PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAKPASTIAN
Chairunnisa Eka Sari, Imam Anugrah Al Ghazali, Salmawati, Santri Ramadani*)
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar 2015
Abstrak. Telah dilakukan praktikum mengenai Pengukuran Dasar dan Ketidakpastian. Praktikum ini adalah pengukuran tunggal dan pengukuran berulang yang bertujuan untuk menggunakan alat-alat ukur dasar, menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, dan mengerti atau memahami penggunaan angka berarti. Praktikum ini dilakukan dengan mengamati panjang, lebar, dan tinggi kubus dan diameter kelereng menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup untuk mendapatkan volume setiap benda. Kemudian untuk mengukur massanya menggunakan neraca ohauss 2610 gram, neraca ohauss 311 gram, dan neraca ohauss 310 gram. Kemudian akan dihitung massa jenisnya. Kami melakukan percobaan ini secara berulang sebanyak 3 kali pengukuran. Dalam percobaan ini, waktu dan suhu juga diukur menggunakan stopwatch dan thermometer. Hasil yang diperoleh dari pengukuran ini adalah diketahui panjang, lebar, tinggi, waktu, dan suhu berbeda-beda. Hasil pengukuran/analisis data dapat dilihat di table 1 sampai table 9. Dari data tersebut,dapat kita tentukan bahwa alat ukur yang paling teliti diantara 3 alat ukur panjang tesebut adalah micrometer sekrup, karena micrometer sekrup memilik NST terkecil dibanding dengan mistar dan jangka sorong dan alat ukur massa yang paling teliti diantara 3 neraca ohauss adalah neraca ohauss 310 g. Jadi, NST suatu alat ukur akan mempengaruhi hasil pengukuran alat ukur itu sendiri dan semakin kecil NST suatu alat ukur maka semakin teliti pula alat ukur tersebut.Kesimpulannya adalah dengan adanya pengukuran berulang menghasilkan pengukuran yang berbeda-beda. Dengan kata lain tidak ada pengukuran yang pasti. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh alat ukur yang digunakan tidak memadai dan objek yang di ukur tidak rata permukaannya.
Kata kunci: Ketidakpastian, Massa Jenis, dan Volume RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang? 3. Bagaimana cara penggunaan angka berarti?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang 3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti
TEORI SINGKAT Arti Pengukuran
fisika sangat penting.Melakukan percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam kemudian melakukan pengukuran. [1]
Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran
Ketepatan (Keakuratan). Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran Berganda) dan menghasilkan harga-harga yang menyebar disekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”.Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya. [1]
Ketelitian (Kepresisian). Jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran disebut presisi (harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda). [1] Angka Penting Atau Angka Berarti
Angka penting atau angka berarti adalah angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Adapun syarat-syarat angka penting yaitu:
1. Semua angka yang bukan nol adalah angka penting
2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. 3. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali jika
ada penjelasan lain, misalnya berupa angka ragu-ragu yang berupa garis di bawah angka terakhir atau yang disebut yang masih dianggap penting.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik disebelah kanan maupun di sbelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. [1]
Analisis Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adalah NST (Nilai Skala Terkecil), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini, yaitu bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin serta cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya. [1]
Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Keterbatasan skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan lain, mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang
∆ x .
Lambang∆ x
merupakan ketidakpastian mutlak. Untuk pengukuran tunggal diambil kebijaksanaan:∆ x
= ½ NST alat ………. (1) Dimana∆ x
adalah ketidakpastian pengukuran tunggal. Angka 2 pada persamaan tersebut mempunyai arti satu skala masih dapat dibagi dua bagian secara jelas oleh mata. Nilai∆ x
merupakan hasil pengukuran dilaporkan dengan cara yang sudah dibakukan seperti berikut :X=
(
x ± ∆ x
)[
X
]
X = simbol besaran yang diukur
(
x ± ∆ x
)
= hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya[
X
]
= satuan besaran x (dalam satuan SI)∆ x
atau ketidakpastian mutlak pada nilai {x} dan memberi gambaran tentang mutu alat ukur yang digunakan. Semakin baik mutu alat ukur, semakin kecil∆ x
yang diperoleh.Semakin kecil ketidakpastian mutlak, semakin tepat hasil pengukuran. [1]Perbandingan ketidakpastian mutlak dengan hasil pengukuran
(
∆ x
x
)
disebut Ketidakpastian Relatif pada nilai {x}, sering dinyatakan dalam % (tentunya harus dikalikan dengan 100%).Ketidakpastian relatif menyatakan tingkat ketelitian hasil pengukuran.Makin kecil ketidakpastian relativf makin tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran. [1]Makna dari ketidakpastian mutlak dari ketidakpastian relatif ialah bahwa dalam usaha untuk mengetahui nilai sebenarnya (X0) suatu besaran fisis dengan melakukan
pengukuran, terbentur pada keterbatasan alat ukur maupun orang yang melakukan pengukuran hingga hasilnya selalu meragukan. [1]
Dalam teori pengukuran, tidak ada harapan mengetahui X0lewat pengukuran, kecuali
jika pengukuran dilakukan sampai tak berhingga kali.Jadi yang dapat diusahakan adalah mendekati X0sebaik-baiknya, yakni dengan melakukan pengukuran berulang
sebanyak-banyaknya. [1]
Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Dengan mengadakan pengulangan, pengetahuan kita tentang nilai sebenarnya (Xo) menjadi semakin baik. Jika pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil
X1,X2 dan X3 atau 2 kali saja misalnya pada awal percobaan atau akhir percobaan, maka
{x} dan
∆ x
dapat ditentukan. Nilai rata-rata pengukuran dilaporkan sebagai {´
x
} sedangkan deviasi (penyimpangan) terbesar atau deviasi rata-rata dilaporkan sebagai∆ x
. Deviasi adalah selisih-selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya. Jadi :{
x
}
=´
x ,rata−
rata pengukuran
∆ x=δ maksimum ,¿δ rata−rata Dengan,
´
x=
x
1
+
x
2+
x
3
3
dan ,deviasi δ
1=
|
x
1− ´
x
|
, δ
2=
|
x
2−´
x
|
, dan δ
3=
|
x
3−´
x
|
.∆ x
adalah yang terbesar diantara δ1, δ2, dan δ3Atau dapat juga diambil dari:
Disarankan agar
δ
maks diambil sebagai∆ x
oleh karena ketiga nilaix
1, x
2, dan x
3 akan tercakup dalam interval :(
x−∆ x)
dan(
x+∆ x)
. Jumlah angka berarti di tentukan oleh ketidakpastian relatifnya.KR=
Δx
x
x
100
Dalam hal ini orang sering menggunakan suatu aturan praktis sebagai berikut.
