• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ANALISIS STRUKTURAL DALAM NASKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH ANALISIS STRUKTURAL DALAM NASKAH"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ANALISIS STRUKTURAL DALAM NASKAH DRAMA “NYONYA-NYONYA” KARYA WISRAN HADI

disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Kajian Drama Indonesia I oleh Dra. Hj. Titik Maslikatin, M.Hum. dan Bambang Aris Kartika, S.S., M.A.

Oleh:

1. Ayu Budiarti (120110201062) 2. Mia Ratna Sari (120110201077) 3. Octa Margaretta (120110201090) 4. Anajilan Maulida (120110201091) 5. Istiqfariyanti Nur Afifa (120110201096)

6. Iyut Sri Wahyuni (120110201111)

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER

(2)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Analisis Struktural dalam Naskah Drama “Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Drama Indonesia I.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dosen mata kuliah Kajian Drama Indonesia I

2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini 3. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember, 03 Maret 2014

(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah... 1

1.2 Permasalahan... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus/Tujuan ... 3

1.4 Tinjauan Pustaka... 3

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Judul ... 4

1.5.2 Wawancang dan Kramagung... 4

1.5.3 Babak dan Adegan... 4

1.5.4 Tema... 4

1.5.5 Penokohan dan Perwatakan... 5

1.5.6 Konflik... 5

1.5.7 Alur... 5

1.5.8 Latar... 6

1.5.9 Teknik Dialog... 6

1.5.10 Tipe Drama... 6

BAB II ANALISIS 2.5.1 Judul... 8

2.5.2 Wawancang dan Kramagung... 8

2.5.3 Babak dan Adegan... 9

2.5.4 Tema... 14

2.5.5 Penokohan dan Perwatakan... 15

2.5.6 Konflik... 17

2.5.7 Alur... 19

2.5.8 Latar... 22

(4)

BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Drama merupakan salah satu jenis karya sastra yang memproyeksikan kehidupan manusia dalam bentuk naskah dan ditampilkan dalam bentuk pementasan. Drama berbeda dengan karya sastra prosa lainnya. Karena terdapat dua unsur yang membangun drama berbeda dengan karya prosa yang lainnya. Dua unsur tersebut ialah unsur naskah dan unsur pertunjukan. Menurut Maslikatin (2007:109) unsur-unsur naskah drama sebagian besar sama dengan novel, namun karena bentuk fisik dan karakter antara naskah drama dan novel berbeda maka secara fisik unsur-unsur drama juga berbeda dengan cerita prosa yang lain (novel, novelet, dan cerpen).

Banyak para sastrawan atau budayawan yang gemar menulis naskah drama. Salah satunya ialah budayawan yang bernama Wisran Hadi. Wisran Hadi merupakan budayawan Indonesia asal Padang yang pernah mendapatkan penghargaan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Sastrawan terbaik Indonesia pada tahun 1991 dan tahun 2000. Hal yang menarik dari karya-karyanya ialah ia mampu menghidupkan dan mentransformasikan mitos dan nilai-nilai lama Minangkabau dan Melayu dalam bentuk seni yang baru.

(6)

randai 1982), Paimbang Dunia (naskah randai, 1982), Makan Pajamba (naskah randai, 1983), Manjau Ari (naskah randai, 1984), Dara Jingga (1984), Penyebrangan (1984), Senandung Semenanjung (1985), Jalan Lurus (1985), Drama Perjuangan (1985), Teater Elektronik (1985), Kebun Tuan (1985), Ibu Suri (1988), Matri Lini (1988), Salonsong (1988), Ceramah Alamiah (1988), Mandi Angin (1999), Empat Sandiwara Orang Melayu (2000).

(7)

1.2 Permasalahan

Bagaimana keterkaitan antar unsur struktural dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum/ Manfaat

Dengan adanya makalah analisis naskah drama ini, dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita akan bagaimana cara menganalisis sebuah karya prosa dengan menggunakan analisis struktural.

1.3.2 Tujuan Khusus/ Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini, agar kita semua dapat mengetahui bagaimana cara menganalisis

sebuah karya prosa dengan menggunakan analisis struktural.

1.4 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa tulisan ataupun semacam jurnal yang pernah membahas tentang naskah drama “Nyonya-nyonya”. Yaitu:

1. Dalam sebuah makalah yang di tulis oleh S.E. Peni Adji yang berjudul “Representasi Perempuan dan Kapitalisme dalam drama Nyonya-nyonya karya Wisran Hadi”.

