• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING

DAN MEMAHAMI ISI WACANA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA CERPEN ANAK

PADA SISWA KELAS IV SDN PASEBAN 01

SEMESTER I TAHUN 2014/2015

NAMA : SUDARSONO NIM : 824 912 567 sdrsono91@gmail.com

Abstrak

Kualitas pembelajaran dapat dilihat pada tingkat aktivitas belajar siswa saat pembelajaran berlangsung, dan tingkat ketuntasan belajar di kelas tersebut. Hal tersebut dapat ditunjang dengan ketrampilan membaca yang baik. Tetapi pada kenyataan di lapangan, ketrampilan membaca sebagaian besar siswa masih rendah sehingga kemampuan memahami teks bacaan juga rendah yang berdampak pada pencapaian kompetensi siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian tindakan perbaikan ini dilakukan yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi pada pembelajaran membaca nyaring dan menggunakan Media Cerpen Anak untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks yang dibacanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode demonstrasi dan Media Cerpen Anak dalam pembelajaran memampuan membaca. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Paseban 01 Kencong semester I 2014/2015 yang berjumlah 14 anak. Dari hasil analisia data yang diperoleh peneliti diketahui bahwa terjadi peningkatan baik aktivitas belaja dari 59.8 pada siklus I menjadi 70.5 pada siklus II, ketuntasn belajar kelas dari 72.9 pada siklus I menjadi 85,7 pada siklus II, dan daya serap siswa dari 71.4 menjadi 77,14. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan membaca nyaring, dan penggunaan madia cerpen dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada para pendidik yaitu perlu adanya perlu pertimbangan dalam menentukan pendekatan dan metode pembalajaran yang ingin diterapkan, juga dalam menentukan media yang digunakan, terutama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kata kunci : Membaca Nyaring, Metode Demonstrasi, Cerpen Anak

PENDAHULUAN Latar Belakang

(2)

pergaulan sebagai anggota keluarga,maupun dalam pergaulan yang lebih luas, yaitu sebagai anggota masyarakat, dan sebagai warga negara.

Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki fungsi sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, ide, cita-cita, kemauan, ekspresi lain yang bersifat manusiawi. Dalam ranah bahasa kita mengenal empat aspek ketrampilan berbahasa , yaitu menyimak, bicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ketrampilan berbahasa inilah yang harus dikuasai oleh peserta didik pembelajran Baahasa Indonesia di sekolah, sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam silabus pembelajaran Bahasa indonesia.

Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik dituntut untuk menguasai keempat aspek ketrampilan berbahasa yang meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Karena dengan penguasaan ketrampilan berbahasa yang baik peserta didik akan mudah menguasai berbagai materi mata pelajaran lain. Dan secara hirarki keempat aspek ketrampilan tersebut harus dikuasai secara bertahap, dimulai dari aspek menyimak (mendengar), berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini sesuai dengan tahapan seorang anak manusia dalam menguasai bahasa.

(3)

dari bahan bacaannya itu. 2) Belum digunakan metode dan media yang kurang efektif yang tepat dalam pembelajaran bahasa, 3) frekwensi penggunaan bahasa Indonesia yang rendah.

Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: (1) Ketrampilan membaca yang masih rendah, (2) penggunaan metode pembelajaran yang belum efektif, (3) penggunaan media pembelajaran yang belum tepat.

Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan diatasi adalah masalah yang ke-2 yaitu penggunaan metode pembelajran yang belum tepat. Metode yang selama ini digunakan adalah metode ceramah, anak diberi penjelasan kemudian disuruh membaca sendiri-sendiri bahan yang disiapkan, sehingga siswa tidak trampil cara membaca yang benar.

Masalah ini sangat penting untuk segera diatasi karena jika tidak, maka akan menimbulkan masalah baru yaitu rendahnya prestasi/hasil belajar siswa.

