EMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN ( PMT ) UNTUK BALITA
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin.
hingga menjadi bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dalam bentuk Kurang energy
Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan akibat kurang Iodium dan gizi
lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative seperti Diabetes
Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor
penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah
mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan
kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan
pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan.
Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi yang dibutuhkan oleh balita.
PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sekaligus
sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan
dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh
balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai
makanan pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika
bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di
nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan
buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari
berturut-turut atau 3 bulan.
Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan
pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang
mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24
bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, dengan
nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya
mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg
natrium.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu
berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 –
23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan
berupa makanan keluarga.
PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang
disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai
JENIS PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS
Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas antara lain: 1. Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa penyakit tertentu.
2. Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan penyakit yang sedang ditanggulangi
3. Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin progam. Laporan jenis ini ada 4 jenis yaitu: • LB1, berisi data kesakitan
• LB2, berisi data kematian
• LB3, berisi data progam gizi, KIA, KB, dll • LB4, berisi data obat-obatan
Bentuk Formulir Pelaporan :
1. Formulir LB: untuk data kesakitan dan obat dengan LPLPO 2. Formulir LT: untuk data kegiatan
3. Formulir LS: untuk data sarana, kegiatan dan kematian 4. LB1: laporan data kesakitan
a. Kasus lama b. Kasus baru
5. LB2: laporan data kematian (tidak dipakai) a. laporan obat-obatan (LPLPO)
6. LB3 a. Gizi b. KB c. Imunisasi d. KIA
e. Pengamatan Penyakit Menular, seperti: diare, malaria, DBD, TB Paru, Kusta, Filaria, ISPA, Rabies dan lain-lain.
7. LB4
a. Kunjungan Puskesmas b. Kehatan Olahraga c. Kesehatan Sekolah d. Rawat Tinggal e. dll
8. LT: laporan kegiatan Puskesmas (tribulan) a. LT 1
• Keadaan sarana Puskesmas • Dasar UKS
• Kesehatan Lingkungan • Kesehatan Jiwa
• Program Pemberantasan Penyakit dan Gizi b. LT 2 (kepegawaian)
• Tenaga PNS di Puskesmas • Tenaga PTT di Puskesmas
• Tenaga PNS di Puskesmas Pembantu c. LT 3 (peralatan)
• Linen
• Peralatan Laboratorium
• Peralatan untuk Kesehatan Gigi • Peralatan untuk Penyuluhan
• Peralatan untuk Tindakan Medis dan Non Medis 9. Laporan data dasar Puskesmas
a. LSD1: data kependudukan, fasilitas pendidikan, kesehatan, lingkungan dan peran serta) b. LSD2: ketenagaan Puskesmas dan Puskesma Pembantu
c. LSD3: peralatan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Ada juga jenis laporan lain seperti laporan triwulan,laporan semester dan laporan tahunan yang mencakup data kegiatan progam yang sifatnya lebih komprehensif disertai penjelasan secara naratif. Yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan semua jenis data yang telah dibuat dalam laporan sebagai masukan atau input untuk menyusun perencanaan puskesmas ( micro planning) dan lokakarya mini puskesmas (LKMP).
Analisis data hasil kegiatan progam puskesmas akan diolah dengan menggunakan statistic sederhana dan distribusi masalah dianalisis menggunakan pendekatan epidemiologis deskriptif. Data tersebut akan disusun dalam bentuk table dan grafik informasi kesehatan dan digunakan sebagai masukkan untuk perencanaan pengembangan progam puskesmas. Data yang digunakan dapat bersumber dari pencatatan masing-masing kegiatan progam kemudian data dari pimpinan puskesmas yang
merupakan hasil supervisi lapangan.
E. PROSEDUR PENGISIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) Prosedur pengisian SP2TP, yaitu:
1. formulir SP2TP mengacu pada formulir cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan. 2. pada formulir SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program.
3. penanggung jawab program bertangung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada. 4. hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
5. didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan.
6. data pada formulir SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti didalam pertangungjawaban akhir minimal 2 tahun.
1. SP2TP-LB4- Kegiatan Pelayanan di Puskesmas yang berisi laporan kunjungan jumlah kunjungan rawat jalan dan inap puskesmas, laporan jumlah pasien dengan perawatan kesehatan masyarakat, laporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, laporan jumlah kegiatan penyuluhan, laporan jumlah kegiatan kesehatan lingkungan dan laporan jumlah pelayanan laboratorium
Kedua jenis penyakit ini samasama disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Keduanya pun menunjukkan gejala demam tinggi. Jadi, bagaimana awam bisa membedakannya?