∆ x
x
sekitar 10% , menggunkan 2 angka berarti.∆ x
x
sekitar 1%, menggunakan 3 angka berarti.∆ x
x
sekitar 0,1 %, menggunakan 4 angka berarti. [1] Rambat Ralat Pengukuran TunggalMisalkan suatu fungsi y
¿
f (a,b,c,….), y adalah hasil erhitungan dari besaran terukur a,b,c ( pengukuran tunggal ). Jika a berubah sebesar da, b berubah sebesar db dan c berubah sebesar dc maka ;dy=
|
δy
δa
|
da+
|
δy
δb
|
db+
|
δy
δc
|
dc
(1.4) Analog dengan persamaan (1.4) diatas, dapat dituliskan menjadi :∆ y=
|
δy
δa
|
∆ a+
|
δy
δa
|
∆ b+
|
δy
δa
|
∆ c
(1.5)∆ a , ∆
b,∆ c , … .
diperoleh dari1
2
x NST alat ukru atau sesuai aturan yang telah dijelaskan sebelumnya. [1]Operasi Rambat Ralat pada Pengukuran Tunggal Rambatan Ralat Penjumlahan Dan Pengurangan
Misalkan hasil perhitungan pengukuran y= a
± b
, dimana a dan b hasil pengukuran langsung, makady=
|
δy
δa
|
da
+
|
δy
δb
|
db
(1.6)Karena
|
δy
δa
|
=1
dan, maka∆ y=
∆ a=∆ b
Kesalah mutlak dari bentuk jumalha atau selisih sama dengan jumalh kesalahan mutlak dari masing-masing sukunya. [1]
Rambatan Ralat Perkalian Dan Pembagian
Misalkan hasil perhittungan y=a.b atau y= a.
b
−1 , dimana a dan b hasilpengukuran tunggal , maka
y=
a
b
=a . b
−1
dy=
⌈
δy
Jika dibagi dengan y=
a
b
=a . b
−1
, maka diperoleh :
∆ y
ketidakpastian relative dari masing-masing faktornya. [1]Mistar
Mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. [1]
Jangka sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala. [1]
Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diberikan oleh persamaan: Hasil Pengukuran (HP) = Nilai Skala Utama – Nilai Stala Nonius dengan Nilai Skala Utama = Penunjukan skala utama x NST skala utama dan, Nilai Skala Nonius = Penunjukan skala nonius x NST skala nonius. atau,
Hasil Pengukuran (HP) (PSU× NST SU) + (PSN × NST Jangka Sorong)
dengan
NSTSU NST Jangka Sorong =
N , dimana N = jumlah skala nonius. [1]
Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara yang sama prinsipnya dengan jangka sorong, yaitu :
NS Skala Mendatar NST Mikrometer
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki NST skala mendatar (skala utama) 0,5 mm dan jumlah skala putar (nonius) sebanyak 50 skala. Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan garis horisontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas dan bawah) terhadap skala putar. [1]
Neraca Ohauss Neraca Ohauss 2610
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 500 gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram. Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca. [1]
Neraca Ohauss 311
Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan NST yang berbeda-beda, masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan NST yang berbeda-beda. Untuk menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan NST masing-masing lengan kemudian jumlahkan penunjukan lengan neraca yang digunakan. [1]
Neraca Ohauss 310
Neraca ini mempunyai 2 lengan dan skala berputar yang dilengkapi dengan nonius. Nonius pada alat ini tidak bergerak seperti pada mistar Geser dan mikrometer, cara menentukan NST dari alat ini, sama saja dengan mistar geser. Menentukan hasil pengukurannya adalah dengan menjumlahkan pembacaan masing-masing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius. [1]
METODE EKSPERIMEN Alat dan Bahan
Alat
1. Penggaris/ Mistar (1 buah) 2. Jangka sorong (1 buah) 3. Mikrometer Sekrup (1 buah) 4. Neraca ohauss 310 (1 buah) 5. Neraca ohauss 311 (1 buah) 6. Neraca ohauss 2610 (1 buah)
7. Stopwatch (1 buah)
8. Termometer (1 buah)
9. Gelas ukur (1 buah)
10. Statif (1 buah)
11. Kaki tiga dan kasa (1 buah) 12. Pembakar bunsen (1 buah) Bahan
b. Kelereng (1 buah)
c. Air (500 ml)
Prosedur Kerja Kegiatan 1 :
Menyiapkan mistar, jangka sorong, micrometer sekrup dan menentukan NST masing-masing alat. Menyiapkan juga balok dan kelereng sebagai objek eksperimen. Ukurlah sebanyak 3 kali secara bergantian untuk panjang, lebar dan tinggi balok besi serta untuk diameter kelereng yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya masing-masin sebanyak 3.