Alternatif Pemecahan Masalah

Keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk memenuhi keinginan dalam peningkatan kualitas ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah penggunaan metode yang efektif, dan pemilihan media pembelajaran yang tepat untuk menunjang peningkatan keberhasilan belajar siswa yaitu dengan cara (1) Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, yaitu metode demonstrasi / mencontohkan cara membaca dengan teknik yang benar, (2) pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran yaitu media naskah cerpen anak, (3) melibatkan siswa secara qktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, siswa harus menirukan pembacaan yang benar.

Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Dari uraian latar belakang permasalahan di ataas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(4)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas IV dengan menggunakan metode demonstrasi dan media cerpen di SDN Paseban 01 Kencong, Jember pada sesester I tahun 2014/2015.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat (1) Siswa dapat meningkatkan kemampuan /ketrampilan siswa dalam membaca nyaring, mengetahui dan merasakan manfaat dari penggunaan metode demonstrasi dan media cerpen untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring pada siswa. (2) Untuk Peneliti, dapat dijadikan acuan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas yang lain.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sistem lambang yang bermakna, arbiter, konvesional, dam produktif yang dipergunakn oleh setiap individu dan anggota sosial untuk berkomunikasi, bekerjasama dan mengidentifikasi diri.

Secara umum bahasa mempunyai fungsi personal dan sosial. Secara khusus bahasa mempunyai fungsi instrumental, personal, regulator,heuristik, imajinatif, interaktif, dan informatif.

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa Degeng (1997). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

(5)

pembelajaran bahasa Indonesia. Desain yang bertumpu pada kontekstual, konstruktif, komunikatif, intergratif, dan kuantum yang didasari oleh kompetensi dasar siswa.

Kemampuan berbahasa Indonesia berarti siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia. Menghayati bahasa dan sastra Indonesia berarti siswa memiliki pengetahuan bahasa dan sastra Indonesia, dan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.

Ketrampilan Membaca

(6)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca nyaring adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki siswa baik kemampuan fisik maupun kemampuan secara mental untuk menguasai suatu keahlian dalam melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat dari sebuah bacaan yang merupakan kemampuan bawaan mereka sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan praktik.

Membaca Nyaring

Henry Guntur Tarigan (2009: 22) berpendapat bahwa “Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang”.

Membaca nyaring atau membaca bersuara terdiri atas: membaca teknik dan membaca estetik. Keduanya mementingkan: a) Kelancaran dan kebenaran pengucapan kata, b) Suara yang jelas dan fasih sehingga pesan-pesan naskah mudah ditangkap audiens, c) Intonasi (kuat lemahnya tekanan, tinggi rendahnya nada, cepat lambatnya tempo) dan penjedaan secara tepat, d) Pemahaman makna dan penghayatan nuansa naskah, serta e) Penyampaian yang hidup dan komunikatif. 2) Membaca dalam Hati (Membaca Sunyi atau Silent Reading): Membaca dalam hati (membaca tanpa suara) cukup dalam batin saja, mata atau pandangan kita menyusuri untaian kata dari kiri ke kanan (untuk huruf latin, huruf arab sebaliknya), dari atas ke bawah, tanpa mulut berkomat kamit. Membaca sunyi bersifat personal, karena manfaat langsungnya hanya bisa dinikmati dan direguk oleh sang pembaca.

Metode Demonstrasi

(7)

Demonstrasi dalam kamus bahasa Indonesia berarti peragaan. Menurut Sri Anitah ( 2007: 5.25 ) metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat simpulkan bahwa metode demonstrasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami topik bahasan yang harus didemonstrasikan khususnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Metode demonstrasi digunakan guru untuk memperagakan atau menunjukan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.

Peran guru sangat besar ketika mendemonstrasikan sebuah sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Menurut Asef Umar Fakhruddin (2010: 55), peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

Kelebihan dari metode demonstrasi ini adalah (a) Siswa dapat memahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang sebenarnya (b) Dapat Mengembangkan rasa ingin tahu siswa. (c) Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses yang sistematis. (d) Dapat mengetahui hubungan yang struktural atau urutan objek. (e) Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.