DEMAM BERDARAH DENGUE
Gejalanya antara lain kepala berat atau pusing, sakit pada sendi dan otot, nyeri menelan, batuk, perut tak nyaman atau nyeri dibarengi mual, muntah ataupun diare, demam, perdarahan, dan syok.
Siklus demam DBD memiliki kekhasan, turun naik dengan pola menyerupai bentuk pelana kuda. Anak mengalami fase demam tinggi antara 3940° Celcius. Kemudian akan masuk ke dalam fase kritis dengan gejala demamnya menurun drastis (kembali ke 37° C).
Pada fase itu sering kali penderita diduga mulai sembuh. Padahal ia justru sedang mengalami shock syndrome yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh tibatiba tadi, denyut nadi cepat dan lemah, gelisah, kesadaran menurun, ujung tangan dan kaki teraba dingin, bibir kebiruan, serta wajah pucatdan tubuh berkeringat.
Fase kritis ini juga sering disertai perdarahan (mimisan, timbul bintik merah pada kulit, perdarahan usus, muntah darah, gusi berdarah, darah pada tinja atau warnanya kehitarnan).
Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari sejak gejala DBD timbul. Bila terjadi syok, DBD disebut juga Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS yang tak tertangani biasanya berakhir dengan kematian.
Sebaliknya, bila fase kritis ini dapat dilewati, maka pada hari ke6 dan ke7 sejak gejala DBD muncul, anak akan memasuki fase penyembuhan. Demam yang tadinya turun akan naik kembali sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan hingga akhirnya suhu tubuh kembali normal dan secara umum kondisi anak membaik. Anak terlihat aktif dan nafsu makan
meningkat.
* Merusak Pembuluh Darah
Penderita DBD mengalami perubahan pada sifat dinding pembuluh darahnya yaitu jadi mudah ditembus cairan (plasma) darah. Perembesan ini terjadi sebagai akibat reaksi imunologis antara virus dan sistem pertahanan tubuh. Akibatnya, plasma masuk ke dalam jaringan
berhenti pada fase penyembuhan.
Sementara itu, kekentalan darah pun meningkat akibat kurangnya plasma. Jika tidak segera ditangani dengan asupan cairan elektrolit, pasien akan mengalami syok. Cairan elektrolit membantu mengencerkan darah yang memekat sehingga oksigen dapat terus dialirkan ke setiap sel tubuh dan sindrom syok dapat dihindari.
Akibat lainnya, perembesan plasma yang terusmenerus menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah. Trombosit adalah komponen darah yang berfungsi dalam proses penggumpalan darah jika pembuluh kapiler pecah. Penurunan trombosit terjadi di hari keempat sampai kelima setelah gejala DBD muncul dan berlangsung selama 34 hari,
Jika jumlah trombosit terus menurun hingga tak dapat menghentikan rembesan plasma akibat bocornya pembuluh kapiler, maka terjadilah perdarahan. Risiko penurunan jumlah trombosit ditentukan oleh tingkat keparahannya.
Jika jumlah trombositnya kurang dari 60.000, risikonya adalah perdarahan. Kurang dari 20.000 risikonya yaitu perdarahan tibatiba. Lebih rendah dari 5.000 risikonya paling tinggi, yakni perdarahan otak. Kadar trombosit semakin menurun drastis bila terjadi perdarahan hebat.
Meski jumlah trombosit menurun, pasien dapat diselamatkan dengan asupan cairan dalam jumiah cukup. Setelah pasien melewati masa kritis dan memasuki masa penyembuhan, jumlah trombosit darah bisa normal kembali dengan cepat.
* Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Kadar trombosit dikatakan menurun hingga di bawah normal jika jumlahnya di bawah 100.000 dan kadar hematokrit (yang menandai pengentalan darah) terbukti meningkat.
CHIKUNGUNYA
Sebelum menimbulkan gejala, virus Chikungunya mengalami masa inkubasi sekitar 24 hari. Gejalanya adalah demam tinggi sekitar 3940° Celcius, tetapi tanpa pola yang khas seperti pada BBD.
Umumnya, demam berlangsung selama 35 hari dan setelah itu mereda. Selain demam, kulit penderita tampak kemerahan (ruam) yang muncul pada hari ke35 hari, mata merah, muncul gejala flu, sering disertai kejang, meal, muntah, kadang disertai diare.
