• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIKDI KOTA BATU Viqi Zulfikar Kusuma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIKDI KOTA BATU Viqi Zulfikar Kusuma"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KOTA BATU

Viqi Zulfikar Kusuma

ABSTRAK: Dewasa ini dunia pertanian telah banyak dimasuki oleh dunia teknologi, khususnya adalah teknologi modern. Teknologi modern dalam dunia pertanian menyumbang cukup banyak kemajuan. Teknologi modern sangat memudahkan petani untuk melakukan kegiatan pertanian yang nantinya dapat memanen hasil dengan maksimal. Tetapi disamping itu teknologi pertanian modern juga memiliki dampak negatif bagi beberapa aspek, khususnya jika membudidayakan pertanian anorganik. Solusi untuk permasalahan tersebut, salahsatunya adalah dengan mengembangkan budidaya pertanian organik. Pertanian organik memiliki dampak positif terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan pada budidaya pertanian organik adalah bahan organik yang ramah terhadap lingkungan. Saat ini, di kota Batu sedang gencar-gencarnya menggalakkan pertanian berbasis organik, dan teknik pertanian ini pun telah menyebar di kalangan petani kota Batu. Teknik pertanian seperti ini lah yang memiliki prospek yang baik untuk ke depannya sehingga perlu dikembangkan.

Kata kunci: Pertanian organik, pertanian anorganik, pengembangan, kota Batu

Kota Batu adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Timur. Kota ini merupakan kota yang akhir-akhir ini berkembang pesat dikarenakan sektor pariwisatanya. Kota batu memiliki banyak tempat wisata alami maupun buatan yang sudah terkenal di telinga para wisatawan. Kota Batu bersebelahan dengan kota Malang, karena dulunya kota Batu masuk dalam wilayah administratif kabupaten Malang, tapi kini kota Batu telah resmi menjadi kota sendiri yang mandiri lepas dari Malang. Kota Batu berada pada daerah pegunungan, terbukti bahwa banyak gunung yang ada di kota Batu antara lain gunung Arjuno, gunung Panderman, gunung Anjasmoro, gunung Banyak, dan gunung Welirang, sehingga kota Batu memiliki elevasi yang cukup tinggi yakni 680-1.200mdpl. Hal tersebut menjadikan kota Batu terasa sangat dingin bagi para wisatawan yang datang

Ketinggian elevasi kota Batu menyebabkan kota Batu memiliki udara yang sejuk dan suhu yang cukup dingin dibanding kota-kota lain yang berada pada dataran

(2)

rendah. Hal ini lah yang mendorong banyaknya jenis-jenis kegiatan pertanian di kota Batu, yang kebanyakan adalah kegiatan perkebunan. Walaupun petani dan lahan pertanian di kota Batu dari tahun ke tahun terus menerus mengalami penyusutan akibat dari berkembangnya sektor pariwisata, akan tetapi kegiatan pertanian di kota Batu masih saja ada dan sangat produktif dikarenakan petani adalah profesi tetap bagi sebagian masyarakat kota Batu.

Kota Batu yang dulunya berbasis pada pertanian, kini terdesak oleh sektor pariwisata. Contoh nyatanya yakni banyak perkebunan yang dialih fungsi kan menjadi pertokoan, penginapan, pemukiman, maupun bangunan lain. Hal ini menjadikan petani tak lagi memiliki luas lahan yang cukup besar, petani lebih memikirkan dari segi ekonomi dan hasil panen, sedangkan luas lahannya pun tidak begitu luas seperti dahulu kala. Tuntutan seperti membuat petani menggunakan cara-cara yang cenderung berdampak negatif, bisa dikatakan lebih mementingkan sisi ekonomi dari pada sisi lingkungan.

Di masa modern seperti saat ini, manusia cendrung memilih sesuatu yang mudah dan instan tanpa memikirkan dampak atau akibat yang akan ditimbulkan di masa yang akan datang, hal tersebut terjadi di segala bidang khususnya di bidang pertanian. Kini, petani sudah banyak mendapatkan teknologi-teknologi untuk memaksimalkan hasil tani nya tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi. Dalam teknik pertanian, petani di kota Batu lebih memilih membudidayakan pertanian secara anorganik, dikarenakan teknik pertanian anorganik yang mudah dan hasilnya pun cukup memuaskan. Salah satu contohnya adalah dari segi perawatan, pada teknik pertanian anorganik perawatan yang dilakukan sangat mudah, karena bahan kimia pada pupuk maupun pestisida bekerja dengan baik, sehingga petani hanya perlu sesekali mengontrol tanamanya. Selain itu bahan-bahan pada teknik pertanian anorganik sangat mudah didapatkan, contohnya pestisida, insektisida, dan pupuk kimia juga bahan-bahan kimia lainnya.

