• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMENANG TEND (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMENANG TEND (1)"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

ACEH SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana

Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

OLEH

TEUKU MIRWAN SAHPUTRA

0814030399

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMENANG TENDER

PROYEK MENGGUNAKAN METODE ANALITYC

HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA DINAS

PEKERJAAN UMUM KABUPATEN

ACEH SELATAN

OLEH

NAMA

: TEUKU MIRWAN SAHPUTRA

NIM

: 0814030399

JURUSAN

: TEKNIK INFORMATIKA

Telah Diseminarkan Pada Tanggal 6 Desember 2011

dan Dinyatakan Telah Memenuhi Persyaratan

Menyetujui;

Pembimbing I : Ir. Hj. Elvitriana, M.Eng

( ... )

Pembimbing II : M. Fadhli, S.Kom., M.Kom

( ... )

Penguji I

: Drs. Agus Wahyuni, ST., M. Pd

( ... )

Penguji II

: Dedi Satria, S. Si., M. Sc

( ... )

Mengetahui;

Dekan Fakultas Teknik

Universitas Serambi Mekkah

Ir. Hj. Elvitriana, M.Eng

Ketua Jurusan

Teknik Informatika

(3)

ii

saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan semoga akan dapat

bermanfaat dikemudian hari bagi orang lain.

Selawat dan Salam tak lupa saya kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,

karena beliaulah semoga saya senantiasa menjadi orang yang selalu benar

dalam melangkah kejalan diridhai oleh Allah. SWT..

Untuk Ayah dan Ibuku, Abang dan Iparku, Adikku serta Ponaanku Cut Raya, Cut Wawa,

dan semua keluarga besarku... Terima kasih untuk semuanya sehingga selalu

menjadikanku yang terbaik...

Untuk Fidawati, yang telah memberikan waktu dan semangatnya agar aku terus

terpacu dalam penyelesaian tugas akhir ini...Tank You Very Much....

Semua kawan, sobat, teman dan relasi ..

terima kasih atas persahabatan dan motivasinya.

Pihak-pihak kedua dan seterusnya...

Terima kasih.

--- *-* ---

”Jangan pernah takut tuk berbuat kesalahan,

dan segeralah tuk memperbaikinya”.

”Tumbuhkan jati diri dengan melihat seberapa banyak yang kita bisa”.

(Novian and Teuku Iwan)

“Jadilah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar“.( Q. S. Al Baqarah ayat 153 )

“Satu hal yang membuat kita tidak bisa, yaitu tidak berani untuk mencoba”. (Teuku Iwan)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan; Maka apabila kamu telah selesai

(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang lain”.

( Q. S. Asy Syarh Ayat 6 dan 7 )

(4)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Sistem Penunjang Keputusan Pemenang

Tender Proyek menggunakan Metode Analityc Hierarchy Proccess (AHP) Pada

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan”, yang diajukan untuk

menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika.

Selesainya penulisan skripsi ini, tidak terlepas peran serta dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.

Bapak Dr. Abdul Gani Asyik, M. A., selaku Rektor Universitas Serambi

Mekkah.

2.

Ibu Ir. Hj. Elvitriana, M. Eng., selaku Dekan Fakultas Teknik sekaligus

Pembimbing I, yang begitu tulus dan penuh kesabaran dalam memberikan

bimbingan saran, arahan, motivasi kepada penulis dari awal hingga tugas

akhir ini selesai.

3.

Bapak M. Fadli, S.Kom., M.Kom., selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika

sekaligus Pembimbing II, yang bersedia meluangkan waktu dalam

mengarahkan penulis dengan begitu luar biasa memberikan saran, masukan,

hingga tugas akhir ini selesai.

4.

Bapak Izhar, S.T., selaku Pembantu Dekan I Bidang Akademik Fakultas

Teknik, yang selalu memberikan nasehat, motivasi sejak awal hingga akhir

perkuliahan.

(5)

iv

Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah, terima kasih atas bimbingan

dan pelajaran yang telah Bapak dan ibu berikan.

8.

Staf Akademik Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah, terima kasih

atas waktunya dan kesempatannya.

9.

Untuk Ayah dan Ibuku tercinta, Kakandaku Teuku Zulpardi, Kakak Iparku

Desi Kurniawati, Adik-adikku Teuku Suara Anuar, Teuku Jalda Utama,

Teuku Sayuti, Cut Sudarianti, Ponaanku Cut Tsuraya, Cut Wawa, serta Abu

beserta Bunda, dan seluruh keluarga besarku. Terima kasih untuk semuanya

sehingga selalu menjadikanku yang terbaik.

10.

Buat Fida yang begitu banyak memberikan motivasi agar aku terus terpacu

dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Thank’s atas perhatiannya.

11.

Buat teman-teman semua yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu

yang selama kuliah dan hari-hari ku selalu bersama dalam suka dan duka

terima kasih untuk semuanya.

12.

Untuk konsultasivb.com yang selalu memberikanku pencerahan ketika aku

berada dalam kesulitan dalam coding Visual Basic. You are The best.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan

dan kekurangan. Untuk itu penulis menyampaikan permohonan maaf sebelumnya

serta sangat diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

penyempurnaan di masa mendatang.

Banda Aceh,

Penulis

(6)

v

panitia pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan dalam mengambil

keputusan dengan kemampuan analisa pemilihan pemenang tender proyek

menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana masing-masing

kriteria dalam hal ini faktor-faktor penilaian dan alternatif dibandingkan satu

dengan yang lainnya sehingga memberikan output nilai intensitas prioritas yang

menghasilkan suatu sistem yang memberikan penilaian terhadap setiap

perusahaan. Sistem penunjang keputusan ini membantu melakukan penilaian

setiap perusahaan Tender proyek. Dan dengan melakukan perubahan nilai bobot

maka hal ini berguna untuk memudahkan pengambil keputusan yang terkait

dengan masalah pemilihan pemenang tender proyek, sehingga akan didapatkan

perusahaan yang paling layak untuk menjadi pemenang.

(7)

vi

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System) ... 4

2.2 Tender Proyek ... 9

2.3 Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) ... 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tinjauan Umum ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Peralatan Analisis Data ... 21

3.4 Analisis ... 21

3.4.1

Analisis Masalah ... 21

3.4.2

Hierarchy Pemilihan Pemenang Tender Proyek ... 23

3.4.3

Prosedur Sistem Berjalan ... 30

(8)

vii

3.5.2

Rancangan Data Flow Diagram (DFD) ... 35

3.5.2.1 Konteks Diagram ... 35

3.5.2.2 Level 1 ... 36

3.5.2.3

Level 2 ... 37

3.5.3 Rancangan Database ... 40

3.5.3.1 Struktur Database ... 40

3.5.3.2 Relasi Database ... 47

3.5.4 Rancangan Menu ... 48

3.5.5 Rancangan Masukkan (Input) ... 49

3.5.6 Rancangan Keluaran (Output) ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Implementasi Perangkat Lunak ... 55

4.2

Proses Implementasi ... 55

4.2.1

Proses Hak Akses Pemakai ... 56

A.