Kegiatan 2 :
Menyiapkan Neraca Ohauss 2610, 310 dan 311, kemudian menentukan NST masing-masing neraca. Selanjutnya mengukur massa balok besi dan kelereng dengan alat yang telah disiapkan sebanyak 3 kali secara berulang dan bergantian. Mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya masing-masing sebanyak 3.
Kegiatan 3 :
Menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki 3 dan lapisan asbesnya, korek api, sebuah thermometer dan stopwatch dan menentukan NST dari thermometer dan stopwach. Mengisi gelas ukur dengan air hingga ½ dari bagian dan meletakkan diatas kaki tanpa ada pembakar. Mengamati temperature mula - mula (T0). Menyalakan bunsen
pembakar dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat normal. Meletakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas ukur bersamaan dengan menjalankan alat ukur waktu. Mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang waktu 1 menit sampai diperoleh 10 data (10 menit).
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran Panjang
NST mistar :
Batas ukur
Jumlah skala
=
1cm
10
skala
= 0,1 cm/skalaNST jangka sorong :
20 SN = 39 SU ( 39 mm )
1 SN =
39
mm
20
=1,95mm
NST =
Nilai skalamendatar
Jumla h skala putar
=0.5
mm
50
skala
= 0,01 mm/skalaTabel 1. Tabel hasil pengukuran panjang N
Mistar Jangka sorong Mikrometer sekrup
1 Balok Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai Skala Lengan 1 =
500
5
= 100 gNilai Skala Lengan 2 =
100
Nilai Skala Lengan 3 =
10
100
= 0,1 gMassa Beban Gantung =
NST =
10
g
100
skala
= 0,1 g/skala∆ x =
1
2
×
0,1 = 0,05 gTabel 2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Benda Penun. Lengan 1
Penun.
Lengan 2
Penun. Lengan 3
Beban
Gantung Massa Benda (g)
Balok Kubus
1. 0 g
2. 0 g
3. 0 g
1. 20 g
2. 20 g
3. 20 g
1. 1,9 g
2. 1,9 g
3. 1,9 g
1. 0 g
2. 0 g
3. 0 g
1.
|
21,90
±
0,05
|
2.
|
21,90
±
0,05
|
3.
|
21,90
±
0,05
|
Bola 1. 0 g
2. 0 g
3. 0 g
1. 20 g
2. 20 g
3. 19 g
1. 0 g
2. 0 g
3. 0,8 g
1. 0 g
2. 0 g
3. 0 g
1.
|
20,00±0,05|
2.|
20,00±0,05|
3.|
19,80±0,05|
Neraca Ohauss 311 gramNilai Skala Lengan 1 =
200
2
= 100 gNilai Skala Lengan 2 =
100
10
= 10 gNilai Skala Lengan 3 =
10
10
= 1 gNilai Skala Lengan 4 =
1
NST =
1
g
100
skala
= 0,01 g/skala∆ x
=1
2
×
0,01 = 0,005 gTabel 3. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 311 gram
Benda
Lengan 4 Massa Benda (g)
Balok
Neraca Ohauss 310 gram Nilai skala lengan 1 =
100
1
=100
gNilai skala lengan 2 =
100
10
=10
gNilai skala putar =
19
10
=
1,9
gJumlah skala nonius =
1,9
10
=
0,19
gNST Neraca Ohauss 310 gram :
Tabel 4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 g 3. Pengukuran Waktu dan Suhu
NST Termometer =
10
℃
Temperatur mula-mula = 30℃Tabel 5. Hasil Pengukuran Waktu dengan Stopwach dan Suhu dengan Termometer
No. Waktu (s) Temperatur (
ANALISIS DATA
A. Pengukuran Panjang 1. Mistar
a. Balok Panjang p1= 19,50 mm
p2 = 19,50 mm
p3 = 19,00 mm
´
p =
p
1+
p
2+
p
33
=
19,50+19.50
+
19,00
