• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KERUANGAN DALAM PEMBANGUNAN docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KERUANGAN DALAM PEMBANGUNAN docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KERUANGAN DALAM PEMBANGUNAN

Oleh:

Alicia Wirdaturriza (3123131005)

Helmiaty Sundari (3122131005)

Qadrul Fahmi (3123131046)

Novrizal Usman (3123131044)

B Reguler 2012

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT tak lupa kami sampaikan atas segala karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi kelancaran dalam penyelesaian makalah. Pembuatan makalah ini merupakan bentuk tanggung jawab pemakalah dalam Mata Kuliah Geografi Pembangunan.

Makalah ini diharapkan bisa menambah pengetahuan pembaca umumnya dan pemakalah khususnya dalam hal analisa keruangan dalam pembangunan. Dalam pembuatan makalah ini kami yakin bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami selaku pemakalah sangat

mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk lebih baik di kemudian hari. Terima kasih.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...1

Daftar Isi...2

Bab I Pendahuluan...3

Bab II Analisa Keruangan dalam Pembangunan...4

2.1 Pengertian Interaksi Keruangan...4

2.2 Faktor Terjadinya Interaksi Keruangan...4

2.3 Jarak dan Interaksi Dalam Ruang...5

2.3.1 Model Gravitasi dan Interaksi dalam Ruang...5

2.3.2 Model Gravitasi dan Potensi Penduduk...8

2.3.3 Teori Titik Henti...10

Bab III Kesimpulan ...13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Di Indonesia seperti yang kita ketahui masih terdapat banyak masalah penduduk, seperti penyebarannya yang belum merata, permasalahan lingkungan hidup dan pemerataan pendapatan serta permasalahan lapangan pekerjaan. Ilmu geografi diharapkan dapat membantu dalam pemecahannya. Akan tetapi perbedaan perkembangan lingkungan geografi dan perbedaan perkembangan ekonomi, teknologi serta konsep berpikir yang berbeda-beda menyebabkan tidak mudah untuk memastikan konsep geografi mana yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Kita harus terlebih dulu menelaah sesuai dengan perkembangan budaya lingkungan, kondisi fisik lingkungan dan tingkat perkembangan ekonomi lingkungan serta teknologi.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Keruangan

Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi, karena interaksi keruangan merupakan studi tentang keanekaragaman ruang muka bumi dengan membahas masing-masing aspek keruangannya. Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang mengacu pada tiga hal yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan pergerakan (movement). Analisis interaksi

keruangan bertujuan untuk mengukur kesesuaian suatu kondisi berprinsipkan pada struktur keruangan yang ada serta menganalisis interaksi antar unit keruangan yang mencakup hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesbilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah dan hambatan interaksi.

Analisis keruangan didasarkan pada keberadaan tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta terdapatnya hierarki di antara tempet-tempat tersebut. Daam inetraksi keruangan yang harus diperhatikan adalah terkait penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. (Bintarto, 1982:12)

Menurut Daldjoeni (1991:197) interaksi keruangan merupakan suatu pengertian dalam geografi social yang dipakai untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh keruangan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dan antara manusia dengan lingkungannya yang dinyatakan dengan arus manusia, materi informasi,energy sehingga dijadikan dasar untuk menerangkan gejala-gejaa lokasi, relokasi, distribusi dan difusi.

2.2 Faktor Terjadinya Interaksi Keruangan

Adanya interaksi keruangan di sutau wilayah itu karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi keruangan yaitu sebagai berikut:

- Komplementaritas regional yaitu adanya region yang berbeda kemampuan sumberdayanya. Di suatu pihak surplus dan di lain pihak minus. Kondisi ini memberikan kemungkinan terjadinya pengaliran arus perpindahan yang besar. Komplementaritas antar dua kota atau kelompok manusia berkaitan dengan permintaan dan penawaran.

- Kesempatan berintervensi, adanya kemungkinan perantara yang dapat menghambat terjadinya perpindahan barang atau manusia.

(6)

Untuk menganalisis dan memecahkan masalah interaksi keruangan dapat menggunakan model gravitasi. Suatu wilayah bergantung pada wilayah lain, demikian juga wilayah lain memiliki ketergantungan pada wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan disbanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhannya.

