• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA PA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA PA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI BERHENTI MENGGUNAKAN NARKOBA PADA MAHASISWA PENGGUNA NARKOBA DI BANJARBARU

BERDASARKAN TEORI ABRAHAM MASLOW

Disusun untuk Memenuhi Tugas mata Kuliah Metode Penelitian Kualitatif Dosen Pengampu :

Dwi Nur Rachmah, S.Psi,MA Rahmi Fauzia,MA,Psikolog

Disusun Oleh :

NOR MAI LEZA. I1C115019

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahunnya penggunaan narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya) semakin meningkat. Penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah, mengingat hampir seluruh penduduk dunia dengan mudah mendapatkan narkoba dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Hawari, 2009). Istilah narkoba mulai dikenal pada sekitar tahun 1998, akibat maraknya kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif terlarang. Agar lebih mudah dalam penyebutan, masyarakat menyingkat istilah narkotika, psikotropika, dan zat aditif terlarang menjadi narkoba. Sekarang istilah ini sudah sangat akrab di telinga masyarakat.

Istilah narkoba berasal dari Bahasa Inggris yakni Narcotics yang berarti obat bius. Menurut pasal 1 undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkoba yaitu suatu zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir di dalam undang-undang tersebut. Penyalahgunaan narkoba yang terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan menyebabkan ketergantungan. Ketergantungan atau kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan system saraf pusat dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati, dan ginjal (Tim Ahli BNN. Mahasiswa dan Bahaya Narkotika. Yogyakarta: BNN, 2014, hlm. 9).

(3)

Perkembangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba setiap tahun terus meningkat, karena itu pemerintah menetapkan status Indonesia saat ini sebagai negara darurat narkoba. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan pada Tahun 2014 pengguna narkoba mencapai 4,2 juta jiwa dan di Tahun 2015 meningkat menjadi 5,1 juta, kemudian pada bulan Mei tahun 2016 jumlahnya terus bertambah mencapai 5,9 juta jiwa.

Pada perkembangan di Kalimantan selatan sendiri berdasarkan informasi yang diperoleh dari Banjarmasin Post (Sabtu, 17 Desember 2016), berikut kutipan dari berita tersebut :

“Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, Komisaris Besar Polisi Arnowo, mengungkapkan, angka pengguna narkoba di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 mencapai 55.000 jiwa. Temuan ini merujuk hasil penelitian BNN bersama Universitas Indonesia yang dilakukan pada 2015 lalu. Arnowo meyakini, pengguna narkoba di Kalsel jumlahnya terus bertambah di tahun 2016 ini. Pihaknya mengaku telah melakukan pendampingan terhadap 3.000 lebih korban penyalahgunaan narkoba di Kalsel. Melalui pendampingan, ia mengetahui data riil para pengguna narkoba”.

Berdasarkan data survey pravelensi penyalahgunaan narkoba pada kelompok rumah tangga di 20 provinsi tahun 2015 oleh Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional tahun 2016, ditemukan bahwa, mereka yang pernah pakai narkoba setahun terakhir (current user) di tahun 2015 menyentuh angka 0,6%. Hal ini menunjukkan dari seribu orang, ada enam orang yang pakai narkoba dalam setahun terakhir di tingkat rumah tangga umum. Mereka yang pakai narkoba setahun terakhir kebanyakan berada di kelompok umur 20-29 tahun, terutama di kota. Penyalahguna laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Di kota, laki-laki yang pakai narkoba berada di kelompok umur 20-29 tahun, sedangkan di kabupaten berumur diatas 30 tahun. Sementara itu, pada golongan perempuan, penyalahguna narkoba di kota mayoritas berasal dari kelompok umur lebih dari 30 tahun, sedangkan di kabupaten pada kelompok umur 10-19 tahun.

(4)

masa depan setiap orang, dampak penyalahgunaan narkoba pada setiap orang berbeda-beda tergantung jenis yang digunakan (Hawari, 2009).

Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada Minggu, 16 April 2017, diketahui bahwa kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dan kebebasan anak untuk bermain di luar karena pola asuh orang tua yang permisif atau selalu memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya, menjadikan subjek melakukan perilaku-perilaku negatif yaitu minum-minuman beralkohol, merokok, hingga mengkonsumsi obat-obatan terlarang bersama dengan teman-temannya. Subjek mengaku bahwa dia ingin berhenti dari melakukan perilaku-perilaku negatif tersebut, tetapi subjek merasa kesulitan karena teman-temannya yang selalu mempengaruhinya. Berhenti dari perilaku-perilaku negatif tersebut tidaklah mudah. Namun jika ada motivasi dari dalam diri maupun dari dukungan sosial dapat membuat seseorang berhenti untuk melakukan hal-hal buruk secara bertahap.

Motivasi merupakan dorongan individu untuk melakukan kegiatan yang bertujuan tidak terlepas dari dalam maupun dari luar individu. Secara sederhana motivasi adalah tenaga penggerak (motif) yang telah menjadi aktif. Motif yang menjadi aktif dimunculkan dalam bentuk perilaku tertentu yang terarah pada tujuan tertentu dan terpelihara dalam waktu yang relatif lama (Crow dan Crow, dalam Anima, 2000). Berdasarkan asumsi bahwa motif, alasan, dan tujuan tidak mempunyai perbedaan makna yang krusial, maka motivasi telah lama menjadi perhatian dan faktor-faktor mayor masyarakat dalam memandang perbuatan atau perilaku individu atau kelompok (Rosana, 2000).