3
= 19,33 mm
δ
1=
¿
p
1− ´
p
| = | 19,50 – 19,33 | mm = 0,17 mmδ
2
=
¿
p
2− ´
p
| = | 19,50 – 19,33 | mm = 0,17 mmδ
3
=
¿
p
3− ´
p
| = | 18,00 – 19,33 | mm = 0,33 mmδmax
=∆ p=
¿
0,33 mmMaka KR =
∆ p
p
x 100% =0,33
19,33
x 100 % = 1,70 % (3AB) DK=100−1,70=98,3Jadi p = ¿p ± ∆ p´ | = | 19,3 ± 0,3 | mm
Lebar
´
l
=l
1+l
2+l
33
=
19,50+19,50
+
19,00
3
= 19,33 mm
δ
1=
¿
l
1−´
l
| = | 19,50 – 19,33| mm = 0,17 mmδ
2
=
¿
l
2−´
l
| = | 19,50 – 19,33| mm = 0,17 mmδ
3
=
¿
l
3−´
l
| = | 19,00 – 19,33| mm = 0,33 mm δmax=¿ 0,33 mm Sehingga ∆ p=0,33 mm Maka KR =∆ l
l
x 100% =0,33
19,33
x 100 % = 1,70 % (3AB) DK=100−1,70=98,3Jadi l =
¿
´
l± ∆ l
| = | 19,3±
0,3 | mm Tinggi´
=
19,00+19,00
+
19,00
3
= 19,00mm
δ1=¿t1−´t | = | 19,00– 19,00| mm = 0 mm δ2=¿t2−´t | = | 19,00– 19,00| mm = 0 mm δ3=¿t3−´t | = | 19,00– 19,00| mm = 0 mm
Karena δ1,δ2,dan δ3 = 0 mm
Maka, δmax diambil dari kesalahan alat. Sehingga ∆ t=0,5 mm Maka KR =
∆ t
t
x 100% =0,5
19,00
x 100 % = 2,63 % (3AB)DK
=100
−2,63
=97,37
Jadi t =
¿
´
t ± ∆ t
| = | 19,0±
0,5 | mm b. BolaDiameter
´
d
=d
1+
d
2+
d
33
=
24,00
+
24,00
+24,00
3
= 24.00 mm
δ
1=
¿
d
1−´
d
| = | 24.00 – 24.00 | mm = 0 mmδ
2
=
¿
d
2−´
d
| = | 24.00 – 24.00 | mm = 0mmδ
3
=
¿
d
3− ´
d
| = | 24.00 – 24.00 | mm = 0 mm Karena δ1,δ2,dan δ3 = 0 mmδmax=¿ 0,5 mm Sehingga ∆ d=0,5
Maka KR =
∆ d
d
x 100% =0,5
24,00
x 100 % = 2,08 % (3AB) DK=100−2,08=97,92Jadi d =
¿
d ± ∆ d
´
| = | 24,0±
0,5 | mm 2. Jangka Soronga. Balok Panjang
´
p =
p
1+
p
2+
p
33
=
20,15+
20.20+
20,05
3
= 20,13 mm
δmax
=
¿
0,08 mm Sehingga∆ p=0,08
mm Maka KR =∆ p
p
x 100% =0,08
20,13
x 100 % = 0,4 % (4AB)DK
=100
−0,4
=99,6
Jadi p =
¿
p ± ∆ p
´
| = | 20,13±
0,08 | mm Lebar´
l
=l
1+l
2+l
33
=
20,10+
20,00+20,15
3
= 20,083 mm
δ
1=
¿
l
1−´
l
| = | 20,10 – 20,083 | mm = 0,017 mmδ
2
=
¿
l
2−´
l
| = | 20,00 – 20,083 | mm = 0,083 mmδ
3
=
¿
l
3−´
l
| = | 20,15 – 20,083 | mm = 0,067 mmδmax
=
¿
0,083 mm Sehingga∆ p=
0,083
mm Maka KR =∆ l
l
x 100% =0,083
20,083
x 100 % = 0,41 % (4AB)DK
=100
−0,41
=99,59
Jadi l =
¿
´
l± ∆ l
| = | 20,08 ± 0,08 | mm Tinggi´
t =
t
1+
t
2+t
33
=
20,00+
19,90+
20,00
3
= 19,967 mm
δ
1=
¿
t
1−´
t
| = | 20,00 – 19,967 | mm = 0,033 mmδ
2
=
¿
t
2−´
t
| = | 19,90 – 19,967 | mm = 0,063 mmδ
3
=
¿
t
3−´
t
| = | 20,00 – 19,967 | mm = 0,033 mm Maka,δmax
=
¿
0,063 mm Sehingga∆ t
=0,063
mm Maka KR =∆ t
t
x 100% =0,063
19,967
x 100 % = 0,315 % (4AB) DK=100−0,315=99,685Jadi t = ¿´t ± ∆ t | = | 19,97 ± 0,06 | mm
b. Bola Diameter
´
=
24,50
+
24,55+
24,60
3
= 24,55 mm
δ
1=
¿
d
1−´
d
| = | 24,50 – 24,55 | mm = 0,05 mmδ
2
=
¿
d
2−´
d
| = | 24,55 – 24,55 | mm = 0,00 mmδ
3
=
¿
d
3− ´
d
| = | 24,60 – 24,55 | mm = 0,05 mm δmax=¿ 0,05 mm Sehingga ∆ d=0,05 mm Maka KR =∆ d
d
x 100% =0,05
24,55
x 100 % = 0,20 % (4AB) DK=100−0,20=99,80Jadi d =
¿
d ± ∆ d
´
| = | 24,55±
0,05 | mm 3. Mikrometer Sekrupa. Balok Panjang
´
p =
p
1+
p
2+
p
33
=
19,980+19,910+
19,630
3
= 19,84 mm
δ
1=
¿
p
1− ´
p
| = | 19,980 – 19,84 | mm = 0,14 mmδ