Dalam analisis makalah tersebut, penulis menggunakan teori feminis sosialis. Penulis membagi dua subbab dalam setiap representasi perempuan dan kapitalisme tersebut. Yaitu yang pertama membahas tentang Opresi dan dan Eksploitasi dalam Transaksi, dan yang kedua tentang Citra Diri dan Segmentasi Perempuan.

2. Dalam Sebuah Jurnal Elektronik penulis skripsi Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang tahun 2012 oleh Muhammad Bunga Ashab. Dengan judul “Materiaslistis dalam Naskah Drama Nyonya-nyonya karya Wisran Hadi”.

(8)

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Judul

Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Menurut Jones (dalam Maslikatin 2007:23) Judul karangan dapat menunjukkan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, yaitu: dapat menunjukkan tokoh utama, dapat menunjukkan alur atau waktu, dapat menunjukkan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita, dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita, dan dapat mengandung beberapa pengertian.

1.5.2 Wawancang dan Kramagung

Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan Wawancang dan Kramagung menurut Tambajong (dalam Maslikatin 2007:110) Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dicetak lepas yang harus diucapkan oleh tokoh cerita. Sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction. 1.5.3 Babak dan Adegan

Babak dan adegan juga merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan antara babak dan adegan menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh.

1.5.4 Tema

(9)

tiga cara yaitu: menentukan persoalan mana yang menonjol, menentukan persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik, menentukan persoalan mana yang membutuhkan waktu penceritaan.

1.5.5 Penokohan dan Perwatakan

Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita tersebut. Sedangkan perwatakan merupakan cara pengarang dalam menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut. Menurut Maslikatin (2007:25) tokoh merupakan unsur yang sangat penting dalam karya sastra. Tanpa tokoh cerita, karya sastra (prosa tidak bisa berjalan, karena tokohlah yang bertugas menyampaikan cerita (informasi/amanat) kepada pembaca. Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita, tokoh dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh bawahan ialah tokoh yang keberadaannya mendukung tokoh utama. (Nurgiyantoro, 2005:176).

1.5.6 Konflik

Konflik merupakan sebuah pertentangan antar tokoh dalam sebuah karya sastra prosa. Menurut Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro 2005:122) konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi tiga yaitu konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external conflict), central conflict. Konflik Internal adalah konflik yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik eksternal merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dan segala sesuatu di luar dirinya, bisa orang atau alam. Dari kedua konflik itu muncul konflik sentral. Konflik sentral dapat berasal dari konflik internal, konflik eksternal, atau perpaduan antara konfik internal dan eksternal.

1.5.7 Alur

(10)

kalau sudah dipentaskan, maka alur cerita harus tergambar jelas di naskah dan harus bisa dipentaskan. (Maslikatin, 2007:129).

1.5.8 Latar

Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan oleh pengarang. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:216) Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu merupakan latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Sedangkan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. (Nurgiyantoro, 2005:227-233).

1.5.9 Teknik Dialog

Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau menyampaikan jalan ceritanya. Maslikatin (2007:139) menyatakan dialog merupakan bqgian yang sangat penting dalam naskah drama karena naskah drama merupakan deretan-deretan dialog. Menurut Boulton (dalam Maslikatin, 2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the technique of dialogue individuals: teknik dialog sendiri (monolog) dan the technique of dialogue conversation: teknik percakapan, dialog antara tokoh satu dan tokoh lain.

1.5.10 Tipe Drama

(11)
(12)

BAB II PEMBAHASAN

2.5.1 Judul

Judul merupakan sebuah inti keseluruhan cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Dari karya sastra bergenre drama yang penulis analisis, naskah drama yang berjudul Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi, judul tersebut sangat jelas sekali menunjukkan tokoh utamanya. Sehingga penulis menyimpulkan, judul dari naskah drama tersebut menunjukkan tokoh utama yaitu Nyonya.

2.5.2 Wawancang dan Kramagung

Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Wawancang merupakan dialog atau ucapan yang harus diucapkan oleh tokoh. Sedangkan kramagung merupakan petunjuk teknis yang harus dijalankan oleh tokoh. Wawancang dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:

Dalam naskah drama Nyonya-nyonya banyak terdapat wawancang, yaitu bejumlah 618 wawancang.

