• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Di RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Di RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN

KONTRASEPSI IUD PASCASALIN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

NELLY RAHAYU

090100145

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN

KONTRASEPSI IUD PASCASALIN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

NELLY RAHAYU

090100145

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

ABSTRAK

Intra Uterine Device (IUD) merupakan kontrasepsi yang efektif, aman, dan dapat diandalkan yang memiliki efektivitas hingga 10 tahun yang dapat dipasang setelah melahirkan atau pascasalin. Tahun 2010, Sensus Penduduk mencatat, terjadi peningkatan terhadap jumlah PUS 2,80% pada usia dibawah 20 tahun dengan disertai rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Dirancang dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan karakteristik yaitu umur, pendidikan dan sumber informasi. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, dengan rancangan cross sectional yang menggunakan data primer dengan teknik total sampling kepada 47 responden yang mengisi kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada kategori baik sebanyak 74,5%. Distribusi frekuensi berdasarkan umur mayoritas berada pada umur 20 – 35 tahun sebanyak 30 orang (63,8%), berdasarkan pendidikan mayoritas pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 16 orang (34,0%), dan distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi mayoritas pada tenaga kesehatan sebanyak 19 orang (40,4%).

Dari hasil penelitian diatas, penulis menyimpulkan bahwa ibu di Ruang VK. IV Rawat Inap Obstetri RSUD Dr. Pirngadi Medan memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin.

(5)

ABSTRACT

Intra Uterine Device (IUD) is an effective contraceptive, safe, and reliable is effective for up to 10 years can be fitted after delivery or pascasalin. In 2010, the Census recorded, an increase in the number of EFA 2.80% at ages under 20 years accompanied by low use of contraceptive IUD.

Designed with the aim to determine the mother's knowledge about contraceptive use in hospitals Dr. Pirngadi Medan pascasalin IUD. Pirngadi field that is based on the characteristics of age, education and information resources. This type of research is descriptive, cross sectional design using primary data sampling technique to total 47 respondents who filled out questionnaires.

The results showed that the respondents' knowledge about the use of contraception in hospitals Dr. Pirngadi Medan pascasalin IUD. Pirngadi field in both categories as much as 74.5%. The frequency distribution based on the age of majority is the age of 20-35 years by 30 people (63.8%), the majority of education based on the level of high school education by 16 people (34.0%), and frequency distribution by source of information as much as the majority of health care 19 people (40.4%).

From the above results, the authors concluded that mothers in Space VK. IV Inpatient Obstetric Hospital Dr. Pirngadi Medan has a good knowledge about the use of contraceptive IUD pascasalin.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan tak lupa shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Adapun judul dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan”.

Penelitian ini dibuat untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam menulis laporan penelitian ini, penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari pembahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan sarannya untuk perbaikan di masa mendatang kiranya tulisan yang sederhana ini dapat menambah pembendaharaan perpustakaan yang menjadi bacaan bagi kita semua.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan saran, baik dalam bentuk moril maupun material. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD, KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Sarma N. Lumbaraja Sp. OG (K), selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Zulilham Sp. KK, selaku Penguji I dalam Sidang Proposal KTI 4. dr. Mega Sari Sitorus, MKes, selaku Penguji II

5. dr. Andrina Rambe,Sp. THT, selaku Penguji I dalam Sidang Hasil KTI 6. Kedua orang tuaku H. Rahman dan Hj. Sujirah S.PD, yang telah banyak

membantu dalam bentuk dorongan semangat dan material.

(7)

8. Teman – temanku, Ulfah Mashfufah, Dorothy E.A. Manurung, Fitri Ayu Aprilina Suyanto, Dhiny Yolanda, Serrintha, Ayu Pratiwi, Rismayanti AmKeb, Elisa Fajar Wati, Habibah Novita Sari Lubis, Gold Sunday Palm dan teman stambuk 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Tak lupa juga kepada kak Mulyani yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Medan, Januari 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 5

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan ... 7

2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2.2. Kontrasepsi IUD ... 10

2.2.1. Definisi IUD ... 10

2.2.2. Jenis – Jenis IUD ... 11

(9)

2.2.4. Indikasi IUD ... 12

2.2.5. Efek Samping IUD ... 12

2.2.6. Komplikasi IUD ... 14

2.2.7. Kontraindikasi IUD ... 15

2.2.8. Mekanisme Kerja IUD ... 15

2.2.9. Pemasangan IUD ... 16

2.2.10.Prosedur Pemasangan IUD ... 17

2.2.11.Prosedur Mengeluarkan IUD ... 17

2.2.12.Pemeriksaan Lanjutan ... 18

2.3. Kontrasepsi IUD Pascasalin ... 18

2.3.1. Definisi Kontrasepsi IUD Pascasalin ... 18

2.3.2. Petimbangan Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin ... 18

2.3.3. Cara Pemasangan Kontrasepsi IUD Pascasalin ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN... 22

4.1. Rancangan Penelitian ... 22

4.2. Lokasi dan Waktu ... 22

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 22

4.2.2. Waktu Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel ... 22

4.3.1. Populasi Penelitian ... 22

4.3.2. Sampel Penelitian ... 22

4.4. Pengumpulan Data dan Analisa Data ... 23

4.4.1. Pengumpulan Data ... 23

4.4.2. Analisa Data ... 25

(10)

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 26

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 27

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi ... 27

5.1.3.Gambaran Pengetahuan Responden ... 28

5.1.4.Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pengetahuan ... 29

5.1.5.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Sumber Informasi dan Pengetahuan ... 30

5.2. Pembahasan ... 32

5.2.1.Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin ... 32

5.2.2.Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Berdasarkan Umur ... 32

5.2.3.Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Berdasarkan Pendidikan ... 32

5.2.4.Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Sumber Informasi ... 33

BAB 6 PENUTUP ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 25 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur 26 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan 27 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber

Informasi 27

5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden 28 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan 29

5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Tingkat

Pengetahuan 30

5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

dan Tingkat Pengetahuan 30

5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Penelitian Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 : Output Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 : Data Induk Responden

(14)

ABSTRAK

Intra Uterine Device (IUD) merupakan kontrasepsi yang efektif, aman, dan dapat diandalkan yang memiliki efektivitas hingga 10 tahun yang dapat dipasang setelah melahirkan atau pascasalin. Tahun 2010, Sensus Penduduk mencatat, terjadi peningkatan terhadap jumlah PUS 2,80% pada usia dibawah 20 tahun dengan disertai rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD.