(3)

menyebabkan pengurasan unsur hara dari dalam tanah dalam jumlah besar pada saat panen (Syafuddin dan Idris 2005:1). Dalam artian, bahwa bahan-bahan kimia yang digunakan pada pertanian anorganik telah banyak merusak kondisi tanah.

Dalam mengatasi masalah dalam teknik pertanian modern perlu dilakukan suatu perubahan mendasar mengenai teknik pertanian yang ada saat ini, yaitu mencoba mengganti/merubah teknik pertanian anorganik dengan teknik yang berbasis organik, atau bisa dikatakan usaha untuk lebih menggunakan bahan yang ada di alam dibanding menggunakan bahan-bahan kimia di pasaran. Agaknya terlalu berisiko untuk mengarahkan petani menerapkan pertanian organik, kalau tidak mampu memberikan jaminan dan bukti nyata terhadap peningkatan harga dan pendapatan petani dengan korbanan besar yang harus mereka berikan dalam menerapkan usahatani organik tersebut (Nurhidayati dkk, 2008:5).

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan-bahan-bahan kimia buatan pabrik. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan (Nurhidayati dkk, 2008:3).

METODE

Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada. Sedangkan studi dilakukan dengan cara penelusuran literatur agar data-data yang dibutuhkan terkumpul. Data-data yang dimaksud dapat berupa informasi-informasi dari buku tertulis maupun materi-materi pada tulisan elektronik (e-book) yang sekiranya terkait, dapat digunakan dan menunjang penulisan.

Penelusuran literatur yang dilakukan berkaitan dengan penelitian tentang pertanian organik. Penelitian dibatasi pada kajian beberapa penelitian maupun buku yang telah tertera pada daftar rujukan, antara lain :.

(4)

Pada jurnal tersebut, Syafuddin dan Idris mencoba menjelaskan mengapa petani memilih atau tidak memilih pertanian dengan sistem organik. Pertanian dengan sistem organik memberikan keuntungan baik ditinjau dari segi lingkungan maupun segi ekonomi. Keuntungan dari segi ekonomi terutama diharapkan dari premi yang diperoleh dan biaya perawatan yang rendah. Memang banyak alasan, dan alasan ini bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Petani ingin melakukan pertanian organik terutama disebabkan oleh semakin mahalnya harga bahan-bahan kimia, dan adanya pemintaan pasar akan produk bahan organik yang cukup tinggi. Banyak pula petani mengetahui bahwa dengan pertanian organik kelestarian lingkungan akan lebih terjamin, hal-hal tersebutlah yang mendorong petani untuk berpindah ke sistem pertanian organik. Sedangkan hal-hal yang membuat petani tidak memilih sistem pertanian organik juga di sebabkan oleh beberapa sebab. Umumnya petani mulai meninggalkan pertanian organik bila

(a) adanya keterbatasan tenagakerja

(b) telah diperkenalkannya teknologi modern yang canggih dengan masukan tinggi dan tersedianya kredit,

(c) adanya masalah ketidakjelasan dalam penguasaan tanah yang membuat petani enggan melakukan sistem pertanian yang permanen

(d) ketidakjelasan prosedur pemasarannya.

Misalnya seorang petani menanam jagung organik pada lahannya, tetapi petani jagung lainnya tidak melaksanakan. Maka residu kimia dari petani jagung yang menggunakan bahan kimia masuk ke lahan petani jagung yang menggunakan bahan organik, sehingga produknya ditolak oleh pasar dan dinyatakan bukan produk organik. Akhirnya petani tersebut pun lebih memilih melakukan sistem pertanian anorganik

Syafuddin dan Idris juga mencoba menjelaskan mengenai masalah pertanian dan lingkungan, ancaman terhadap kelestarian alam, mengapa efisiensi absorsi hara oleh tanaman rendah, usaha meningkatkan efisiensi serapan hara secara biologis, usaha meningatkan efisiensi serapan hara secara biologis, dan tantangan pertanian organik dimasa yang akan datang.

