PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011
BAB I
Matematika merupakan dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjadi aktivitas yang secara maupun tidak sengaja pasti terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pelajaran Matematika di sekolah merupakan pelajaran yang dipandang sangat penting sehingga pelajaran matematika sudah mulai diperkenalkan pada jenjang pendidikan dasar.
Begitu besarnya peranan matematika dalam kehidupan sehingga ada pepatah yang mengatakan bahwa “Siapa yang menguasai matematika maka ia akan menguasai dunia”. Peran penting pembelajaran matematika juga dibenarkan oleh
Cockcroft (http://sinaja4math.blogspot.com ): “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.” Cockcroft
menyatakan bahwa akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan matematika.
dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Oleh karena itu, dibuatlah Rencana Pelajaran/kurikulum baru pada tahun 1947 sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda yang lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia.
Pada awal abad ke-19 di negara-negara maju berkembang suatu teori belajar yang mendukung pembentukan karakter manusia. Teori belajar inilah yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan kurikulum 1947 di indonesia. Teori ini memusatkan pendidikan pada pembentukan tingkah laku siswa (behaviorisme) yang dikembangkan oleh seorang psikolog Rusia,
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning). Menurut Ivan Pavlov, proses belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi berupa perubahan tingkah laku, syarat-syarat yang dibutuhkan dalam belajar adalah latihan dan pengulangan (http:// made82math.wordpress.com)
Dalam kurikulum tersebut, matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib. Pembelajaran matematik pada saat itu lebih menekankan pada bagaimana cara menghitung. Pelaksanaan pendidikan matematika berpusat pada guru, dimana guru sebagai pemberi informasi lebih mendominasi kegiatan
Terkait dengan pembahasan diatas, penulis bermaksud untuk mengkaji lebih dalam mengenai pembelajaran matematika tradisional yang berkembang di Indonesia. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika tradisional ?, bagaimana strategi belajar yang digunakan ?, dan mengapa matematika tradisional digantikan oleh bentuk pembelajaran matematika yang lain ?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MATEMATIKA TRADISIONALMatematika tradisional adalah pembelajaran matematika yang dikembangkan pada awal kemerdekaan untuk membentuk karakter bangsa indonesia setelah berakhirnya masa kolonialisme di indonesia. Pembelajaran matematika tradisional ini dikembangkan berdasarkan teori belajar behaviouristik yang menekankan pada pembentukan tingkah laku belajar melalui pembiasaan diri yang terjadi melalui latihan dan pengulangan.
laku/latihan. Sistem pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan bersifat obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan bersifat terstruktur, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada individu yang belajar atau pebelajar. Pikiran manusia berfungsi untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pada akhirnya siswa nantinya diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Matematika tradisional merupakan pembelajaran matematika yang berasal dari pengalaman-pengalaman siswa, yang dilakukan dengan melakukan drill (latihan) secara terus menerus yang mekanistik dan cenderung bersifat abstrak. (http://b log.unsri.ac.id).
Menurut Endah Retnowati (http://blog.uny.ac.id), Ciri-ciri Matematika Tradisional yaitu:
1. Mengikuti platonism
matematika memuat jabaran tentang obyek dan hubungannya, serta struktur yang menghubungkannya. 2. Matematika dipelajari sesuai apa yang dikembangkan di
matematika.
Pembelajaran matematika dilaksanakan mengacu pada kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan pembelajaran.
3. Menekankan prosedur-prosedur matematika 4. Jarang menggunakan teknologi
5. Melakukan pemecahan masalah secar rutin
6. Menggunakan metode dril untuk mempelajari konsep dasar 7. Memberikan solusi manual untuk permasalahan aljabar. 8. Menekankan pada bagaimana menyelesaikan masalah 9. Menyajikan soal dalam bentuk cerita (word problems)
tradisional
10. Pembelajaran secara klasikal, latihan-latihan, guru adalah pemberi materi.
Karakteristik matematika tradisional, yaitu: (1) Matematika tradisional mengutamakan keterampilan berhitung dan hafalan, (2) Penggunaan bahasa dan istilah dalam matematika tradisional sederhana, (3) Matematika tradisional menggunakan konsep-konsep lama. (http://jokobando.tripod.com)
B. PEMBELAJARAN MATEMATIKA TRADISIONAL
1. Pendekatan Pembelajaran Matematika Tradisional
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Pembelajaran matematika tradisional menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (Teacher centered approach) sehingga dalam proses pembelajaran, peranan guru lebih dominan dibandingkan siswa. Dalam pembelajaran matematika tradisional, guru mendominasi dalam kegiatan pembelajaran dan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
menekankan pada kemampuan siswa untuk menghafal konsep matematika. Hal tersebut dapat melatih fungsi otak para siswa.