Dirancang dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan karakteristik yaitu umur, pendidikan dan sumber informasi. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, dengan rancangan cross sectional yang menggunakan data primer dengan teknik total sampling kepada 47 responden yang mengisi kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada kategori baik sebanyak 74,5%. Distribusi frekuensi berdasarkan umur mayoritas berada pada umur 20 – 35 tahun sebanyak 30 orang (63,8%), berdasarkan pendidikan mayoritas pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 16 orang (34,0%), dan distribusi frekuensi berdasarkan sumber informasi mayoritas pada tenaga kesehatan sebanyak 19 orang (40,4%).

Dari hasil penelitian diatas, penulis menyimpulkan bahwa ibu di Ruang VK. IV Rawat Inap Obstetri RSUD Dr. Pirngadi Medan memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin.

(15)

ABSTRACT

Intra Uterine Device (IUD) is an effective contraceptive, safe, and reliable is effective for up to 10 years can be fitted after delivery or pascasalin. In 2010, the Census recorded, an increase in the number of EFA 2.80% at ages under 20 years accompanied by low use of contraceptive IUD.

Designed with the aim to determine the mother's knowledge about contraceptive use in hospitals Dr. Pirngadi Medan pascasalin IUD. Pirngadi field that is based on the characteristics of age, education and information resources. This type of research is descriptive, cross sectional design using primary data sampling technique to total 47 respondents who filled out questionnaires.

The results showed that the respondents' knowledge about the use of contraception in hospitals Dr. Pirngadi Medan pascasalin IUD. Pirngadi field in both categories as much as 74.5%. The frequency distribution based on the age of majority is the age of 20-35 years by 30 people (63.8%), the majority of education based on the level of high school education by 16 people (34.0%), and frequency distribution by source of information as much as the majority of health care 19 people (40.4%).

From the above results, the authors concluded that mothers in Space VK. IV Inpatient Obstetric Hospital Dr. Pirngadi Medan has a good knowledge about the use of contraceptive IUD pascasalin.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat (Handayani, 2010)

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010, dalam periode 10 tahun (2000– 2010), jumlah penduduk Indonesia meningkat sebanyak 32,5 juta jiwa, yaitu dari sebanyak 205,8 juta jiwa (SP 2000) menjadi sebanyak 237,6 juta jiwa (Hasil Sementara SP 2010, BPS). Rata - rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) Indonesia telah menurun dari sebesar 1,97 persen (1980-1990) menjadi sebesar 1,45 persen (1990–2000). Namun, pada periode 10 tahun terakhir, LPP meningkat kembali menjadi sebesar 1,49 persen (BAPPENAS, 2012).

Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut adalah dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB) yang dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat / angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas, dan untuk mempersiapkan kehidupan dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang (Noviawati, 2011).

(17)

menggalang kemitraan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, mewujudkan kesetaraan gender melalui program KB, meningkatkan upaya pemberdayaan wanita dalam program KB, mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas sejak pembuahan, serta menyediakan data dan informasi dalam skala mikro (Handayani, 2010).

Syarat untuk memilih metode kontrasepsi adalah aman, dapat diandalkan, sederhana, murah, dan dapat diterima oleh orang banyak dan pemakaian jangka panjang, walaupun sampai saat ini belum ada alat kontrasepsi yang benar – benar 100 % sempurna (Hartanto, 2010).

Menurut Kepala BKKBN Propinsi Sumut, jumlah pasangan usia subur (PUS) setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan. Tahun 2010, jumlah PUS yang terdata sebanyak 2.151.759. Dari jumlah tersebut, sekitar 60.316 atau 2,80% disumbang oleh PUS berusia dibawah 20 tahun. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010, jumlah PUS mengalami kenaikan dari 2.092.103 menjadi 2.151.759. Hal ini dipacu oleh kenaikan PUS umur dibawah 20 tahun dari 2,75% menjadi 2,80% dan umur 20 – 29 tahun juga naik dari 35,24% menjadi 35,90%, sedangkan PUS berumur 30 tahun keatas mengalami penurunan dari 62,01% menjadi 61,29% (Tambunan, 2011).

Ada beberapa metode kontrasepsi modern yang dapat digunakan seperti oral kontrasepsi, suntikan, implant, IUD, dan sterilisasi (Hartanto, 2010).

Intra Uterine Device (IUD) atau disebut juga dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan pilihan kontrasepsi yang terbaik bagi sebagian besar wanita (Proverawati, dkk, 2010).

IUD hanya memiliki angka kegagalan 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan dan sangat efektif sampai 10 tahun serta membutuhkan biaya yang ekonomis (Handayani, 2010).

(18)

peserta IUD (16,93%), 376 peserta MOW (2,47%), 4 peserta MOP (0,03%), 803 peserta Kondom (5,27%), 1.097 peserta Implant (7,2%), 7.423 peserta Suntikan (48,69%), dan 2.962 peserta Pil (19,43%) (BKKBN, 2012).

Berdasarkan hasil survei awal data penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada tahun 2011, pasien bersalin yang di rawat inap sebanyak 665 orang dan sebanyak 31 orang yang menggunakan kontrasepsi IUD pascasalin. Banyaknya jumlah pasien yang bersalin tidak seimbang dengan jumlah pasien yang menggunakan kontrasepsi IUD pascasalinnya, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini adalah bagaimana Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan pendidikan.

(19)

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Penulis

Sebagai bahan menambah wawasan dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi yang digunakan di dalam masyarakat.

