• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ( PMT ) UNTUK BALITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " EMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ( PMT ) UNTUK BALITA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

EMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ( PMT ) UNTUK BALITA

Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin.

hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia

menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy

Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi

lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes

Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor

penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu

mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah

mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan

kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan

pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan.

Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat

gizi yang dibutuhkan oleh balita.

PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus

sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan

dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh

balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai

makanan pengganti makanan utama.

Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika

bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di

(2)

nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan

buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari

berturut-turut atau 3 bulan.

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan

pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang

mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24

bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan

nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya

mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg

natrium.

Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu

berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 –

23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan

berupa makanan keluarga.

PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang

disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai

(3)

JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain: 1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.

2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi

3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam. Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu: • LB1, berisi data kesakitan

• LB2, berisi data kematian

• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll • LB4, berisi data obat-obatan

Bentuk Formulir Pelaporan :

1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO 2. Formulir LT: untuk data kegiatan

3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian 4. LB1: laporan data kesakitan

a. Kasus lama b. Kasus baru

5. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai) a. laporan obat-obatan (LPLPO)

6. LB3 a. Gizi b. KB c. Imunisasi d. KIA

e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta, Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.

7. LB4

a. Kunjungan Puskesmas b. Kehatan Olahraga c. Kesehatan Sekolah d. Rawat Tinggal e. dll

8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan) a. LT 1

• Keadaan sarana Puskesmas • Dasar UKS

• Kesehatan Lingkungan • Kesehatan Jiwa

(4)

• Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi b. LT 2 (kepegawaian)

• Tenaga PNS di Puskesmas • Tenaga PTT di Puskesmas

• Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu c. LT 3 (peralatan)

• Linen

• Peralatan Laboratorium

• Peralatan untuk Kesehatan Gigi • Peralatan untuk Penyuluhan

• Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis 9. Laporan data dasar Puskesmas

a. LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peran serta) b. LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu

c. LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan,laporan semester dan laporan tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas ( micro planning) dan lokakarya mini puskesmas (LKMP).

Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk table dan grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas yang

merupakan hasil supervisi lapangan.

E. PROSEDUR PENGISIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:

1. formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan. 2. pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.

3. penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada. 4. hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.

5. didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan.

6. data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.

(5)

1. SP2TP-LB4- Kegiatan Pelayanan di Puskesmas yang berisi laporan kunjungan jumlah kunjungan rawat jalan dan inap puskesmas, laporan jumlah pasien dengan perawatan kesehatan masyarakat, laporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, laporan jumlah kegiatan penyuluhan, laporan jumlah kegiatan kesehatan lingkungan dan laporan jumlah pelayanan laboratorium

Kedua jenis penyakit ini sama­sama disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Keduanya pun  menunjukkan gejala demam tinggi. Jadi, bagaimana awam bisa membedakannya?

DEMAM BERDARAH DENGUE

Gejalanya antara lain kepala berat atau pusing, sakit pada sendi dan otot, nyeri menelan, batuk, perut tak nyaman atau nyeri dibarengi mual, muntah ataupun diare, demam, perdarahan, dan  syok.

Siklus demam DBD memiliki kekhasan, turun naik dengan pola menyerupai bentuk pelana  kuda. Anak mengalami fase demam tinggi antara 39­40° Celcius. Kemudian akan masuk ke  dalam fase kritis dengan gejala demamnya menurun drastis (kembali ke 37° C). 

Pada fase itu sering kali penderita diduga mulai sembuh. Padahal ia justru sedang mengalami  shock syndrome yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh tiba­tiba tadi, denyut nadi cepat  dan lemah, gelisah, kesadaran menurun, ujung tangan dan kaki teraba dingin, bibir kebiruan,  serta wajah pucatdan tubuh berkeringat.

Fase kritis ini juga sering disertai perdarahan (mimisan, timbul bintik merah pada kulit,  perdarahan usus, muntah darah, gusi berdarah, darah pada tinja atau warnanya kehitarnan). 

Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari sejak gejala DBD timbul. Bila terjadi syok, DBD  disebut juga Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS yang tak tertangani  biasanya berakhir dengan kematian.

Sebaliknya, bila fase kritis ini dapat dilewati, maka pada hari ke­6 dan ke­7 sejak gejala DBD  muncul, anak akan memasuki fase penyembuhan. Demam yang tadinya turun akan naik  kembali sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan hingga akhirnya suhu tubuh kembali  normal dan secara umum kondisi anak membaik. Anak terlihat aktif dan nafsu makan 

meningkat.