Login dan Ganti User (Pemakai) ... 56

B.

Menu Utama ... 56

C.

Kelola Akses Pemakai ... 58

4.2.2

Proses Input Data ... 59

A.

Data Perusahaan... 59

B.

Data Paket ... 59

C.

Data Kecamatan ... 60

D.

Data Gampong ... 61

E.

Data Ikut ... 61

4.2.3

Proses Evaluasi Dokumen ... 62

A.

Koreksi Aritmatik ... 62

B.

Evaluasi Administrasi ... 62

(9)

viii

A.

Profil Pengguna ... 66

B.

Informasi ... 67

C.

Programmer ... 67

4.2.5

Laporan Proses Evaluasi dan Pemenang ... 68

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(10)

ix

Gambar 2.2 Dekomposisi Masalah ... 13

Gambar 3.1 Hirarki Pemilihan Pemenang Tender Proyek ... 24

Gambar 3.2 Sistem Berjalan ... 31

Gambar 3.3 Sistem Usulan ... 33

Gambar 3.4 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 34

Gambar 3.5 Diagram Konteks... 35

Gambar 3.6 DFD Level 1 ... 36

Gambar 3.7 DFD Level 2 Proses 1 ... 37

Gambar 3.8 DFD Level 2 Proses 2 ... 38

Gambar 3.9 DFD Level 2 Peoses 3 ... 38

Gambar 3.10 DFD Level 2 Proses 4 ... 39

Gambar 3.11 DFD Level 2 Proses 5 ... 39

Gambar 3.12 Relasi Antar Tabel ... 47

Gambar 3.13 Menu Sistem ... 48

Gambar 3.14 Login ... 49

Gambar 3.15 Input Data Perusahaan ... 49

Gambar 3.16 Input Data Paket ... 50

Gambar 3.17 Input Data Kecamatan ... 50

Gambar 3.18 Input Data Gampong ... 50

Gambar 3.19 Proses Evaluasi Koreksi Aritmatik ... 51

Gambar 3.20 Proses Evaluasi Administrasi ... 51

Gambar 3.21 Proses Evaluasi Teknis ... 52

Gambar 3.22 Proses Evaluasi Harga ... 52

Gambar 3.23 Proses Evaluasi Kualifikasi ... 53

Gambar 3.24 Input Pemakai ... 53

Gambar 3.25 Input Ikut ... 54

(11)

x

Gambar 4.4 Form Data Perusahaan ... 59

Gambar 4.5 Form Data Paket ... 60

Gambar 4.6 Form Data Kecamatan ... 60

Gambar 4.7 Form Data Gampong ... 61

Gambar 4.8 Form Ikut ... 61

Gambar 4.9 Form Koreksi Aritmatik ... 62

Gambar 4.10 Form Evaluasi Administrasi ... 63

Gambar 4.11 Form Evaluasi Teknis... 64

Gambar 4.12 Form Evaluasi Harga ... 65

Gambar 4.13 Form Proses Kualifikasi ... 66

Gambar 4.14 Profil Pengguna ... 66

Gambar 4.15 Informasi Sistem ... 67

Gambar 4.16 Programmer ... 67

Gambar 4.17 Laporan Koreksi Aritmatik ... 68

Gambar 4.18 Laporan Administrasi ... 69

Gambar 4.19 Laporan Teknis ... 69

Gambar 4.20 Laporan Harga ... 70

Gambar 4.21 Laporan Kualifikasi ... 70

(12)

xi

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan ... 14

Tabel 2.2 Daftar Indeks Random Konsistensi ... 15

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Sederhana dan Nilai ... 15

Tabel 2.4 Perbandingan Skala Penilaian Antar Elemen Kriteria ... 16

Tabel 2.5 Perbandingan Antar Kriteria ... 16

Tabel 2.6 Matriks Nilai Kriteria ... 17

Tabel 2.7 Perhitungan Rasio Konsistensi ... 18

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan... 25

Tabel 3.2 Matriks Nilai Kriteria ... 25

Tabel 3.3 Matriks Penjumlahan Setiap Baris ... 26

Tabel 3.4 Perhitungan Rasio Konsistensi ... 26

Tabel 3.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria A ... 27

Tabel 3.6 Matriks Nilai Kriteria A ... 27

Tabel 3.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria T ... 28

Tabel 3.8 Matriks Nilai Kriteria T ... 28

Tabel 3.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria H ... 28

Tabel 3.10 Matriks Nilai Kriteria H ... 29

Tabel 3.11 Matriks Hasil ... 29

Tabel 3.12 Nilai Perusahaan ... 29

Tabel 3.13 Hasil Akhir ... 30

Tabel 3.14 Struktur Tabel Perusahaan ... 40

Tabel 3.15 Struktur Tabel Paket... 41

Tabel 3.16 Struktur Tabel Gampong ... 41

Tabel 3.17 Struktur Tabel Kecamatan ... 41

Tabel 3.18 Struktur Tabel Ikut ... 42

Tabel 3.19 Struktur Tabel Evaluasi ... 42

(13)

xii

(14)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu produk perangkat

lunak yang dikembangkan secara khusus untuk membantu dalam proses

pengambilan keputusan. Sesuai dengan namanya, tujuan dari dipergunakannya

sistem ini adalah sebagai “second opinion” atau “information sources” yang

dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan kebijakan

tertentu. Pada sistem penunjang keputusan pemenang tender proyek ini dapat

mengatasi kelemahan dan kekurangan dari pelaksanaan tender proyek yang

sebelumnya. Dalam proses sistem penunjang keputusan pemenang tender proyek

pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan nantinya akan dilakukan

dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

Analytic Hierarchy Process selanjutnya disebut AHP, yang merupakan

satu metode yang fleksibel yang memungkinkan pribadi-pribadi atau

kelompok-kelompok untuk membentuk gagasan-gagasan dan membatasi masalah dengan

membuat asumsi (dugaan) mereka sendiri dan menghasilkan pemecahan yang

diinginkan. Sistem penunjang keputusan pemenang tender proyek dengan metode

AHP ini dibuat untuk meningkatkan proses serta kualitas hasil pengambilan

keputusan dengan memadukan data dan pengetahuan untuk meningkatkan

efektivitas dalam proses pengambilan keputusan.

Metode AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang

komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Metode AHP dapat membantu menyusun suatu prioritas maupun

tujuan dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi

criteria). Metode AHP sering digunakan dalam berbagai pengambilan keputusan.