1.4.2. Bagi Akseptor KB

Sebagai masukan dan bahan penambahan wawasan dan pengetahuan bagi para ibu tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi.

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mrngungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2011).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

(21)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

(22)

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2011).

2.1.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan - tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Lukman yang dikutip oleh Hendra (2008), ada beberapa faktor yang memperngaruhi pengetahuan, yaitu:

a. Umur

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses – proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur – umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian – pembagian umur sebagai berikut :

1. Menurut tingkat kedewasaan :

(23)

2. Interval 5 tahun : Kurang dari 1 tahun, 1 – 4 tahun,

5 – 9 tahun,

10 – 14 tahun dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Hardiwinoto, pembagian kategori umur, yaitu :

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan (Khayan,1997). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

c. Lingkungan

(24)

d. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied hary A. (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya.

f. Informasi

Menurut Wied Hary A. (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Rahmahayani (2010), sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :

1. Sumber informasi dokumenter

(25)

dan hukum mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi tersebut.

2. Sumber kepustakaan

Kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan – laporan penelitian, majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya.

3. Sumber informasi lapangan

Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang tentang suatu hal sehingga informasi yang diperoleh dapat terkumpul secara keseluruhan ataupun sebagainya. (Rahmahayani 2010).

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997 dalam Rahmahayani, 2010).

2.2.Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) 2.2.1. Pengertian IUD

Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2009).

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral dalam bahasa sehari – hari yang digunakan di dalam masyarakat adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif untuk tujuan kontrasepsi (Handayani,2010).

(26)

magnesium, timah, progessteron. Penambahan bahan – bahan tersebut ditujukan untuk mempertinggi efektivitas IUD (Sarwono, 2009).

2.2.2. Jenis – Jenis IUD

Banyak jenis IUD yang telah dikembangkan mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam sampai pada generasi plastik (polietien) baik yang tidak ditambahi obat maupun yang dibubuhi obat.

1. IUD Non - Hormonal

a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi :

a) Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

b) Bentuk tertutup (close device), misalnya Ota-ring, Antigon, dan Graten Berg Ring.

b. Menurut tambahan obat atau metal :

a) Medicated IUD, misalnya Cu-T-200 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu-T 380A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova-T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).

Pada jenis Medicated IUD, angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu-T 220 berarti tembaga adalah 200 mm2.

b) Unmediated IUD, misalnya Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. 2. IUD yang mengandung Hormonal

a. Progestasert-T

b. LNG-20 (Handayani, 2010).

IUD yang banyak dipakai di Indonesia dari jenis dan dari jenis mediated Cu-T 380 A, dan Multiload (Pinem,2009).

2.2.3. Efektivitas IUD

(27)

kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan – alasan medis atau pribadi.

2. Efektifitas dari jenis - jenis IUD tergantung pada :

a. IUD – nya : ukuran, bentuk, dan mengandung Cu atau Progesterone. b. Akseptor

a) Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.

b) Paritas : makin muda usia, terutama nulligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.

c) Frekuensi senggama.

3. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan) (Handayani, 2010).

2.2.4. Indikasi IUD

1. Usia reproduksi, 2. Keadaan nullipara,

3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, 4. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi, 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya,

6. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi,

7. Perempuan dengan resiko rendah infeksi menular seksual (IMS), 8. Tidak menghendaki metode hormonal,

9. Tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari, dan

10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama (Handayani, 2010).

2.2.5. Efek Samping IUD

(28)

Perdarahan sedikit – sedikit ini akan cepat berhenti. Jika pemasangan IUD dilakukan sewaktu menstruasi , maka perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor.

Keluhan yang tersering adalah menoragia, spotting metroragi.

Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran kecil. Jika perdarahannya sedikit – sedikit dapat diberikan pengobatan konservatif dan jika perdarahan yang tidak terhenti dengan tindakan – tindakan tersebut, sebaiknya IUD diangkat dan di ganti dengan cara kontrasepsi lain.

2. Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya rasa nyeri ini berangsur – angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetik. Jika keluhan terus berlangsung, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran yang lebih kecil.

3. Gangguan pada suami

Kadang – kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu bersenggama. Disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk menghilangkan keluhan tersebut, sebaiknya benang IUD yang terlalu panjang dipotong sampai kira – kira 2 - 3 cm dari posio uteri, sedangkan jika benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD-nya diganti. Biasanya dengan cara tersebut, keluhan suami akan hilang.

4. Ekspulsi

Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi sewaktu menstruasi dan dipengaruhi oleh :

a. Umur dan Paritas

Pada wanita muda, ekspulsi lebih sering terjadi daripada wanita yang lebih tua begitu juga dengan paritas yang terlalu rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih.

b. Lama Pemakaian

(29)

c. Ekspulsi Sebelumnya

Pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya terjadi ekspulsi kira – kira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangkanlah IUD dari jenis yang sama , tetapi dengan ukuran yang lebih besar dari sebelumnya atau juga dapat diganti dengan IUD jenis lain atau dipasang dua IUD.

d. Jenis dan Ukuran

Jenis dan ukuran IUD sangat mempengaruhi ekspulsi. Pada Lippes Loop, makin besar ukuran IUD maka makin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi. e. Faktor Psikis

Oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita – wanita yang emosional dan ketakutan. Maka kepada wanita – wanita seperti ini penting diberikan penerangan yang cukup sebelum dilakukan pemasangan IUD (Sarwono, 2009).

2.2.6. Komplikasi IUD

1. Infeksi

IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat – alat yang digunakan di sucihamakan, yaitu tabung penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan IUD.

2. Perforasi

Umumnya terjadi sewaktu pemasangan IUD. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, IUD terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut.

(30)

untuk menentukan apakah IUD terletak di dalam atau di luar kavum uteri dan dapat ditentukan dengan menggunakan Ultrasonografi (USG) transvaginal dan transabdominal.