(5)

terjadi karena adanya pengaruh dan sikap konformitas terhadap kelompok. Baik itu kelompok dari orang kaya atau miskin.

Proses kesembuhan para pengguna narkoba memang tidak mudah, karena lebih banyak ditentukan oleh faktor kemauan yang keras untuk terbebas dari jeratan narkoba dari diri pengguna sendiri (Izul, 2006). Contohnya, seperti seorang artis yang biasa dipanggil Novia Ardana. Ia mengatakan bahwa dirinya ingin sekali keluar dari jeratan narkoba tidak mudah. Sensasi-sensasi saat menggunakan narkoba sering menggoda penggunaan narkoba untuk kembali ke jeratan narkoba.Agar bisa keluar dari jeratan narkoba Novia Ardana menggunakan berbagai macam cara, mulai dari masuk lembaga rehabilitasi sampai ia bersembunyi untuk tidak bertemu dengan teman-teman yang menggunakan narkoba. Akhirnya dengan motivasi yang kuat, ia dapat sembuh dan tidak menggunakan narkoba (Imawan, 2006).

Motivasi dan keyakinan pada kemampuan diri akan sangat membantu keberhasilan individu dalam rangka melepaskan diri dari jeratan narkoba. Motivasi dan keyakinan individu ini pulalah yang akan memberikan suatu keberanian individu untuk bisa kembali menjalani kehidupan secara normal. Terkait dari hal tersebut, menurut Maslow, 1993, motivasi adalah suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan yang ada pada dirinya. Maslow (1993) menjelaskan motivasi terdapat lima kebutuhan yang bertingkat yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, akan penghargaan dan aktualisasi. Seseorang tidak mudah memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka seseorang akan berusaha untuk memenuhinya dengan cara apapun yang bisa dilakukan. Berdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Motivasi berhenti menggunakan narkoba pada mahasiswa pengguna narkoba di banjarbaru berdasarkan teori abraham maslow”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian penting dalam suatu penelitian yang bersifat kualitatif. Hal ini untuk membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan dan memegang peranan yang penting dalam memandu serta mengarahkan jalannya suatu penelitian.

(6)

kebutuhan Abraham Maslow. Untuk dapat mempermudah dalam penelitian yang dilakukan maka yang menjadi fokus penelitian mengenai permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor-faktor penyebab individu menggunakan narkoba?

2. Apa saja faktor yang mendorong individu untuk berhenti menggunakan narkoba dari segi motivasi intrinsik dan ekstrinsik?

3. Bagaimana motivasi individu untuk berhenti menggunakan narkoba dari segi teori kebutuhan Abraham Maslow?

C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian

(7)

sikap dan perilaku subjek tidak dipengaruhi motivasi intern dan ekstern, maka kondisi subjek tidak mempunyai motivasi berhenti menggunakan narkoba. 3) kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek untuk dapat berhenti menggunakan narkoba, antara lain: (1) individu melakukan kegiatan olah raga, (2) individu melakukan kegiatan bekerja, dan (3) individu melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, seperti aktif di kuliah dan kegiatan di kampus.

Tidak banyak penelitian yang membahas mengenai motivasi berhenti menggunakan narkoba berdasarkan teori kebutuhan Abraham Maslow. Karena itu, saya hanya dapat menemukan satu penelitian yang fokus penelitiannya sama yaitu motivasi berhenti menggunakan narkoba berdasarkan teori Abraham Maslow tetapi dengan subjek penelitian yang berbeda yaitu anak jalanan. Adapun penelitian mengenai motivasi berhenti menggunakan narkoba pada mahasiswa pengguna narkoba berdasarkan teori Abraham Maslow sejauh ini belum ditemukan, khususnya di Banjarbaru Kalimantan Selatan.

Dengan belum adanya penelitian tentang motivasi berhenti menggunakan narkoba pada mahasiswa pengguna narkoba di Banjarbaru berdasarkan teori Abraham Maslow, maka hal ini menggugah peneliti untuk melakukan penelitian mengenai motivasi berhenti menggunakan narkoba pada mahasiswa pengguna narkoba di Banjarbaru berdasarkan teori Abraham Maslow. Dan dengan digunakannya metode kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab individu menggunakan narkoba.

2. Mengetahui faktor yang mendorong individu untuk berhenti menggunakan narkoba dari segi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

3. Menjelaskan motivasi individu untuk berhenti menggunakan narkoba dari segi teori kebutuhan Abraham Maslow.

E. Manfaat Penelitian

(8)

a. Manfaat Teoritis

Dapat berguna bagi peneliti selanjutnya dengan permasalahan yang sama untuk menambah pengetahuan tentang masalah narkoba maupun motivasi untuk berhenti menggunakan narkoba. Selain itu dapat digunakan sebagai wacana bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang narkoba dan mengetahui motivasi pengguna narkoba untuk berhenti menggunakan narkoba.

b. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kalangan pemerhati masalah narkoba untuk dapat lebih memahami dan mengambil tindakan-tindakan dalam memberikan bantuan yang tepat guna dan bermanfaat bagi pembentukan. Adapun untuk pengguna narkoba itu sendiri adalah untuk lebih mengetahui dan memahami dampak negatif dari penggunaan narkoba dan dengan informasi ini diharapkan para pengguna narkoba akan termotivasi untuk berbagi pengalaman dengan pengguna lain sehingga akan lebih banyak pengguna yang berhasil lepas dari jeratan narkoba.

c. Manfaat Operasional

(9)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kata motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi itu berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Sobur, 2009). Menurut RA. Supriyono, motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan untuk berbuat sesuatu. Motivasi seseorang dipengaruhi oleh stimuli kekuatan intrinsik yang ada pada individu yang bersangkutan. Stimuli eksternal mungkin dapat pula mempengaruhi motivasi tetapi motivasi itu sendiri mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut (Supriyono, 2003 : 329). Sedangkan motivasi menurut Maslow adalah suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan (Maslow, 1993).