Contoh data:

Tuan : Maaf, Nyonya. Kalau ada taksi, saya akan segera angkat kaki. Nyonya : Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku seharian. Dengan

berbagai alasan, Tuan telah memaksaku menjual satu meter persegi untuk tempat Tuan berdiri, dengan janji akan menjaga keperluan-keperluanku dan hakku terhadap teras dan rumahku.

(hal.116)

Kramagung dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”:

Dalam naskah drama Nyonya-nyonya banyak terdapat kramagung, yaitu berjumlah 114 kramagung.

Contoh data:

Nyonya : (MEREBUT PISAU DI TANGAN PONAKAN A DAN DENGAN CEPAT MENGHUNUSNYA) Serahkan uang itu kembali!

Ponakan A : (KETAKUTAN) Ekormu... ekormu... tidak baik bagi kesehatan suamimu.

(13)

2.5.3 Babak dan Adegan

Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Maslikatin 2007:114) Babak merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu tertentu atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu urutan waktu. Sedangkan Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh.

Babak dalam naskah drama nyonya-nyonya, terbagi dalam empat babak. Yaitu:

a. Babak pertama terjadi di teras. Data:

- Nyonya : (MEMATIKAN TAPE RECORDER DAN DATANG

DENGAN BERANG MENEMUI TUAN) Bagus sekali, Tuan! Bagus. Tentu Tuan sudah menyusun alasan pula untuk dapat berdiri di teras rumahku ini. Hari telah malam, taksi tidak ada yang lewat, ramalan TV meleset, dan sebagainya, dan sebagainya! Apa kata orang-orang itu nanti, kalau mereka melihat Tuan terus berdiri disini. Kalau disangka Tuan sedang bermain drama ya... mungkin tidak apa-apa. Tapi, kalau mereka menyangka Tuan sedang mengintai saya yang sedang berdanda di kamar kan susah. Ekor persoalannya, Tuan. Ekornya. (hal.116) - Nyonya : Tuan mengira teras rumahku ini halte bus! Tak useh,

ye! Ayo, pergi! Jangan berdiri di situ! Pergi! Namauku tidak boleh cacat di mata umum. Berapa kali harus kukatakan pada Tuan! Namaku, namaku! Apa semua pedagang barang antik selalu tuli! (hal.117)

b. Babak kedua terjadi di ruang tamu. Data:

- Tuan : Sangat tahu Nyonya. Tapi, kalau kursi ini dinamakan kursi tamu tentu semua tamu berhak duduk disini. (hal.140)

- Nyonya : Apa? Tuan mau meminjam kursi ini? Membawanya keluar? Tuan! Bila kursi ini tidak berada lagi di ruang tamu, namanya bukan kursi tamu lagi. Tuan jangan coba-coba mengubah nama barang-barang yang berada di rumahku ini. (hal.142)

c. Babak ketiga terjadi di ruang makan Data:

- Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidak-tidaknya ada minum lah, atau makanan ringan. (hal.163)

(14)

jangan coba-coba mengusir seorang yang sedang berdiri di atas miliknya. Nyonya bisa ke pengadilan! Ke pengadilan, Nyonya!

(TURUN DARI KURSI)

Ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf. (DUDUK LAGI)

d. Babak keempat terjadi di dalam kamar. Data:

Romantis sekali kamar ini. Apa disebabkan warna sofa, atau karena suasananya cukup sunyi? Ya... ya... di mana-mana kamar seorang

Saat terjadi tawar menawar bebrapa petak teras yang ingin di beli oleh Tuan. Data:

Tuan : Kan hanya empat buah marmer yang terpakai untuk saya berdiri!

Nyonya : Apa? Empat buah? Tanpa fondasi? Tanpa ada marmer lainnya, keempat marmer yang Tuan injak itu tidak berharga sama sekali.

Tuan : Berapa harga seluruh marmer dan fondasinya? (hal.123)

Adegan 2:

Ketika Ponakan A datang, terjadi adu argumen antara Nyonya dan Ponakan A. Dimana Ponakan A menagih uang tanah pusaka kepada Nyonya. Data:

Nyonya : Jadi, kamu menganggap uang itu digunakan datukmu untuk keperluanku?

Ponakan A: Kalau tidak, ke mana larinya uang sebanyak itu? beli mobil, tidak. Pakaian mewah, tidak. Naik haji, belum! Kawin lagi, juga tidak.

(15)

b. Adegan dalam babak kedua. Adegan 1:

Tuan tawar menawar kursi makan dengan Nyonya. Data:

Tuan : Nyonya tidak mau menjualnya karena fungsinya atau karena empuknya?