Jika perforasi terjadi dengan IUD yang tertutup, IUD harus dikeluarkan dengan segera oleh karena dikuatirkan terjadinya ileus, begitu juga dengan IUD yang mengandung logam.

Pengeluaran IUD dilakukan dengan laparoskopi. Laparotomi dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil atau terjadi setelah terjadi ileus (Sarwono, 2009).

2.2.7. Kontraindikasi IUD

Yang termasuk ke dalam kontraindikasi relatif ialah :

1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus, 2. Insufisiensi serviks uteri,

3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma, dan sebagainya,dan,

4. Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri. Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :

1. Kehamilan,

2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis, 3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis,

4. Adanya metroragia yang belum disembuhkan,dan 5. Pasangan yang tidak subur. (Sarwono, 2009).

2.2.8. Mekanisme kerja IUD

Mekanisme kerja yang pasti dari kontrasepsi IUD belum diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan : 1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.

(31)

2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya implantasi.

3. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.

5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto,2010).

2.2.9. Pemasangan IUD

IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut : 1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Dilakukan pada hari – hari pertama atau pada hari – hari terakhir haid. Keuntungan IUD pada waktu ini antara lain ialah :

a. Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek.

b. Rasa nyeri tidak seberapa keras.

c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan. d. Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.

Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain : a. Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.

b. Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid - siklus (Hartanto, 2010).

2. Sewaktu pasca salin

Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.

3. Sewaktu post abortum

(32)

4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2009).

2.2.10.Prosedur Pemasangan IUD

Setelah kandung kemih dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi, kemudian dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (Sol. Betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. IUD dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks.

Tabung penyalur digerakkan di dalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan – lahan, pendorong (plunger) menahan IUD dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang IUD digunting sehingga 2 ½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat (Sarwono, 2009).

2.2.11.Prosedur mengeluarkan IUD

(33)

Tidak terlihatnya benang IUD ini dapat disebabkan oleh : akseptor menjadi hamil, perforasi uterus, ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor, perubahan letak IUD, sehingga benang IUD tertarik ke dalam rongga uterus seperti ada mioma uterus (Sarwono, 2009).

2.2.12.Pemeriksaan Lanjutan ( follow – up )

1. 1 bulan setelah pemasangan. 2. 3 bulan kemudian.

3. Setiap 6 bulan berikutnya. 4. 1 tahun sekali.

5. Bila terlambat haid 1 minggu.

6. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur (Handayani,2010).

2.3. Kontrasepsi IUD Pascasalin

2.3.1. Definisi Kontrasepsi IUD Pascasalin

Puerperium/pascasalin/masa nifas adalah setelah partus atau proses persalinan selesai, dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2002).

Puerperium atau pascasalin adalah periode dari akhir kala persalinan ketiga sampai involusi uterus komplet, biasanya berakhir dalam 3 sampai 6 minggu (Dorland’s, 2002).

Pascasalin atau puerperium adalah masa setelah proses persalinan selesai dan berakhir minggu keenam atau berlangsung selama 42 hari (BKKBN, 2012).

Kontrasepsi IUD Pascasalin adalah suatu alat yang dimasukkan ke dalam rahim setelah proses persalinan selesai atau setelah seluruh alat genital pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

2.3.2. Pertimbangan Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin

(34)

akseptor KB, misalnya IUD tidak boleh dipasang pada ibu yang mengalami infeksi panggul atau perdarahan dari jalan lahir yang tidak diketahui penyebabnya (Suparyanto, 2011).

Kontrasepsi terpilih untuk pascasalin harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut ini:

1. Pastikan ibu menyusukan bayinya atau tidak, 2. Pilih jenis kontrasepsi yang sesuai,

3. Tidak ada masalah gangguan pembekuan darah, produksi ASI dan tumbuh kembang bayi bila ibu menggunakan kontrasepsi,

4. Tidak harus menghentikan pemberian ASI untuk menggunakan suatu alat kontrasepsi,dan

5. Kontrasepsi terpilih harus tidak mempengaruhi kualitas dan jumlah ASI atau mengganggu kesehatan bayi (Suparyanto, 2011).

2.3.3. Cara Pemasangan Kontrasepsi IUD Pascasalin

Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan :

a. Secara dini (immediate insertion) yaitu IUD dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit atau setelah plasenta lahir. b. Secara langsung (direct insertion) yaitu IUD dipasang dalam masa tiga bulan

setelah partus atau abortus.

c. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu IUD dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus atau pemasangan IUD dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus (Sarwono, 2009).

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1.Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden terhadap pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin.

a. Cara Ukur : Diukur dengan menjawab 1 – 20 pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner.

b. Alat Ukur : Kuesioner. c. Cara penilaian :

a) Benar : mendapat nilai 1 b) Salah : mendapat nilai 0 d. Kategori pengukuran :

Menurut Arikunto (2003) dalam Rahmahayani (2010), kategori pengukuran itu adalah :

a) Baik : apabila responden mendapat skor 75 - 100 % dengan menjawab benar 15 – 20.

b) Cukup : apabila responden mendapat skor 60 – 75 %, dengan menjawab benar 9 – 14.

c) Kurang : apabila responden mendapat skor < 60 %, dengan menjawab benar 3 – 8 (Rahmahayani, 2010).

e. Skala Pengukuran : Skala Ordinal. Tingkat

pengetahuan

(36)
(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Rancangan Penelitian

Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional dimana observasi atau pengumpulan data dilakukan secara bersamaan pada satu saat yang dilakukan hanya satu kali saja (Sastroasmoro,2008).

4.2.Lokasi dan Waktu 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Ruang VK. IV Rawat Inap Obstetri RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan alasan bahwa RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Rujukan di Kota Medan yang mempunyai pasien rawat inap pascasalin yang cukup banyak yang mendukung untuk dilakukannya penelitian ini.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu untuk melakukan penelitian ini adalah selama 3 bulan dimulai dari bulan Agustus - Oktober 2012.