* Merusak Jaringan Ikat Sendi
Bagian tubuh yang rusak akibat serangan virus Chikungunya adalah jaringan ikat sendi. Inilah bedanya. Chikungunya tidak mengakibatkan sindrom syok dan perdarahan seperti halnya DBD. Hanya saja, persendian dan otot biasanya mengalami rasa sakit luar biasa, sehingga membuat penderita tak bisa berjalan yang sering kali dicurigai mengalami kelumpuhan.
Selewat 5 hari setelah demam mereda, keluhan ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot akan berkurang. Dalam beberapa waktu kemudian penderita bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala. Hanya dalam beberapa kasus saja kadangkala rasa nyeri masih bertahan selama berarihari, bahkan berbulanbulan. Kondisi ini umumnya terjadi pada penderita yang sebelumnya memang memiliki riwayat nyeri tulang dan otot. Penyakit ini pun umumnya tidak sampai menyebabkan kematian.
* Hasil Pemeriksaan Laboratorium
TBC
Definisi TBC
Tuberkolosis
atau
TBC
adalah infeksi karena bakteri
Mycobacterium tuberculosis
, yang
dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem saraf sentral(meningitis, sistem
lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB), sistem genitourinary,tulang dan sendi.
Siapa saja yang bisa terserang TBC ?
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta
kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
menjadi
dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk
dormant
inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang
inilah yang nantinya menjadi sumber produksi
sputum
(dahak). Seseorang yang telah
memproduksi
sputum
dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel
berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk
yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping
itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor
yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik
Gejala sistemik/umum :
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (
malaise
), lemah.
Gejala khusus :
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga
pleura
(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu
saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan
keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
ada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil
uji tuberkulin
positif. Pada anak usia 3
bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Rontgen dada (thorax photo).
Uji tuberkulin.
Sumber : (www.wikipedia.com,
www.sinarharapan.co.id
,
www.medicastore.co.id)
DBD
Demam berdarah
(DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril
akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan
malaria.
Penyakit
ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan
wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Tanda Dan Gejala
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah
mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah
badan – pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh.
Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual,
muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam
yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh
hingga pasien dianggap
afebril
.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
* Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
* Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah
kulit.
* Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,
dubur dsb.
* Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya
cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam
Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit,
mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom
shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna
(misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang
disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal –
hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, sebagai berikut:
1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan
istirahat
yang
cukup;
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan
melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air,
dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan
jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena
dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut
didaur-ulang;
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
rantai
perkembangbiakan
nyamuk;
atau
panas
tinggi;
5. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.
http://radensomad.com/pengertian-penyakit-demam-berdarah-dbd-cara-pencegahan-dan-gejala-demam-berdarah.html
MALARIA
DEFINISI
Malaria adalah suatu infeksi sel darah merah oleh Plasmodium.
Malaria disebarkan melalui:
Gigitan nyamuk betina Anopheles
Transfusi darah yang terkontaminasi
Suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita malaria.
Setelah digunakan obat-obatan dan insektisida, malaria jarang ditemukan di AS dan negara
berkembang lainnya, tetapi infeksi ini masih sering terjadi di negara-negara tropis. Pendatang
dari daerah tropis atau pelancong yang baru kembali dari daerah tropis kadang membawa infeksi
ini ke suatu negara atau ke negara asalnya dan kemungkinan menyebabkan wabah yang ringan.
PENYEBAB
Terdapat 4 spesies parasit malaria:
Plasmodium vivax
Plasmodium ovale
Plasmodium falciparum
Plasmodium malariae,
GEJALA
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan yang
hilang-timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan
(malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggigil yang
diikuti oleh demam. Gejala ini berlangsung selama 2-3 hari dan sering diduga sebagai gejala
flu. Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada
keempat jenis malaria iniberbeda: Pada malaria
falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak, yaitu suatu komplikasi yang disebut malaria
serebral. Gejalanya adalah demam minimal 40°Celsius, sakit kepala hebat, mengantuk, delirium
(mengigau) dan linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi pada bayi,
wanita hamil dan pelancong yang baru datang dari daerah malaria.Pda malaria vivax, mengigau
bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan gejala otak lainnya tidak
ada. Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah putih total biasanya
normal tetapi jumlah limfosit dan monosit meningkat. Jika tidak diobati, biasanya akan timbul
jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan limpa. Kadar
gula darah rendah dan hal ini lebih berat pada penderita yang di dalam darahnya mengandung
lebih banyak parasit. Kadar gula darah bahkan bisa turun lebih rendah pada penderita yang
diobati dengan kuinin. Jika sejumlah kecil parasit menetap di dalam darah, kadang malari
bersifat menetap. Gejalanya adalah apati, sakit kepala
yang timbul secara periodik, merasa tidak enak badan, nafsu makan berkurang, lelah disertai
serangan menggigil dan demam. Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan serangannya
berlangsung lebih pendek dari serangan pertama. Blackwater fever adalah suatu komplikasi
malaria yang jarang terjadi. Demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel
yang pecah melepaskan pigmen merah (hemoglobin) ke dalam aliran darah. Hemoglobin ini
dibuang melalui air kemih dan merubah warna air kemih menjadi gelap. Blackwater fever
hampir selalu terjadi pada penerita malaria falciparum menahun, terutama yang mendapatkan
pengobatan kuinin.