Nyonya : Karena namanya. Mungkin saja ada kursi taman sejenis kursi tamuku ini, tapi kursi taman bukan kursi tamu bukan?

Tuan : Apa Nyonya mau melepaskannya bila kubayar enam ratus ribu?

(hal.144)

Adegan 2:

Ketika istri tiba-tiba datang dan marah-marah pada Tuan. Data:

Istri : (NAIK PITAM) Apa halooo! Apa sayaaang! Nasi sudah dingin gara-gara menunggumu! Katanya, kau akan pulang cepat! Nyatanya parkir disini! Lalu, kau bilang, “Halo sayang”. Bilang saja, “Halo babu!”, “Halo kucing dapur!” Sudah beranak tujuh masih bilang sayang hah... ! Di rumah orang lagi!

(hal.147)

Adegan 3:

Ponakan B dan C mendatangi rumah Nyonya. Data:

Ponakan B : Ini rumahnya! Uh! Lebih mewah daripada rumah kepala imigrasi!

Ponakan C : Baru lagi! Besar dan mewah.

Ponakan B : O, pantas! Uang pusaka kita dihabiskan Datuk untuk membangun rumah ini!

(hal.151)

Adegan 4:

Nyonya datang dan Ponakan B dan Ponakan C merubah sikapnya, ketiga tokoh saling beradu argumen. Data:

Ponakan C : Kami punya bukti yang cukup.

Ponakan B : (MENGELUARKAN SELEMBAR KERTAS DARI DALAM TASNYA). Ini. Bukti tertulis. Pengakuan datuk kami.

Nyonya : Jadi, dia mengakui? Apa yang diakuinya?

Ponakan B : (MEMBACA KERTAS ITU BERBISIK-BISIK) Pokoknya, uang tanah pusaka lebih diserahkan pada istrinya.

(16)

Adegan 5:

Ketika ponakan A tiba-tiba datang dengan membawa pisau mengancam Nyonya dan lainnya. Data:

Nyonya : Nah, itu dia! Itu dia! Uang marmerku! Uang marmerku!

Ponakan C : Kau mau apa kesini! Pergi! Pembagianmu sudah kau terima sendiri, kan?

Ponakan A : Siapa yang bicara akan kubungkam.

Nyonya : (MENANGIS) Uang marmerku. Uang marmerku. Ponakan A : Bagianku mana!?!

Ponakan C : Bagian apa lagi?

Ponakan A : Kalaau tidak dibagi rata, tak seorang pun yang bisa selamat keluar dari rumah ini.

(hal.160)

c. Adegan dalam babak ketiga. Adegan 1:

Saat Tuan datang dengan tiba-tiba dan langsung menduduki kursi makan. Data:

Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidak-tidaknya ada minum lah, atau makanan ringan.

Nyonya :Tuan benar-benar seorang penjajah! (hal.163)

Adegan 2:

Ketika tiba-tiba ketiga ponakan masuk rumah. Data:

Ponakan A : Tidak ada orang! Sialan!

Ponakan B : (TERUS MERATAP) O... datukku. Datuk telah malang. Dapat isteri, tapi... .

(17)

Nyonya : Ini kamarku, Tuan! (hal.170)

Adegan 2:

Ketika ketiga Ponakan memasuki rumah dengan meratap. Data:

Ponakan A : O, datukku. Datukku. Ini kemenakanmu. Ini. Percayalah, Datuk. Istrimu tidak ada gunanya, tidak ada artinya lagi... .

Ponakan B : O, datukku yang malang. Kau meninggal tanpa didampingi istrimu. O, nasib Datuk, malang sepaling malang... .

Ponakan C : O, Datuk. Kami hanya bisa meratap. Dengan ratapan, kau ku antar ke kuburan... .

(hal.175)

Adegan 3:

Ketika Istri tiba-tiba datang. Data:

Istri : Aku punya bukti cukup. Suamiku telah berbuat... ah malu aku. Suamiku tentu berada di rumah ini. O, kekasih hatiku. Pulanglah dikau. Kucing dapurmu datang memanggil... . (hal.176)

Adegan 4:

Ketika Nyonya mempertahankan untuk berdiri. Data:

Tuan : Nyonya, apa Nyonya kira tidak ada akibatnya kalau berdiri terlalu lama? Lutut Nyonya bisa bengkak dan kecantikan Nyonya akan berkurang. Apa gunanya wajah cantik, tapi berlutut besar.