2. Metode Pembelajaran Matematika Tradisional
Wina Senjaya dalam
(http://wikmaping4.blogspot.com), mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya dalam (http://wikmaping4.blogspot.com), menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”(
Pembelajaran Matematika Tradisional menggunakan metode pembelajaran tunggal yaitu metode ekspositori.
Menurut Herman Hudoyo
(http://sunartombs.wordpress.com), metode ekspositori dapat meliputi gabungan metode ceramah, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan dan metode peragaan. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Pada pembelajaran matematika tradisional, Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah divalidasi atau tes buatan guru.
Didalam http://jokobando.tripod.com dikemukakan kelebihan dari pembelajaran matematika tradisional yaitu :
1. Matematika tradisional memperhatikan kemampuan dasar, khususnya dalam operasi hitung pada aritmetika. 2. Mudah diajarkan karena tidak menekankan pada
pehahaman tentang aksioma.
3. Lebih mengutamakan kepada melatih otak.
4. Siswa mempunyai konsep dasar matematika yang kekurangan dari pembelajaran matematika tradisional yaitu :
1. Matematika tradisional mengutamakan keterampilan berhitung dan hafalan daripada pengertian, sehingga modern kita mengatakan “Luas daerah sebuah segitiga adalah ……”. Alasannya ialah karena segitiga itu tidak mempunyai luas.
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, mendorong terjadinya pembaharuan metode dalam pembelajaran matematika. Pada awal tahun 1970-an, matematika tradisional dinilai kurang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat itu, sehingga mulai dikembangkan beberapa teori belajar baru.
W Brownell (http://rokhmat-unes.blogspot.com), mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang keingintahuan siswa, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempunyai karakteristik sebagai berikut:
2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinue
4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur
5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya heterogen.
6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8. Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
(www.rationalamerican.com, 2010)
sedang dipelajari. Siswa terlibat membangun ide-ide, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan struktur-struktur matematika berdasar pengalaman siswa sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
menekankan pada pembentukan tingkah laku belajar melalui pembiasaan diri yang terjadi melalui latihan dan pengulangan.
Pembelajaran matematika tradisional menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (Teacher centered approach). Guru dianggap sebagai gudang ilmu, guru bertindak otoriter dan guru yang lebih aktif dalam pembelajaran di kelas Dalam pembelajaran matematika tradisional, guru mendominasi dalam kegiatan pembelajaran dan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Pembelajaran Matematika Tradisional menggunakan metode pembelajaran ekspositori yaitu metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Pemberian tugas yang diberikan guru biasanya berupa soal-soal (tugas rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok dan hasil pembelajaran yang akan di evaluasi adalah pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai siswa. Namun, pada umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang dibuat sendiri oleh guru mata pelajaran sendiri.
Anonim. 2010.
matematika-tradisional-matematika-modern-atau-http://www.rationalamerican.com. Diakses pada tanggal 28 Pebruari 2011
Anonim. 2010. pengertian-pendekatan-strategi-metode.
http://wikmaping4.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Pebruari 2011.
Anonim. 2010. Teori Behavioristik.
http://made82math.wordpress.com. Diakses pada tanggal 28 Pebruari 2011.
Anonim. 2011. Perkembangan Matematika. http://sinaja4math.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 Pebruari 2011.
Anonim. 2011. Perkembangan Pembelajaran Matematika. http://jokobando.tripod.com. Diakses pada tanggal 27 Pebruari 2011.
Anonim. 2011. Sejarah Matematika. http://wikipwdia.org. Diakses pada tanggal 27 Pebruari 2011.
Marsigit. 2009. Pada pembelajaran tradisional guru terpaksa
sibuk mengontrol siswanya.
http://pbmmatmarsigit.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Pebruari 2011
Retnowati, Endah. 2008. Perang Matematika.
Rokhmat, DR.2008. Penggunaan pola pikir induktif-deduktif dalam pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme .
http://rokhmat-unes.blogspot.com. Diakses pada tanggal 27 Pebruari 2011