2
=
¿
p
2− ´
p
| = | 19,910 – 19,84 | mm = 0,07 mmδ
3
=
¿
p
3− ´
p
| = | 19,630 – 19,84 | mm = 0,21 mmδmax
=
¿
0,21 mm Sehingga∆ p=0,21
mm Maka KR =∆ p
p
x 100% =0,21
19,84
x 100 % = 2,13 % (3AB)DK
=100
−2,13
=97,87
Jadi p =
¿
p ± ∆ p
´
| = | 19,8±
0,2 | mm Lebar´
l
=l
1+l
2+l
33
=
19,960+19,930
+
20,150
3
= 20,013 mm
δ
1=
¿
l
1−´
l
| = | 19,960 – 20,013 | mm = 0,053 mmδ
2
=
¿
l
2−´
l
| = | 19,930 – 20,013 | mm = 0,083 mmδ
3
=
¿
l
3−´
l
| = | 20,150 – 20,013 | mm = 0,137 mmMaka KR =
∆ l
l
x 100% =0,137
20,013
x 100 % = 0,68 % (3AB) DK=100−0,68=99,32Jadi l =
¿
´
l± ∆ l
| = | 20,01±
0, 14 | mm Tinggi´
t
=t
1+t
2+
t
33
=
19,930
+19,710
+
19,785
3
= 19,8 mm
δ1=¿t1−´t | = | 19.930 – 19,8 | mm = 0,13 mm δ2=¿t2−´t | = | 19,710 – 19,8 | mm = 0,09 mm δ3=¿t3−´t | = | 19,785 – 19,8 | mm = 0,015 mm Maka, δmax=¿ 0,13mm Sehingga ∆ t=0,13 mm Maka KR =
∆ t
t
x 100% =0,13
19,8
x 100 % = 0,65 % (3AB)DK
=100
−0,65
=99,35
Jadi t =
¿
´
t ± ∆ t
| = | 19, 80±
0, 13 | mm b. BolaDiameter
´
d
=d
1+
d
2+
d
33
=
24,600
+
24,700+
24,610
3
= 24,63 mm
δ
1=
¿
d
1−´
d
| = | 24,600 – 24,63 | mm = 0,03 mmδ
2
=
¿
d
2−´
d
| = | 24,700 – 24,63 | mm = 0,07 mmδ
3
=
¿
d
3− ´
d
| = | 24,610 – 24,63 | mm = 0,02 mm δmax=¿ 0,07 mm Sehingga ∆ d=0,07 mm Maka KR =∆ d
d
x 100% =0,07
24,63
x 100 % = 0,28 % (4AB) DK=100−0,28=99,72Jadi d =
¿
d ± ∆ d
´
| = | 24,63±
0,07 | mm Tabel 6. Hasil Analisis data Pengukuran panjangNo
Benda yang diukur
Besaran yang diukur
Analisis data (mm)
0,33| 0,08|
B. Rambat Ralat Volume Rumus volume balok/kubus, Angka berarti didapatkan dari rumus
∆ V
=
425,9592
mm
3KR=
425,9592
mm
3
7.099,32
mm
3×
100
=6
(2
AB)
DK=100−6=94V=
|
7 0
,9932
±
4
,
259592
|
10
2mm
3 Jangka SorongP = 20,13 mm �P= 0,08 mm
L = 20,08 mm �L=0,08 mm
T = 19,96 mm �T= 0,06 mm
V
=(20,13
×20,08
×
19,96
)
mm
3 V=8.068,0395mm3∆ V
=
|
0,08
mm
3
20,13
mm
3+
0,08
mm
320,08
mm
3+
0,06
mm
319,96
mm
3|
×
8.068,0395
mm
3∆ V
=
|
0,00397
+0,00398
+
0,03
|
8.068,0395mm
3∆ V
=
|
0,01095
|
8.068,0395
mm
3 ∆ V=88,3450mm3KR=
88,3450
mm
38.068,0395
mm
3×100
=1,0949
(3
AB)
DK=100−1,0949=98,9051V
=
|
80,6 80395
±
8, 8 3450
|
10
2mm
3Mikrometer Sekrup
P = 19,8 mm �P= 0,2 mm
L = 20,01 mm �L=0,14 mm
T = 19,80 mm �T= 0,13 mm
V
=(19,8
×20,01
×19, 80)
mm
3V=7.844,7204mm3
∆ V
=
|
0,2mm
3
19,8
mm
3+
0,14
mm
320,01mm
3+
0,13
mm
319,80
mm
3|
×7.844,7204
mm
3
∆ V
=
|
0,0204
+
0,0069+
0,0065
|
7.844,7204
mm
3∆ V
=
|
0,0338
|
7.844,7204
mm
3∆ V=265,15mm3
KR=
265,15
mm
3
7.844,7204
mm
3×
100
=3,379
(3
AB)
DK
=100
−3,379
=96,621
Ketidakpastian dengan rumus rambat ralat volume,
V
=
4
3
π
r3 →r=
1
2
d
Atau
V
=
1
6
π
d3dv=
∂ v
∂ r
dr¿
∂(
1
6
π d
3
)
∂ r
dr
¿
π d
3dr
∆ v=
|
6
π d
3∆ r
|
Sehingga,∆ v
v
=
|
6
π d
3∆ r
6
3
π r
3
|
∆ V
=
|
3
∆ d
d
|
V
Angka berarti didapatkan dari rumus
KR=
∆ V
V
x
100
Hasil pengukuran dilaporkanV=
|
V ± ∆ V|
Mistar
V
=
1
6
π d
3¿
1
6
(3,14
)(24,0
mm)
3
¿
(
0,52) (13.824
mm)
3¿
7.188,48
g
/
mm
3dV
=