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subyek dengan karakteristik tertentu. Terdiri dari 2 yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target dibatasi oleh karakteristik dan demografi, sedangkan populasi terjangkau dibatasi oleh tempat dan waktu (Mukhtar,2011).

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua ibu pascasalin, sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua ibu yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Agustus – Oktober 2012.

4.3.2. Sampel

(38)

sampling yaitu seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu pascasalin yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Agustus - Oktober 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang akan dijadikan sebagai sampel.

Adapun kriteria inklusi tersebut adalah : 1. Ibupascasalin

2. Bersedia menjadi responden Dan kriteria eksklusinya adalah : 1. Tidak bersedia menjadi responden

4.4.Pengumpulan Data dan Analisa Data 4.4.1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat melalui kuesioner tertutup yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep yang terdiri dari 20 pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden yang dirawat selama masa pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Agustus - Oktober 2012.

Pada pengumpulan data ini, rencana akan dilakukan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas pada kuesioner penelitian ini. Adapun rumus dari Uji Validitas dan Uji Reliabilitas tersebut adalah :

1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana ukuran yang diperoleh benar – benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur.

Metode yang dipakai pada uji validitas ini menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yaitu :

∑ ∑

∑ ∑

r : koefisien korelasi product moment x : skor tiap pertanyaan / item

(39)

N : jumlah responden 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Metode yang digunakan pada uji reliabilitas menggunakan rumus Koefisien reliabilitas Alpha, yaitu :

K : jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ : jumlah varians butir

2

t

σ : varians total

Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu :

1. Kurang dari 0,20 : hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan 2. 0,20 - < 0,40 : hubungan yang kecil (tidak erat)

3. 0,40 - < 0,70 : hubungan yang cukup erat 4. 0,70 - < 0,90 : hubungan yang erat (reliabel)

5. 0,90 - < 1,00 : hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) 6. 1, 00 : hubungan yang sempurna

Uji reliabilitas dapat dilakukan apabila seluruh butir pertanyaan dinyatakan telah valid.

Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada kuesioner ini, didapatkan hasil uji validitas dan uji reliabilitas adalah valid dan reliabel.

Tabel 4.1 Data hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Nomor

(40)

3 0,569 Valid Reliabel

4 0,854 Valid Reliabel

5 0,854 Valid Reliabel

6 0,854 Valid Reliabel

7 0,679 Valid Reliabel

8 0,679 Valid Reliabel

9 0,903 Valid Reliabel

10 0,739 Valid Reliabel

11 0,854 Valid Reliabel

12 0,903 Valid Reliabel

13 0,739 Valid Reliabel

14 0,903 Valid Reliabel

15 0,849 Valid Reliabel

16 0,883 Valid Reliabel

17 0,883 Valid Reliabel

18 0,857 Valid Reliabel

19 0,857 Valid Reliabel

20 0,857 Valid Reliabel

4.4.2. Analisa Data

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang VK. IV Rawat Inap Obstetri RSUD Dr. Pirngadi Medan. RSUD Dr. Pirngadi Medan yang merupakan suatu unit pelayanan milik Pemerintah Kota Medan yang berada di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH No. 47 Medan, Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 47 orang responden yang merupakan Ibu Pascasalin yang berada di Ruang VK. IV Rawat Inap Obstetri RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi : umur, pendidikan serta sumber informasi. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel – tabel di bawah ini.

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Pada penelitian ini ditanyakan mengenai usia responden yang berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin. Distribusi frekuensinya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur F (Frekuensi) %

<20 tahun 2 4,3

20 – 35 tahun 39 83,0

>35 tahun 6 12,8

Total 47 100

(42)

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pada penelitian ini ditanyakan mengenai pendidikan responden mengenai pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin. Distribusinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan F (Frekuensi) %

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa pendidikan SMA memberikan persentase terbesar sebanyak 21 responden (44,7%).

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber

Informasi

Pada penelitian ini ditanyakan juga mengenai sumber informasi responden mengenai pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin. Distribusinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi

Sumber Informasi F (Frekuensi) %

Radio 0 0

Televisi 11 23,4

Media Massa 8 17,0

Tenaga kesehatan 28 59,6

Total 47 100

(43)

5.1.3. Gambaran Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 20 pertanyaan mengenai pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin. Pertanyaan – pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan realibilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada tabel 5.4. di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

No Pengetahuan Skoring 9 Bagian tubuh yang dapat

dipasang AKDR

31 66,0 16 34,0

10 Keuntungan AKDR 37 78,7 10 21,3

11 Kerugian AKDR 35 74,5 12 25,5

12 Siapa yang memasang AKDR 24 51,1 23 48,9 13 Siapa yang mengeluarkan

AKDR

20 42,6 27 57,4

14 Kapan pemeriksaan ulang AKDR

36 76,6 11 23,4

15 AKDR dapat dipakai pada wanita apa

44 93,6 3 6,4

(44)

pada wanita apa

17 Proses pemasangan AKDR Pascasalin

44 93,6 3 6,4

18 Kapan pemasangan AKDR Pascasalin dapat dilakukan

20 Sebelum pemasangan AKDR tidak boleh melakukan apa

38 80,9 9 19,1

Pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan yang paling banyak dijawab benar sebanyak 47 (100%) dengan menjawab pertanyaan nomor 1 dan nomor 2 yaitu menurut ibu, apa kontrasepsi itu dan menurut ibu, apa yang ibu ketahui tentang kontrasepsi. Sedangkan responden yang menjawab pertanyaan yang paling banyak dijawab salah sebanyak 27 dari 47 responden yang ada sebesar 57,4% dengan pertanyaan menurut ibu, siapa yang dapat mengeluarkan kontrasepsi dalam rahim atau spiral.

