dengan sebelum terjadi inflasi.

(10)

daya beli masyarakat secara umum akibat harga-harga yang naik. Selain itu distribusi mendapat pekerjaan. Atau dapat juga dikatakan orang yang sudah dalam usia kerja (usia 15-64 tahun) dan masuk dalam angkatan kerja tetapi belum bekerja. Atau, penduduk usia kerja yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan, yang sudah pernah bekerja karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha memperoleh pekerjaan, yang dibebastugaskan baik akan dipanggil kembali atau tidak tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

Untuk lebih jelasnya, kita harus memahami pengelompokan penduduk berdasarkan kelompok umur dan status pekerjaan seperti terlihat dalam bagan berikut ini:

Gambar 12.1. Bagan Penduduk dan Tenaga Kerja

(11)

Dari bagan di atas dapat dibuat definisi beberapa konsep ketenagakerjaan: - Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) yang bekerja atau

menganggur

- Bukan Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang sedang sekolah, mengurus rumahtangga, atau tidak produktif secara ekonomi, karena cacat misalnya.

- Definisi umum “bekerja” (employed) adalah penduduk usia kerja yang bekerja setidaknya 1 jam selama seminggu sebelum survei dilaksanakan. Definisi ini bisa saja berbeda, tergantung dari jenis survei atau penyelenggaranya. Sejauh ini Badan Pusat Statistik masih menggunakan definisi tersebut. Penduduk yang punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja karena sedang sakit, menunggu panen atau cuti disebut bekerja.

- Bekerja penuh adalah orang yang bekerja biasanya berdasarkan jam kerja per minggu, yaitu minimal 35 atau 40 jam per minggu

- Setengah pengangguran adalah orang yang bekerja dengan jam kerja di bawah bekerja penuh.

- Pengangguran adalah penduduk usia kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, baik yang ‘terpaksa’ karena memang belum ada pekerjaan yang dipegang maupun ‘sukarela’, yaitu yang secara sengaja menganggur karena misalnya mencari yang lebih baik padahal ada pekerjaan untuknya.

Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.

Tingkat Pengangguran = Jumlah yang menganggur / Jumlah Angkatan Kerja x 100%

12.2.2. Jenis-jenis Pengangguran

Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis:

1. Pengangguran Friksional

(12)

kemampuan mereka. Atau pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain tersebut.

2. Pengangguran Struktural

Pengangguran yang sifatnya mendasar, dimana pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Pengangguran ini umumnya disebabkan oleh ketidakcocokan antara struktur para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi. Atau pengangguran yang muncul karena jumlah pekerjaan yang tersedia di pasar tenaga kerja tidak cukup untuk menyediakan pekerjaan bagi siapapun yang menginginkannya.

3. Pengangguran Musiman

Pengangguran yang berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekoniomi jangka pendek terutama di sektor pertanian.

4. Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

5. Pengangguran konjungtur

Pengangguran yang disebabkan oleh kelesuan/kemunduran kegiatan ekonomi. Kemerosotan kegiatan ekonomi ini disebabkan oleh penurunan dalam pengeluaran atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut. Kelesuan ini disebabkan oleh faktor dalam negeri berupa mayarakat mengurangi tingkat pengeluarannya atau perusahaan swasta mengurangi investasinya, dan faktor luar negeri berupa penurunan ekspor atau impor yang semakin besar

(13)

(involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran dukalara/terpaksa adalah pengangguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.

Jenis pengangguran lainnya adalah berdasarkan jumlah jam kerja penduduk tersebut bekerja. Di sini, ada dua jenis pengangguran, yaitu pengangguran penuh dan setengah pengangguran. Pengangguranpenuh berarti penduduk/orang tersebut belum mendapatkan/sedang mencari pekerjaan (sama dengan definisi pengangguran secara harfiah). Sementara itu, setengah pengangguran adalah penduduk/orang yang sebenarnya bekerja namun jam kerjanya tidak seperti orang bekerja penuh. Biasanya, dikatakan setengah pengangguran jika jam kerja <35 jam/minggu.