2. Peter Tandisau dan Herniwati (2009) pada jurnal “Prospek Pengembangan

(5)

(pertanian anorganik) kini sangat marak dan melekat pada petani, tetapi disisi lain telah membawa kerugian besar begi pembangunan pertanian di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. Program pembangunan pertanian selama lebih dari 30 tahun (Bimas, Intensifikasi,Insus, dll) berhasil meningkatkan produksi, pendapatan, kesejateraan petani, dan martabat bangsa. Namun di sisi lain cara pertanian tersebut ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, mengganggu keberlanjutan kehidupan. Oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah atau dampak negatif terhadap lingkungan tersebut. Pertanian organik merupakan cara tepat mengatasi dampak negatif pertanian modern. Budidaya pertanian organik prospektif dikembangkan di Sulawesi Selatan, walaupun diakui akan menghadapi beberapa masalah dan tantangan dari aspek teknis, ekonomis, sosial dan kebijakan. Karena itu pengembangan pertanian organik ke depan di Sulawesi Selatan masih butuh waktu dan pembahasan.

Peter Tandisau dan Herniwati juga memiliki opsi/pilihan lain untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan dari pertanian modern (anorganik), yakni pertanian secara tradisional. Pertanian tradisional adalah Sistem pertanian yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada, antara lain penggunaan varietas lokal, dengan dan tanpa pupuk (organik), tanpa pestisida,tanpa alat dan mesin pertanian modern (kerbau, kuda, sapi). Cara pertanian seperti ini diakui tidak memberikan hasil yang memadai (hasil rendah). Namun demikian sistem itu dianggap berwawasan lingkungan. Sementara modernisasi pertanian marak, ternyata di beberapa tempat masih dijumpai usaha tani lokal-tradisional khususnya di Sulawesi Selatan. Pertanian tradisional masih ada dan utuh dipertahankan, dan lainnya mengadopsi cara modern yang dianggap bermanfaat. Maka yang paling tepat adalah dengan membudidayakan pertanian organik.

(6)

keamanan terhadap racun terjamin). Oleh karena itu pertanian organik tidak berarti hanya meninggalkan praktek pemberian bahan non organik,tetapi juga harus memperhatikan cara-cara budidaya lain, misalnya pengendalian erosi, penyianganm pemupukan, pengendalian hama dengan bahan-bahan organik atau non organik yang diizinkan. Dari segi sosial ekonomi, keuntungan yang diperoleh dan produksi pertanian organik hendaknya dirasakan secara adil oleh produsen, pedagang dan konsumen.

Peter Tandisau dan Herniwati juga mencantumkan standart umum pertanian organik yang dibuat oleh IFOAM (Federation of Organic Agriculture Movements) pada tahun 1992, yakni sebagai berikut :

a. Lingkungan. Lokasi kebun harus bebas dari kontaminasi bahan-bahan kimia sintetik. Karena itu pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang memakai pupuk buatan, pestisida kimia, dan lain-lain yang tidak dizinkan.

b. Bahan Tanaman. Varietas yang ditanam sebaiknya yang telah beradaptasi baik di daerah yang bersangkutan, dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

c. Pola Tanam. Pola tanam hendaknya berpijak pada prinsip-prinsip konservasi tanah dan air, berwawasan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan.

d. Pemupukan dan Zat Pengatur Tumbuh. Bahan organik sebagai pupuk adalah sebagai berikut :

-Berasal dari kebun atau luar kebun yang diusahakan secara organik

‐Kotoran ternak, kompos sisa tanaman, pupuk hijau, jerami, mulsa lain, urin ternak, sampah kota (kompos) dan lain-lain bahan organik asalkan tidak tercemar bahan kimia sintetik atau zat-zat beracun.

Pupuk buatan (mineral)

‐Urea, ZA, SP36/TSP dan KCl,tidak boleh digunakan

‐K2SO4(Kalium Sulfat) boleh digunakan maksimal 40 kg/ha; Kapur, kieserit, dolomit, fosfat batuan boleh digunakan

(7)

‐Semua pestisida buatan (kimia) tidak boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM

‐Pestisida hayati diperbolehkan

Indonesia khususnya Sulawesi Selatan memiliki potensi dan peluang yang cukup besar dalam rangka pengembangan pertanian organik. Potensi sumberdaya pertanian antara lain lahan, tanaman,manusia, teknologi dan lain-lain, cukup tersedia. Sistem pertanian organik sudah sejak dulu dilakukan oleh petani sebelum program BIMAS. Hingga saat ini masih dijumpai di beberapa daerah, petani tetap mempertahankan cara pertanian tersebut. Oleh karena itu teknologi pengembangan pertanian organik tidak akan menghadapi problem yang berarti dalam penerapannya. Teknologi pertanian organik relatif tersedia dan mudah dilakukan.Teknologi pembuatan kompos, pupuk-pupuk organik, ketersediaan jerami, pupuk kandang, sisa (limbah) tanaman, sampah kota, tersedia dan melimpah serta mudah diperoleh.