Gejala & pola malaria
1. Malaria Vivax & Ovale. Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil,
diiukuti berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Dalam 1 minggu, akan terbentuk
pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak
enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam
reda,
penderita
merasakan
sehat
sampai
terjadi
menggigil
berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya
cenderung terjadi setiap 48 jam.
secara samar-samar. Serangannya menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara
dua serangan adalah 72 jam.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, dimana terjadi serangan demam dan
menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas.Dugaan malaria semakin kuat jika dalam
waktu 1 tahun sebelumnya, penderita telah mengunjungi daerah malaria dan pada pemeriksaan
fisik ditemukan pembesaran limpa. Untuk memperkuat
diagnosis dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya. Mungkin perlu
dilakukan beberapa kali pemeriksaan karena kadar parasit di dalam darah bervariasi dari waktu
ke waktu. Pengobatan, komplikasi dan prognosis dari malaria ditentukan oleh
jenis parasit penyebabnya.
PENGOBATAN
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.
Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin,
bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena.Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi
terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
PENCEGAHAN
Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria
bisa melakukan hal-hal berikut:
Menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar rumah
Memasang tirai di pintu dan jendela
Memasang kawat nyamuk
Mengoleskan obat anti nyamuk di kulit
Mengenakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang digigit
nyamuk.
selama tinggal di daerah malaria dan 1 bulan setelah meninggalkan daerah malaria. Obat yang
paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang memiliki spesies
Plasmodium
falciparum
yang
sudah
resisten
terhadap
obat
ini. Obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin
dan doksisiklin. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dibawah usia 8 tahun
dan wanita hamil.
Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria: Obat-obat yang digunakan dalam tindakan
pencegahan tidak 100% efektif Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk
Gejala awalnya tidak spesifik dan seringkali disalahartikan sebagai influenza Diagnosis dan
pengobatan dini sangat penting, terutama pada malaria falciparum, yang bisa berakibat fatal pada
lebih dari 20% penderita.
gan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif dengan/tanpa ruam disertai beberapa atau semua gejala perdarahan, seperti petekie yang muncul serentak, purpura, ekimosis, epistaksis, hematemesis, melena, trombositopenia, masa perdarahan dan masa protrombin memanjang, hematokrit meningkat dan gangguan maturasi megakariosit.
ETIOLOGI DAN CARA PENULARAN
C.DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus ( Arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai empat jenis serotipe : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. DEN-1 dan DEN-2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-II, sedangkan DEN-3 dan DEN-4 ditemukan saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil-eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70
Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia. Terdapat berbagai variasi
diantara strain serotipe tertentu, yang utama, yaitu strain South East Asian serotipe 2 yang lebih potensial menyebabkan kasus berat (DHF).
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu : manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian berkembang biak dalam tubuh nyamuk yang terutama ditemukan dalam kelenjar liurnya dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada telurnya (Transovarin Transmission), namun peranannya dalam penularan virus kepada manusia masih dalam penelitian.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
Peningkatan sarana transportasi.
EPIDEMIOLOGI
DHF pertama kali ditemukan oleh Quentos dkk tahun 1954 di Manila pada anak-anak dan wilayah Asia Tenggara. DHF terjadi kebanyakan pada penduduk asli dan berkaitan dengan reaksi imunologi. Setelah Indonesia merdeka, DHF di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di Surabaya pada tahun 1968. Data yang terkumpul dari tahun 1968-1993 menunjukkan bahwa penderita DHF sebanyak 10.189 pasien yang usianya pada umumnya dibawah 15 tahun.
