Sifat Mekanik dan
Volumetrik dari Material
Sifat Mekanik Material
Sifat mekanik dari material menentukan perilakunya ketika diberikan
beban mekanis
Sifat ini meliputi modulus elastisitas, ductility, hardness, dan berbagai
ukuran kekuatan.
Dalam desain , tujuan umumnya adalah agar produk dan komponen dapat
bertahan terhadap beban ini tanpa terjadi perubahan yang signifikan di geometry.
Kemampuan ini bergantung pada sifat seperti modulus elastisitas dan
Sifat Mekanik Material
Dalam manufaktur , tujuannya agar beban dapat melebihi yield strength
sehingga material dapat dibentuk.
Proses mekanikal seperti forming dan machining diikuti dengan
penambahan gaya yang melebihi resistansi material untuk berubah bentuk.
Sehingga terdapat dilema, sifat mekanis yang diinginkan oleh desainer
seperti strength, umumnya membuat benda tersebut sulit di manufaktur.
Akan sangat membantu jika insinyur manufaktur dan desain dapat
Hubungan tegangan dan regangan
Jika sebuah beban statis diberikan secara merata pada
permukaan sebuah material, perilaku mekanik dapat
ditentukan dengan menggunakan tes strain-stress(tes
regangan-tegangan) sederhana.
Tes ini biasanya dilakukan pada logam pada temperatur
ruangan
Tiga cara dasar untuk memberikan beban statis adalah :
Beban dan perubahan panjang dari spesimen dicatat sehingga dapat digambarkan kurva stress-strain.
Terdapat 2 tipe kurva stress-strain, yaitu :
1. Engineering stress–strain
2. True stress–strain
Poin pertama lebih penting bagi desain, dan yang kedua lebih penting bagi
manufaktur.
Engineering stress dapat dihitung :
0
A
F
F = beban yg diberikan tegak lurus luas penampang ( N ) A0 = luas penampang sebelum dibebani ( m2)
σ = engineering stress ( 1MPa = 106 N/m2 )
Engineering (Є) strain dapat dihitung :
Terdapat dua daerah pada kurva yaitu daerah elastis dan plastis.
Pada daerah elastis, perubahan geometri akibat beban dapat kembali ke bentuk awal jika beban dihilangkan.
Perubahan ini dapat dirumuskan :
σ =єE
E = modulus elastisiatas (MPa)
Rumus di atas disebut hukum Hooke
Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan dari benda.
Semakin besar nilainya semakin kaku benda tersebut.
Necking adalah pembentukan deformasi terkonsentrasi pada bagian tengah spesimen
Seberapa banyak regangan yang dapat ditahan oleh material sebelum putus /hancur juga merupakan data penting bagi proses manufaktur.
Ukuran regangan ini disebut ductility / keliatan, dapat dihitung dengan rumus :
Material yang mengalami deformasi plastis sangat sedikit atau tidak sama sekali
Salah satu besaran lain yang penting bagi proses manufaktur adalah true stress dan strain.
True stress dapat dihitung sbb :
True strain dapat dihitung sbb :
Dimana A
iadalah luas penampang pd beban gaya yg sedang diberikan
Sementara l
iadalah panjang benda pd bebadn gaya yg sedang
Karena hubungan true stress dan strain berbentuk garis lurus, maka hubungan ini dapat dirumuskan sbb :
Persamaan ini disebut kurva aliran, dan memberikan sebuah estimasi yang baik
terhadap perilaku logam dalam daerah plastis, termasuk kapasitas logam untuk strain hardening.
Konstanta K disebut koefisien strenght (Mpa)
Parameter n disebut eksponen strain hardening dan merupakan kemiringan dari grafik di atas.
Nilai n yg besar meyatakan material dapat diberikan beban tarikan yg besar
sebelum pembentukan necking terjadi
n
T
T
K
Tipe hubungan antara stress-strain
Banyak informasi mengenai perilaku elastis-plastis diberikan oleh kurva true
stress-strain
Sperti yg telah dijelaskan hokum hooke mengatur perilaku logam pada daerah
elastis, sementara kurva aliran menentukan perilaku di daerah plastis
Terdapat tiga bentuk dasar dari hubungan stress-strain yg menggambarkan
1.
Elastis Sempurna
Perilaku dari material ini didefinisikan seluruhnya oleh kekakuannya,
diindikasikan umumnya oleh modulus elastisitas yg tinggi
Material ini akan hancur daripada mengikuti aliran plastis
Material getas seperti keramik, kebanyakan baja cor dan polimer
thermosetting memiliki kurva stress-strain yg masuk ke dalam kategori ini
2.
Elastis dan plastis sempurna
Material ini memiliki kekakuan yg ditentukan oleh E
Ketika yield strength Y dicapai, material terdeformasi secara plastis pada
tingkat stress yg sama
Kurva aliran akan memiliki K = Y dan n = 0.
Logam berprilaku seperti ini ketika telah dipanaskan pada temperature tinggi
sehigga terjadi rekristalisasi daripada strain hardening pd saat deformasi
Timbal memiliki perilaku ini pada temperature ruang karena temperature
3.
Elastis dan strain hardening
Material ini mematuhi hokum hooke pada daerah elastis
Mulai mengalir pd yield strength Y
Deformasi lanjutan membutuhkan beban yg ters meningkat, yg ditunjukkan
pd kurva aliran dg K lebih besar dari Y dan n lebih besar dari nol
Sifat Tensile
Resilience
Adalah kapasitas sebuah bahan untuk menyerap energi ketika benda tsb
terdeformasi secara elastis, dan kemudian ketika beban dilepaskan bisa merekover energinya.