* Merusak Pembuluh Darah

Penderita DBD mengalami perubahan pada sifat dinding pembuluh darahnya yaitu jadi mudah  ditembus cairan (plasma) darah. Perembesan ini terjadi sebagai akibat reaksi imunologis antara virus dan sistem pertahanan tubuh. Akibatnya, plasma masuk ke dalam jaringan 

(6)

berhenti pada fase penyembuhan.

Sementara itu, kekentalan darah pun meningkat akibat kurangnya plasma. Jika tidak segera  ditangani dengan asupan cairan ­elektrolit, pasien akan mengalami syok. Cairan elektrolit  membantu mengencerkan darah yang memekat sehingga oksigen dapat terus dialirkan ke  setiap sel tubuh dan sindrom syok dapat dihindari.

Akibat lainnya, perembesan plasma yang terus­menerus menyebabkan penurunan jumlah  trombosit dalam darah. Trombosit adalah komponen darah yang berfungsi dalam proses  penggumpalan darah jika pembuluh kapiler pecah. Penurunan trombosit terjadi di hari keempat  sampai kelima setelah gejala DBD muncul dan berlangsung selama 3­4 hari,

Jika jumlah trombosit terus menurun hingga tak dapat menghentikan rembesan plasma akibat  bocornya pembuluh kapiler, maka terjadilah perdarahan. Risiko penurunan jumlah trombosit  ditentukan oleh tingkat keparahannya.

Jika jumlah trombositnya kurang dari 60.000, risikonya adalah perdarahan. Kurang dari 20.000  risikonya yaitu perdarahan tiba­tiba. Lebih rendah dari 5.000  risikonya paling tinggi, yakni  perdarahan otak. Kadar trombosit semakin menurun drastis bila terjadi perdarahan hebat.

Meski jumlah trombosit menurun, pasien dapat diselamatkan dengan asupan cairan dalam  jumiah cukup. Setelah pasien melewati masa kritis dan memasuki masa penyembuhan, jumlah  trombosit darah bisa normal kembali dengan cepat. 

* Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Kadar trombosit dikatakan menurun hingga di bawah normal jika jumlahnya di bawah 100.000  dan kadar hematokrit (yang menandai pengentalan darah) terbukti meningkat.

CHIKUNGUNYA

Sebelum menimbulkan gejala, virus Chikungunya mengalami masa inkubasi sekitar 2­4 hari.  Gejalanya adalah demam tinggi sekitar 39­40° Celcius, tetapi tanpa pola yang khas seperti  pada BBD. 

Umumnya, demam berlangsung selama 3­5 hari dan setelah itu mereda. Selain demam, kulit  penderita tampak kemerahan (ruam) yang muncul pada hari ke­3­5 hari, mata merah, muncul  gejala flu, sering disertai kejang, meal, muntah, kadang disertai diare. 

(7)

* Merusak Jaringan Ikat Sendi

Bagian tubuh yang rusak akibat serangan virus Chikungunya adalah jaringan ikat sendi. Inilah  bedanya. Chikungunya tidak mengakibatkan sindrom syok dan perdarahan seperti halnya DBD. Hanya saja, persendian dan otot biasanya mengalami rasa sakit luar biasa, sehingga membuat  penderita tak bisa berjalan yang sering kali dicurigai mengalami kelumpuhan.

Selewat 5 hari setelah demam mereda, keluhan ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot  akan berkurang. Dalam beberapa waktu kemudian penderita bisa menggerakkan tubuhnya  seperti sedia kala. Hanya dalam beberapa kasus saja kadangkala rasa nyeri masih bertahan  selama berari­hari, bahkan berbulan­bulan. Kondisi ini umumnya terjadi pada penderita yang  sebelumnya memang memiliki riwayat nyeri tulang dan otot. Penyakit ini pun umumnya tidak  sampai menyebabkan kematian.

* Hasil Pemeriksaan Laboratorium

(8)

TBC

Definisi TBC

Tuberkolosis

atau

TBC

adalah infeksi karena bakteri

Mycobacterium tuberculosis

, yang

dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem saraf sentral(meningitis, sistem

lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB), sistem genitourinary,tulang dan sendi.

Siapa saja yang bisa terserang TBC ?