2.3 Jarak dan Interaksi dalam Ruang

Ahli-ahli dalam interaksi sosial berpendapat bahwa gerakan orang yang mengadakan migrasi berbanding lurus dengan banyaknya orang yang mengadakan migrasi dan berbanding terbalik dengan jarak yang memisahkannya.

Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton (1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut. Secara matematis, model gravitasi Newton ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

G

¿gmA. mB

(dA. B)2

Keterangan :

G = kekuatan gravitasi antara dua benda (cm/det2)

g = tetapan gravitasi Newton, besarnya 6,167 x 10-8 cm3/gram.det2 mA = massa benda A (gram)

mB = massa benda B (gram) dA.B = jarak antara benda A dan B

2.3.1 Model Gravitasi dan Interaksi dalam Ruang

Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut. Untuk mengukur kekuatan interaksi antar wilayah digunakan formulasi sebagai berikut:

I

A.B ¿k

PA. PB

(dA . B)2 (3.1.1.)

(7)

Keterangan :

IA.B = kekuatan interaksi antara wilayah A dan B k = angka konstanta empiris, nilainya 1

PA = jumlah penduduk wilayah A PB = jumlah penduduk wilayah B dA.B = jarak wilayah A dan wilayah B

Dalam menjelaskan formula tersebut, diberi contoh misalnya ada 3 buah wilayah A, B, dan C, dengan data sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk wilayah A = 20.000 jiwa, B = 20.000 jiwa, dan C = 30.000 jiwa. 2. Jarak antara A ke B = 50 km, dan B ke C = 100 km.

3.

Ditanyakan :

1. Manakah dari ketiga wilayah tersebut yang lebih kuat interaksinya? 2. Apakah antara wilayah A dan B atau antara B dan C ?

Diketahui:

(1) Perhitungan kekuatan interaksi antara wilayah A dan B sebagai berikut:

(8)

(2) Perhitungan kekuatan interaksi antara wilayah B dan C sebagai berikut:

(3) Perbandingan kekuatan interaksi wilayah A dan B dengan wilayah B dan C adalah 160.000 : 60.000 atau 8 : 3. Berdasarkan perbandingan tersebut, potensi penduduk untuk mengadakan interaksi terjadi lebih kuat antara wilayah A dan B jika dibandingkan antara wilayah B dan C.

Keterangan :

Tanda panah menunjukkan tingkat interaksi dan perbandingan kekuatan potensi interaksi. Perbandingan potensi interaksi antarwilayah dengan memanfaatkan formula yang

dikemukakan Reilly ini dapat diterapkan jika kondisi wilayah-wilayah yang dibandingkan memenuhi persyaratan tertentu. Adapun persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut:

a) Kondisi sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, mata pencarian, mobilitas, dan kondisi sosial-budaya penduduk setiap wilayah yang dibandingkan relatif memiliki kesamaan.

b) Kondisi alam setiap wilayah relatif sama, terutama berkaitan dengan kondisi topografinya. c) Keadaan sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah-wilayah yang dibandingkan relatif sama.

Ketiga persyaratan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa secara teoritis potensi wilayah A untuk berinteraksi dengan wilayah B cenderung jauh lebih besar dibandingkan antara wilayah B dan C. Namun, jika kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan wilayah B dan C jauh lebih baik jika dibandingkan antara A dan B, tetap saja potensi interaksi antara B dan C akan jauh lebih besar. Demikian pula halnya dengan persyaratan lainnya, yaitu kondisi kependudukan dan topografi dari suatu wilayah.

2.3.2 Model Gravitasi dan Potensi Penduduk

(9)

yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya. Potensi penduduk di suatu tempat juga dapat diketahui dengan menggunakan model gravitasi, yaitu menggunakan formula (3.2.1.). Misalkan terdapat himpunan tempat-tempat (1,2,3,4,...n) yang masing-masing mempunyai jumlah penduduk (P1, P2, P3, P4,…n) maka potensi penduduk (PP) untuk tempat 1 adalah sebagai

Potensi penduduk untuk tempat 2 adalah sebagai berikut:

PP2

Potensi penduduk untuk tempat 3 adalah sebagai berikut:

PP3

PP1 = potensi penduduk di tempat 1 J12 = jarak antara tempat 1 dan tempat 2

J1. = jarak antara tempat 1 dengan tempat terdekat dengan tempat 1 a = konstante empirik

b = eksponen jarak (yang mempunyai nilai 2 dalam model gravitasi yang asli)

Sebuah contoh yang akan menjelaskan hal ini yaitu mengenai potensi penduduk di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta. Untuk mencari potensi Untuk mencari potensi penduduk di tiap kecamatan digunakan formula (2.2.) dan untuk hal ini diperlukan data mengenai jarak antar tiap ibukota kecamatan dan jarak antara satu ibukota kecamatan dengan ibukota kecamatan terdekatnya, serta data mengenai jumlah penduduk pada tiap kecamatan.