Daerah yang banyak terkena wabah penyakit ini adalah daerah perkotaan dan daerah sub-urban. Korban penyakit DHF pada umunya adalah anak-anak yang berumur dibawah 15 tahun. Risiko tertinggi pada kelompok umur 5-9 tahun dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan, 1 : 1,2.
Jumlah kasus DHF paling tinggi pada akhir musim hujan. Perubahan musim agaknya mempengaruhi frekuensi gigitan dan panjang umur nyamuk, perubahan itu pula yang mempengaruhi kebiasaan manusia untuk tinggal di luar rumah.
PATOGENESA
Terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah akan mengakibatkan hal2 sbb :
1.Kompleks virus-antibodi akan mengaktifasi system komplemen, yang berakibat dikeluarkannya anafilaktoksin C3a dan C5a yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler/dinding pembuluh darah dan perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler (plasma leakage), suatu keadaan yang sangat berperan dalam terjadinya renjatan.
2.Terjadinya agregasi trombosit yang akan melepaskan ADP akan mengalami metamorfosis, sehingga baik jumlah dan fungsi trombosit akan menurun. Trombosit yang mengalami kerusakan akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan amin fase aktif (histamin dan serotonin) yang akan meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskuler (koagulopati)
3.Kerusakan endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktifasi faktor pembekuan XII (faktor Hageman) dengan akibat pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilaktoksin dan penghancuran fibrin. Disamping itu aktifasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Terjadinya SSD biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu antara hari ke 3 dan ke 7 sakit. Hal ini dapat dijelaskan oleh hipotesis menungkatnya reaksi imunologis (immunological enhancement hypothesis) yang mengatakan sbb :
1.Telah dibuktikan oleh penelitian bahwa pada manusia sel fagosit mononukleus (monosit, makrofag, histiosit dan sel Kupfer) merupakan tempat utama terjadi reaksi virus dengue.
2.Antibodi yang tidak ternetralisasi, baik yang berada bebas di sirkulasi maupun spesifik pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada permukaan sel fagosit mononukleus.
3.Virus dengue akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang terinfeksi tersebut.
4.Peningkatan permeabilitas ddg pembuluh darah dan adanya fenomena DIC terjadi sebagai akibat dilepaskannya mediator oleh sel fagosit mononukleus yang terinfeksi antidengue.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari criteria klinis dan laboratoris.
•KRITERIA KLINIS
a.Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari. b.Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
d.Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien gelisah.
•KRITERIA LABORATORIS
a.Trobositopenia (100.000/Чl atau kurang)
DERAJAT PENYAKIT ( WHO , 1997)
Derajat penyakit DHF diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat I : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif
Derajat II :seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III :didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan atau lembab, pasien tampak gelisah Derajat IV :syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur.
GAMBARAN KLINIS
Terdapat 4 gejala utama DHF, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali dan kegagalan sirkulasi. Gejala klinis DHF diawali dengan demam mendadak disertai muka kemerahan atau facial flush dan gejala klinis lain yang tdak khas seperti anoreksia, mual, muntah, sakit kepala serta nyeri pada otot dan sendi. Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung iga kanan, kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
•Penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000/ЧL •Jumlah leukosit dapat normal tapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil. Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan sel neutrofil menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relatif meningkat (limfositosis relatif (LPB > 15%)). •Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit
•Protein plasma menurun (hipoproteinemia) •Hiponatremia pada kasus berat
•Serum alanin-aminotransferase, SGOT, dan SGPT sedikit meningkat
•Asidosis metabolic berat dan peningkatan kadar urea nitrogen terdapat pada syok berkepanjangan •Pemeriksaan Radiologis : pada foto thorax selalu didapatkan efusi pleura, terutama di sebelah hemitoraks kanan. Ascites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG •Serologis :
-Ig M terdeteksi hari ke 5, meningkat sampai minggu III, menghilang setelah 60-90 hari -Ig G pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari 14, pada infeksi sekunder mulai hari ke 2 -Flourescence antibody technique test untuk mengetahui adanya pertumbuhan virus dengue
-Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RTPCR) sangat sensitive dan spesifik terhadap serotipe tertentu, hasil cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara diagnostik baru ini dapat mendeteksi virus RNA dari spesimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia dan nyamuk.
DIAGNOSIS BANDING
1.Demam Cikungunya (DC)
Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang, penularan mirip influenza, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, tidak ditemukan perdarahan Gastrointestinal & syok.