12.2.3. Faktor-faktor Penyebab Pengangguran

Dari jenis-jenis pengangguran di atas, kita dapat merumuskan faktor-faktor penyebab pengangguran. Walaupun demikian, secara umum ada dua 2 faktor utama penyebab pengangguran, yaitu faktor Pribadi dan faktor sosial ekonomi.

Faktor Pribadi

Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :

1. Faktor kemalasan

Penganguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun, dalam sistem materialis dan politik sekularis, banyak yang mendorong masyarat menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian. Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak dengan jalan menang judi atau undian.

2. Faktor cacat /uzur

(14)

3. Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan

Dampak dari rendahnya pendidikan tenaga kerja adalah rendahnya keterampilan yang mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran intelek.

Faktor Sistem Sosial dan Ekonomi

Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di antaranya:

1. Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan

Saat jumlah pencari kerja (penawaran tenaga kerja) melebihi lapangan pekerjaan yang tersedia (permintaan tenaga kerja) maka akan ada pengangguran. Jumlah pengangguran sejumlah mereka yang tidak tertampung dalam pasar tenaga kerja. 2. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat

Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan pengangguran baru. Misalnya, kenaikan BBM telah menambah pengangguran. Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Pencemaran telah mengakibatkan penghasilan tambak/lahanpertanian yang menurun, tanah menjadi tidak subur, dan seterusnya. Akibatnya, rakyat sekitar daerah industri tersebut menjadi orang-orang miskin dan penganggguran.

3. Pengembangan sektor ekonomi non-real

Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.

(15)

perusahan dan PHK serta pengangguran. Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1997. Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.

Dalam tulisan lain, disebutkan pula faktor lain penyebab seseorang tidak mendapat pekerjaan, seperti kurangnya informasi, tidak adanya sistem penerimaan public, dan sulit menerapkan kepintarannya dalam dunia pekerjaan. Hal inilah yang paling besar pengaruhnya dalam dunia kerja sekarang ini, kurangnya informasi dapat menjadi faktor yang paling berpengaruh, hal ini diakibatkan keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan untuk terus meng update informasi tentang lowongan pekerjaan. Selain itu faktor penerimaan yang bisa disebut "diam-diam" juga sangat berpengaruh, dimana sekarang banyak perusahaan yang mengutamakan standar universitas (lembaga) daripada standar keahlian masing-masing pelamar kerja. Ada juga pengaruh sulitnya membedakan antara kuliah dengan kerja, ini disebakan pengalaman seorang tenaga kerja yang masih belum terasah, maka diperlukan sistem perkuliahan yang bisa mendukung keahlian seseorang dan dapat langsung diterapkan didunia kerja, tapi lagi-lagi pengaruh nama universitas besar tetap tidak dapat di kesampingkan.

Dalam beberapa literature ekonomi, secara teoritis (lihat jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya di bagian sebleumnya), pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya :

1. Perubahan struktural. Seperti disebutkan Reynolds, Masters dan Moser jenis pengangguran ini terjadi karena mismatch (tak sepadan/ketidakcocokan) antara kualifikasi pekerja yang membutuhkan pekerjaan dengan persyaratan yang diinginkan. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perubahan struktur ekonomi. Struktur ekonomi dapat diamati dari dominasi kontribusi sektoral terhadap produksi nasional (regional).

(16)

persyaratan ini tidak terpenuhi (mismatch), maka tenaga kerja yang ada menjadi tidak terpakai, kecuali terjadi penyesuaian kualifikasi seperti yang dibutuhkan. 2. Pengaruh musim. Perubahan musim terjadi bukan hanya di sektor pertanian saja,

tetapi sering pula terjadi pada sektor lain. Pada musim liburan dan tahun baru, misalnya, suasana sektor jasa transportasi dan pariwisata menjadi sangat sibuk (full employed) dibanding dengan hari-hari biasa. Demikian pula pada saat menjelang, sedang dan setelah bulan Suci Ramadhan, nampak permintaan terhadap barang dan jasa meningkat (demand for good) yang selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga kerja (derived demand) di sektor yang bersangkutan.