5.1.4. Gambaran Pengetahuan Berdasarkan Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 menurut Arikunto (2003) dalam Rahmahayani (2010), yaitu baik, cukup, dan kurang. Tingkat pengetahuan yang baik apabila responden mendapat skor >75% dengan menjawab 15 – 20 pertanyaan yang benar. Cukup, apabila responden mendapat skor 60 – 75% dengan menjawab 7 – 13 pertanyaan yang benar. Dan kurang, apabila responden mendapat skor <60% dengan menjawab 0 – 6 pertanyaan yang benar.

(45)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan F (Frekuensi) %

Baik 35 74,5

Cukup 12 25,5

Kurang 0 0

Total 47 100

Pada tabel 5.5 tersebut bahwa dapat dilihat pengetahuan dengan kategori kurang tidak memiliki persentase, pengetahuan cukup memiliki persentase sebanyak 12 responden (25,5%), dan pengetahuan baik memiliki persentase terbesar sebanyak 35 responden (74,5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah baik.

5.1.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Sumber Informasi dan Pengetahuan

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu pascasalin yaitu sebanyak 47 orang. Dari keseluruhan yang ada, diperoleh gambaran karakteristiknya meliputi : umur, pendidikan dan sumber informasi.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Pengetahuan

No Umur Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

1 <20 tahun 2 (5,7%) 0 (0%) 0 (0%) 2 2 20 – 35 tahun 30 (85,7%) 9 (75,0%) 0 (0%) 39 3 >35 tahun 3 (8,6%) 3 (25,0%) 0 (0%) 6

Total 35 (100%) 12 (100%) 0 (0%) 47

(46)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan dan Pengetahuan

No Pendidikan Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

1 SD 0 (0%) 1 (8,3%) 0 (0%) 1

2 SMP 5 (41,7%) 2 (16,7%) 0 (0%) 7 3 SMA 16 (45,7%) 5 (41,7%) 0 (0%) 21 4 Diploma 3 (8,6%) 0 (0%) 0 (0%) 3 5 Sarjana 11 (31,4%) 4 (33,3%) 0 (0%) 15

Total 35 (100%) 12 (100%) 0 (100%) 47

Pada tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa persentase pendidikan SMA yang berpengetahuan baik sebanyak 16 responden (45,7%), pengetahuan cukup 5 responden (41,7%), dan pengetahuan kurang tidak ada.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi dan Pengetahuan

Pada tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa tenaga kesehatan memberikan persentase terbesar sebagai sumber informasi berdasarkan pengetahuan baik sebanyak 19 responden, cukup sebanyak 9 responden, dan kurang tidak ada.

No Sumber

Informasi

Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

1 Radio 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0

2 Televisi 9 (25,7%) 2 (16,7%) 0 (0%) 11 3 Media Massa 7 (20,0%) 1 (8,3%) 0 (0%) 8 4 T. Kesehatan 19 (54,3%) 9 (75,0%) 0 (0%) 28

(47)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu – ibu pascasalin tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin yaitu berpengetahuan baik 74,5%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gertler dan Molyneaux (2003) yang dikutip oleh Syafitri (2010), lebih dari 50% pengguna KB yang memiliki pengetahuan baik. Sehingga jika pengetahuan baik maka program KB pun akan berhasil. Tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sindhung (1999), sebanyak 60% ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang KB.

5.2.2. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Berdasarkan Umur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur yang paling banyak adalah responden yang berumur antara 20 – 35 tahun yaitu 85,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiri (2007) yang dikutip oleh Syafitri (2010), dari sekitar 40 juta PUS yang berKB, 60% yang berusia dibawah 35 tahun. Sedangkan usia diatas 35 tahun keatas yang ikut KB hanya 30% saja. Selain itu menurut Tanti (2005), wanita yang ikut KB paling tinggi berusia 35 tahun kebawah adalah 70%.

5.2.3. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Berdasarkan Pendidikan

(48)

Hal ini juga sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2007), dimana semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin lebih baik pengetahuan dan lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mosak (1980) yang dikutip oleh Syafitri (2010), lebih dari 90% wanita memiliki pendidikan yang lebih tinggi lebih berpartisipasi dalam berKB.

5.2.4. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kontrasepsi IUD Pascasalin Berdasarkan Sumber Informasi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pascasalin berdasarkan sumber informasi sebagian besar didapat dari tenaga kesehatan yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 54,3%.

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap 47 orang ibu pascasalin berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada bulan Agustus – Oktober 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan baik.

2. Mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin berdasarkan umur berada pada umur 20 – 35 tahun.

3. Mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin berdasarkan pendidikan berada pada kategori pendidikan SMA. 4. Mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi IUD

pascasalin berdasarkan sumber informasi didapati pada tenaga kesehatan. 5. Dari 47 responden yang bersedia untuk diteliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan

didapati bahwa responden memiliki pengetahuan baik.

6.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini, yaitu :

1. Diharapkan bagi tenaga kesehatan lebih meningkatkan pemahaman informasi dan wawasan mengenai penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin melalui penyuluhan – penyuluhan yang tidak hanya di dalam rumah sakit saja tetapi menyeluruh ke masyarakat khususnya penyuluhan tentang siapa yang mengeluarkan IUD sehingga ibu memiliki pengetahuan,pemahaman, dan wawasan yang lebih baik lagi tentang penggunaan kontrasepsi IUD pascasalin.

(50)

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk menambah pengetahuan akan pentingnya penggunaan kontrasepsi di lingkungan masyarakat.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2007. Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta . Dalam: Rahmahayani, 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita Binjai 2010. Medan : Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Handayani, S., 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama.

Hardiwinoto, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Yogyakarta: Depkes RI. Diambil da

Hartanto, H., 2002. Kamus Kedokteran Dorland, Ed. 29. Jakarta : EGC.

Mukhtar, Z., 2011. Penulisan Proposal Penelitian. Dalam Haryuna, T.S.H. Effendy, E. Rambe, A.Y.M. Betty. Zahara, D., Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan : USU Press.

Notoatmodjo, S., 1997. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Dalam : Rahmahayani, 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita Binjai 2010. Medan : Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

(52)

Noviawati, D. 2011., Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta : Nuha Medika.

Pinem, S, 2009., Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.