(15)

dan kuantitatif kemudian dapat memberikan persentase sebagai hasil kelayakan

dalam hal pemenang tender proyek.

Data-data yang berhubungan dengan pemenang tender proyek tentu saja

sangat diperlukan, untuk memenuhi kebutuhan dalam pemilihan pemenang proyek

sangat dibutuhkan suatu sistem. Sistem tersebut harus dapat diandalkan untuk

mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan

baik rutin maupun strategis. Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh

Selatan proses pemilihan pemenang tender proyek masih bersifat manual karena

belum dilakukan secara komputerisasi sehingga mempengaruhi proses evaluasi

penawaran untuk pemilihan pemenang tender proyek.

Keadaan ini mendorong sebuah gagasan untuk merancang suatu sistem

yang menjadi latar belakang untuk disajikan dalam penelitian ini yang berjudul

”Sistem Penunjang Keputusan Pemenang Tender Proyek Menggunakan

Metode Analityc Hierarchy Process (AHP) pada Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Aceh Selatan”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.

Tempat penelitian dilakukan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Aceh Selatan.

b.

Teknik analisa pengambilan keputusan dengan menggunakan Metode

Analityc Hierarchy Process (AHP).

c.

Penelitian hanya dikhususkan untuk pemilihan pemenang dalam proses

tender proyek pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan.

d.

Keluaran dari sistem ini berupa informasi pemenang tender proyek.

1.3

Rumusan Masalah

(16)

1.4

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem penunjang

keputusan pemenang tender proyek untuk memperoleh hasil suatu informasi

dan keputusan terhadap penawaran yang layak ditetapkan sebagai pemenang

pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan berbasis komputer

secara efektif dan efisien, sehingga dapat membantu kelancaran proses

evaluasi dalam pemilihan pemenang tender proyek.

1.5

Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah:

1.

Menjadi bahan masukkan bagi panitia tender proyek pada Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan.

2.

Bermanfaat dalam pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang

pengambilan keputusan.

(17)

4

2.1 Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System)

Sistem Penunjang Keputusan atau Decision Support System disingkat

menjadi DSS, secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu

memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun

kemampuan pengkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara khusus,

DSS didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer

maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur

dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan

tertentu. DSS ini bisa berbentuk sistem manual maupun sistem terkomputerisasi.

Namun pada penelitian ini sistem penunjang keputusan yang pelaksanaannya

berbasis pada komputer.

Konsep sistem pendukung keputusan (SPK) diperkenalkan pertama kali

oleh Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management

Decision System (Sprague, 1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh

tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data

yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses

pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif.

Menurut Alter (2002). DSS merupakan sistem informasi interaktif yang

menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu

digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang

seme-terstruktur dan situasi yang tidak seme-terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara

pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

(18)

Ada beberapa jenis keputusan berdasarkan sifat dan jenisnya yaitu:

1.

Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dilakukan secara

berulang-ulang dan bersifat rutin. Prosedur pengambilan keputusan sangatlah

jelas. Keputusan tersebut terutama dilakukan pada manajemen tingkat

bawah. Misalnya keputusan pemesanan barang dan keputusan

penagihan hutang.

2.

Keputusan semi-terstruktur yaitu keputusan yang memiliki dua sifat.

Sebagian keputusan bisa ditangani oleh komputer dan yang lain tetap

harus dilakukan oleh sipengambil keputusan. Contohnya keputusan

jenis ini adalah pengevaluasian kredit, penjadwalan produksi, dan

pengendalian persediaan.

3.

Keputusan tak terstruktur yaitu keputusan yang penanganannya rumit

kerena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Contohnya

adalah keputusan untuk pengembangan teknologi baru dan lain-lain.

Tujuan dari DSS adalah (Turban, 2005):

Membantu manajer dalam mengambil keputusan atas masalah

semi-terstruktur.

Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya

dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.

Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih

dari-pada perbaikan efisiensinya.

Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambilan

keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan

biaya yang rendah.

Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil

keputusan.

(19)

Karena mencakup masalah yang semi-terstruktur, maka perpaduan antara

komputer dan manusia menjadi faktor yang menentukan. Bagian dari masalah

yang lebih bersifat terstruktur bisa ditangani dengan baik oleh aplikasi komputer

yang dibangun untuk menangani masalah tersebut, sementara bagian masalah

yang bersifat tidak terstruktur ditangani oleh manusia pembuat keputusan. Oleh

karena itu, DSS disini akan memadukan unsur aplikasi komputer dengan unsur

kemanusiaan pengambilan keputusan.

Metode-metode dalam menyelesaikan pemilihan pemenang tender proyek

sebagai berikut:

Menurut Kusumadewi (2007). Fuzzy Multiple Attribute Decision Making

FMADM adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal

dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu.

Inti dari FMADM adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut,

kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi

alternatif yang sudah diberikan. Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari

nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan

pendekatan integrasi antara subyektif & obyektif. Masing-masing pendekatan

memiliki kelebihan dan kelemahan. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot

ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga

beberapa faktor dalam proses perangkingan alternatif bisa ditentukan secara

bebas. Sedangkan pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara

matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan.

Menurut Kusrini (2007). Pencocokan profil (profile matching) adalah

sebuah mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa

terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh suatu

obyek, bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati.

(20)

kecocokan nilai kiriteria. Maksud dari pencocokan kriteria adalah sebuah

mekanisme pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat

tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dimiliki oleh suatu obyek yang

akan dibandingkan. Dalam model GAP, dilakukan identifikasi terhadap obyek

yang baik maupun buruk.

Menurut Kusrini (2007). AHP merupakan salah satu metode untuk

membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan

beberapa kriteria (multi-kriteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup

banyak digunakan dalam penyusunan prioritas. AHP merupakan model hirarki

fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan adanya

hirarki masalah yang kompleks atau tidak terstruktur dipecah dalam sub-sub

masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki.

Maka dalam kasus pemilihan pemenang tender proyek dari penelitian ini

menggunakan metode AHP, karena memiliki banyak keunggulan dalam

menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat

digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang

terlibat dalam pengambilan keputusan.

2.1.1 Proses Pengambilan Keputusan

Karena DSS berhubungan dengan kegiatan pengambilan keputusan, maka

kita perlu mengetahui dengan baik bagaimana proses pengambilan keputusan

dilakukan. Proses pengambilan keputusan melibatkan 4 tahapan, yaitu:

1.

Studi Kelayakan (Intelligence)

(21)

2.

Perancangan (Design)

Pada tahapan ini akan diformulasikan model yang akan digunakan

dan kriteria-kriteria yang ditentukan. Setelah itu, dicari alternatif model

yang bisa menyelesaikan permasalah tersebut. Langkah selanjutnya

adalah memprediksi keluaran yang mungkin. Kemudian, ditentukan

variable-variabel model.