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau

kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta

kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh

TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993

menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.

Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO

pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256

kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium

tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga

sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch

pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi

nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch

Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada

anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila

sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak

(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar

melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat

menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran

pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh

yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

(9)

menjadi

dormant

(istirahat). Bentuk-bentuk

dormant

inilah yang sebenarnya terlihat

sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant

sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang

kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah

banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang

inilah yang nantinya menjadi sumber produksi

sputum

(dahak). Seseorang yang telah

memproduksi

sputum

dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel

berlebih dan positif terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan

dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum

optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk

yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping

itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor

yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul

sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama

pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik

Gejala sistemik/umum :

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari

disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat

hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (

malaise

), lemah.

Gejala khusus :

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus

(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga

pleura

(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan

keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu

saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan

keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

(10)

ada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui

adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan

penderita TBC paru dewasa memberikan hasil

uji tuberkulin

positif. Pada anak usia 3

bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA

positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Penegakan Diagnosis

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu

dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:

Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

Rontgen dada (thorax photo).

Uji tuberkulin.

Sumber : (www.wikipedia.com,

www.sinarharapan.co.id

,

www.medicastore.co.id)

DBD

Demam berdarah

(DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril

akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan

malaria.

Penyakit

ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus,

famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan

wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam

berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.

Tanda Dan Gejala

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala

berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah

mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah

badan – pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.

Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual,

muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk.

(11)

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam

yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh

hingga pasien dianggap

afebril

.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /

menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

* Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.

* Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada

tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah

kulit.

* Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan

dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,

dubur dsb.

* Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.

Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya

cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam

Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit,

mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,

trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom

shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor

nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna

(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang

disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal –

hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit

demam berdarah, sebagai berikut:

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan

istirahat

yang

cukup;

2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan

melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air,

dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan

jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena

dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut

didaur-ulang;

3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk

abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan

rantai

perkembangbiakan

nyamuk;

(12)

atau

panas

tinggi;

5. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

http://radensomad.com/pengertian-penyakit-demam-berdarah-dbd-cara-pencegahan-dan-gejala-demam-berdarah.html

MALARIA

DEFINISI

Malaria adalah suatu infeksi sel darah merah oleh Plasmodium.

Malaria disebarkan melalui:

Gigitan nyamuk betina Anopheles

Transfusi darah yang terkontaminasi

Suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita malaria.

Setelah digunakan obat-obatan dan insektisida, malaria jarang ditemukan di AS dan negara

berkembang lainnya, tetapi infeksi ini masih sering terjadi di negara-negara tropis. Pendatang

dari daerah tropis atau pelancong yang baru kembali dari daerah tropis kadang membawa infeksi

ini ke suatu negara atau ke negara asalnya dan kemungkinan menyebabkan wabah yang ringan.

PENYEBAB

Terdapat 4 spesies parasit malaria:

Plasmodium vivax

Plasmodium ovale

Plasmodium falciparum

Plasmodium malariae,

(13)

GEJALA

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh

manusia melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan yang

hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan

(malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang

diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung selama 2-3 hari dan sering diduga sebagai gejala

flu. Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada

keempat jenis malaria iniberbeda: Pada malaria

falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu komplikasi yang disebut malaria

serebral. Gejalanya adalah demam minimal 40°Celsius, sakit kepala hebat, mengantuk, delirium

(mengigau) dan linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi pada bayi,

wanita hamil dan pelancong yang baru datang dari daerah malaria.Pda malaria vivax, mengigau

bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan gejala otak lainnya tidak

ada. Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah putih total biasanya

normal tetapi jumlah limfosit dan monosit meningkat. Jika tidak diobati, biasanya akan timbul

jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan limpa. Kadar

gula darah rendah dan hal ini lebih berat pada penderita yang di dalam darahnya mengandung

lebih banyak parasit. Kadar gula darah bahkan bisa turun lebih rendah pada penderita yang

diobati dengan kuinin. Jika sejumlah kecil parasit menetap di dalam darah, kadang malari

bersifat menetap. Gejalanya adalah apati, sakit kepala

yang timbul secara periodik, merasa tidak enak badan, nafsu makan berkurang, lelah disertai

serangan menggigil dan demam. Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya

berlangsung lebih pendek dari serangan pertama. Blackwater fever adalah suatu komplikasi

malaria yang jarang terjadi. Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel

yang pecah melepaskan pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah. Hemoglobin ini

dibuang melalui air kemih dan merubah warna air kemih menjadi gelap. Blackwater fever

hampir selalu terjadi pada penerita malaria falciparum menahun, terutama yang mendapatkan

pengobatan kuinin.