Kelemahan dari metode demonstrasi adalah (a) Hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja.(b) Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif. (c) Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi pada hakikatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam penguasaan proses objek tertentu.

(8)

Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.

Manfaat Media Dalam Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebh khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci Kemp dan Dayton (1985) misalnya, mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu : (1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, 2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, 3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga, (5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa , (6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, (7)Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar, (8)Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

(9)

Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :

Tabel 1 : Jenis-Jenis Media

No Golongan Media Contoh dalam Pembelajaran

I Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon

II Cetak

Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar

III Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis IV

VIII Obyek fisik Benda nyata, model, specimen IX

Manusia dan

lingkungan Guru, Pustakawan, Laboran

X Komputer

CAI (Pembelajaran berbantuan komputer), CBI (Pembelajaran berbasis komputer).[7]

Pemilihan Media Pembelajaran

Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah : (a) bermaksud mendemosntrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media; ( b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, (c.) ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih kongkrit; dan (d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya.

Cerpen

(10)

atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431).

Unsur-unsur Cerpen.

Dalam cerita pendek terkandung unsur-unsur intrinsik yaitu :(1) Tema, yaitu pokok gagasan menjadi dasar pengembangan cerita pendek. (2) Plot atau alur, yaitu rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama sehingga menggerakkan jalan cerita melalui perkenalan klimaks dan penyelesaian. (3) Penokohan dan perwatakan yaitu cerita pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya. (4) Seting atau latar yaitu tempat dan waktu terjadinya cerita (5) Sudut pandang yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita. (6) Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, kritik dan sebagainya. Selain unsur Intrinsik, dalam cerpen dikenal adanya unsur ekstrinsik. Yaitu antara lain latar belakang pengarang, keadaan sosial budaya ketika karya sastra itu diciptakan.

Tungsi Cerpen

Fungsi sastra dalam hal ini cerpen dibagi dalam lima golongan yaitu : (1) Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para penikmat atau pembacanya. (2) Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya. (3) Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para pembacanya. (4) Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya. (5) Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmatnya atau pembacanya.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu

(11)

pelajaran 2014/2015 yang dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 (selama rentang waktu antara bulan Oktober sampai akhir Nopember 2014). Dan yang akan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain kepala sekolah, dan teman-teman sejawat di lembaga ini, dan tentu saja supervisor II selaku pembimbing yang telah ditetapkan.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Desain dan prosedur dari penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi serta diikuti dengan perencanaan ulang jika diperlukan.

Adapun model siklus menurut Suharsimi Arikunto,dkk (2009:16) dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.

Gambar 1. Gambar Prosedur PTK Siklus 1

(12)

persepsi tentang metode demostrasi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran membaca nyaring. (d) Menetapkan dan menyusun rancangan tindakan secara garis besar.

Rancangan tindakan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Siswa mendengar penjelelasan guru tentang aspek membaca nyaring. (2) Guru menyiapkan media yang sesuai. (3) Guru mendemonstrasikan cara membaca nyaring dengan baik dan benar. (4) Siswa diminta untuk membaca nyaring sesuai dengan demonstrasi yang guru berikan. (5) Guru membimbing siswa dalam membaca nyaring yang baik dan benar. (6) Siswa diminta untuk membaca nyaring berdasarkan bimbingan. (7) Siswa membuat kesimpulan. (8) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran

Tahapan Pelaksanaan

Dalam pelaksaan tindakan ini lebih menekankan guru untuk mendemonstrasikan cara membaca nyaring secara rinci dengan memperhatikan atau menambahkan beberapa hal penting, seperti lafal dan, intonasi yang tepat. Adapun salah satu kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sebagai berikut. (a) Siswa menyimak penjelasan guru tentang aspek-aspek membaca nyaring yaitu dengan menggunakan lafal, intonasi, tempo, jeda, dan ekspresi. (b) Siswa menyimak cara guru mendemonstrasikan cara membaca nyaring dengan lafal, intonasi, dan jeda yang tepat dengan menambahkan beberapa hal, seperti gerakan, ekspresi, maupun aksesoris yang lainnya. (c) Siswa memperagakan cara membaca nyaring dengan lafal, intonasi, jeda, dan tempo yang tepat. (d) Guru membimbing siswa dalam mendemonstrasikan cara membaca yang baik dan benar dengan memberikan beberapa penguatan seperti dengan menggunakan kata-kata; bagus, benar, hebat, yang dapat memotivasi siswa. (e) Melakukan evaluasi secara lisan. (f) Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Tahap Obserasi atau pengamatan.

Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan oleh teman sejawat selama pembelajaran berlangsung. Teknik yang digunakan adalah teknik pengamatan terhadap aktifitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Tahap Refleksi.

(13)

Kekurangan yang ditemukan menjadi dasar untuk merencanakan tindakan perbaikan penelitian ke siklus II.

Siklus II

Tahapan pada siklus II ini terdiri dari ; (1) Tahap Perencanaan, peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama. (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama. (3) Tahap observasi atau pengamatan, peneliti dan guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran (4) Tahap refleksi. pada tahap refleksi dilakukan analisis atau diskusi dengan observer untuk membahas kelemahan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil observasi. Kekurangan yang ditemukan menjadi dasar untuk merencanakan tindakan perbaikan penelitian ke siklus selanjutnya.

Teknik Analisis Data

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek atau daerah yang diteliti, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Menurut Hadari Nawawi, observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. (Hadari Nawawi, 1996:100). Menurut Sutrisno Hadi, observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau pemusatan perhatian terhadap sesuatu dengan menggunakan seluruh indra. (Sutrisno Hadi, 1993:120)..

Alat pengumpul data Alat pengumpul data yang peneliti gunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan teknik pengumpulan data, yaitu berupa lembar observasi, untuk mengukur kinerja siswa dan kinerja guru pada pelajaran Bahasa Indonesia. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan (observasi) akan dianalisis menggunakan perhitungan persentase sebagai berikut:

(14)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal.

Setelah peneliti mencermati ternyata siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan oleh guru yang dalam pembelajaran membaca nyaring belum sepenuhhnya menggunakan metode yang tepat, sehingga siswa belum memiliki ketrampilan bahasa aspek membaca dengan baik.

Oleh karena itu tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan tidak tercapai, khususnya untuk Kompetensi Dasar 3.5 “Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu – Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih dan memilah kosakata baku”, KKM yang ditetapkan ditetapkan 2,66 (66,5 untuk skala 0 – 100). Nilai rata-rata yang dicapai dari 14 siswa adalah 57,9 sebagaimana terlihat pada tabel berikut;

Tabel 2 :Rekapitulasi Rata-rata Perolehan Hasil Belajar Prasiklus

No Besar Nilai Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai

1 91 - 100 1

60.7

2 81 - 90 3

3 71 - 80 4

4 61 - 70 3

6 51 - 60 1

6 40 - 50 2

Jumlah Siswa 14

Sedangkan siswa yang mencapai KKM baru 57,14 % atau 8 dari 14 siswa, untuk menghitng pencapaian tingkat ketuntasan kelas digunakan rumus sebagimana terlihat di bawah ini :

Ketuntasan kelas=Jumla h siswa yang tuntasJumla h seluru h siswa x100 %

(15)

= 57,14 %

Deskripsi Hasil Siklus 1 Perencanaan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah : Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , merancang skenario pembelajaran membaca nyaring dengan sebaik-baiknya dengan langkah-langkah serta media pembelajran yang telah diperbaiki dan disempurnakan, menyiapkan media pembelajaran naskah cerpen anak sebanyak 14 ekssemplar, menyusun instrumen observasi, evaluasi dan refleksi, pedoman observasi, wawancara, memastikan kesediaan teman sejawat sebagai observer

Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014, dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada siswa kelas IV semester I dengan jumlah 14 siswa, siswa laki-laki 6 anak, dan siswa perempuan 8 anak selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit, 1 x pertemuan) mulai pukul 07.00 sampai dengan 08.10 WIB sesuai tahap perencanaan yang telah disusun. (1) Tahap apersepsi waktu kurang lebih 15 menit, guru memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan melakukan : Guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan anak-anak pada waktu pagi hari dengan pertanyaan “ Apa saja yang kamu lakukan sejak bangun pagi sampai berangkat ke sekolah?”.