(hal.177)

Adegan 5:

Ketika para Ponakan dan Istri terkejut melihat Tuan dan Nyonya. Ponakan A : Tuan!

Ponakan B : Tuan!

Ponakan C : O, kau sialan! Ekornya. Ekornya.

Istri : (DATANG TERGESA) Suamiku! Suami! Suamiku, suamiku, suami, suam, suam... . (TERGELETAK). (PINGSAN MELIHAT TUAN BERPELUKAN DENGAN NYONYA).

(18)

2.5.4 Tema

Tema merupakan ide pokok pengarang dalam menuliskan ceritanya. Dalam analisis ini, penulis menggunakan landasan teori dari Burhan Nurgiyantoro (2005:82) yang membagi tema menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor ialah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. dan makna-makna tambahan inilah yang dapat disebut sebagai tema minor.

Tema mayor dalam naskah drama “Nyonya-nyonya”: Orang-orang munafik yang saling menjaga nama baik Data:

Tuan : Terserah Nyonya, kata saya. Masuk penjara dan nama baikk Nyonya hancur atau...? (MENYERAHKAN UANG DENGAN PAKSA)

Nyonya : (MENERIMA UANG DENGAN GUGUP) Ya Tuhan. (MENCIUM UANG ITU BEBERAPA KALI) Jadi, Tuan tidak akan mengatakannya pada siapa pun juga, bukan?

(halaman 127, babak 1)

Ponakan C : Dengan uang ini, nama kita sebagai kemenakan akan pulih kembali. Kita bayar semua ongkos rumah sakitnya!

Ponakan A : Ya. Dengan begitu, tidak ada seorang pun lagi yang menuding kita. Kita harus buktikan bahwa sampai sekarang para kemenakan masih setia dan hormat pada datuknya.

Ponakan B : Ya. Bila ongkos rumah sakit telah kita bayar, orang-orang tidak lagi menuduh kita tidak tahu adat.

(halaman 161, babak 2)

Tema minor dalam naskah drama “Nyonya-nyonya: - Ketidakharmonisan dalam keluarga

Data:

Nyonya : Selama empat bulan lebih datukmu di rumah sakit, hanya aku sendiri yang menjaga dan menanggung biaya obat-obatnya. Mahal. Kamu tentu tidak akan pernah tahu berapa biaya obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit kanker lidah, bukan?

(19)

kemenakannya yang banya itu hanya tahu pada hak tapi tidak pada kewajiban. Sudah begitu besarnya pengorbananku, aku malah dicurigai. Ekornya nanti. Ekor persoalan begini tidak baik.

(halaman 131-132, babak 1)

Istri : (NAIK PITAM) Apa halooo! Apa sayaaang! Nasi sudah dingin gara-gara menunggumu! Katanya, kau akan pulang cepat! Nyatanya parkir di sini! Lalu, kau bilang, “Halo sayang”. Bilang saja, “Halo babu!”, “Halo kucing dapur!”. Sudah beranak tujuh masih bilang sayang hah... ! Di rumah orang lagi!

Tuan : Sabar. Sabar, sayang. Kau harus mengerti bagaimana peliknya dunia bisnis. Berkali-kali hal seperti ini kukatakan, tapi kau tidak kunjung paham. Aku baru saja terlibat pertengkaran. Masa kursi begini dikatakan harganya enam ratus ribu?

(halaman 147, babak 1)

- Keserakahan terhadap harta dapat menimbulkan perselisihan. Data:

Nyonya : (TERUS MENGHITUNG UANG, MENANGIS) Tidak. Tidak. Aku tidak akan menjualnya. Nanti suamiku akan kehilangan kursi. Ibuku akan jatuh pingsan karena tidak punya kursi lagi. Tuan : Ingat, Nyonya. Pembatalan secara sepihak dalam perdagangan bisa dituntut di pengadilan.

(halaman 146, babak 2)

Nyonya : Aku? Aku? Serupiah pun aku tidak menerima uang itu. Ponakan B : Tapi, rumah mewah ini? Dengan kursi-kursinya? Nyonya : Ibuku yang membelinya.