Prawirohardjo, S., 2002, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati, A. Islaely, A.D. Aspuah, S., 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Poerwodarminto., 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Alfabeta.

Rahmahayani, 2010. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita Binjai 2010. Medan : Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

Santoso, R., 2012. Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatn dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN. Diambil Dari :

Sardjunani, N., 2012. Arah Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam RKP 2012 dan Rancangan RKP 2012. Jakarta : BAPPENAS. Diambil Dari :

(53)

%202013)%20revisi%20DI%20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf . [Diakses 8 April 2012].

Sastroasmoro, S. Ismael, S., 2008. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto.

Syafitri, U.D., 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan KB pada Ibu – Ibu terhadap Penggunaan Kontrasepsi di Kelurahan Belawan I Kecamatan Belawan Tahun 2010. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tambunan, HM., 2011. Setiap Tahun, Jumlah Pasangan Usia Subur di Sumut Cenderung Alami Kenaikan. Obrolanbisnis. Com. Diambil Dari :

(54)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Nelly Rahayu

2. NIM : 090100145

3. Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat/28 Maret 1992

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jl. Jamin Ginting Km. 8 Perumahan Buena

Vista Blok A No. 6

6. Handphone : 085261413182

7. Alamat Email

8. Riwayat Pendidikan :

- SD Negeri 020617 Binjai 1997 – 2003

- SMP Negeri 2 Binjai 2003 – 2006

- SMA Negeri 3 Binjai 2006 – 2009

- Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2009 – sekarang

9. Riwayat Pelatihan :

- Peserta Pelatihan Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU Juni 2010. - Peserta Pelatihan Islamic Medicine-2 Panitia Hari Besar Islam FK

(55)

- Peserta Pelatihan Orientasi PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) Unit SaHIVa USU Januari 2011.

(56)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN KONTRASEPSI DALAM RAHIM PASCASALIN DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN

Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi Dalam Rahim Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan“.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi dalam rahim pascasalin. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan ibu-ibu sekalian untuk turut serta dalam penelitian ini sebagai responden. Saya akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang identitas Ibu.

Demikian surat persetujuan ini saya sampaikan, atas kesediaan ibu-ibu sekalian saya ucapkan terima kasih.

Data yang ibu – ibu berikan akan saya rahasiakan dan tidak akan

disebarluaskan.

Medan, 2012

Peneliti

(57)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN ( INFORM CONSENT )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

I. Karakteristik Responden

1. Nama : ... 2. Umur : ... tahun

3. Pendidikan terakhir : a. ( ) SD

b. ( ) SMP c. ( ) SMA d. ( ) Diploma e. ( ) Sarjana 4. Sumber Informasi :

a. ( ) Radio b. ( ) Televisi c. ( ) Media Massa d. ( ) Tenaga Kesehatan

Dengan ini menyatakan SETUJU menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti pada kuesioner-kuesioner yang tertera untuk disertakan ke dalam penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dan saya menyatakan bahwa data ini diisi dalam pertanyaan kuesioner adalah benar adanya.

Medan, 2012

Peneliti Responden

(58)

LAMPIRAN 4

Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Kontrasepsi Dalam Rahim Pascasalin di RSUD Dr. Pirngadi Medan

1. Menurut ibu, apa kontrasepsi itu?

a. Suatu cara untuk mencegah kehamilan b. Alat untuk mendapatkan kehamilan

c. Suatu alat untuk menggugurkan kehamilan 2. Menurut ibu, apa yang ibu ketahui tentang kontrasepsi?

a. Suatu alat untuk menjarangkan kehamilan, mengatur jarak kehamilan, membatasi jumlah anak dan menunda kehamilan

b. Suatu alat untuk mendapatkan kehamilan c. Suatu alat untuk memperbanyak anak

3. Menurut ibu, apa kontrasepsi pascasalin atau kontrasepsi setelah melahirkan?

a. Suatu alat kontrasepsi yang dipakai sebelum proses melahirkan b. Alat kontrasepsi yang dipakai setelah proses melahirkan

c. Alat kontrasepsi yang dipakai untuk mencegah kehamilan sebelum proses melahirkan

4. Menurut ibu, apa nama lain kontrasepsi dalam rahim di lingkungan masyarakat?

a. Pil

b. Spiral/AKDR/IUD (Intra Uterine Device) c. Suntik

5. Menurut ibu, apa kontrasepsi dalam rahim atau spiral itu? a. Suatu alat yang dimasukkan ke dalam rahim b. Suatu alat untuk menghasilkan kehamilan c. Suatu alat untuk menggugurkan janin

6. Menurut ibu, apa bentuk kontrasepsi dalam rahim atau spiral itu? a. Seperti cincin, huruf T, spiral

b. Seperti pil c. Seperti susuk

(59)

a. 1 – 10 hari b. 1 – 6 bulan c. 5 - 10 tahun

8. Menurut ibu, kontrasepsi dalam rahim atau spiral dapat dipasang pada saat kapan saja?

a. Haid dan setelah proses melahirkan

b. Sebelum haid terjadi dan sebelum proses melahirkan c. Sebelum proses menggugurkan bayi atau aborsi

9. Menurut ibu, kontrasepsi dalam rahim atau spiral dapat di pasang pada bagian tubuh mana?

a. Alat kemaluan b. Rahim

c. Pantat atau bokong

10.Menurut ibu, apa keuntungan kontrasepsi dalam rahim atau spiral? a. Sangat efektif dan dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama b. Tidak efektif dipakai dalam jangka waktu yang lama

c. Sangat efektif dipakai dalam jangka waktu pendek 11.Menurut ibu, apa kerugian kontrasepsi dalam rahim atau spiral?

a. Nyaman dipakai

b. Menimbulkan rasa nyeri/sakit, haid menjadi banyak dan berlangsung lama

c. Sangat efektif

12.Menurut ibu, siapa yang dapat memasang kontrasepsi dalam rahim atau spiral?