3.

Pemilihan (Choice)

Setelah pada tahapan design ditentukan berbagai alternatif model

beserta variabel-variabelnya, pada tahapan ini akan dilakukan pemilihan

modelnya, termasuk solusi dari model tersebut, selanjutnya dilakukan

analisis sensitivitas, yakni dengan mengganti beberapa variabel.

4.

Menelaah (Implementation)

Setelah menentukan modelnya, berikutnya adalah

mengimplemen-tasikannya dalam aplikasi DSS.

Keempat tahap proses pengambilan keputusan di atas, kita bisa

mengidentifikasi secara lebih baik apa saja yang bisa didukung oleh DSS terutama

DSS yang berbasis komputer. Proses pengambilan keputusan dapat terlihat pada

gambar 2.1.

(22)

2.1.2

Keuntungan DSS

Keuntungan DSS sebagai berikut:

1.

Dapat memperluas kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan

dalam memproses data atau informasi pemakainya.

2.

Membantu mengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang

dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah, terutama berbagai

masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.

3.

Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat

diandalkan.

4.

Dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami

permasalahannya,

karena

sistem

penunjang

keputusan

mampu

menyajikan berbagai alternatif.

5.

Mampu menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran,

sehingga dapat memperluas posisi pengambilan keputusan.

2.2

Tender Proyek

2.2.1

Tender

Berdasarkan penjelasan Pasal 22 UU No. 5/1999, tender adalah tawaran

mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan

barang-barang atau menyediakan jasa. Pengertian tender tersebut mencakup tawaran

mengajukan harga untuk:

1.

Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan.

2.

Mangadakan barang dan jasa.

3.

Membeli suatu barang dan jasa.

4.

Menjual suatu barang dan jasa.

2.2.2

Proyek

(23)

dapat diartikan pula sebagai sederetan aktifitas yang diarahkan pada suatu hasil

dimana jangka waktu penyelesaiannya ditentukan.

Ada terdapat beberapa alasan tertentu yang menyebabkan bahwa tidak

seluruh proyek pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah dapat dilakukan

melalui proses tender terbuka, antara lain: setiap pekerjaan yang dianggap perlu

dirahasiakan karena menyangkut pertahanan dan keamanan negara. Terhadap

proyek pekerjaan seperti ini dapat dilakukan mekanisme “Penunjukan Langsung”

(Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010). Adapun ciri pokok proyek adalah:

1.

Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir

atau hasil akhir.

2.

Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya,

jadwal, serta kriteria mutu.

3.

Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas.

Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

4.

Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Tahap yang dilakukan dalam proyek yaitu:

1.

Perencanaan (Planning)

Dalam tahapan ini garis-garis besar rencana proyek mencakup:

recruitment konsultan perencanaan untuk menterjemahkan kebutuhan

pemilik. Perbuatan tim of reference (TOR), survey, study kelayakan

(Feasibility Studies), pemilihan design, program yang digunakan,

budget yang ada serta alat-alat yang dibutuhkan.

2.

Pengadaan/Pelalangan (Tender)

Tahapan ini dilaksanakan apabila telah diadakannya perencanaan

yang matang oleh konsultan perencanaan terhadap proyek-proyek yang

akan dikerjakan.

3.

Pelaksanaan (Construction)

(24)

ditanda tangani, surat perintah kerja di keluarkan maka pekerjaan

pelaksanaan dilakukan.

4.

Pengawasan dan Pengendalian (Controlling)

Pengendalian pelaksanaan proyek untuk memastikan proyek yang

telah ditetapkan sudah sesuai dengan yang direncanakan.

5.

Evaluasi (Evaluation)

Satu tahapan yang menayangkan tindakan proyek berjalan pada

yang benar. Evaluasi terhadap pelaksanaan proyek.

2.3

Metode Analityc Hierarchy Process (AHP)

Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks

yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya serta

menata dalam suatu hirarki (Fitria, dan Fitriana, I., 2008). Kemudian tingkat

kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti

penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain.

Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk

menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk

mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Beberapa keuntungan metode AHP sebagai alat bantu pengambilan

keputusan adalah sebagai berikut (Ma’arif dan Tanjung, 2003):

a)

Kesatuan (unity). AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak

terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.

b)

Kompleksitas (complexity), AHP memecahkan permasalahan yang

kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara

deduktif.

c)

Saling ketergantungan (inter dependence). AHP dapat digunakan pada

elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan

hubungan linier.

(25)

yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa

(kriteria dan sub-kriteria).

e)

Pengukuran (measurement). AHP menyediakan skala pengukuran dan

metode untuk mendapatkan prioritas.

f)

Konsistensi (consistency). AHP mempertimbangkan konsistensi logis

dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.

g)

Sintesis (synthesis). AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan

mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

h)

Tawar menawar (trade off). AHP mempertimbangkan prioritas relatif

faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif

terbaik berdasarkan tujuan mereka.

i)

Penilaian dan konsensus (judgement and consensus). AHP tidak

mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil

penilaian yang berbeda.

j)

Pengulangan proses (process repetition). AHP mampu membuat orang

menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan

penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Penggunaan AHP dalam alat bantu pengambilan keputusan dengan multi

kriteria sangat mudah dimengerti dan dipahami dengan efektif. Pendekatan

metode AHP pertama sekali dikembangkan oleh Prof. Thomas L. Saaty dari

Wharton School of Business, University of Pennsylvania pada tahun 1970. Saat

ini, AHP banyak diterapkan pada berbagai bidang yang menghendaki adanya

pengambilan keputusan multi-kriteria, perencanaan dan produksi, alokasi

sumberdaya, penyusunan matrik input koefisien, penentuan prioritas dari

strategi-strategi yang dimiliki dalam situasi konflik, pengukuran performance dan lain

sebagainya.

2.3.1

Penyusunan Hirarki

(26)

menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus mampu

didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari suatu kegiatan, identifikasi

pilihan-pilihan (options) dan perumusan kriteria (criteria) untuk memilih

prioritas. Pada dekomposisi masalah perlu merumuskan tujuan dari

penyusunan prioritas.

Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi

interaksi antara komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistem.

Penyusunan

hirarki

atau

struktur

keputusan

dilakukan

untuk

menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi

dapat terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Dekomposisi Masalah

(27)

2.3.2

Prinsip Dasar AHP

Dalam menyelesaikan permasalah dengan AHP ada beberapa prinsip

yang harus dipahami, diantaranya adalah:

1.

Membuat hirarki

Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi

elemen-elemen

pendukung,

menyusun

elemen

hirarki,

dan

menggabungkannya atau mensistesiskannya.