3. Adanya hambatan (ketidaklancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja (pengangguran friksional). Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak memiliki informasi yang lengkap tentang lowongan kerja yang ada. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk memenuhi lowongan kerja tersebut. Mungkin juga karena situasi kerja (tempat) yang ditempati tidak cocok dengan harapan si pencari kerja, sehingga membuat pudarnya semangat kerja. Pilihannya adalah lebih baik tidak bekerja, karena lingkungan kerja tidak kondusif lagi. Pengangguran jenis ini bisa juga terjadi karena perkembangan (dinamika) ekonomi yang terus-menerus berubah, sehingga membawa dampak terhadap permintaan tenaga kerja yang dinamis pula. Artinya pada situasi demikian sangat dibutuhkan tenaga kerja yang mampu mengikuti perubahan jaman dengan cepat serta mampu melakukan adaptasi keahlian terhadap tuntutan lingkungan eksternal yang dinamis tersebut. Bila situasi ini tidak bisa diikutinya, maka ia akan kehilangan kesempatan kerja.

4. Rendahnya aliran investasi. Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit terhadap perluasan kesempatan kerja. Melalui mekanisme efek multiplier, perubahan investasi membawa dampak terhadap kenaikan output (pendapatan).

(17)

(modal, tenaga kerja dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan meningkat ketika terjadi peningkatan dalam pengeluaran otonom tadi. Hubungan antara kenaikan output dengan permintaan tenaga kerja (penyerapan tenaga kerja) dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas penyerapan tenaga kerja. Elastisitas penyerapan tenaga kerja mencerminkan persentase perubahan tenaga kerja yang terserap sebagai akibat perubahan laju pertumbuhan ekonomi. Bila koefisien Eks semakin besar (misalnya lebih besar dari satu atau elastis), ini berarti persentase kenaikan tenaga kerja yang terserap adalah lebih besar dibanding dengan laju pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Kondisi inilah yang sangat diharapkan, karena pola hubungan sedemikian mencerminkan kegiatan ekonomi yang pada karya (labor intensive). Artinya perubahan kesempatan kerja sangat peka (sensitif) terhadap perubahan laju pertumbuhan ekonomi (economic growth rate). 5. Rendahnya tingkat keakhlian. Keahlian dan produktifitas sangat berkaitan erat.

Orang yang memiliki keahlian akan memiliki produktifitas tinggi, karena ia mampu memanfaatkan potensi dirinya pada kegiatan ekonomi produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya adalah melalui pendidikan dan latihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga kerja lewat pembinaan motivasi kerja dan corporate learning (percepatan belajar perusahaan).

(18)

7. Laju pertumbuhan penduduk. Hal-hal yang tidak diinginkan dari persoalan kependudukan diantaranya adalah apabila pertumbuhan penduduk bersamaan dengan munculnya karakteristik sebagai berikut :

(a) tidak diimbangi dengan sarana dan prasaranan pendidikan yang memadai (b) rendahnya anggaran pendidikan

(c) rendahnya tingkat kesehatan

(d) tidak seimbang dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja (e) rendahnya pembentukan modal

(f) rendahnya kualitas tenaga kependidikan

(g) rendahnya balas jasa di sektor pendidikan (gaji, honor, jasa riset dsb (h) rendahnya daya beli masyarakat

(i) minimnya sumberdaya ekonomi yang bisa dieksploitasi (j) masih rendahnya pemahaman tentang arti penting pendidikan

(k) rendahnya fasilitas dan kualitas kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

8. Aggregate demand unemployment. Pengangguran ini muncul karena rendahnya permintaan output ekonomi, sehingga selanjutnya berdampak pada rendahnya permintaan tenaga kerja (low derived demand). Sebaliknya, bila permintaan output tinggi (high aggregate demand), bukan hanya akan menghilangkan pengangguran jenis ini, tetapi malah akan tercipta lebih banyak lagi kesempatan kerja, bahkan situasi ini dapat mengurangi pengangguran struktural dan friksional yang terjadi sebelumnya.

Seiring perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang semakin cepat, penyebab pengangguran dapat saja berubah. Peserta mata kuliah dibebaskan mencari/mengidentifikasi penyebab pengangguran yang ditemui di sekelilingnya dan/atau mengkritisi berbagai penyebab yang telah diuraikan di atas.