2. Jenis Motivasi

Djamarah (2002) menyebutkan motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran yang timbul dari dalam diri.

Djamarah (2002) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

(10)

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

2) Harapan

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Djamarah, 2002).

Djamarah (2002) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah :

1) Dorongan Keluarga

Dorongan keluarga merupakan desakan atau anjuran yang berasal dari sanak saudara atau kaum kerabat.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi.

3) Imbalan

(11)

3. Teori Hierarki Motivasi dari Abraham Maslow

Abraham maslow sebagai salah satu ilmuwan yang memfokuskan diri pada pendekatan humanistic mengemukakan model motivasi berdasarkan teori kebutuhan manusia. Maslow mempercayai bahwa manusia tidak terlepas dari motif yang diinginkannya sehingga menghasilkan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kebutuhan dasar seperti kebutuhan yang bersifat fisik dan kebutuhan yang bersifat social akan menghasilkan suatu pencapaian hidup yang lebih tinggi atau self actualization (Febriana et al., 2012).

Hirarki kebutuhan maslow berdasarkan kebutuhan manusia seperti yang disebutkan oleh Passer dan Smith (2007) terdiri dari kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan untuk memiliki dan cinta (belongingness and love needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), kebutuhan akan pengetahuan (cognitive needs), kebutuhan akan seni (aesthetic needs), dan aktualisasi diri (self actualization).

(12)

aktualisasi diri (Febriana et al., 2012).

Gambar 1 Hierarki Motivasi dari Abraham Maslow

1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak harus dipenuhi

Actu aliza tion Nee ds

Aesthetic

Needs

Cognitive Needs

Esteem Needs

Belongingness and love needs

Safety Needs

(13)

untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologis bersifat lebih mendesak untuk dilakukan daripada kebutuhan-kebutuhan lain yang ada pada tingkat yang lebih tinggi.

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling mendasar dari setiap manusia termasuk didalamnya adalah makanan, air, oksigen, mempertahankan suhu tubuh, dan lain sebagainya. Orang-orang yang terus menerus lapar akan termotivasi untuk makan, dibandingkan termotivasi mencari atau memperoleh harga diri. Orang-orang yang kelaparan akan terus menerus berpikir tentang makanan dan bersedia untuk melakukan apapun demi mendapatkan makanan (Feist dan Feist, 2010).

2) Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

Kebutuhan akan rasa aman berada pada tingkat psikologis. Individu memerlukan dunia yang aman dan konsisten, tetapi kehidupan tidak selalu bekerja sama. Politik, hukum, dan ketertiban dapat mempengaruhi kemanan yang dirasakan individu (Goble, 1987).

Kebutuhan akan keamanan mencakup keamanan fisik, stabilitas, ketergantun, perlindungan, dan kebebasan dan kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan keteraturan juga merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan. Ketika manusia tidak berhasil memenuhi kebutuhan rasa aman tersebut, mereka akan mengalami apa yang disebut Abraham Maslow sebagai kecemasan dasar atau basic anxiety (Feist dan Feist, 2010). Kebutuhan akan kemanan berupa keselamatan dan perlindungan dari kerugian fisik maupun kerugian emosional (Robbins, 2006).

3) Kebutuhan akan cinta dan keberadaan (belongingness and love needs)

(14)

atau harga diri, tetapi beberapa orang ada pula yang menyebrangi yakni ingin dihormati sebelum menginginkan cinta (Griffin, 2012).

Kebutuhan akan cinta dan keberadaan (belongingness and love needs) mencakup keinginan untuk bertemu, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan untuk menjadi bagian dari sebuah keluarga, sebuah perkumpulan, lingkungan masyarakat atau negara. Cinta dan keberadaan juga mencakup beberapa aspek dari seksualitas dan hubungan dengan manusia lain dan juga kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan cinta (Feist dan Feist, 2010). Kebutuhan akan cinta dan keberadaan disebut juga sebagai kebutuhan social yang mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan (Robbins, 2008).

Abraham Maslow (Feist dan Feist, 2010) membagi tiga kelompok untuk mengkategorikan kebutuhan akan cinta dan keberadaan, yaitu:

a. Kelompok pertama

Orang yang kebutuhan akan cinta dan keberadaannya cukup terpenuhi sejak dari masa kecil, sehingga tidak menjadi panic ketika cintanya ditolak. Orang semacam ini mempunyai kepercayaan diri bahwa mereka akan diterima oleh orang-orang yang penting bagi mereka, sehingga ketika orang lain melakukan penolakan, mereka tidak merasa hancur.

b. Kelompok kedua

Kelompok yang terdiri dari orang-orang yang tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan, oleh karena itu mereka menjadi tidak mampu memberikan cinta. Mereka jarang atau bahkan tidak pernah dipeluk atau disentuh ataupun mendapatkan pernyataan cinta dalam bentuk apapun. Abhraham Maslow percaya bahwa orang semacam ini lama-kelamaan akan belajar untuk tidak mengutamakan cinta dan terbiasa dengan ketidakhadiran cinta.

c. Kelompok ketiga

(15)

yang menerima cinta dalam jumlah cukup atau tidak menerima cinta sama sekali.

4) Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)

Kebutuhan akan penghargaan terbagi menjadi dua, yakni harga diri dan pengakuan orang lain. Harga diri adalah hasil dari kompetensi atau penguasaan tugas. Pengakuan orang lain adalah penilaian orang lain terhadap kekuasaan yang dimiliki (Goble, 1987).

Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) mencakup penghormatan diri, kepercayaan diri, kemampuan dan pengetahuan yang orang lain hargai tinggi. Abraham Maslow (Feist dan Feist, 2010) mengidentisikasikan dua tingkatan kebutuhan akan penghargaan, yaitu:

a. Reputasi

Reputasi merupakan persepsi akan gengsi, pengakuan, atau ketenaran yang dimiliki seseorang dilihat dari sudut pandang orang lain.

b. Harga diri

Harga diri merupakan perasaan pribadi seseorang bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat dan percaya diri. Harga diri ini didasari oleh dari sekedar reputasi maupun gengsi. Harga diri menggambarkan keinginan untuk memperoleh kekuatan, pencapaian atau keberhasilan, kecukupan, penguasaan dan kekampuan, kepercayaan diri di hadapan dunia, serta kemandirian dan kebebasan. Dengan kata lain, harga diri didasari oleh kekampuan nyata dan bukan hanya didasari oleh opini dari orang lain. Setelah orang memenuhi kebutuhan mereka akan penghargaan, mereka siap untuk mengejar aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan tertinggi yang diungkapkan oleh Abraham Maslow.

5) Kebutuhan kognitif (cognitive needs)

(16)

terpenuhi pula, karena pengetahuan merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk memenuhi kelima kebutuhan konatif tersebut (Feist dan Feist, 2010).

Orang-orang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dengan mengetahui cara mendapatkan makanan, minuman, kebutuhan keamanan dapat terpenuhi dengan megetahui cara berhubungan dengan orang lain, kebutuhan akan penghargaan dapat terpenuhi dengan mengetahui cara memperoleh rasa percaya diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri dapat terpenuhi dengan cara menggunakan sepenuhnya potensi kognitif mereka (Feist dan Feist, 2010).

Abraham Maslow percaya bahwa orang yang sehat mempunyai keinginan untuk mengetahui lebih besar, untuk berteori, untuk membuktikan hipotesis, untuk menyelesaikan misteri, atau untuk mengetahui cara sesuatu dapat berfungsi hanya karena penasaran mereka, mengalami hambatan dalam membuktikan rasa penasaran, atau yang telah menolak masuknya informasi ke dalam dirinya, maka dapat terjangkit penyakit yang berupa sikap skaptik, kecewa, dan sinis (Feist dan Feist, 2010).

6) Kebutuhan estetika (aesthetic needs)

Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan estetika ini tidak bersifat universal, akan tetapi ada sebagian orang di setiap kultur yang terdorong oleh kebutuhan atau keindahan dan pengalaman yang menyenangkan secara estetis. Orang-orang dengan kebutuhan estetika kuat menginginkan lingkungan yang indah dan teratur. Abraham Maslow meyakini bahwa ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, seperti berada pada lingkungan yang tidak indah dan tidak teratur, maka mereka akan sakit secara fisik maupun psikologis (Feist dan Feist, 2010).

7) Kebutuhan aktualisasi diri diri (self actualization needs)

Abraham Maslow menggambarkan kebutuhan untuk aktualisasi diri sebagai keinginan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya dan keinginan untuk mampu dalam segala sesuatu. Kebutuhan aktualisasi diri dapat mengambil banyak bentuk, tergantung pada individu itu sendiri. Variasi ini dapat mencakup pencarian pengetahuan, pemahaman, perdamaian, pemenuhan diri, makna hidup, atau keindahan (Goble, 1987).

(17)

mungkin. Aktualisasi diri adalah proses bawaan dimana orang cenderung untuk tumbuh secara spiritual dan menyadar potensinya (Feist dan Feist, 2010).

Individu akan mentransedensikan dirinya dan menjadi satu dengan dunia serta merasa sepenuhnya puas dengan diri mereka dalam aktualisasi diri. Pemikiran ini yang disebut Abraham Maslow sebagai pengalaman puncak (peak experience). Pengalaman puncak umum dialami oleh orang yang telah mengakualisasi diri sepenuhnya. Pemahaman yang didapatkan melalui pengalaman puncak ini membantu orang untuk mempertahankan kepribadian yang dewasa. Orang seperti ini terpenuhi secara spiritual yakni merasa nyaman dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, mencintai dan kreatif, realitas dan produktif. Pengalaman puncak dapat ditemukan dalam pertemanan, keluarga, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari (Friedman dan Schustack, 2006).

Orang yang mencapai aktualisasi diri adalah individu yang memiliki pengetahuan realitas mengenai dirinya dan mampu menerima diri apa adanya, mandiri, spontan, dan menyenangkan karena rasa humor yang baik, sehingga mampu membangun hubungan yang intim dan umumnya mencintai sesama. Mereka juga adalah orang yang tidak mudah mengikuti orang lain (Friedman dan Schustack, 2006).