3. Nurhidayati dkk (2008) dalam e-book pertanian organik, Suatu Kajian Sistem

Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan, menjelaskan secara rinci dan detail

mengenai pertanian organik, juga dijelaskan bahwa sejauh ini pertanian organik disambut oleh kalangan masyarakat, meskipun dengan pemahaman yang berbeda. Berdasarkan survei di lahan petani Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dilakukan Balai Penelitian Tanah, perbedaan paham tentang pertanian organik di beberapa petani tergantung pengarahan yang disampaikan. Petani Jawa Barat tampaknya lebih maju karena mereka umumnya petani sudah mapan, dan komoditi dikembangkan adalah sayur-sayuran serta buah-buahan (contoh: salak Pondoh). Di Jawa Tengah, selain buah-buahan seperti Salak juga mulai dikembangkan padi organik. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah Jawa Tengah mendukung sepenuhnya petani yang membudidayakan padi secara organik, antara lain dengan cara membeli produksi petani sampai produksinya stabil dan petani bisa mandiri. Contoh di kabupaten Sragen, dicanangkan gerakan ’Sragen Organik’ Di Jawa Timur, umumnya berkembang kebun buah-buahan organik seperti Apel Organik.

(8)

Pertanian Kota Batu

Kota batu adalah nama kota yang sudah tidak asing lagi di telinga para wisatawan karena kota Batu memiliki banyak tempat wisata maupun buatan maupun alami. Hal ini pun mendorong kota Batu untuk terus memajukan sektor pariwisata nya, hasilnya banyak bangunan-bangunan yang berkaitan maupun menunjang kegiatan pariwisata didirikan. Tetapi harus juga diingat bahwa kota Batu adalah kota yang dulunya berbasis pada sektor pertanian. Dan kini, kota Batu pun adalah kota pariwisata yang berbasis pertanian.

Kota Batu merupakan kota pariwisata dengan basis pertanian. Penduduk kota Batu hampir sebagian besar bermata pencaharian utama sebagai petani. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi Pemerintah Daerah Kota Batu untuk memprioritaskan sektor pertanian dan pariwisata dalam pembangunan ekonomi dan wilayah. Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang diharapkan dapat bersinergi dengan pertumbuhan sektor lainnya seperti pariwisata, perdagangan dan industri (Kota

Batu Dalam Angka 2014)

Dari kutipan tersebut telah diketahui bahwa maju pesatnya sektor priwisata di kota Batu tidak membuat Pemerintah Daerah Kota Batu lupa akan jati diri kota Batu yang pada dasarnya berbasis pada sektor pertanian. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kota Batu seharusnya bisa memberi kebijakan pembangunan agar sektor pertanian tidak kalah saing dengan sektor pariwisata, melainkan bisa berjalan bersama dan maju secara bersama-sama. Pada dasarnya kota Batu telah memiliki topografi dan suhu yang mendukung untuk kegiatan pertanian khususnya perkebunan, maka tidak heran jika kota Batu memiliki lahan perkebunan yang cukup luas dan sebagian penduduknya bekerja sebagai petani yang mendapatkan hasil/pendapatan dari perkebunan.

(9)

Pertanian Organik

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan pabrik (Nurhidayati dkk, 2008:3). Maksudnya yakni dalam kegiatan pertanian menghindari bahan-bahan kimia dan menggantinya dengan bahan organik, hal ini juga akan berdampak baik untuk lingkungan mengingat bahan kimia adalah bahan yang merusak unsur fisik tanah yang seharusnya tidak digunakan, melainkan penggunaanya diganti dengan bahan organik. Cikal bakal pertanian organik sudah lama diketahui, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia, saat itu semua dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah (Nurhidayati dkk, 2008:1).

Pertanian organik saat ini cukup eksis dan banyak petani pula yang telah mengetahui teknik pertanian tersebut. Untuk melakukan teknik pertanian organik dapat mengikuti standart yang telah di dibuat oleh IFOAM (Federation of Organic Agriculture Movements) pada tahun 1992, yakni sebagai berikut :

a. Lingkungan. Lokasi kebun harus bebas dari kontaminasi bahan-bahan kimia sintetik. Karena itu pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang memakai pupuk buatan, pestisida kimia, dan lain-lain yang tidak dizinkan.

b. Bahan Tanaman. Varietas yang ditanam sebaiknya yang telah beradaptasi baik di daerah yang bersangkutan, dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

c. Pola Tanam. Pola tanam hendaknya berpijak pada prinsip-prinsip konservasi tanah dan air, berwawasan lingkungan menuju pertanian berkelanjutan.

d. Pemupukan dan Zat Pengatur Tumbuh. Bahan organik sebagai pupuk adalah sebagai berikut :

-Berasal dari kebun atau luar kebun yang diusahakan secara organik

‐Kotoran ternak, kompos sisa tanaman, pupuk hijau, jerami, mulsa lain, urin ternak, sampah kota (kompos) dan lain-lain bahan organik asalkan tidak tercemar bahan kimia sintetik atau zat-zat beracun.