Setelah sampai pada jawaban “ Makan pagi.. Pak”

Guru memberi pertanyaan “ Apa menu makan pagi kamu hari ini?” Siswa menjawab dengan berbagai jawaban

Untuk membawa siswa pada kegiatan inti, guru menyampaikan pesan untuk makan makanan sehat, karena makanan sehat dan bergizi tidak mahal dan tidak harus dibeli dari restoran atau toko kue.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

(16)

Guru mengatur kelas dalam 4 kelompok kecil, dengan anggota masing-masing 4, 4,4,3

Guru memberi petunjuk pada siswa cara membaca yang benar, dengan memperhatikan beberapa hal. Misalnya lafal, intonasi, dan jeda yang tepat.

Guru menyiapkan media berupa naskah cerpen anak “Turutilah Kata Orang Tuamu” sejumlah siswa yang hadir.

Guru menyontohkan pembacaan naskah cerpen yang benar. untuk ditirukan siswa Guru memperhatikan bacaan siswa, jika ada yang kurang tepat, guru segera memperbaikinya.

Siswa membaca naskah cerpen “Turutilah Kata Orang Tuamu” dengan suara nyaring, dan guru mengamati bacaan siswa (penilaian ke 1)

Secara berkelompok siswa membuat ringkasan tentang isi cerpen tersebut. Mewakili kelompoknya, siswa mempresentasikan kepada kelompok lain.

Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar soal (Penilaian no. 2)

Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang lebih obyektif. Paada penelitian ini, observasi dilakukan bekerjasama dengan kolaborator (mitra kerja) yaitu seorang teman guru atas nama Sugiyo,S.Pd. Kolaborator berperan mengamati kegiatan belajar siswa dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selama proses pembelajaran sesuai dengan lembar pengamatan, serta memberi umpan balik (masukan) dan pertimbangan saat dilakukan refleksi.

Kegiatan observasi yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Selama pembelajaran berlangsung, kolaborator mengamati aktivitas siswa.

Bersama kolaborator, guru melakukan pengamatan, pemantauan sebagai bahan evaluasi dan refleksi.

Guru melakukan penilaian menggunakan lembar tes Siswa menngumpulkan hasil kerja kelompok

(17)

Data yang terkumpul selama obsevasi adalah sebagai berikut: (1) Hasil observasi aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 :Rekapitulasi Keaktivan Belajar Siswa pada Siklus 1