Orang yang mengaktualisasikan diri dapat mempertahankan harga diri mereka bahkan ketika mereka dimaki, ditolak dan diremehkan orang lain. Dengan kata lain, orang-orang mengaktualisasikan diri tidak bergantung pada pemecahan kebutuhan cinta maupun kebutuhan akan penghargaan. Mereka menjadi mandiri sejak kebutuhan level rendah yang memberi mereka kehidupan (Feist dan Feist, 2010).

B. Narkoba

1. Pengertian Narkoba

(18)

Pramono U. Thantawi (2003) berpendapat bahwa narkoba terdiri dari dua zat, yakni narkotika dan psikotropika. Dan secara khusus dua zat ini memiliki pengertian, jenis (golongan), serta diatur dengan Undang-undang No. 22 tahun 1997, sedangkan psikotropika diatur dengan Undang-undang No. 5 tahun 1997, dan Undang-undang ini merupakan langkah pemerintah Indonesia untuk meratifikasi konveksi PBB tentang pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika tahun 1988.

Narkotika sebagaimana bunyi pasal 1 UU No. 22 didefinisikan sebagai zat obat yang berasal dari tanaman bakau, baik sintetis maupun semi sintetsi, yang dapat menyebabkan penurunan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

1.1 Jenis-jenis Narkoba

Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Penjelasan mengenai jenis-jenis narkoba adalah sebagai berikut:

a. Narkotika

Menurut Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika adalah Zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain.

Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997) :

(19)

 Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol.

 Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya.

b. Psikotropika

Psikotopika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongkan lagi menjadi 4 kelompok adalah :

Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.

Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.

Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.

c. Zat adiktif lainnya

(20)

 Rokok

 Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

 Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia, 2008).

2. Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba

Menurut Roebyantho (1991) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan remaja menggunakan narkoba diantaranya:

a. Faktor intern, dimana factor ini datang dari dalam diri pengguna itu sendiri.

b. Faktor ekstern, factor dyang datangnya dari luar diri remaja yaitu factor sekolah, keluarga, dan masyarakat. Keluarga juga bisa menyebabkan anak menggunakan narkoba, yaitu karena anggota keluarga (ayah, ibu, atau saudara kandung) gagal menjalankan peran dan kewajiban mereka didalam keluarga, sehingga menyebabkan kekacauan didalamnya. Contohnya perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antara orang tua dengan anak, dan sebagainya.

Muchlis Catio (2006) dari Badan Narkotika Nasional mengemukakan, jika dicari informasi mengapa seseorang bisa ikut terlibat ke dalam pemakaian narkoba maka ditemukan beberapa faktor, yaitu:

 Rasa ingin tahu atau coba-coba

 Ikut-ikutan teman yang menggunakan narkoba  Solidaritas kelompok

 Biar terlihat gaya (terpengaruh oleh gaya hidup yang modern yang salah)  Mencari kegairahan atau excitemen

 Agar merasa lebih baik

 Bisa melupakan masalah dan menghilangkan stress  Menunjukkan kehebatan atau kekuaaan

(21)

 Meraa sudah dewasa

 Menunjukkan sikap berontak  Untuk mengurangi rasa sakit  Mengikuti tokoh idola 3. Dampak Mengonsumsi Narkoba

Jenis narkoba yang sering disalahgunakan oleh remaja adalah sebagai berikut: a. Ganja

Ganja yang paling banyak dikonsumsi berbentuk minyak (canabis), balok (hashish), atau hasil pengeringan (marijuana). Ganja dipakai dengan cara dimakan begitu saja, dicampurkan ke- dalam masakan, atau dicampur bersama tembakau sebagai rokok. Ganja mengandung zat psikoaktif yang disebut Delta-9 tetra hydro cannabinol atau THC. Tanaman ganja juga mengandung kana-binoid lain seperti kanabidiol dan asam tetra hydro kanabidiolat (Yanny, 2001).

Hawari (2002), mengungkapkan perubahan mental dan perilaku pada pengguna ganja yaitu:

1) Jantung berdebar-debar (palpitasi) 2) Gejala psikologik:

a) Euforia (rasa gembira tanpa sebab) b) Halusinasi dan delusi

c) Perasaan waktu berlalu dengan lambat misal 10 menit dirasakan sebagai 1 jam d) Apatis

3) Gejala fisik: a) Mata merah

(22)

d) Perilaku

b. Amphetamine (Ecstasy dan Shabu- shabu)

Hawari (2002), mengungkapkan bahwa narkoba jenis amphetamin (psikotropika golongan I) misalnya pil ekstasi (ditelan) dan shabu-shabu (dengan cara dihirup dengan menggunakan alat khusus yang disebut “Bong”). Idries (2003) mengatakan ekstasi/ methamphetamines dalam bentuk pil yang berakibat kondisi tubuh memburuk dan tekanan darah semakin tinggi. Gejalanya suka bicara , rasa cemas dan gelisah, tidak dapat duduk dengan tenang, denyut nadi terasa cepat, tangan dan jari selalu bergetar.

Yanny (2001), mengungkapkan bahwa ekstasi diklasifikasikan sebagai Amfetamin yang dapat menimbulkan efek halusinasi. Bentuk dan warnanya sangat beragam, tergantung dari kadar kemurniannya, mulai dari tablet berwarna coklat dan putih, kapsul merah muda, kuning atau bening. Pengaruh ekstasi terjadi 30-60 menit setelah ditelan, mencapai puncak dalam 2-4 jam dan dapat berlangsung selama beberapa jam tergantung dari jumlah obat yang digunakan.

c. Opiat (morphine, heroin/putaw)

Idries (2003), mengungkapkan bahwa heroin dihasilkan melalui proses kimia atas bahan baku morfin. Heroin yang diedarkan sering dalam bentuk bubuk berwarna putih keabu-abuan atau coklat. Dinikmati dengan cara mencium.