Gejala & pola malaria

1. Malaria Vivax & Ovale. Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil,

diiukuti berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu, akan terbentuk

pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak

enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam

reda,

penderita

merasakan

sehat

sampai

terjadi

menggigil

berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya

cenderung terjadi setiap 48 jam.

(14)

secara samar-samar. Serangannya menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara

dua serangan adalah 72 jam.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan

menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas.Dugaan malaria semakin kuat jika dalam

waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah mengunjungi daerah malaria dan pada pemeriksaan

fisik ditemukan pembesaran limpa. Untuk memperkuat

diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya. Mungkin perlu

dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah bervariasi dari waktu

ke waktu. Pengobatan, komplikasi dan prognosis dari malaria ditentukan oleh

jenis parasit penyebabnya.

PENGOBATAN

Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.

Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin,

bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena.Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi

terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.

PENCEGAHAN

Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria

bisa melakukan hal-hal berikut:

Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah

Memasang tirai di pintu dan jendela

Memasang kawat nyamuk

Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit

Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang digigit

nyamuk.

(15)

selama tinggal di daerah malaria dan 1 bulan setelah meninggalkan daerah malaria. Obat yang

paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang memiliki spesies

Plasmodium

falciparum

yang

sudah

resisten

terhadap

obat

ini. Obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin

dan doksisiklin. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dibawah usia 8 tahun

dan wanita hamil.

Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria: Obat-obat yang digunakan dalam tindakan

pencegahan tidak 100% efektif Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk

Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai influenza Diagnosis dan

pengobatan dini sangat penting, terutama pada malaria falciparum, yang bisa berakibat fatal pada

lebih dari 20% penderita.

gan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif dengan/tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan, seperti petekie yang muncul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit.

ETIOLOGI DAN CARA PENULARAN

C.DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai empat jenis serotipe : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. DEN-1 dan DEN-2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-II, sedangkan DEN-3 dan DEN-4 ditemukan saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil-eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70

Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Terdapat berbagai variasi

diantara strain serotipe tertentu, yang utama, yaitu strain South East Asian serotipe 2 yang lebih potensial menyebabkan kasus berat (DHF).

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu : manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian berkembang biak dalam tubuh nyamuk yang terutama ditemukan dalam kelenjar liurnya dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada telurnya (Transovarin Transmission), namun peranannya dalam penularan virus kepada manusia masih dalam penelitian.

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan

(16)

Peningkatan sarana transportasi.

EPIDEMIOLOGI

DHF pertama kali ditemukan oleh Quentos dkk tahun 1954 di Manila pada anak-anak dan wilayah Asia Tenggara. DHF terjadi kebanyakan pada penduduk asli dan berkaitan dengan reaksi imunologi. Setelah Indonesia merdeka, DHF di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968. Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan bahwa penderita DHF sebanyak 10.189 pasien yang usianya pada umumnya dibawah 15 tahun.

Daerah yang banyak terkena wabah penyakit ini adalah daerah perkotaan dan daerah sub-urban. Korban penyakit DHF pada umunya adalah anak-anak yang berumur dibawah 15 tahun. Risiko tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan, 1 : 1,2.

Jumlah kasus DHF paling tinggi pada akhir musim hujan. Perubahan musim agaknya mempengaruhi frekuensi gigitan dan panjang umur nyamuk, perubahan itu pula yang mempengaruhi kebiasaan manusia untuk tinggal di luar rumah.

PATOGENESA

(17)

Terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah akan mengakibatkan hal2 sbb :

1.Kompleks virus-antibodi akan mengaktifasi system komplemen, yang berakibat dikeluarkannya anafilaktoksin C3a dan C5a yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler/dinding pembuluh darah dan perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler (plasma leakage), suatu keadaan yang sangat berperan dalam terjadinya renjatan.