No Aspek aktivitas siswa Jml

Siswa Aktif prosentasi

1 Mendengarkan penjelasan guru 14 12 85.7

2 Membaca materi 14 8 57.1

3 Bertanya 14 5 35.7

4 Menjawab pertnyaan guru 14 7 50.0

5 Menanggap jawaban teman 14 9 64.3

6 Memberi sumbangan pendapat 14 4 28.6

7 Berdiskusi/bertanya dengan teman 14 10 71.4

8 Menanggapi hasil kerja 14 12 85.7

% Rata-rata 59.8

Analisis Hasil Belajar Siswa

No Nama Kriteria Penilaian1 2 3 4 Nilai Ket

1 EKA 3 3 4 4 88 TUNTAS

2 RINI 4 4 4 3 94 TUNTAS

3 FIKI 3 3 4 3 81 TUNTAS

4 VINA 4 3 4 4 94 TUNTAS

5 LINA 3 2 2 3 63 TIDAK

6 KHOIRUL 4 3 4 3 88 TUNTAS

7 FITA 4 2 2 3 69 TUNTAS

8 LINDA 2 2 2 3 56 TIDAK

9 SEPTI 3 2 2 3 63 TIDAK

10 SIS 3 3 3 3 75 TUNTAS

11 RESTI 3 3 3 3 75 TUNTAS

12 TIO 1 1 3 1 38 TIDAK

13 USWA 3 2 3 3 69 TUNTAS

14 DIRA 4 3 4 4 94 TUNTAS

Ket: 1. Pelafalan kata 3. Pemenggalan kalimat 2. Intonasi 4. Pemahaman isi cerpen

(18)

Ketuntasan Belajar¿1014x100 = 71,14 %

Data perolehan hasil analisis tes hasil belajar siswa pada siklus I terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5: Rata-rata nilai siswa pada silkus 1

No Besar Nilai Jumlah

Siswa Rata-Rata Nilai

1 80 - 100 0

72.86

2 61 - 80 10

3 41 - 60 3

4 21 - 40 1

6 0 - 20 0

Jumlah Siswa 14

Sedangkan tingkat ketuntasan belajar siswa terlihat pada tabel berikut: Tabel 6 :Tingkat Ketuntasa Belajar Siswa pada Siklus 1

No Perolehan Siswa Jumlah Prosentase

1 Siswa yang tuntas belajar 10 71.4

2 Siswa yang belum tuntas belajar 4 28.6

3 Ketutasan klasikal 71.4

Refleksi

(19)

Berdasarkan temuan tersebuat, dan hasil dari diskusi dengan kolaborator, maka yang perlu dilkukan pada siklus berikutnya adalah : (a) Pembentukan kelompok hendaknya memperhatikan kemampuan anggotanya, dan harus diupayakan siswa yang kemampuannya di atas rata-rata disebar secara merata pada semua kelompok (b) Anak yang tidak dapat/ belum lancar membaca harus mendapat perhatian khsus dari guru. (c) Lebih banyak memancing siswa yang kurang aktif dengan pertanyaan- pertanyaan. (d) Untuk pemerataan giliran pada siswa bisa menggunakan undian/permainan. (e) Beri dorongan dengan pujian pada siswa agar lebih berani bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan. (f) Guru hendaknya lebih baik dalam mengatur waktu yang tersedia.

Deskripsi Hasil Siklus 2 Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah : (a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) perbaikan, (b) Merancang skenario pembelajaran membaca nyaring dengan sebaik-baiknya dengan langkah-langkah serta media pembelajran yang telah diperbaiki dan disempurnakan, (c) Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar. (d) Menyusun instrumen observasi, evaluasi dan refleksi, pedoman observasi, wawancara.

Pelaksanaan Tindakan)

Tahap pelaksanaan pada hari Rabu, 22 Oktober 2014, mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada siswa kelas IV semester I dengan jumlah 14 siswa, laki-laki 6 anak perempuan 8 siswa selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit, 1 x pertemuan) mulai pukul 07.00 sampai dengan 08.10 WIB sesuai tahap perencanaan yang telah disusun.

(20)

membawa siswa pada kegiatan inti, guru memperingatkan pada siswa untuk berhati-hati dalam memilih makanan/ jajanan yang akan dibeli