δV
δr
dr
¿
δ
1
6
π d
3
δ r
dr
¿
1
6
π d
3
dr
∆ V
=
|
3
0,5
24,0
|
7.188,48
mm
3
∆ V
=
|
0,00625
|
7.188,48
mm
3=
449,28
mm
3KR=
∆ V
V
×
100
=
449,28
7.188,48
×
100
=6,25
(2
AB)
DK=100−6,25=93,75V=
|
V ± ∆ V´|
¿
|
7 1
,8848
±
4
,
4928
|
10
2mm
3Jangka Sorong
V =
1
6
π d
3=
1
6
(3,14) (24,55 mm)3 = (0,52) (14.796,34 mm3)= 7.694,09 mm3
dV =
δV
δr
dr¿
δ
1
6
π d
3
δ r
dr
¿
1
6
π d
3 dr∆ V
= | 3∆ d
d
| v∆ V = | 3
0,05
24,55
| 7.694,09 mm3∆ V=
|
0,0061|
7.694,09 mm3 = 46,9339 mm3KR =
∆ V
V
. 100% =46,9339
7.694,09
×
100% = 0,609 % (3AB)DK
=100
−0,609
=99,391
V
=
|
V ± ∆ V
´
|
¿
|
76, 9 409
±
0, 4 69339
|
10
2mm
3 Micrometer sekrupV =
1
6
π d
3=
1
6
(3,14) (24,63 mm)3 = (0,52) (14.941,46 mm3)dV =
δV
δr
dr¿
δ
1
6
π d
3
δ r
dr
¿
1
6
π d
3 dr∆ V
= | 3∆ d
d
| v∆ V = | 3
0,07
24,63
| 7.769,55 mm3∆ V=
|
0,0852|
7.769,55 mm3 = 66,196 mm3KR =
∆ V
V
. 100% =66,196
7.769,55
×
100% = 0,85 % (3AB)DK
=100
−0,85
=99,15
V =
|
V ± ∆ V
´
|
= | 77,6955
±
0,66196 | 102 mm3C. Pengukuran Massa 1. Neraca Ohauss 2610
a. Balok
m1 =
|
21,90±0,05|
g m2 =|
21,90±0,05|
gm3 =
|
21,90±0,05|
g´
m
=21,90+
21,90+
21,90
3
g´
m
=21,90
gδ1=¿m1− ´m | = | 21,90 – 21,90 | g = 0 g δ2=¿m2− ´m | = | 21,90 – 21,90 | g = 0 g δ3=¿m3− ´m | = | 21,90 – 21,90 | g = 0 g δmax=∆ m=0,05g
Maka KR =
∆ m
m
x 100% =0,05
21,90
x 100 % = 0,228 % (4AB) DK=100−0,228=99,772Jadi m = ¿m± ∆ m´ | = | 21,90 ± 0,05 | g
b. Bola
m1 =
|
20,00±0,05|
g m2 =|
20,00±0,05|
g m3 =|
19,80±0,05|
g´
m
=20,00+
20,00+
19,80
´
m
=19,93
gδ1=¿m1− ´m | = | 20,00 – 19,93 | g = 0,07 g δ2=¿m2− ´m | = | 20,00 – 19,93 | g = 0,07 g δ3=¿m3− ´m | = | 19,80 – 19,93 | g = 0,13 g δmax=∆ m=0,13g
Maka KR =
∆ m
m
x 100% =0,13
19,93
x 100 % = 0,0652 % (4AB)DK
=100
−0,0652
=99,9348
Jadi m =
¿
m± ∆ m
´
| = | 19,93±
0,13 | g2. Neraca Ohauss 311 a. Balok
m
1 =|
22,070
±
0,005
|
gm
2 =|
22,050
±
0,005
|
gm
3 =|
22,070
±
0,005
|
g´
m =
22,070+
22,050+
22,070
3
g´
m = 22,063 g
δ
1=
¿
m
1− ´
m
| = |22,070
–22,063
| g = 0,007 gδ
2
=
¿
m
2− ´
m
| = |22,050
–22,063
| g = 0,013 gδ
3
=
¿
m
3− ´
m
| = |22,070
–22,063
| g = 0,007 gδmax
=∆ m=0,013
g
Maka KR =
∆ m
m
x 100% =0,013
22,063
x 100 % = 0,0589 % (4AB) DK=100−0,0589=99,9411Jadi m = ¿m± ∆ m´ | = | 22,06 ± 0,01 | g
b. Bola
m1 =
|
19,780±0,005|
g m2 =|
19,790±0,005|
g m3 =|
19,850±0,005|
g´
m
=19,780+
19,790+
19,850
3
g´
m
=19,806
gδ1=¿m1− ´m | = | 19,780 – 19,806 | g = 0,026 g δ2=¿m2− ´m | = | 19,790 – 19,806 | g = 0,016 g δ3=¿m3− ´m | = | 19,850 – 19,806 | g = 0,044 g δmax=∆ m=0,044g
Maka KR =
∆ m
m
x 100% =0,044
DK
=100
−0,222
=99,778
Jadi m =
¿
m± ∆ m
´
| = | 19,81±
0,04 | g 3. Neraca Ohauss 310a. Balok
m
1 =|
22,00
±
0,01
|
gm
2 =|
22,00
±
0,01
|
gm
3 =|
22,00
±
0,01
|
g´
m =
22,00+
22,00+
22,00
3
g´
m = 22,00 g
δ
1=
¿
m
1− ´
m
| = |22,00
–22,00
| g = 0 gδ
2
=
¿
m
2− ´
m
| = |22,00
–22,00
| g = 0 gδ
3
=
¿
m
3− ´
m
| = |22,00
–22,00
| g = 0 gδmax
=∆ m=0,01
g
Maka KR =
∆ m
m
x 100% =0,01
22,00