2.Terjadinya agregasi trombosit yang akan melepaskan ADP akan mengalami metamorfosis, sehingga baik jumlah dan fungsi trombosit akan menurun. Trombosit yang mengalami kerusakan akan

dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin fase aktif (histamin dan serotonin) yang akan meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskuler (koagulopati)

3.Kerusakan endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktifasi faktor pembekuan XII (faktor Hageman) dengan akibat pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilaktoksin dan penghancuran fibrin. Disamping itu aktifasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

Terjadinya SSD biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu antara hari ke 3 dan ke 7 sakit. Hal ini dapat dijelaskan oleh hipotesis menungkatnya reaksi imunologis (immunological enhancement hypothesis) yang mengatakan sbb :

1.Telah dibuktikan oleh penelitian bahwa pada manusia sel fagosit mononukleus (monosit, makrofag, histiosit dan sel Kupfer) merupakan tempat utama terjadi reaksi virus dengue.

2.Antibodi yang tidak ternetralisasi, baik yang berada bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel fagosit mononukleus.

3.Virus dengue akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang terinfeksi tersebut.

4.Peningkatan permeabilitas ddg pembuluh darah dan adanya fenomena DIC terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi antidengue.

KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari criteria klinis dan laboratoris.

•KRITERIA KLINIS

a.Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari. b.Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:

d.Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien gelisah.

•KRITERIA LABORATORIS

a.Trobositopenia (100.000/Чl atau kurang)

(18)

DERAJAT PENYAKIT ( WHO , 1997)

Derajat penyakit DHF diklasifikasikan dalam 4 derajat:

Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif

Derajat II :seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.

Derajat III :didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan atau lembab, pasien tampak gelisah Derajat IV :syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur.

GAMBARAN KLINIS

Terdapat 4 gejala utama DHF, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Gejala klinis DHF diawali dengan demam mendadak disertai muka kemerahan atau facial flush dan gejala klinis lain yang tdak khas seperti anoreksia, mual, muntah, sakit kepala serta nyeri pada otot dan sendi. Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung iga kanan, kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

•Penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000/ЧL •Jumlah leukosit dapat normal tapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil. Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan sel neutrofil menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif meningkat (limfositosis relatif (LPB > 15%)). •Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit

•Protein plasma menurun (hipoproteinemia) •Hiponatremia pada kasus berat

•Serum alanin-aminotransferase, SGOT, dan SGPT sedikit meningkat

•Asidosis metabolic berat dan peningkatan kadar urea nitrogen terdapat pada syok berkepanjangan •Pemeriksaan Radiologis : pada foto thorax selalu didapatkan efusi pleura, terutama di sebelah hemitoraks kanan. Ascites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG •Serologis :

-Ig M terdeteksi hari ke 5, meningkat sampai minggu III, menghilang setelah 60-90 hari -Ig G pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari 14, pada infeksi sekunder mulai hari ke 2 -Flourescence antibody technique test untuk mengetahui adanya pertumbuhan virus dengue

-Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RTPCR) sangat sensitive dan spesifik terhadap serotipe tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara diagnostik baru ini dapat mendeteksi virus RNA dari spesimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia dan nyamuk.

DIAGNOSIS BANDING

1.Demam Cikungunya (DC)

Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang, penularan mirip influenza, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, tidak ditemukan perdarahan Gastrointestinal & syok.

2.Pada awal perjalanan penyakit, diagnosa banding mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit, seperti : demam tifoid, campak, inflluenza, hepatitis, leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan DHF dengan penyakit lain.

(19)

4.Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau anemia aplastik. Pada leukimia demam teratur, kelenjar limfe dapat teraba, tampak anemis. Pemeriksaan darah tepi & sumsum tulang dapat memperjelas diagnosis. Pada anemia aplastik tampak sangat anemis, demam timbul karena infeksi sekunder. Pemeriksaan darah tepi ditemukan pansitopenia (leukosit, hemmoglobin & trombosit menurun) 5.Idiopathic Trombocytopenic Purpura (ITP)

Pada ITP demam cepat menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi dan leukopenia serta pada fase penyembuhan DHF jumlah trombosit lebih cepat kembali ke normal dibandingkan ITP.

Penatalaksanaan

Pasien yang diduga DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien yang menderita penyakit lain. Kamar sebaiknya dibuat bebas nyamuk.

Demam Dengue dapat diobati dengan pemberian cairan sebagai pengganti yang hilang dari tubuh pasien. Kalau diperlukan dapat pula diberikan obat analgetik-antipiretik, namun obat-obatan ini tidak boleh mempengaruhi kerja platelet, agar tidak memperberat kondisi pasien.