Tahap kegiatan inti atau kegiatan pokok pembelajaran yang dilakukan selama kurang lebih 40 menit, kegiatan tersebut adalah: (a) Guru mengatur kelas dalam 4 kelompok kecil, dengan anggota masing-masing 4, 4,4,3 (b) Guru menyiapkan media berupa gambar-gambar bahan makanan, zat pengawet, dan zat pewarna makanan yang diizinkan untuk makanan. (c) Guru juga menyiapkan media gambar tentang zat pengawet, dan pewarna makanan yang dilarang untuk makanan. dan gambar penyakit akibat mengonsumsi makanan yang mengandung zat pengawet dan pewarna. (c) Guru memberi kesempatan bertanya tentang masalah yang sedang dibahas. (d) Guru memberi contoh cara membaca yang benar, dan siswa bersam-sama menirukan bacaan guru. (e) Siswa membaca teks bacaan tentang bahaya makanan berpengawet (boraks dan makanan yang mengandung MSG) dengan suara nyaring. (f) Secara berkelompok siswa membuat ringkasan tentang isi teks dengan kalimat sendiri dengan memperhatikan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. (g) Mewakili kelompoknya, siswa memberikan komentar tentang isi teks. Siswa memberikan pendapat tentang hal baik apa yang dapat dipelajari dari informasi yang didapat. (h) Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran (Penilaian no. 1)

Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang lebih obyektif. Paada penelitian ini, observasi dilakukan bekerjasama dengan kolaborator (mitra kerja) yaitu seorang teman guru atas nama Suhartini,S.Pd. Kolanorator berperang mengamati kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran sesuai dengan lembar pengamatan, serta memberi umpan balik (masukan) dan pertimbangan saat dilakukan refleksi.

(21)

menngumpulkan hasil kerja kelompok, Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan.

Data yang terkumpul selama obsevasi adalah sebagai berikut: Hasil observasi aktivitas belajar siswa selama proes pembelajaran terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7 : Rekapitulasi aktivitas siswa pada Siklus 2

No Aspek aktivitas siswa Jml

Siswa Aktif prosentasi

1 Mendengarkan penjelasan guru 14 12 85.7

2 Membaca materi pelajaran 14 10 71.4

3 Bertanya 14 7 50.0

4 Menjawab pertnyaan guru 14 11 78.6

5 Menanggap jawaban teman 14 9 64.3

6 Memberi sumbangan pendapat 14 8 57.1

7 Berdiskusi/bertanya dengan teman 14 10 71.4

8 Menanggapi hasil kerja 14 12 85.7

% Rata-rata 70.5

Analisis Hasil Belajar Siswa

Tabel 8 : Nilai siswa pada siklus 2

No Nama Kriteria Penilaian Nilai Ketera ngan

(22)

Tabel 9 : Nilai rata-rata belajar siswa

No Besar Nilai Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai

1 80 - 100 5

78

2 61 - 80 6

3 41 - 60 3

4 21 - 40 0

6 0 - 20 0

Jumlah Siswa 14

Dari hasil analisis hasil belajar siswa pada Siklus 2 diketahui ketuntasan belajar siswa seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 10 : Ketuntasa Belajar pada Siklus 2

No Perolehan Siswa Jumlah Prosentase

1 Siswa yang tuntas belajar 12 85,7 2 Siswa yang belum tuntas belajar 2 35,6

3 Ketutasan klasikal 85,7

Refleksi

Berdasarkan hasil analisis dari pengamatan pada siklus 2 ini diperoleh banyak temuan, di antaranya adalah; (1) Pembagian kelompok pada siklus 2 ini dilakukan dengan mengacak dengan cara membagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan perolehan hasil test sebelumnya, (2) Kelemahan masih terjadi pada beberapa siswa yang tidak dapat membaca/ membacanya tidak lancar. (3) Siswa masih tampak kurang aktif, karena masih ada beberapa siswa belum rmemahami masalah yang dibahasnya. (4) Tidak semua siswa mendapat giliran menjawab pertanyaan (5) Sudah ada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Pembahasan

(23)

Aktivitas belajar siswa dalam berbagai aspek selama proses pembelajaran, telah mengalamai perubahan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus satu apalagi pada siklus 2. Hal ini terlihat pada tebel 2 dan tabel 6. Aktivitas belajar siswa telah mengalami perubahan dengan adanya peningkatan prosentase pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 tingkat keaktifan siswa mencapai 59,8 %, dan pada siklus 2 keaktifan belajar siswa mencapai 70 %.