Yanny (2001), mengungkapkan heroin adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver somniferum). Jenis obat dari heroin antara lain: Bero, Smack, Scag, H.Junk, Gear atau Borse. Heroin dapat digunakan dengan cara dihisap, disedot atau disuntikkan. Heroin jarang sekali ditelan, karena cara itu tidak cukup efektif. Penggunaan yang paling popular adalah dengan cara memanaskan bubuk heroin diatas kertas alumunium foil dan menghisap asapnya dengan menggunakan pipa kecil atau gulungan kertas. Penyuntikkan dapat dilakukan dengan menyuntikkan melalui otot, subkutan (dibawah kulit) atau lewat pembuluh vena (pembuluh darah balik).

(23)

menggunakan heroin untuk pertama kali sering me- ngalami mual-mual, muntah dan gatal- gatal.Hawari (2002), mengungkapkan perubahan mental dan perilaku yaitu sebagai berikut:

1) Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar 2) Euforia atau sebaliknya disforia

3) Apatis, retardasi psikomotorik seperti lesu dan tidak bertenaga 4) Mengantuk, pembicaraan cadel/pelo

5) Gangguan pemusatan perhatian atau konsentrasi 6) Daya ingat menurun, tingkah laku maladaptif d. Kokain

Hawari (2002), mengungkapkan bahwa kokain digunakan dengan cara dihirup/disedot melalui hidung. Perubahan mental dan perilaku yaitu sebagai berikut: 1) Agitasi psikomotorik (hiperaktif)

2) Rasa gembira (elation), rasa harga diri meningkat (grandiosity) 3) Banyak bicara, kewaspadaan meningkat (paranoid)

4) Jantung berdebar-debar (palpitasi), pupil mata melebar (dilatasi pupil) 5) Tekanan darah naik (hypertensi), berkeringat berlebihan dan kedinginan

e. Alkohol

(24)

1) Terdapat dampak berupa perilaku misalnya perkelahian dan tindakan kekerasan. 2) Gejala fisiologik

a) Pembicaraan cadel (slurred speech)

b) Gangguan koordinasi, cara jalan yang tidak menetap c) Mata juling (nistagmus), muka merah

3) Gejala psikologik

a) Perubahan alam perasaan (afek/mood) b) Mudah marah dan tersinggung (irritabilitas)

c) Banyak bicara (melantur), gangguan perhatian/konsentrasi f. Sedatif / Hipnotik

Didunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagai “Obat tidur” (sedative/hipnotik) yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturat atau senyawa lain yang berkhasiat serupa. Penggunaan sedatif/hipnotik ini yang seharusnya sebagai pengobatan (medi- cine) bila disalahgunakan dapat menimbulkan ketagihan (adiksi) dan ketergantungan (dependen), apalagi bila dosisnya melampui batas (Hawari, 2002).

Hawari (2002), mengungkapkan bahwa perubahan mental dan perilaku bagi pemakai yaitu sebagai berikut:

1) Gejala psikologik a) Emosi labil

b) Hilangnya hambatan dorongan/impulse seksual dan agresif c) Mudah tersinggung dan marah, banyak bicara (melantur) 2) Gejala neurologik

a) Pembicaraan cadel, gangguan koordinasi

(25)

3) Perilaku maladaptive

BNN mengungkapkan dampak penyalahgunaan narkoba antara lain:

1. Gangguan kesehatan jasmani: fungsi organ tubuh terganggu (hati, jantung, paru, otak dan lain-lain)

2. Penyakit menular karena pemakaian jarum suntik bergantian (hepatitis B/C, HIV/AIDS)

3. Overdosis yang menyebabkan kematian, ketergantungan, yang menyebabkan gejala sakit jika pemakaiannya dihentikan atau dikurangi, serta meningkatkan jumlah narkoba yang dikonsumsi.

4. Gangguan kesehatan jiwa (gangguan perkembangan mental-emosional, paranoid) 5. Gangguan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan sosial (pertengkaran, masalah

keuangan, putus sekolah, menganggur, kriminalitas, dipenjara, dikucilkan dan lain-lain).

C. Perspektif Teoritis

Motivasi itu berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (Sobur, 2009).

Djamarah (2002) menyebutkan motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran yang timbul dari dalam diri.

(26)

1) Kebutuhan

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya kebutuhan baik biologis maupun psikologis.

2) Harapan

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.

3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Djamarah, 2002).

Djamarah (2002) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah :

1) Dorongan Keluarga

Dorongan keluarga merupakan desakan atau anjuran yang berasal dari sanak saudara atau kaum kerabat.

2) Lingkungan

(27)

3) Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu.

Motivasi menurut Maslow adalah suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan (Maslow, 1993). Abraham maslow sebagai salah satu ilmuwan yang memfokuskan diri pada pendekatan humanistic mengemukakan model motivasi berdasarkan teori kebutuhan manusia. Maslow mempercayai bahwa manusia tidak terlepas dari motif yang diinginkannya sehingga menghasilkan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Hirarki kebutuhan maslow berdasarkan kebutuhan manusia seperti yang disebutkan oleh Passer dan Smith (2007) terdiri dari kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan untuk memiliki dan cinta (belongingness and love needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), kebutuhan akan pengetahuan (cognitive needs), kebutuhan akan seni (aesthetic needs), dan aktualisasi diri (self actualization).