Pupuk buatan (mineral)

(10)

‐K2SO4(Kalium Sulfat) boleh digunakan maksimal 40 kg/ha; Kapur, kieserit, dolomit, fosfat batuan boleh digunakan

‐Semua zat pengatur tumbuh tidak boleh digunakan e. Pengelolaan Organisme Pengganggu

‐Semua pestisida buatan (kimia) tidak boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM

‐Pestisida hayati diperbolehkan

Pertanian organik memiliki kelebihan dari segi lingkungan, karena bahan-bahan organik lebih ramah lingkungan dibanding bahan-bahan-bahan-bahan kimia pada sistem pertanian anorganik. Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus menyebabkan peranan pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu bahan kimia (Yogi Supartha, dkk, 2012:2). Hal ini merupakan kekurangan pertanian anorganik yang sangat terlihat

Pengembangan pertanian organik di kota Batu

Telah diketahui bahwa kota Batu adalah kota pariwisata berbasis pertanian, dan sebagian penduduknya pun bekerja pada bidang pertanian khususnya perkebunan. Pertanian di kota Batu masih didominasi oleh pertanian anorganik. Hal tersebut lah perlu di ubah secara mendasar, dikarenakan pertanaian anorganik menggunakan bahan-bahan kima yang tidak ramah terhadap lingkungan dan bisa dikatakan merusak sifat fisik tanah. Sebagian besar petani ingin hasil yang maksimal tanpa melihat dari segi lingkungan, bertentangan dengan pembangunan brkelanjutan yang seharusnya ramah lingkungan.

(11)

KESIMPULAN

Kota Batu adalah kota pariwisata yang berbasis pada sektor pertanian. Oleh karena itu pertanian sangat diunggulkan di kota Batu, khusunya perkebunan. Pertanian di kota Batu masih didominasi dengan sistem pertanian anorganik yakni dengan menggunakan bahan-bahan kimia dalam kegiatan pertaniannya. Hal ini sangat disayangkan khususnya jika dipandang dari segi lingkungan, pertanian anorganik yang menggunakan bahan-bahan kimia sangat merusak sifat fisik tanah. Oleh karena itu perlu adanya perubahan secara mendasar mengenai teknik pertanian. Cara yang terbaik dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan mulai mengembangkan pertanian anorganik di kota Batu dan mulai meninggalkan bahan-bahan kimia dalam pertanian.

(12)

DAFTAR RUJUKAN

Nurhidayati, dkk. 2008. Pertanian Organik : Suatu Kajian Sistem Pertanian

Terpadu dan Berkelanjutan. Malang: Universitas Islam Malang.

Nyoman. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem

Pertanian Organik. Denpasar: Universitas Udayana.

Tandisau, Peter dan Herniawati. 2009. Prospek Pengembangan Pertanian

Organik di Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Sulawesi

Selatan.

Syaifuddin dan Idris. 2005. Pengembangan Sistem Pertanian Organik: Antara

Harapan atau Tantangan?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

Gowa

Referensi

Dokumen terkait

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Timbangan digital, digunakan untuk menimbang Titanium-Boron (Ti-B), karena ketelitian timbangan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA) mempunyai

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul :

Teknis analisa data ini dilakukan untuk menarik kesimpulan tentang data yang diperlukan. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik analisis data kualitatif dengan

Kalau dalam pencurian biasa ancaman pidananya maksimal lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah, maka pencurian dengan kekerasan yang

23.Apakah peribahasa yang sesuai digunakan terhadap tawaran jawatan yang diberikan oleh Pangeran Raja Muda Hashim kepada James Brooke.. Cempedak

Penelitian Ropingi (2009) yang berjudul “Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor Perekonomian Lain dalam Pembangunan Wilayah di Era Otonomi Daerah Kabupaten

Jurnal ini menjelaskan harga memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian dan metode yang digunakan sama dengan metode penelitian saya, sehingga saya mengambil acuan