Hasil Analisis Tes Hasil Belajar Siswa

Gambaran hasil tes belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11 : Gambaran Peningkatan Keberhasilan N media gambar dalam pembelajaran membaca nyaring pada siswa kelas IV dapat berdampak positif , yaitu dengan adanya peningkatan aktivitas belajar maupun daya serap terhadap materi pelajaran. Hal ini karena siswa dapat mengucapkan/ melafalkan kata demi kata dengan lafal yang benar, serta menggunakan pemenggalan kata dan kalimat, serta intonasi dengan benar. Dampak dari keadaan ini siswa dapat lebih mudah memhami isi bacaan yang sedang dibacanya.

Perubahan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami bacaan mengalami peningkatan hal ini berbanding lurus satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik bacaan siswa akan semakin baik pula pemahaman terhadap kandungan / isi bacaan tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini :

(24)

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar membaca nyaring siswa kelas IV SDN PASEBAN 01 Kencong, pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi dan media cerpen anak serta ditunjang gambar berupa bagan. Hal ini terlihat dalam siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 10 siswa dari 14 siswa (71,4%). Hal ini sangat berbeda dengan kondisi siswa pada prasiklus I. Pada kondisi prasiklus I, siswa yang mencapai KKM baru 6 siswa dari 14 anak (42,6%). Pada siklus II kemajuan hasil belajar terjadi cukup bagus, karena mengalami kenaikan lagi. Untuk siswa yang mencapai KKM adalah 78,6 %. Sedangkan capaian nilai rata-rata kelas adalah 77,4

Saran

Saran peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah: Bagi Guru hasil PTK ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembalajaran serta media yang digunakan, Agar tujuan dari pembelajaran bahasa dapat tercapai dengan baik. Bagi kepala sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan wacana positif, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk meningktakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran. Bagi siswa diharapkan kepada siswa agar memanfaatkan potensi dalam menerapkan keterampilan membaca nyaring, karena pesan yang terkandung dalam bacaan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu siswa

DAFTAR PUSTAKA

Fakhruddin, A.U,. (2010). Menjadi Guru Favorit! Pengenalan, Pemahaman, dan Praktek Mewujudkannya. Jogjakarta: Andi Ofset

Basiran, Mokh. 1999.Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum

1994?. Yogyakarta: Depdikbud.

Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI

Petra Christian. (2008). Pengertian Kemampuan. (online). (http://digilib.petra. ac.id/viewer.php?

(25)

Sri Anitah W. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Suharsimi Arikunto, Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sutrisno Hadi. 1993. Metodelogi Rearch. Yogyakarta : Andi Ofset.

Syafi’ie, Imam. 1994. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Gambar

Gambar 1. Gambar Prosedur PTK
Tabel  4 : Tabel nilai siswa pada silkus 1
tabel berikut ini:
Tabel 7 : Rekapitulasi aktivitas siswa pada Siklus 2
+3

Referensi

Dokumen terkait

ngandung sebuah aturan multi-cut* yang muncul sebagai aturan inferensi paling ba- wah pada P, maka S dapat dibuktikan tanpa aplikasi aturan multi-cut*.. Lemma di atas

objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk.. objek atau orang

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti mengambil judul penelitian sebagai berikut: “Pengaruh Lingkungan Kerja, Kompensasi, dan

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan hasil belajar sains menggunakan performance assessment berbasis scientific approach dengan performance assessment

Sedangkan warga masyarakat khususnya remaja usia sekolah berperan sebagai penerima informasi (Galba, 1995:65-66). Bagi sebagian remaja di Dusun Banyu Putih Timur, Desa

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian perkara kepailitan (Majelis Hakim, Hakim.. 117

Internal Humas merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan dengan publik yang ada didalam perusahaan. Tujuan adalah untuk mempererat hubungan antara pimpinan dengan

Untuk lesi besar dan luas mencapai lebih dari 30 mm, lesi displasia moderat, dan karsinoma in situ, krioterapi tidak menguntungkan dibanding dengan laser.. Jika dibandingkan