a. Perawat

b. Dokter kandungan c. Bidan

13.Menurut ibu, siapa yang dapat mengeluarkan kontrasepsi dalam rahim atau spiral?

a. Perawat

(60)

14.Menurut ibu, kapan dilakukannya pemeriksaan ulang setelah pemasangan kontrasepsi dalam rahim atau spiral?

a. 2 jam setelah proses pemasangan b. 1 hari setelah proses pemasangan c. 1 bulan setelah proses pemasangan

15.Menurut ibu, pemasangan kontrasepsi dalam rahim atau spiral dapat dipakai pada wanita?

a. Yang sudah mempunyai anak satu atau lebih b. Yang belum mempunyai anak

c. Yang sudah menikah dan tidak punya anak

16.Menurut ibu, kontrasepsi dalam rahim atau spiral tidak boleh dipakai pada wanita?

a. Yang tidak sedang menyusui

b. Yang mengalami infeksi menular seksual, tumor ganas pada alat kemaluan

c. Yang tidak sedang hamil

17.Menurut ibu, pemasangan kontrasepsi dalam rahim atau spiral setelah proses melahirkan dapat dilakukan secara?

a. Langsung, yaitu spiral dipasang dalam masa 3 bulan setelah melahirkan

b. Tidak langsung, yaitu spiral dipasang sebelum proses melahirkan c. Dini, yaitu spiral dipasang setelah pasien pulang ke rumah

18.Menurut ibu, pemasangan kontrasepsi dalam rahim atau spiral setelah proses melahirkan sebaiknya dilakukan pada minggu keberapa?

a. 1 minggu b. 2 - 3 minggu c. 6 – 8 minggu

19.Menurut ibu, apa yang akan terjadi jika pemasangan kontrasepsi dalam rahim atau spiral dilakukan sebelum habis masa nifas?

a. Perdarahan yang banyak dan infeksi b. Kehamilan

c. Tidak akan terjadi apa – apa

(61)

a. Menyusui

(62)

Correlations

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12

p1 Pearson Correlation 1 1.000** 1.000** .545* .545* .545* .467* .467* .346 .346 .545* .346

Sig. (2-tailed) .000 .000 .013 .013 .013 .038 .038 .135 .135 .013 .135

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p2 Pearson Correlation 1.000** 1 1.000** .545* .545* .545* .467* .467* .346 .346 .545* .346

Sig. (2-tailed) .000 .000 .013 .013 .013 .038 .038 .135 .135 .013 .135

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p3 Pearson Correlation 1.000** 1.000** 1 .545* .545* .545* .467* .467* .346 .346 .545* .346

Sig. (2-tailed) .000 .000 .013 .013 .013 .038 .038 .135 .135 .013 .135

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

(63)

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p5 Pearson Correlation .545* .545* .545* 1.000** 1 1.000** .787** .787** .734** .524* 1.000** .734**

Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .000 .000 .000 .000 .000 .018 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p6 Pearson Correlation .545* .545* .545* 1.000** 1.000** 1 .787** .787** .734** .524* 1.000** .734**

Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .000 .000 .000 .000 .000 .018 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p7 Pearson Correlation .467* .467* .467* .787** .787** .787** 1 1.000** .577** .346 .787** .577**

Sig. (2-tailed) .038 .038 .038 .000 .000 .000 .000 .008 .135 .000 .008

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p8 Pearson Correlation .467* .467* .467* .787** .787** .787** 1.000** 1 .577** .346 .787** .577**

(64)

p9 Pearson Correlation .346 .346 .346 .734** .734** .734** .577** .577** 1 .800** .734** 1.000**

Sig. (2-tailed) .135 .135 .135 .000 .000 .000 .008 .008 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p10 Pearson Correlation .346 .346 .346 .524* .524* .524* .346 .346 .800** 1 .524* .800**

Sig. (2-tailed) .135 .135 .135 .018 .018 .018 .135 .135 .000 .018 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p11 Pearson Correlation .545* .545* .545* 1.000** 1.000** 1.000** .787** .787** .734** .524* 1 .734**

Sig. (2-tailed) .013 .013 .013 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .018 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p12 Pearson Correlation .346 .346 .346 .734** .734** .734** .577** .577** 1.000** .800** .734** 1

Sig. (2-tailed) .135 .135 .135 .000 .000 .000 .008 .008 .000 .000 .000

(65)

Sig. (2-tailed) .135 .135 .135 .018 .018 .018 .135 .135 .000 .000 .018 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p14 Pearson Correlation .346 .346 .346 .734** .734** .734** .577** .577** 1.000** .800** .734** 1.000**

Sig. (2-tailed) .135 .135 .135 .000 .000 .000 .008 .008 .000 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p15 Pearson Correlation .290 .290 .290 .664** .664** .664** .522* .522* .905** .905** .664** .905**

Sig. (2-tailed) .215 .215 .215 .001 .001 .001 .018 .018 .000 .000 .001 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

p16 Pearson Correlation .303 .303 .303 .780** .780** .780** .545* .545* .734** .524* .780** .734**

Sig. (2-tailed) .195 .195 .195 .000 .000 .000 .013 .013 .000 .018 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Data hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The oral reports are fashioned after the 10- to 15-min oral presentations given at scientific meetings; students present relative bac kground information, methodology, results, and

In this contribution we link a regular spaced (8-day interval) time series of MODIS-Landsat fused imagery via the STARFM algorithm (Gao et al, 2006) for a period of 7.5 years

In this paper, we have proposed a method for the modelling of simple room shape structure from sparse 3D point information obtained by photogrammetry. Our method consists

Penelitian ini mempunyai keterbatasan (1) Subyek penelitian ini hanya terbatas pada Bank yang berkantor pusat di Surabaya yaitu Bank AntarDaerah, Prima Master

mukhabarah kerjasama dalam lahan pertanian yang dilakukan di Dusun Wonogaten Desa Glawan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang sesuai dengan hukum Islam dikarenakan akad

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta HidayahNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

[r]