• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDA KOTA BIMA NO 4 TAHUN 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERDA KOTA BIMA NO 4 TAHUN 2006"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2006

TENTANG

RETRIBUSI JASA PELAYANAN TERMINAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan, pembinaan dan pelayanan prima jasa pelayanan terminal dalam wilayah kota bima diperlukan penataan dan pengaturan, mengingat pelayanan jasa terminal merupakan salah satu potensi dalam usaha meningkatkan pendapatan asli daerah kota bima;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Pelayanan Terminal.

Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

3. Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4188);

4. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

(2)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

11. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2003 tentang Kewenangan Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2003 Nomor 6).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA dan

WALIKOTA BIMA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA PELAYANAN TERMINAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kota Bima.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Bima.

4. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Bima.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.

6. Dinas adalah Dinas Perhubungan Kota Bima. 7. Juru pungut adalah ...

8. Badan Pengelola Keuangan Daerah adalah ... . 9. Terminal adalah ...

10. Pangkalan adalah ...

11. Kendaraan Bermotor adalah .... .

12. Kendaraan Angkutan Penumpang Umum adalah kendaraan mobil angkutan yang disediakan untuk dipergunakan oleh masyarakat umum dengan dipungut bayarannya.

13. Retribusi Jasa Pelayanan Terminal adalah .... .

14. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah .... . 15. Penyidikan Tindak Pidana Bidang Retribusi adalah ...

16. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Bima.

(3)

SUBYEK DAN OBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Jasa Pelayanan Terminal dipungut Retribusi atas jasa dalam penggunaan Terminal Pemerintah Daerah.

Pasal 3

(1) Subyek Retribusi adalah setiap pengemudi kendaraan penumpang dan Bis umum serta orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas/areal terminal sebagai tempat kegiatan usaha atau kepentingan lainnya.

(2) Obyek Retribusi adalah .... .

BAB III

PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN JASA PELAYANAN TERMINAL

Pasal 4

(1) Terminal dalam Wilayah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Walikota dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundang -undangan yang berlaku.

(2) Untuk kelancaran penyelenggaraan dan pengelolaan jasa pelayanan terminal tersebut ... .

(3) Dinas Perhubungan Kota Bima bertanggung jawab langsung kepada Walikota baik berupa pengelolaan, ... .

Pasal 5

(1) Setiap kendaraan angkutan penumpang dan Bis umum sesuai dengan trayek yang telah ditetapkan, diwajibkan masuk dalam terminal/pangkalan yang ditetapkan.

(2) Penetapan terminal/pangkalan ditetapkan dengan ... .

BAB IV

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 6

Retribusi Jasa Pelayanan Terminal adalah golongan retribusi jasa usaha.

BAB V

PRINSIP DASAR DAN PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya retribusi dimaksudkan untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan pelayanan fasilitas terminal dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

(4)

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya tarif berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman, pelataran, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.

(2) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan ...

(3) Kelas terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan .... (4) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :

a. kendaraan Penumpang Angkutan dalam Kota sebasar Rp. 2.000,- setiap hari masuk atau sebesar Rp. 60.000,- per bulan;

b. kendaraan Bis Umum :

1) bis Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) sebesar Rp. 20.000,- setiap kali masuk;

2) bis Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) :

a) bis besar (tempat duduk 24 orang keatas) sebesar Rp. 15.000,- setiap kali masuk.

b) bis besar (tempat duduk 24 orang) sebesar :

1. jurusan Sumbawa Rp. 10.000 setiap kali masuk. 2. jurusan Dompu Rp. 7.500 setiap kali masuk

c) bis kecil (tempat duduk 1 s/d 12 orang) sebesar Rp. 5.000,- setiap kali masuk.

c. kendaraan Bis Umum/Angkutan Pedesaan :

1. bis besar (tempat duduk 24 orang keatas) sebesar Rp. 4.000,- setiap kali masuk.

2. bis sedang (tempat duduk 13 s/d 23 orang) sebesar Rp. 4.000,- setiap kali masuk

3. bis kecil (tempat duduk 1 s/d 12 orang) sebesar Rp. 3.000,- setiap kali masuk.

d. orang pribadi atau badan yang memanfaatkan terminal sebagai tempat kegiatan usaha atau kepentingan lainnya sebesar Rp. 2.500,- per hari.

(5) Peninjauan kembali retribusi dapat dilakukan .... B A B VII

WILAYAH DAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 9

Wilayah pemungutan Retribusi Jasa Pelayanan Terminal yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Kota Bima meliputi semua terminal bis yang ada dalam wilayah Kota Bima yang assetnya telah diserahkan dan/atau menjadi milik Pemerintah Daerah.

Pasal 10

(1) Pemungutan Retribusi Jasa Pelayanan Terminal pada dasarnya tidak dapat diborongkan, namun bilamana atas pertimbangan efektifitas dan efisiensi Jasa Pelayanan Terminal dapat diserahkan pengelolaannya pada pihak ke III.

(2) Penyerahan Pengelolaan Jasa Pelayanan Terminal pada pihak ke III dapat dilakukan ...

(5)

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) atau dokumen lain yang dipersamakan yang ditetapkan oleh Walikota Bima.