12.2.4. Dampak Pengangguran

(19)

tidak bisa mengatasinya, bukan tidak mungkin seseorang yang depresi akan mengalami gangguan jiwa, bunuh diri atau sejenisnya. Bagi lingkungan, tingginya tingkat pengangguran dapat memunculkan masalah-masalah sosial seperti kriminalitas, perkelahian, dll. Peserta mata kuliah dapat melihat dampak ini, baik secara langsung (di sekitarnya) atau melalui media.

Dari sisi ekonomi, seorang ahli ekonomi, yaitu Okun bahkan mengeluarkan pernyataan tentang hubungan antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi, yang dikenal dengan Hukum Okun (Okun’s Law). Okun’s Law memberikan gambaran keterkaitan/link antara pasar output dgn pasar tenaga kerja dan hubungan antara pergerakan jangka pendek GDP dan perubahan tingkat pengangguran. Hukum Okun berbunyi bahwa setiap terjadi penurunan 2% GDP terhadap GDP Potential, Tingkat Unemployment naik 1 % , demikian juga sebaliknya (lihat ilustrasi gambar di bawah ini.

Gambar 12.2. Ilustrasi Hukum Okun

12.3. HUBUNGAN INFLASI DAN PENGANGGURAN

(20)

kenaikan tingkat upah (inflasi tingkat upah/wage inflation) maka akan ada penurunan pengangguran (Unemployment). Pada gambar, saat tingkat upah sebesar w3, maka pengangguran sebesar C. Saat tingkat upah naik (inflasi) menjadi w2, maka pengangguran turun menjadi B, dan saat tingkat upah kembali naik menjadi w1, maka pengangguran pun semakin rendah, menjadi A. Dalam kondisi kurva Philips ini, inflasi upah tenaga kerja berdampak positif, yaitu menurunnya pengangguran.

Peserta mata kuliah dapat mengkritisi hasil penelitian Profesor Philips ini dengan membandingkannya dengan kondisi aktual di sekitar. Peserta mata kuliah dapat mencari jawaban dari pertanyaan “apakah kurva Philips masih sesuai dengan kondisi saat ini?”

Upah

w1 A

w2 B w3 C

Pengangguran Gambar 12.3. Kurva Philips

12.4. LATIHAN DAN/ATAU TUGAS

1. Pelajari kembali berbagai penyebab inflasi di bagian 12.1.2. Pilihlah salah satu penyebab, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah penyebab itu masih relevan dengan kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!

2. Pelajari juga berbagai dampak inflasi di bagian 12.1.3. Pilihlah salah satu dampak, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah dampak itu masih relevan dengan kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!

(21)

4. Seiring perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat yang semakin cepat, penyebab pengangguran dapat saja berubah. Temukan sekelompok pengangguran di sekitar Anda dan identifikasilah apa penyebab pengangguran tersebut!.

5. Pelajari kembali berbagai penyebab pengangguran di bagian 12.2.2. Pilihlah salah satu penyebab, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah penyebab itu masih relevan dengan kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!

6. Pelajari juga berbagai dampak pengangguran di bagian 12.2.3. Pilihlah salah satu dampak, boleh secara acak. Kritisilah. Apakah dampak itu masih relevan dengan kondisi saat ini? Jelaskan jawaban Anda!

Gambar

Gambar 12.1.Bagan Penduduk dan Tenaga Kerja
Gambar 12.2.Ilustrasi Hukum Okun
Gambar 12.3.Kurva Philips

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun beberapa metode kontrol tegangan dapat digunakan, teori ini difokuskan pada kapasitor bank (kapasitor shunt) sebagai parameter variabelnya. Metode

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka disarankan kepada guru mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci dapat menggunakan media

1. Jamban dan Pembuangan Tinja a.. Sarana pembuangan air limbah. Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut 4.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyeleseikan skripsi yang berjudul “

Kesimpulan Tidak ada Pengaruh Peran Tempat Penitipan Anak (Daycare) tentang ASI Eksklusif dan Komitmen Ibu Bekerja untuk menyusui dengan Keberhasilan Menyusui Sampai Usia 6 Bulan

Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan RI pada Pasal 31 WNI dengan

Naskah manuskrip yang ditulis harus mengandung komponen-komponen artikel ilmiah berikut (sub judul sesuai urutan), yaitu: (a) Judul Artikel, (b) Nama Penulis (tanpa gelar), (c) Alamat