2.

Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan

ber-pasangan. Menurut Saaty (1988), menggunakan tabel analisis seperti

ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan

Intensitas

Kepentingan

Keterangan

1

Kedua elemen sama pentingnya

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada

elemen yang lainnya

5

Elemen yang satu lebih penting daripada elemen

lainnya

7

Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada

elemen lainnya

2, 4, 6, 8

Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang

berdekatan

Kebalikan

Jika aktivitas i mendapat satu angka dibanding

dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai

kebalikannya dibandingkan dengan i

Sumber: Kusrini (2007)

2.3.3

Prosedur AHP

Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP

meliputi:

(28)

adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem

secara keseluruhan pada level teratas.

2.

Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka

penilaian data judgement harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi

(CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1, maka hasil perhitungan bisa

dinyatakan benar. Daftar Indeks Random Konsistensi (IR) bisa dilihat

dalam table 2.2.

Tabel 2.2 Daftar Indeks Random Konsistensi

Ukuran Matriks

1,2

3

4

5

6

7

8

9

10

Nilai IR

0,00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Ukuran Matriks

11

12

13

14

15

Nilai IR

1.51 1.48 1.56 1.57 1.59

Sumber: Kusrini (2007)

3.

Kriteria seleksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kriteria

penilaian dalam menentukan pemenang tender proyek seperti,

administrasi, teknis, dan harga. Masing-masing kriteria ini memiliki

nilai berupa range nilai yang dipakai seperti tampak pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Sederhana dan nilai

Kriteria Penilaian

Nilai Kriteria

Administrasi

Sangat Cocok

Sedikit Lebih Cocok

Cocok

Kurang Cocok

Sangat Tidak Cocok

Teknis

Sangat Cocok

Sedikit Lebih Cocok

Cocok

Kurang Cocok

Sangat Tidak Cocok

Harga

Sangat Cocok

Sedikit Lebih Cocok

Cocok

Kurang Cocok

Sangat Tidak Cocok

(29)

4.

Penilaian/pembandingkan elemen

Setelah masalah terdekomposisi, langkah selanjutnya adalah melakukan

pembandingan antar elemen yaitu kriteria. Perbandingan antar kriteria

dimaksudkan untuk menentukan bobot untuk masing-masing kriteria.

Dengan kata lain, penilaian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa

penting suatu pilihan kriteria dilihat dari kriteria yang ada. Tabel

berikut merupakan contoh pembobotan dengan memperhatikan

perbandingan antar elemen kriteria yang paling sering digunakan karena

dinilai lebih logis seperti tampak pada table 2.4.

Tabel 2.4 Perbandingan skala penilaian antar elemen kriteria

Hasil penilaian

Kriteria A

Kriteria B

A sangat jauh lebih penting dari B

1,9

0,1

A jauh lebih penting dari B

1,6

0,4

A sedikit lebih penting dari B

1,3

0,7

A dan B sama penting

1,0

1,0

A sedikit kurang penting dari B

0,7

1,3

A jauh kurang penting dari B

0,4

1,6

A sangat jauh kurang penting dari B

0,1

1,9

Sumber: Bourgeois (2005)

Dengan menggunakan penilaian seperti Tabel 2.4, maka perbandingan

antar kriteria akan menghasilkan Tabel 2.5. Untuk memudahkan, dalam

tabel diasumsikan hanya ada tiga kriteria seperti tampak pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Perbandingan antar kriteria

Kriteria

CR

1

CR

2

CR

3

CR

1

CR

11

CR

12

CR

13

CR

2

CR

21

CR

22

CR

23

CR

3

CR

31

CR

32

CR

33

Jumlah

C1

C2

C3

Sumber: Kusrini (2007)

(30)

CR

21

merupakan hasil perhitungan CR

11

dibagi CR

12

dan angka lain

diperoleh dengan cara yang sama.

C

1

merupakan penjumlahan semua nilai pada kolom C

1

Dari perhitungan tabel di atas maka dapat diketahui nilai bobot untuk

masing-masing kriteria. Untuk kasus tertentu semua indikator

mempunyai bobot yang sama. Tetapi pada kasus-kasus dengan tahap

seperti di atas, maka tiap indikator mempunyai bobot yang berbeda

sesuai dengan kepentingannya masing-masing.

5.

Matriks Nilai Kriteria

Matriks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama/jumlah masing-masing

kolom lama.

Hasil perhitungan bisa dilihat seperti tampak pada tabel 2.6.

Tabel 2.6 Matriks Nilai Kriteria

Kriteria

CR

1

CR

2

CR

3

Jumlah

Prioritas

CR

1

CR

11

CR

12

CR

13

C

j1

P

1

CR

2

CR

21

CR

22

CR

23

Cj2

P2

CR

3

CR

31

CR

32

CR

32

Cj3

P3

Sumber: Kusrini (2007)

Dari Tabel 2.6 di atas dapat dirangkum sebagai berikut:

CR

11

diperoleh dari nilai kolom CR

11

tabel 2.5 dibagi dengan jumlah

nilai C

1

pada tabel 2.5.

C

j1

merupakan hasil penjumlahan dari baris CR

1

P

1

diperoleh dari nilai C

j1

dibagi dengan jumlah CR.

6.

Sintesis dari prioritas/Sintesis penilaian

(31)

diperoleh setiap pilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi

bobot dari kriteria tersebut. Secara umum, nilai suatu pilihan dapat

dilihat pada persamaan tabel 2.3.

Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:

CI = (

λ

maks-n)/n

di mana

n = Banyaknya elemen

Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus:

CR = CI/RC

di mana

CR = Consistency Ratio

CI = Consistency Index

IR = Indeks Random Consistency

Untuk nilai option/pilihan biasanya menggunakan range nilai sesuai

persetujuan yang telah disepakati. Bisa menggunakan range nilai 0-9,

0,0 - 0,9 10-100 atau nilai-nilai lainnya. Semakin tinggi nilai suatu

pilihan, semakin tinggi prioritasnya/penilaian total, dan sebaliknya.

Untuk memudahkan, diasumsikan ada 3 kriteria dengan beberapa

pilihan seperti Tabel 2.7. Sebagai contoh nilai prioritas/bobot diperoleh

dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria tersebut

(nilai option untuk sub kriteria) dapat dilihat pada persamaan tabel 2.7.

Tabel 2.7 Perhitungan Rasio Konsistensi

Kriteria

Jumlah per baris

Prioritas

Hasil

CR

1

CR

11

CR

12

CR

13

CR

2

CR

21

CR

22

CR

23

CR

3

CR

31

CR

32

CR

32

Sumber: Kusrini (2007)

(32)

CR

11

diperoleh dari nilai prioritas baris C

1

tabel 2.8 dikalikan

dengan nilai CR

11

pada tabel 2.5 kemudian dijumlahkan dari

masing-masing baris kriteria.