x 100 % = 0,045 % (4AB) DK=100−0,045=99,955Jadi m = ¿m± ∆ m´ | = | 22,00 ± 0,01 | g
b. Bola
m1 =
|
19,70±0,01|
g m2 =|
19,70±0,01|
g m3 =|
19,70±0,01|
g´
m
=19,70+
19,70+
19,70
3
g´
m
=19,70
gδ1=¿m1− ´m | = | 19,70 – 19,70 | g = 0 g δ2=¿m2− ´m | = | 19,70 – 19,70 | g = 0 g δ3=¿m3− ´m | = | 19,70 – 19,70 | g = 0 g δmax=∆ m=0,01g
Maka KR =
∆ m
m
x 100% =0,01
19,70
x 100 % = 0,05 % (4AB)DK
=100
−0,05
=99,95
Jadi m =
¿
m± ∆ m
´
| = | 19,70±
0,01 | gD. Perhitungan Massa Jenis 1. Balok
∆ ρ
=
{
|
δρ
δm
∆ m
|
+
|
δρ
δV
∆ V
|
}
∆ ρ
=
|
V
−1∆ m
|
+
|
mV
−2∆ V
|
∆ ρ
ρ
=
|
V
−1∆ m
mV
−1|
+
|
mV
−2∆ V
mV
−1|
∆ ρ
ρ
=
|
∆ m
m
|
+
|
∆ V
V
|
∆ ρ
=
{
|
∆ m
m
|
+
|
∆ V
V
|
}
ρ
KR=
∆ ρ
ρ
×
100
ρ=|
ρ± ∆ ρ|
a. Mistar
ρ=
22,06
g
70,9
×10
2mm3ρ=
0,0031
∆ ρ
=
{
|
0,01
22,06
|
g+
|
4,2
×10
270,9
×
10
2|
mm
3
}
0,0031
∆ ρ
=
{
|
0,00045
|
g+
|
0,0059
|
cm
3}
0,0031
∆ ρ=
|
0.00635|
0,0031∆ ρ=0,00019685
KR=
0,00019685
0,0031
×100
=6,35
(2
AB
)
DK
=100
−6,35
=93,65
ρ=
|
0,3 1
±
6,3 5
|
10
−2 g/cm3b. Jangka Sorong
ρ=
22,06
g
80,6
×10
2mm3 ρ=0,0027∆ ρ=
{
|
0,0122,06
|
g+|
8,8×102
80,6×102
|
mm3
}
0,0027∆ ρ
=
{
|
0,00045
|
g+
|
0,0109
|
cm
3}
0,0027
∆ ρ
=
|
0,01135
|
0,0027
∆ ρ
=0,00030645
KR=
0,00030645
ρ=
|
0,27
±
0,03 0645
|
10
−2 g/cm3c. Mikrometer sekrup
ρ=
22,06
g
78,4
×10
2mm3ρ=
0,0028
∆ ρ
=
{
|
0,01
22,06
|
g+
|
2,6
×10
278,4
×
10
2|
mm
3
}
0,0028
∆ ρ
=
{
|
0,00045
|
g+
|
0,0033
|
c m
3}
0,0028
∆ ρ=
|
0,0375|
0,0028∆ ρ=0,000093
KR=
0,000093
0,0028
×100
=3,32
(3
AB
)
DK
=100
−3,32
=96,68
ρ=
|
0,28
±0,0 0 93
|
10
−2 g/cm32. Bola a. Mistar
ρ=
19,780
g
71,8
×10
2mm3ρ=
0,0027
∆ ρ
=
{
|
0,04
19,780
|
g
+
|
4,4
×10
271,8
×
10
2|
mm
3
}
0,0027
∆ ρ
=
{
|
0,002
|
g+
|
0,0061
|
cm
3}
0,0027
∆ ρ=
|
0,0081|
0,0027∆ ρ=0,00002187
KR=
0,00002187
0,0027
×
100
=0,81
(3
AB
)
DK
=100
−0,81
=99,19
ρ=
|
0,27
±
0,0 02187
|
10
−2 g/cm3b. Jangka Sorong
ρ=
19,780
g
76,94
×10
2mm3ρ=
0,00257
∆ ρ
=
{
|
0,04
19,80
|
g
+
|
0,46
×
10
271,8
×
10
2|
mm
3∆ ρ
=
|
0,00264
|
g
0,0025 7
∆ ρ
=0,00000678
KR=
0,00000678
0,00257
×100
=0,26381
(
4
AB)
DK=100−0,26381=99,73619ρ=
|
0,257
±
0,000 678
|
10
−2 g/cm3c. Mikrometer Sekrup
ρ=
19,780
g
77,69
×
10
2g/mm3ρ=0,0025
∆ ρ=
{
|
0,0419,780
|
g+|
0,66×102 77,69×102
|
mm3
}
0,0025∆ ρ
=
{
|
0,002
|
g+
|
0,00084
|
cm
3}
0,0025
∆ ρ
=
|
0,00284
|
g
0,0025
∆ ρ
=0,0000071
KR=
0,0000071
0,0025
×100
=0,284
(4
AB
)
DK=100−0,284=99,716ρ=
|
0,025±0,00 0 071|
10 g/cm3PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “Dasar Pengukuran dan Ketidakpastiannya”, dimana pada kegiatan di dalamnya kami menggunakan mistar, jangka sorong, micrometer sekrup untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok besi dan mengukur diameter kelereng. Neraca ohauss 2610, neraca ohauss 310, dan neraca ohauss, 311 untuk mengukur massa balok besi dan kelereng . Selain itu kami juga mengukur suhu dan kenaikannya setiap 10 detik dengan mengan menggunakan stopwatch, thermometer, pembakar Bunsen, gelas ukur, kaki tiga dan kasa.