BAB VIII PENYETORAN

Pasal 12

Pungutan Retribusi Jasa Pelayanan Terminal dilakukan oleh pihak yang berwenang atau Pejabat yang ditunjuk oleh Walikota.

Pasal 13

Seluruh hasil pungutan Retribusi Jasa Pelayanan Terminal disetor secara Bruto ke Kas Daerah selambat - lambatnya 1 (satu) hari setelah Retribusi Jasa Pelayanan Terminal disetor oleh Juru Pungut dan atau Petugas yang ditunjuk untuk itu.

Pasal 14

Dinas Perhubungan Kota Bima sebagai Instansi Pemungut diberikan uang insentif/perangsang sebesar 5 % (lima Persen) dari realisasi penerimaan yang disetor ke Kas Daerah.

BAB X

KETENTUAN PIDANA Pasal 15

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan - ketentuan Pasal 5, Pasal 8, Pasal 15 dan Pasal 16 Peraturan Daerah ini diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Pelanggaran.

BAB XI PENYIDIKAN

Pasal 16

(1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :

(6)

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai Orang Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;

c. meminta keterangan dan barang bukti dari Orang Pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana;

e. melakukan penggeledahan dan penyitaan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain.

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan; g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang lain dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) wajib membuat berita acara terhadap setiap penyelidikan tentang :

f. pemeriksaan di tempat kejadian.

(4) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikirim kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI.

B A B XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Retribusi Jasa Pelayanan Terminal dinyatakan tidak berlaku lagi.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 20

(1) Tanggung jawab teknis operasional pelaksanaan Peraturan Daerah ini berada pada Dinas Perhubungan Kota Bima.

(2) Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bima mengkoordinir kelancaran pungutan Retribusi Jasa Pelayanan Terminal.

Pasal 21

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 22

(7)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.

Ditetapkan di Raba-Bima. pada tanggal : 20 Maret 2006.

WALIKOTA BIMA,

M. NUR A. LATIF

Diundangkan di Raba-Bima. pada tanggal : 20 Maret 2006.

SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA,

Drs. MARYONO NASIMAN Pembina Utama Muda ( IV/c )

NIP. 010 078 253

(8)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2006

TENTANG

PELAYANAN TERMINAL

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa sebagai salah satu langkah reformasi di bidang hukum dan dengan berlakunya Undang – undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah ditatanya kembali bentuk – bentuk Peraturan Daerah di bidang retribusi khususnya di sektor retribusi jasa pelayanan terminal beserta peraturan pelaksanaannya yang berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001.

Hal ini dilakukan dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang pada akhirnya berdaya guna dan berhasil guna dalam proses pelaksanaan pembangunan Daerah demi untuk mencapai target tersebut Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Perundang – undangan diisyaratkan dapat melaksanakan pungutan sebagai pembayaran atas jasa pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan usaha yang memperoleh dan menggunakan jasa yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tersebut.

Bahwa untuk tertib serta terkendalinya penggunaan dan pemanfaatan jasa pelayanan yang dimaksud diperlukan adanya penataan dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Pemerintah Daerah berusaha untuk melaksanakan intesifikasi dan ekstensifikasi yaitu penetapan Peraturan Daerah Kota Bima tentang Retribusi Jasa Pelayanan Terminal.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Cukup jelas Pasal 4

Cukup jelas Pasal 5

Cukup jelas Pasal 6

Cukup jelas Pasal 7

(9)

Pasal 8

Cukup jelas Pasal 9

Cukup jelas Pasal 10

Cukup jelas Pasal 11

Cukup jelas Pasal 12

Cukup jelas Pasal 1

Cukup jelas Pasal 13

Cukup jelas Pasal 14

Cukup jelas Pasal 15

Cukup jelas Pasal 16

Cukup jelas Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Cukup jelas Pasal 19

Cukup jelas Pasal 1

Cukup jelas Pasal 20

Cukup jelas Pasal 21

Cukup jelas Pasal 22

Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan di atas merupakan salah satu faktor yang mendorong Penulis untuk meneliti Sistem Informasi Data Akreditasi Dosen Program Studi Sistem Informasi pada Sekolah Tinggi

Untuk wilayah Indonesia Timur, seperti tampak pada Gambar 4.9, proporsi terbesar dari pertanyaan mendapat penilaian di atas cukup baik dengan Seismik 3D Processing Data

Dalam pelaksanaan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang memadai, baik itu sarana pergedungan maupun sarana yang lain, terlebih lagi sarana dan

Laporan Tugas Akhir Magang ini disusun sebagai syarat kelulusan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis Jurusan Akuntansi

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan

Perforasi gastrointestinal merupakan suatu #entuk penetrasi !ang komplek dari dinding lam#ung& usus halus& usus #esar aki#at dari #o-orn!a isi dari usus ke dalam

Pencarian letak plat nomor dilakukan dengan mengubah citra menjadi citra biner (hitam putih) dan menghapus intensitas citra putih yang luasnya lebih besar dari nilai

Posisi jembatan yang dipojok atau berada disudut yakni pada dua titik pertemuan sungai yang mengalir sehingga sulit untuk air mengalir dengan lancar karena harus