CR

12

diperoleh dari kolom P

1

tabel 2.6

CR

13

diperoleh dari penjumlahan CR

11

dengan CR

12

Selanjut diperoleh nilai-nilai berikut:

Jumlah (jumlah dari nilai-nilai hasil): h

n (jumlah kriteria): n

λ

maks (jumlah/n):

λ

CI ((

λ

maks-n)/n): CI

CR (CI/IR(lihat tabel 2.2)): CR

(33)

20

3.1 Tinjauan Umum

Sistem informasi yang efektif dan efisien saat ini sangat dibutuhkan

dikalangan instansi pemerintah maupun swasta. Demikian juga yang terjadi pada

Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan sebagai salah satu instansi

pemerintah yang melaksanakan pelelangan pekerjaan juga memerlukan sebuah

sistem tepat guna agar segala kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisisen.

Proses evaluasi pemilihan pemenang tender proyek pada Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Aceh Selatan saat ini dilakukan dengan cara memberikan score

nilai pada item-item penilaian tertentu berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Score penilaian diberikan pada masing-masing kriteria kemudian dilakukan

penjumlahan score nilai tersebut. Penawaran yang memiliki nilai tertinggi pada

setiap divisi dapat diasumsikan untuk penawaran terbaik, begitu pula sebaliknya.

Metode penilaian terdiri dari beberapa kriteria yang saling berkaitan, pada

penerapannya dapat memecahkan masalah pemilihan pemenang tender proyek,

maka dalam hal ini akan merancang suatu sistem dengan pendekatan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP ini sendiri tersusun dari beberapa

kriteria dan subkriteria yang dapat diambil dari sistem pengolahan nilai

sebelumnya. Diharapkan dengan menggunakan metode AHP ini dapat membantu

serta memberikan output penilaian yang lebih baik. Dari gambaran umum sistem

di atas dapat dirancang suatu sistem penunjang keputusan pemilihan pemenang

tender proyek, dimana nantinya pengolahan nilai disusun dengan pendekatan

metode AHP.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(34)

yang beralamat di Jalan Mayjen D. I. Panjaitan No. 19 Tapaktuan mulai tanggal

13 Juni sampai dengan 12 Juli 2011.

3.3 Peralatan Analisis Data

Dalam melakukan analisis ini menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan

cara mengumpulkan data-data yang akan diolah dan dibuat suatu rumusan

sehingga akhirnya sampai pada suatu kesimpulan. Adapun teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah:

1.

Data Primer, data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari

sumbernya, melalui metode:

a.

Teknik Observasi, langsung mengadakan analisis terhadap objek

yang dibutuhkan, yaitu sistem pemenang tender proyek yang ada

pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan dengan

mengadakan pengamatan dan perencanaan terhadap data dan

informasi yang diperlukan.

b.

Teknik

Wawancara,

yaitu

suatu

cara

penganalisaan

atau

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

pertanyaan langsung kepada petugas yang memiliki hubungan

dengan masalah yang akan dianalisa.

2.

Data Sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan pihak lain. Data ini

diperoleh dengan cara riset kepustakaan, membaca buku-buku yang

berhubungan dengan masalah yang dianalisis.

3.4 Analisis

3.4.1 Analisis Masalah

Sistem penunjang keputusan pemilihan pemenang tender proyek

merupakan sebuah sistem yang dapat mempresentasikan persepsi manusia dalam

hal pemilihan pemenang tender proyek ke dalam sebuah aplikasi, sehingga

pemilihan pemenang yang selama ini yang masih bersifat manual dapat dilakukan

dengan sistem terkomputerisasi.

(35)

output yaitu informasi pemenang tender proyek. Dari informasi sistem output di

atas maka dapat diketahui apa saja yang menjadi masukan dan keluaran sistem

serta desain interface sistem.

Kebutuhan proses utama dalam sistem penunjang keputusan pemenang

tender proyek dengan metode AHP yaitu:

a)

Proses Pengelolaan User

Proses ini merupakan tahap pengolahan data–data yang menggunakan

sistem. Terdapat 2 tingkatan user yang berbeda yaitu admin dan pengguna.

Semua user tersebut dapat mengolah data ketika sudah terdaftar di sistem.

Terdapat 2 tahap dalam proses pengolahan user yaitu:

1.

Proses Pendaftaran Admin. Proses ini merupakan tahap awal agar

admin dapat mengelola sistem user. Admin memasukkan data yang

nantinya akan mengelola hak pengguna.

2.

Proses Pendaftaran Pengguna. Pada proses ini pengguna tidak dapat

mengubah data yang telah ditetapkan oleh admin seperti nama, kode

pengguna dan password. Untuk hak akses pengguna perubahan

dilakukan oleh admin.

b)

Proses Autentikasi Pengguna (Login)

Proses ini merupakan tahap autentikasi data pengguna ketika masuk ke

sistem, proses ini disebut juga proses login. Setelah user masuk ke dalam

sistem maka user dapat mengakses menu sesuai dengan hak aksesnya.

c)

Proses Memasukkan Data

Proses ini merupakan tahapan memasukkan data-data yang dibutuhkan

dalam proses pemilihan pemenang tender proyek yaitu data perusahaan,

data paket, data kecamatan, dan data gampong.

d)

Proses Evaluasi Pengolahan Nilai dengan metode AHP

(36)

dilanjutkan ke evaluasi berikutnya untuk penawaran yang dinyatakan

lulus, sedangkan yang tidak lulus dinyatakan gagal atau tidak dilanjutkan

ke tahap evaluasi berikutnya. Sedangkan untuk evaluasi kualifikasi untuk

setiap item yang disyaratkan pada dokumen penawaran diwajibkan untuk

lulus dan jika salah satu dari item kualifikasi tidak terpenuhi maka

penawaran dianggap gagal/tidak lulus.

3.4.2 Hierarchy Pemilihan Pemenang Tender Proyek

(37)

Keterangan:

A = Administrasi

T = Teknis

H = Harga

Gambar 3.1 Hirarki Pemilihan Pemenang Tender Proyek

Setelah penyusunan hirarki selesai maka langkah selanjutnya adalah

melakukan perbandingan antara elemen-elemen dengan memperhatikan pengaruh

elemen pada level di atasnya. Pembagian pertama dilakukan untuk elemen-elemen

pada level kriteria dengan memperhatikan level di atasnya, yaitu goal atau tujuan

utama (Pemilihan Pemenang Tender Proyek). Perbandingan dilakukan dengan

skala satu sampai sembilan dan memenuhi aksioma-aksioma AHP.

1.