Pada percobaan ini, telah ditentukan perbandingan alat terhadap benda yang diukur, ketelitian alat ukur bergantung pada NST alat. Semakin baik mutu alat semakin kecil ketidakpastian yang diperoleh, semakin kecil ketidakpastian mutlak semakin tepat hasil pengukurannya, dan makin kecil ketidak pastian relatif semakin tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran. Pada kegiatan ini, kami memanipulasi pengukuran berulang dengan cara melakukan pengukuran sebanyak tiga kali secara berulang dan secara bergantian yang dapat dilihat pada table 7, table 8 dan table 9 di bawah ini , kami dapat memperoleh angka penting atau angka berarti pada setiap pengukuran yang di lakukan. Dengan data pengukuran yang diperoleh kami dapat mengetahui berbagai hal yang ingin dicapai.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Pengukuran Volume
yang
diukur Mistar Jangka Sorong Mikrometer sekrup
1 Balok
(mm3)
|
7 0
,
9932
±
4
,259592
|
10
2
|
80, 6 80395
±
8, 8 3450
|
78, 4 47204
|
10
2±
2, 6 515
|
10
22 Bola
(g/mm3)
|
7 1
,
8848±
4
,4928
|
10
2
|
76, 9 409
±
0, 4 69339
|
10
2| 77,6955
±
0,66196 | 102Tabel 8. Hasil Analisis Data Pengukuran Massa No
Benda yang diukur
Besaran yang diukur
Analisis data (g) Neraca Ohauss
310
Neraca
Ohauss 311 Neraca Ohauss 2610
1 Balok Massa | 22,00
±
0,01 || 22,06
±
0,01 | | 21,90 ± 0,05 |
2 Bola Massa | 19,70 ± 0,01 |
| 19,81 ±
0,04 | | 19,93
±
0,13 |Tabel 9. Hasil Perhitungan Data Massa Jenis No
Benda yang diukur
Hasil Perhitungan (g/cm3)
Mistar Jangka Sorong Mikrometer sekrup
1 Balok
|
0, 3 1±
6, 35
|
10
−2|
0,27
±
0,0 3 0645
|
10
−2|
0,28
±
0,0 0 93
|
10
−22 Bola
|
0,27
±
0,0 0 2187
|
10
−|
0,257
2±
0,00 0 678
|
10
−|
20,025±0,00 0 071|
10Pada setiap pengukuran hasil yang diperoleh berbeda – beda. Dengan kata lain tidak ada pengukuran yang pasti. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh alat ukur yang digunakan tidak memadai, objek yang diukur tidak rata permukaannya, factor pencahayaan di laboratorium, ketelitian pada saat melakukan pengukuran berulang secara bergantian, dan dengan ketelitian mata yang berbeda-beda satu sama lain.
Dari hasil perhitungan massa jenis ini kita dapat menyimpulkan bahwa jenis bahan balok yang di ukur adalah aluminium dan jenis bahan kelereng yang di ukur adalah kaca
SIMPULAN
Adapun dimensi yang diukur pada percobaan ini adalah dimensi panjang, lebar, diameter, massa, suhu dan waktu. Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa NST dari setiap alat ukur berbeda-beda,sehingga ketelitian masing-masing alat berbeda pula. Kemudian dari contoh data diatas, terlihat jelas perbedaan hasil pengukuran panjang benda pertama pada tiap alat ukur. Hal ini disebabkan oleh NST ketiga alat ukur itu berbeda beda. Dari data tersebut,dapat kita tentukan bahwa alat ukur yang paling teliti diantara 3 alat ukur panjang tesebut adalah micrometer sekrup, karena micrometer sekrup memilik NST terkecil dibanding dengan mistar dan jangka sorong dan alat ukur massa yang paling teliti diantara 3 neraca ohauss adalah neraca ohauss 310 g. Jadi, kesimpulannya adalah NST suatu alat ukur akan mempengaruhi hasil pengukuran alat ukur itu sendiri dan semakin kecil NST suatu alat ukur maka semakin teliti pula alat ukur tersebut.
REFERENSI