Narkotika sebagaimana bunyi pasal 1 UU No. 22 didefinisikan sebagai zat obat yang berasal dari tanaman bakau, baik sintetis maupun semi sintetsi, yang dapat menyebabkan penurunan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Menurut Roebyantho (1991) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan remaja menggunakan narkoba diantaranya:

a. Faktor intern, dimana factor ini datang dari dalam diri pengguna itu sendiri.

(28)

D. Badan Studi Kepustakaan

BAB III

PRODESUR PENELITIAN A. Metode dan alasan menggunakan metode kualitatif

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

(29)

secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89).

Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan gambaran secara cermat tentang fenomena bagaimana seorang mahasiswa di Banjarbaru termotivasi untuk berhenti menggunakan narkoba berdasarkan teori motivasi Abraham Maslow.

B. Tempat penelitian

Lokasi atau tempat penelitian yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah kota Banjarbaru. Kota banjarbaru adalah salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru memiliki luas wilayah sekitar 371, 30 km2 dengan total polulasi 226.146 jiwa yang terdiri dari 115.706 jiwa penduduk laki-laki dan 108.643 jiwa penduduk wanita, yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Berdasarkan informasi dari Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, bahwa angka pengguna narkoba di Kalimantan Selatan pada tahun 2015 telah mencapai 55.000 jiwa. Dua kelurahan di Banjarbaru, yaitu kelurahan Sungai Besar menjadi kawasan nomor satu urusan penyalahgunaan narkotika sementara penyalahgunaan obat keras yang nomor satu berada di kawasan Kelurahan Cempaka.

Instrument penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand our question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2004).

Sejalan dengan pandangan human-as-instrument ini, metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif merupakan perpanjangan dari kegiatan yang lazim dilakukan manusia dalam kesehariannya seperti membaca, melihat, mendengar, berbicara, dan seterusnya. Dalam bahasa metodologis, kegiatan seperti ini disebut observasi dan interview atau wawancara. Kedua jenis metode ini merupakan aktifitas utama yang pada umumnya dilakukan peneliti dalam proses pengumpulan data kualitatif.

(30)

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample. Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85).

Sanafiah Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri 5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih

menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sampel sebagai sumber data dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria tersebut. Karena penelitian ini mengkaji tentang mahasiswa di Banjarbaru yang termotivasi untuk berhenti menggunakan narkoba, maka peneliti memilih sampel penelitian yaitu mahasiswa pengguna narkoba yang saat ini memutuskan untuk berhenti mengonsumsi dan cukup asing dengan peneliti karena sampel pada penelitian ini diperoleh dari informasi yang diberikan oleh teman peneliti.

D. Teknik pengumpulan data

(31)

jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225) bahwa pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan (Hadi, 1993). Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara secara umum, adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia makna dari perilaku subjek yang diteliti (Iin dan Tristiadi, 2004). Adapun macam-macam wawancara dapat dibagi menjadi empat, yaitu : wawancara terstruktur, wawancara terstruktur, dan semi-structured interview.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi (Sulistyo-Basuki, 2006:173). Wawancara mendalam dilakukan dengan Semi-Structured Interview. Dalam wawancara semistruktur, pewawancara atau peneliti membawa kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan, tetapi cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama wawancara sama sekali diserahkan kepada kebijaksanaan pewawancara, dalam kerangka pertanyaan-pertanyaan itu ia mempunyai kebebasan untuk menggali alasan-alasan dan dorongan-dorongan dengan ‘probing’ yang tidak kaku. Dengan begitu arah wawancara masih terletak di tangan pewawancara (Sugiyono, 2004).

2. Obervasi

(32)

Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, peneliti memilih observasi non partisipan. Yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

3. Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa catatan harian, foto, gambar, video mengenai focus penelitian yaitu hal yang terkait dengan motivasi subjek untuk berhenti menggunakan narkoba. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila didukung oleh foto-foto. Selain itu, untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, agenda, arsip, surat kabar, ataupun proses berlangsungnya penelitian dan berbagai referensi lain yang dibutuhkan.

E. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Miles and Hubermen (dalam Sugiyono, 2011 : 246-252) mengungkapkan komponen dalam analisis data, yaitu :

a) Reduksi data (Data reduction)

Melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

b) Penyajian Data (Display)

(33)

c) Verifikasi Data (Verivication)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti - bukti yang kuat yang mendukung pada tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti - bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.

McDrury ( Collaborative Group Analysis of Data, 1999 ) seperti yang dikutip Moleong (2007:248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data,

b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

c. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan. d. Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut.

(34)

informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang kemudian dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian. Analisis Domain menurut Sugiyono (2009:255), adalah memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh domain ini dengan cara melakukan pertanyaan grand dan minitour. Sementara itu, domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya. Mengenai analisis taksonomi yaitu dengan memilih domain kemudian dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga dapat diketahui struktur internalnya.

F. Rencana pengujian keabsahan data

Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji dependenabilitas(reabilitas) data, uji transferbilitas (validitas eksternal. Namun yang utama adalah uji kredibilitas data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas. Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian.

Upaya untuk menjaga kredibiltas dalam penelitian adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2009:270-276) :

a. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali lagi ke lapangan untuk melakukan pengamatan untuk mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun untuk menemukan data-data yang baru.