Menentukan prioritas kriteria

(38)

a)

Membuat matriks perbandingan berpasangan

Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria

dengan kriteria yang lain. Hasil penilaian bisa dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

Goal

A

T

H

A

1

2

4

T

0.5

1

2

H

0.25

0.5

1

Jumlah

1.75

3.5

7

Angka 1 pada kolom A baris A menggambarkan tingkat kepentingan yang

sama antara A dengan A, sedangkan angka 2 pada kolom T baris A

menunjukkan T sedikit lebih penting dibandingkan dengan A. Angka 0.5

pada kolom A baris T merupakan hasil perhitungan 1 / nilai pada kolom T

baris A (2). Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama.

b)

Membuat matriks nilai kriteria

Tabel 3.2 Matriks Nilai Kriteria

Goal

A

T

H

Jumlah

Prioritas

A

(1/1.75) = 0.14

(2/3.5) = 0.57

(4/7) = 0.57

1.28

0.42

T

(0.5/1.75) = 0.07

(1/3.5) = 0.28

(2/7) = 0.28

0.63

0.21

H

(0.25/1.75) = 0.03

(0.5/3.5) = 0.14

(1/7) = 0.14

0.31

0.10

Nilai 0.14 pada kolom A baris A diperoleh dari nilai kolom A baris A

dibagi jumlah kolom A. Berikutnya dilakukan dengan cara yang sama.

Nilai kolom jumlah diperoleh dari penjumlahan pada setiap baris.

Untuk jumlah baris pertama nilai 1.28 merupakan hasil penjumlahan dari

0.14 + 0.57 + 0.57.

(39)

c)

Membuat matriks penjumlahan setiap baris

Tabel 3.3 Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Goal

A

T

H

Jumlah

A

(0.42*1) = 0.42

(0.21*2) = 0.42

(0.10*4) = 0.4

1.24

T

(0.42*0.5) = 0.21

(0.21*1) = 0.21

(0.10*2) = 0.2

0.62

H

(0.42*0.25) = 0.105

(0.21*0.5) = 0.105

(0.10*1) = 0.1

0.31

Nilai 0.42 pada baris A kolom A diperoleh dari prioritas baris A Tabel 3.2

dikalikan dengan nilai baris A kolom A Tabel 3.1. Berikutnya dilakukan

dengan cara yang sama.

Kolom jumlah diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing

baris, A + T + H = Jumlah. Baris berikutnya dilakukan dengan cara yang

sama.

d)

Perhitungan rasio konsistensi

Tabel 3.4 Perhitungan Rasio Konsistensi

Jumlah Per baris

Prioritas

Hasil

A

1.24

0.42

1.66

T

0.62

0.21

0.83

H

0.31

0.10

0.41

Kolom jumlah per baris diperoleh dari jumlah Tabel 3.3, sedangkan kolom

prioritas diperoleh dari prioritas pada Tabel 3.2.

Dari tabel perhitungan rasio konsistensi, diperoleh nilai-nilai sebagai

berikut :

Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil): 1.66 + 0.83 + 0.14 = 2.63

n (jumlah kriteria) : 3

λ

maks (jumlah/n) : 2,63 / 3 = 0.88

CI ((

λ

maks-n)/n) : ((0.88 - 3)/3) = -0.70

CR (CI/IR) : -0.70 / 0.58 = -1.20

(40)

2.

Menentukan prioritas subkriteria

Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria. Dalam

hal ini, untuk subkriteria A terdapat 16 perhitungan prioritas subkriteria, T

terdapat 6 perhitungan subkriteria, dan H terdapat 3 perhitungan subkriteria.

a)

Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria A

Langkah yang dilakukan dalam untuk menghitung prioritas subkriteria dari

kriteria A adalah sebagai berikut:

o

Membuat matriks perbandingan berpasangan

Tabel 3.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria A

A

SC

SLC

C

KC

STC

SC

1

2

3

4

5

SLC

0.5

1

2

3

5

C

0.34

0.5

1

2

3

KC

0.25

0.34

0.5

1

2

STC

0.2

0.2

0.34

0.5

1

Jumlah

2.29

4.04

6.84

10.5

16

o

Membuat matriks nilai kriteria

Perbedaannya adalah adanya tambahan kolom prioritas subkriteria

pada tabel ini. Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Matriks Nilai Kriteria A

A

SC

SLC

C

KC

STC

Jumlah

Prioritas

Prioritas

Subkriteria

SC

0.44

0.50

0.44

0.38

0.31

2.07

0.41

1

SLC

0.22

0.25

0.30

0.29

0.31

1.37

0.27

0.65

C

0.15

0.13

0.15

0.19

0.18

0.8

0.16

0.39

KC

0.11

0.09

0.08

0.10

0.12

0.50

0.1

0.24

STC

0.09

0.05

0.05

0.05

0.06

0.3

0.06

0.14

Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas

pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas yaitu

(0.41/0.41=1) dan pada baris berikutnya dilakukan dengan cara yang

sama.

(41)

b)

Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria T

Langkah yang dilakukan dalam untuk menghitung prioritas subkriteria dari

kriteria T adalah sebagai berikut:

o

Membuat matriks perbandingan berpasangan

Tabel 3.7 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria T

A

SC

SLC

C

KC

STC

SC

1

2

3

4

5

SLC

0.5

1

2

3

5

C

0.34

0.5

1

2

3

KC

0.25

0.34

0.5

1

2

STC

0.2

0.2

0.34

0.5

1

Jumlah

2.29

4.04

6.84

10.5

16

o

Membuat matriks nilai kriteria

Tabel 3.8 Matriks Nilai Kriteria T

A

SC

SLC

C

KC

STC

Jumlah

Prioritas

Prioritas

Subkriteria

SC

0.44

0.50

0.44

0.38

0.31

2.07

0.41

1

SLC

0.22

0.25

0.30

0.29

0.31

1.37

0.27

0.65

C

0.15

0.13

0.15

0.19

0.18

0.8

0.16

0.39

KC

0.11

0.09

0.08

0.10

0.12

0.50

0.1

0.24

STC

0.09

0.05

0.05

0.05

0.06

0.3

0.06

0.14

c)

Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria H

Langkah yang dilakukan dalam untuk menghitung prioritas subkriteria dari

kriteria H adalah sebagai berikut:

o

Membuat matriks perbandingan berpasangan

Tabel 3.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria H

A

SC

SLC

C

KC

STC

SC

1

2

3

4

5

SLC

0.5

1

2

3

5

C

0.34

0.5

1

2

3

KC

0.25

0.34

0.5

1

2

STC

0.2

0.2

0.34

0.5

1

(42)

o

Membuat matriks nilai kriteria

Tabel 3.10 Matriks Nilai Kriteria H

A

SC

SLC

C

KC

STC

Jumlah

Prioritas

Prioritas

3.