2.Pada awal perjalanan penyakit, diagnosa banding mencakup infeksi bakteri, virus atau infeksi parasit, seperti : demam tifoid, campak, inflluenza, hepatitis, leptospirosis dan malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat membedakan DHF dengan penyakit lain.
4.Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau anemia aplastik. Pada leukimia demam teratur, kelenjar limfe dapat teraba, tampak anemis. Pemeriksaan darah tepi & sumsum tulang dapat memperjelas diagnosis. Pada anemia aplastik tampak sangat anemis, demam timbul karena infeksi sekunder. Pemeriksaan darah tepi ditemukan pansitopenia (leukosit, hemmoglobin & trombosit menurun) 5.Idiopathic Trombocytopenic Purpura (ITP)
Pada ITP demam cepat menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi dan leukopenia serta pada fase penyembuhan DHF jumlah trombosit lebih cepat kembali ke normal dibandingkan ITP.
Penatalaksanaan
Pasien yang diduga DF atau DHF sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien yang menderita penyakit lain. Kamar sebaiknya dibuat bebas nyamuk.
Demam Dengue dapat diobati dengan pemberian cairan sebagai pengganti yang hilang dari tubuh pasien. Kalau diperlukan dapat pula diberikan obat analgetik-antipiretik, namun obat-obatan ini tidak boleh mempengaruhi kerja platelet, agar tidak memperberat kondisi pasien.
Untuk syndrom hemorrhagic (DSS) diperlukan terapi segera dengan cairan yaitu : plasma expander, larutan saline isotonis, RL, NaCl faali.
Penatalaksanaan DF/DHF tanpa penyulit adalah :
a.Tirah Baring b.Makanan Lunak
Kalau belum ada nafsu makan, dapat minum banyak : 1,5-2 liter/hari (susu, air gula, atau sirop) atau air tawar + garam saja.
c.Medikamentosa yang bersifat simtomatik
kompres es di axila, inguinal, dll.Contoh : Hiperpireksia asetaminofen (hindari penggunaan asetosal )Antipiretik d.Antibiotik
Observasi tanda-tanda renjatan pada pasien DHF :
a.Keadaan umum memburuk
Saat ini cara yang dapat kita gunakan untuk mengotrol infeksi arbovirus (DF/DHF) adalah dengan : oEradikasi vektor (A. aegypti)
oImunisasi
Ada dua cara eradikasi vektor : 1.Dengan insektisida
-Untuk nyamuk dewasa biasanya dipakai Malathion (adultisida)
-Temephos/Abate digunakan dengan dimasukkan ke tempat penampungan air bersih yang biasanya menjadi sarang nyamuk.
-Dosis yang digunakan adalah 1 ppm/1 gram Abate SG 1% per 10 liter air 2.tanpa insektisida
Cara :
-Kuras bak mandi dan tempat penampungan air lainnya minimal 1 kali seminggu. -Menutup rapat tempat penampungan air
-Bersihkan rumah & halaman dari barang-barang yang dapat menampung air
Imunisasi
Vaksin “attenuated” untuk demam kuning ditemukan pada tahun 1937 oleh Theiler & Smith. Vaksin ini dibuat dari strain 17D dari embrio ayam yang yang terus kontak dengan daerah urban yang insiden demam kuningnya tinggi. Pengaruhnya terhadap imunitas sangat tahan lama, mungkin seumur hidup. Vaksin ini tidak stabil terhadapp panas, untuk memindahkan atau menyimpan vaksin ini diperlukan pendingin. Karena tidak stabil terhadap panas, pemberian vaksin ini agak sulit dilakukan di negara-negara tropis, maka dari itu disepakati untuk memberikan vaksinasi ini secara masal hanya pada saat penyakit ini merebak di satu tempat tertentu (di daerah urban).
Baik persiapan maupun administrasi vaksin demam kuning diawali & dibatasi oleh pemerintah pusat. Orang yang perlu mendapat imunisasi mencakup:
-Mereka yang hidup/pergi ke daerah endemik termasuk turis -Staf laboratorium yang bekerja dengan virus
Selain kedua cara di atas (eradikasi vektor & imunisasi) masih ada beberapa cara alternatif, misalnya : mengasingkan/isolasi penderita, penggunaan lotion antinyamuk, pakai kelambu, namun cara-cara ini dinilai kurang efektif.
Prognosis
Hampir tidak ada kematian yang disebabkan oleh Demam Dengue, tapi pada DHF/DSS, angka kematian masih cukup tinggi.