Tabel 2.2.1. Kode dan nama ibukota kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta dan jumlah penduduk tiap kecamatanpada tahun 1971

Kode Nama Ibukota Kecamatan Jlh Penduduk

01 Panggang 46.354

02 Tepus 56.810

03 Rongkop 53.364

04 Rongkop 53.364

(10)

07 Karangmojo 51.217

Tabel 2.2.2. Jarak antar 13 ibukota kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta (dalam km).

Dengan menggunakan formula 2.2. tersebut dapat dicari potensi penduduk untuk tiap ibukota kecamatan.

Potensi penduduk (PP1) untuk tempat 01 (Kecamatan Panggang) adalah sebagai berikut: PP1

Dengan cara yang sama, maka dapat dicari potensi penduduk untuk 12 kecamatan lainnya.

2.3.3 Teori Titik Henti

Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) merupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah-wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah

(11)

Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut:

D

¿

d

A . B

1

+

P

A

P

B

Keterangan :

DAB = jarak lokasi titik henti, diukur dari kota atau wilayah yang jumlah penduduknya lebih kecil (dalam hal ini kota A)

dAB = jarak antara kota A dan B

PA = jumlah penduduk kota yang lebih kecil (kota A) PB = jumlah penduduk kota yang lebih besar (kota B)

Contoh soal:

Kota A memiliki jumlah penduduk 20.000 jiwa, sedangkan kota B 30.000 jiwa. Jarak antara kedua kota tersebut adalah 100 kilometer. Di manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh penduduk setiap kota tersebut?

Diketahui : dA.B = 100 km PA = 20.000 jiwa PB = 30.000 jiwa k = 1

(12)

D

¿

100

1

+

1,225

=

44.9

DAB = 44,9 km, diukur dari kota A (jumlah penduduknya lebih sedikit).

= lokasi ideal penempatan lokasi industri sehingga terjangkau oleh penduduk dari kota A maupun B.

(13)

BAB III

KESIMPULAN

Dalam metode analisa geografi terdapat beberapa model dan analisa yang bersifat kuantitatif antara lain yang dibahas dalam makalah ini adalah model gravitasi dan teori titik henti. Model gravitasi dan teori titik henti berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi. Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat

(14)

Daftar Pustaka

Buku:

Bintarto, R, Surastopo Hadisumarno. 1982. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES

Websites:

http://nurfitriekhoirunnisa.blogspot.com/2012/11/teori-interaksi-keruangan.html

Gambar

Tabel 2.2.2. Jarak antar 13 ibukota kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang Analisis sistem informasi Pengawas Keamanan dan Kesehatan Makan pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung akan mempermudah pihak Dinas

Hasil analisis terhadap keefektifan pembelajaran tersebut telah mencapai indikator efektif, yaitu kemampuan pemahaman siswa kelas eksperimen mencapai ketuntasan dengan melampaui

Pengembangan biogas di Jawa Barat sangat potensial, mengingat potensi limbah dari berupa kotoran ternak sapi khususnya sapi perah cukup besar, khususnya di sentra populasi sapi perah

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian diare pada anak usia 1-4 tahun di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa pemberian gel ekstrak daun meniran meningkatkan epitelisasi jaringan luka pada tikus putih wistar jantan.. Penelitian ini

Hal ini sejalan dengan nilai keterkaitan ke belakang sektor jasa yang menduduki peringkat pertama; (2) analisis dampak pengganda pendapatan menunjukkan bahwa

Indonesia mempunyai luas areal kopi yang terbesar kedua di dunia setelah Brazil, namun jumlah produksi dan ekspor kopi Indonesia lebih rendah dibandingkan

Jika menyimak melodinya, nada yang bertepatan dengan posisi karakter 的 adalah nada yang naik (lebih tinggi dari nada pada sukukata sebelumnya). Jadi memang di sini