Menghitung Hasil

Prioritas dari hasil perhitungan kemudian dituangkan dalam matriks hasil yang

terlihat dalam Tabel 3.11.

Tabel 3.11 Matriks Hasil

Administrasi

Sangat Cocok

Sangat Cocok

Sangat Cocok

1

1

1

Sedikit Lebih Cocok

Sedikit Lebih Cocok

Sedikit Lebih Cocok

0.65

0.65

0.65

Cocok

Cocok

Cocok

0.39

0.39

0.39

Kurang Cocok

Kurang Cocok

Kurang Cocok

0.24

0.24

0.24

Sangat Tidak Cocok

Sangat Tidak Cocok

Sangat Tidak Cocok

0.14

0.14

0.14

Seandainya diberikan data nilai dari Perusahaan seperti yang terlihat dalam

Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Nilai Perusahaan

Administrasi

Perusahaan 1

Sangat Cocok

Cocok

Sangat Tidak Cocok

Perusahaan 2

Kurang Cocok

Sedikit Lebih Cocok

Cocok

Perusahaan 3

Sangat Cocok

Cocok

Sangat Cocok

(43)

Tabel 3.13 Hasil Akhir

Administrasi

(A)

Teknis

(T)

Harga

(H)

Total

Perusahaan 1

0.42

0.08

0.01

0.51

Perusahaan 2

0.10

0.13

0.03

0.26

Perusahaan 3

0.42

0.08

0.1

0.6

Perusahaan 4

0.10

0.02

0.06

0.18

Nilai 0.42 pada kolom Administrasi baris Perusahaan 1 diperoleh dari nilai

Perusahaan 1 untuk Administrasi, yaitu Sangat Cocok dengan prioritas 1

(Tabel 3.11), dikalikan dengan prioritas Administrasi sebesar 0.42 (Tabel

3.11).

Kolom total diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya. Nilai

total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan perusahaan

pemenang tender proyek. Semakin besar nilainya, perusahaan tersebut akan

semakin besar kesempatan untuk menjadi pemenang.

3.4.2 Prosedur Sistem Berjalan

(44)

peserta penawaran dan penerbitan SPPBJ oleh panitia. Sistem berjalan dapat

terlihat pada gambar 3.2.

(45)

3.4.3 Prosedur Sistem Usulan

Sistem penunjang keputusan pemenang tender proyek pada Unit Layanan

Pengadaan (ULP) Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Aceh Kelompok

Kerja (Pokja) Aceh Selatan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Aceh Selatan

yang diusulkan dimulai dari pengumuman pelelangan yang diumumkan lewat

media cetak, dan lain-lain. Pembukaan pendaftaran oleh panitia dan perusahaan

mendaftarkan perusahaannya masing-masing kemudian panitia memberikan

dokumen penawaran kepada peserta yang telah mendaftarkan perusahaannya.

Selanjutnya adalah penjelasan (aanwijzing), setelah itu peserta memasukan

dokumen penawaran kepada panitia dan pembukaan dokumen penawaran

dilakukan. Panitia mengimput data perusahaan kedalam sistem yang tersimpan

dalam database. Ketua melakukan proses evaluasi dokumen penawaran mulai dari

koreksi aritmatik, administrasi, teknis, dan harga, dengan memberikan score pada

setiap sub kriteria dari masing-masing kriteria dan sistem menampilkan

penawaran yang memenuhi syarat/nilai terbanyak akan lulus ke tahap berikutnya.

(46)
(47)

3.5

Rancangan Sistem

Tahapan ini merupakan proses menerjemahkan keperluan atau data hasil

analisis ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh pengguna. Proses desain

sistem membagi kebutuhan-kebutuhan menjadi sistem perangkat lunak yang mana

hasil penelitian ini adalah software yang dikhususkan untuk sistem penunjang

keputusan pemenang tender proyek. Perancangan dan pembuatan sistem ini

menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0, Microsoft SQL

Server 2000, dan Crystal Report 8.5 sehingga Proses tersebut menghasilkan

sebuah arsitektur sistem secara keseluruhan.

3.5.1

Rancangan Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram terdiri dari beberapa entitas seperti yang

terlihat pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Entity Relationship Diagram (ERD)

Keterangan:

(48)

3.5.2

Rancangan Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu model logika data atau proses yang

dibuat untuk menggambarkan asal data dan tujuan data yang keluar dari system,

tempat penyimpanan data, proses apa yang dihasilkan data tersebut, serta interaksi

antara data yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut. Dalam

proses pengembangan desain sistem digunakan model berupa metode berarah aliran

data dengan menggunakan Data Flow Diagram. Desain ini dimulai dari bentuk yang

paling global yaitu diagram konteks, kemudian akan diturunkan sampai bentuk yang

paling detail. Aliran data dimulai dari admin memasukan data perusahaan, data paket,

data kecamatan, dan data gampong. Selain itu pengguna juga dapat melakukan proses

evaluasi penilaian tahap awal hingga tahap akhir untuk masukan pembobotan/data

kriteria dari setiap sub kriteria dari dokumen penawaran. Penentuan nilai kriteria dan

sub kriteria pembobotan dari proses evaluasi maka selanjutnya output tersebut

menjadi penentuan pemenang tender proyek.

3.5.2.1

Konteks Diagram

Berikut ini adalah diagram konteks sistem penunjang keputusan

pemenang tender proyek dapat terlihat pada gambar 3.5.

Gambar

Gambar 2.2 Dekomposisi Masalah
Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Tabel 2.2 Daftar Indeks Random Konsistensi
Gambar 3.1  Hirarki Pemilihan Pemenang Tender Proyek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pembenaman jerami yang disemprot MDec dan pencelupan bibit padi pada BioNutrient sesaat sebelum tanam memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil jerami dan

Apabila setelah proses penetapan penerima Bantuan UKT/SPP mahasiswa ditemukan data yang tidak valid yang diberikan mahasiswa, maka akan dilakukan pembatalan

Abstrak – Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh variabel jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi dan pengalaman kerja terhadap love of

Setiap Orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian,

Akan tetapi, apabila permasalahannya adalah mencari kunci kamar yang hilang, maka dia tidak bisa memecahkan permasalahan (mengambil laptop) tersebut sebelum kunci

Daftar ini dibuat menggunakan MS Excel oleh AR admin dengan mencari nomor faktur penjualan dalam data ATB yang sudah difilter sesuai nama outlet, yang

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti maka data yang diperlukan adalah data kekuatan dan kelemahan internal perusahaan khususnya yang berhubungan dengan

Sepanjang tahun 2016 ini, beberapa keberhasilan telah dicapai oleh BAPAPSI, antara lain adalah adanya peningkatan volume informasi sejarah dan budaya di Depo Arsip