(35)

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.

c. Triangulasi

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

d. Analisis kasus negative

Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

f. Mengadakan member chek

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham M. Maslow. 1993. Motivasi dan Kepribadian, Teori Motivasi dengan Pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia. Jakarta: Midas Surya Grafindo

Alifia, U. 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. PT Bengawan Ilmu, Semarang.

Anima. 2000. Studi Motivasi Wanita Gedhang Geblak Sebagai Pekerja Seks Komersial. Terselubung di Kawasan Wisata Tretes. Pasuruan. Indonesian Psychologycal Journal, 2000, vol 15. No.4. 346 - 367.

Badan Narkotika Nasional. 2015. Survey Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015. Jakarta : Pusat Penelitian Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional

Bogdan, R. and Taylor, S. J. 1975. Introduction To Qualitative Research Method. New York : John Wiley And Sans, Inc

Catio, Muchlis. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Di Lingkungan Pendidikan. Jakarta

Creswell, John. W. 2014. Pendidikan Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Diananta P. Sumedi. 2016. “Jumlah Pengguna Narkoba di Kalimantan Selatan Mencapai 55.000 Lebih”. Banjarmasin Post, 17 Desember 2016.

(37)

Djamarah. 2002. Teori Motivasi, edisi 2 (ed-2), Jakarta : PT. Bumi Aksara

Faisal, Saraniah. 1990. Penelitian Kualitatif.: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang : Yayasan Asah Asih

Feist, J., Feist, G. J. 2010. Teori Kepribadian : Theries of Personality. Disadar oleh Hadriatno. Jakarta : Salemba Humanika

Febriana, S. K., Dwi Nur Rachmah dan Neka Erlyani. 2012. Buku Ajar Psikologi Umum Konsep Dasar. Sidoarjo : Zifatama

Friedman, H. S., Schustack, M, W.S. 2006. Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Edisi Ketiga. Jilid 1. Disadur oleh Fransiska Dian Ikarina, Maria Hany, Andreas Provita Prima, Jakarta: Erlangga

Griffin, E. A. 2012. A fisrt look at communication theory. New York : Mc Graw-Hill

Goble, F. G. 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Disadur oleh Drs. A. Supratinya. Yogyakarta: Kanisius

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Penelitian Research. Yogyakarta : Andi Off Set

Harahap, Wreswrino. 1999. Masalah Narkotika Psikotropika dan Obat-Obatan. Jakarta: Yayasan Mitra Bintibnas

(38)

Hawari. D. 2009. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza (Narkotik, Alkohol dan Zat Adiktif). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Idries. 2003. Remaja dan Narkoba. Jakarta: www. Indonesia-media.com/rubrik/ parenting/parenting 00 agustus htm.

Iinn Tri dan Tristiadi Ari Aardan. 2004. Observasi Dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Sosial. Jakarta : Gaung

Izul, Alfian. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaan Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. USU Respository

Koetjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Kusumaningsih, P. K. 2007. Motivasi berhenti menggunakan narkoba. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kusuma, S.T. 1987. Psikodiagnostik. Yogyakarta : SGPLB Negeri

Moelong, Lexy. J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Moustakes, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. California : Sage

(39)

Appleton & Lange

Nugroho, A. P., Ika H., Lusy, A. K. 2012. Motivasi Berhenti Menggunakan Narkoba pada Anak Jalanan Pengguna Narkoba Berdasarkan Teori Abraham Maslow.

Malang : Universitas Brawijaya Malang

Passer, M. W. & Smith, R. E. 2007. Psychology, The Science of Mind And Behavior, Third Edition. New York : Mcgraw-Hill Companies

Poerwandi, E.K. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP 3. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Robbins, S. P. 2006. Perilaku organisasi. Edisi kesepuluh. Disadur oleh Drs. Benjamin Molan. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia

Sobur, A. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Sofyan, Ahmadi. 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda “Panduan Bagi Orang Tua, Guru dan Badan Narkotika Dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba Di Kalangan Remaja”. Jakarta : Prestasi Pustaka

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Edisi ke-6. Bandung: Alfabeta

(40)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Cetakan ke 14. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Tim Ahli BNN. Mahasiswa dan Bahaya Narkotika. Yogyakarta: BNN, 2014, hlm. 9

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta

Undang-Undang Pasal 1 Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta

Wahyuningsih, Sri. 2015. Metode Penelitian Studi Kasus. Cet. Kedua. Bangkalan : UTM Press

Gambar

Gambar 1 Hierarki Motivasi dari Abraham Maslow

Referensi

Dokumen terkait

Scane ini akan tampil pertama ketika program dijalankan, pada tampilan ini terdapat judul perangkat ajar interaktif mata pelajaran IPA untuk kelas VI sekolah dasar, terdapat

Tujuan penelitian ialah untuk Melakukan Analisa untuk mendapatkan informasi ataupun pemahaman tentang kebutuhan sistem yang sedang berjalan dan memberikan usulan

Menurut Phahlevi (2013) dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah di Kota Padang Panjang, disimpulkan bahwa: 1) Luas

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel harga, merek dan kualitas produk berpengaruh signifikan positif

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efesien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NAG maksimum yang dihasilkan oleh Serratia marcescens PT-6 sebesar 33,86 µg/ml pada hari ke-3 inkubasi, dengan kondisi.. pH 7 dan

Jadi, bank sebagai kreditur yang memberikan pembiayaan/kredit kepada masyarakat harus bertindak dengan prinsip kehati-hatian karena dana yang disalurkan kepada

Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan penelitian tentang formulasi sediaan pasta yang mengandung ekstrak etanol daun jarak merah ( Jatropha gossypifolia L.) dan