Untuk syndrom hemorrhagic (DSS) diperlukan terapi segera dengan cairan yaitu : plasma expander, larutan saline isotonis, RL, NaCl faali.

Penatalaksanaan DF/DHF tanpa penyulit adalah :

a.Tirah Baring b.Makanan Lunak

Kalau belum ada nafsu makan, dapat minum banyak : 1,5-2 liter/hari (susu, air gula, atau sirop) atau air tawar + garam saja.

c.Medikamentosa yang bersifat simtomatik

kompres es di axila, inguinal, dll.Contoh : Hiperpireksia asetaminofen (hindari penggunaan asetosal )Antipiretik d.Antibiotik

Observasi tanda-tanda renjatan pada pasien DHF :

a.Keadaan umum memburuk

Saat ini cara yang dapat kita gunakan untuk mengotrol infeksi arbovirus (DF/DHF) adalah dengan : oEradikasi vektor (A. aegypti)

oImunisasi

Ada dua cara eradikasi vektor : 1.Dengan insektisida

-Untuk nyamuk dewasa biasanya dipakai Malathion (adultisida)

(20)

-Temephos/Abate digunakan dengan dimasukkan ke tempat penampungan air bersih yang biasanya menjadi sarang nyamuk.

-Dosis yang digunakan adalah 1 ppm/1 gram Abate SG 1% per 10 liter air 2.tanpa insektisida

Cara :

-Kuras bak mandi dan tempat penampungan air lainnya minimal 1 kali seminggu. -Menutup rapat tempat penampungan air

-Bersihkan rumah & halaman dari barang-barang yang dapat menampung air

Imunisasi

Vaksin “attenuated” untuk demam kuning ditemukan pada tahun 1937 oleh Theiler & Smith. Vaksin ini dibuat dari strain 17D dari embrio ayam yang yang terus kontak dengan daerah urban yang insiden demam kuningnya tinggi. Pengaruhnya terhadap imunitas sangat tahan lama, mungkin seumur hidup. Vaksin ini tidak stabil terhadapp panas, untuk memindahkan atau menyimpan vaksin ini diperlukan pendingin. Karena tidak stabil terhadap panas, pemberian vaksin ini agak sulit dilakukan di negara-negara tropis, maka dari itu disepakati untuk memberikan vaksinasi ini secara masal hanya pada saat penyakit ini merebak di satu tempat tertentu (di daerah urban).

Baik persiapan maupun administrasi vaksin demam kuning diawali & dibatasi oleh pemerintah pusat. Orang yang perlu mendapat imunisasi mencakup:

-Mereka yang hidup/pergi ke daerah endemik termasuk turis -Staf laboratorium yang bekerja dengan virus

Selain kedua cara di atas (eradikasi vektor & imunisasi) masih ada beberapa cara alternatif, misalnya : mengasingkan/isolasi penderita, penggunaan lotion antinyamuk, pakai kelambu, namun cara-cara ini dinilai kurang efektif.

Prognosis

Hampir tidak ada kematian yang disebabkan oleh Demam Dengue, tapi pada DHF/DSS, angka kematian masih cukup tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik?. “Jangan takut Pak, aku

Mutta kun he menivät sitten siihen paikkaan mistä tämä työ oli annettu, niin siellä he eivät pärjänneetkään, vaikka he pärjäsivät tässä yhteisössä, joka oli meidän

Degradasi tanah atau degradasi lahan adalah lahan yang memiliki tingkat produktivitas yang rendah atau tidak produktif sama sekali bagi kegiatan pertanian. Jenis degradasi lahan yang

KESIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi larutan nutrisi hidroponik 450 ppm/l air cenderung memberikan hasil yang terbaik terhadap

Ibu Mira Triharini, S.Kp., M.Kep, selaku pembimg ketua dan Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan

Harga produk merupakan salah satu karakteristik demografi yang diduga memiliki pengaruh terhadap kesediaan membayar konsumen untuk mendapatkan produk sayur organik. Sayur

Variable length subnet mask (VLSM) atau disebut juga subnetting merupakan beberapa metode penciptaan alamat untuk subnet Kelas A, B, atau alamat C dengan membagi satu

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah hama lalat buah (Bactrocera dorsalis) yang tertangkap pada dosis Metil Eugenol yang berbeda di pertanaman cabai (Capsicum