Disimbolkan Ur modulus of resilliance
Material yang resiliance adalah material yang memiliki yield strength yang
tinggi dan modulus elastisitas yang rendah
Sifat Tensile
Toughness / keuletan
Adalah kemampuan setiap material untk menyerap energi sampai hancur
(fracture)
Geometri spesimen dan jenis beban penting dalam pengukuran toughness
Untuk situasi statis ( tingkat strain rendah), toughness adalah area dibawah
Sifat Tensile
Material yang memiliki toughness tinggi mempunyai strenght dan ductility
yang tinggi juga.
Beban Kompresi /Tekanan
Rumus untuk engineering stress :
Rumus untuk enginering strain :
Pada beban tekanan yang terjadi adalah kebalikan dari beban tarik, luas
Tes untuk material rapuh/getas
Tes untuk material rapuh/getas
Nilai strenght yang dihasilkan dari tes ini disebut transverse rupture strength
dengan satuan MPa.
Tes puntir (shear)
Tes puntir (shear)
Shear stress dapat dihitung dengan rumus :
Shear strain dapat dihitung dengan rumus :
0
A
F
Tes puntir (shear)
Hubungan antara shear stress-strain di daerah elastis dapat dirumuskan sbb :
Dimana G adalah modulus elastisitas shear (MPa)
Untuk kebanyakan material G = 0.4E , dimana E adalah modulus elastisitas konvensional
Hardness
Hardness adalah ukuran dari resitansi material terhadap deformasi plastis yang terlokalisasi.
Teknik pengukuran kuantitatif dikembangkan dengan menggunakan sebuah
indenter/penekan kecil.
Prinsip dasar tes hardness tidak jauh berbeda satu dengan yg lainnya
yang berbeda adalah metoda pengukuran dan bentuk indenter.
Untuk logam tes rockwell dan brinell dapat digunakan sementara tes
Hardness
Rockwell Hardness Test
Tes tipe ini sangat umum digunakan untuk mengukur hardness, karena sederhana dan tidak membutuhkan keahlian khusus.
Beberapa ukuran yang berbeda dapat digunakan dan kombinasi dari berbagai
bentuk indenter dan beban yang berbeda dapat digunakan untuk mengetes berbagai macam material.
Kedalaman dan ukuran dari bekas indenter diukur, yang kemudian dihubungkan pada angka hardness
Jika didasarkan kepada besarnya beban ringan dan berat, maka tes rockwell terbagi 2:
Tes Rockwell; dengan beban ringan 10 kg, dan beban berat 60, 100 dan 150kg.
Tes Superficial Rockwell; dengan beban ringan 3 kg, dan beban berat 15, 30 , dan 45 kg.
(untuk spesimen tipis)
Tahapan tes rockwell :
Indenter didekatkan pada spesimen, lalu ditekan pada spesimen menggunakan gaya awal (beban ringan )
Tahapan tes rockwell :
Langkah selanjutnya gaya tambahan digunakan terus ditingkatkan sampai mencapai beban
maksimum ( major load ). Gaya ini dipertahankan untuk jangka waktu tertentu, lalu diturunkan sampai kepada beban awal kembali.
Beban awal ini dipertahankan untuk jangka waktu tertentu, lalu indenter diangkat dari
spesimen dan pengukuran kedalaman dilakukan
Perbedaan antara kedalaman pertama dan kedua (h) dijadikan acuan untuk perhitungan
Perhitungan kedalaman dapat dirumuskan :
Untuk indenter berbentuk diamond sphericonical :
Ketika melakukan spesifikasi tes Rockwell angka hardness dan simbol skala harus digunakan. Skala ini menggunakan simbol HR diikuti oleh indentifikasi skala.
Contoh :
80 HRB = Rockwell hardness pada 80 pada skala B
60 HR30W = superficial hardness 60 pada skala 30W
Hardness
Korelasi antara Hardness dan Tensile Strength
Tensile strength dan hardness merupakan indikator dari resistansi logam
terhadap deformasi plastis. Sehingga kedua ukuran ini proporsional.
Dapat dirumuskan sebagai :
Variabilitas Sifat dan Faktor
Keselamatan Desain
Faktor Keamanan Desain
Akibat variasi dari data maka penyesuaian desain harus dilakukan.
Salah satu caranya adalah dengan mengaplikasikan design stress (σd) Untuk beban yang statis dan ketika ductile material digunakan, σd dapat dirumuskan :
Dimana N’ merupakan faktor desain dan σc merupakan stress yang dihitung
c
d
N
Variabilitas Sifat dan Faktor
Keselamatan Desain
Nilai N’ lebih besar dari 1.
Sehingga material yang digunakan dipilih agar memiliki yield strength
minimum σd.
Selain itu juga terdapat safe stress σw atau working stress juga dapat digunakan.
Dimana N merupakan faktor keamanan dan σy merupakan yield strength.
N
y w
Variabilitas Sifat dan Faktor
Keselamatan Desain
Penggunaan design stress lebih disukai karena didasarkan kepada stress
maksimum yang diaplikaskan daripada yield strength material.
Pemilihan nilai N sangat penting. Nilai N berkisar antara 1.2 sampai 4
Pemilihan nilai N bergantung pada berbagai faktor, seperti ekonomis,