Nyonya : Tidak mungkin. (halaman 156, babak 2)

2.5.5 Penokohan dan Perwatakan

Penokohan dan perwatakan merupakan istilah yang berbeda. Penokohan merupakan cara pengarang dalam menentukan tokoh-tokohnya dalam cerita tersebut. Sedangkan perwatakan merupakan cara pengarang dalam menentukan watak atau karakter pada setiap tokoh dalam cerita tersebut. Dalam Naskah Drama “Nyonya-nyonya” pengarang menentukan peran masing-masing tokoh, berikut :

1. Nyonya

Seorang perempuan masih muda dan cantik yang mempunyai sifat materialistis, ceroboh, serakah, munafik,dan penakut.

Data:

(20)

Nyonya : Khusus teras, lima ratus ribu!

Tuan : Lima ratus ribu? Bohong! Nyonya jangan terlalu banyak mengambil keuntungan untuk rumah Nyonya sendiri. (halaman 123, babak 1)

2. Tuan

Seorang pedagang barang antik yang tidak mempunyai sopan santun, boros, munafik dan berani.

Data:

 TUAN DATANG DAN LANGSUNG DUDUK DI KURSI. DIA DUDUK DENGAN SANGAT ENAK. SEMENTARA ITU, NYONYA DATANG TERENGAH-ENGAH. DIA KESAL SEKALI KARENA TIDAK BERHASIL MENGEJAR PONAKAN A. DIA TERKEJUT MELIHAT TUAN SUDAH DUDUK DI RUANG TAMU. LALU, SEMUA KEKESALANNYA ITU DILAMPIASKAN KEPADA TUAN. ( halaman 139, babak 2)

Tuan : Jangan mengalihkan persoalan, Nyonya. Kalau Nyonya tidak mematuhi undang-undang perdagangan, saya akan pergi ke pengadilan sekarang juga! Nyonya akan saya tuntut telah berbuat seenaknya terhadap konsumen. Nama Nyonya akan jatuh. Nyonya akan di penjarakan! Bahkan, nama suami Nyonya sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa Nyonya mau risiko begitu? (halaman 125, babak 1)

Istri : Semua orang pasti berusaha mempertahankannya. Apalagi kursi seperti ini. (DUDUK) Empuk lagi. Berapa harganya?

Tuan : Enam ratus ribu. Istri : Berapa kau tawar? Tuan : Kubayar tujuh ratus ribu. (halaman 148, babak 2)

3. Ponakan A

Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik. Data:

Nyonya : Karenanya, kamu tidak berhak mencurigai harta bendaku.

Ponakan A : Tapi, berhak mengetahui di mana uang tanah pusaka itu disimpan datukku.

(halaman 131, babak 1)

(21)

Nyonya : Ini. Lagi. (MEMASUKKAN LAGI SEJUMLAH UANG KE DALAM TAS PONAKAN A)

Ponakan A : (MEMBIARKAN TASNYA BEGITU SAJA) Tidak mau.

Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik. Data:

Ponakan B : Kalau uang masih berada di bank, harus segera dikeluarkan.

(halaman 154, babak 2)

Ponakan B : Kalau tidak karena siasatku, belum tentu kita berhasil.

(halaman 157, babak 2)

5. Ponakan C

Keponakan Datuk (suami Nyonya) yang materialistis dan munafik. Data:

Ponakan C : Uang itu harus didapatkan! (halaman 154, babak 2) sastra prosa. Stanton (dalam Maslikatin, 2007:126) membagi konflik menjadi tiga yaitu konflik internal (internal conflict), konflik eksternal (external conflict), central conflict.

a. Konflik Eksternal

Dibagi menjadi dua, yaitu: a.1. Konflik Fisik

(22)

Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!

Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri yang sudah langka sekarang.

Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya, mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret dalam gelap lagi- berbisik mengunjingkan saya dan menunggu-nunggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.

(halaman 115, babak 1)

a.2. Konflik Sosial

 Konflik antara manusia dengan manusia Data:

- Tuan : Pergi? Kembali berdiri di pekarangan itu? Uh, apa Nyonya kira saya ini satpam! Sejak kapan Nyonya menggaji saya menjadi petugas keamanan rumah macam begini!

Memang satu meter persegi dari pekarangan Nyonya telah kubeli untuk aku dapat berdiri agar Nyonya tidak seenaknya mengusirku, tapi kan tidak selamanya orang harus konsekuen berdiri di atas miliknya sendiri, ya kan? Nyonya : Nama baikku, Tuan. Nama baikku nanti rusak. Tuan : Nyonya jangan berprasangka yang bukan-bukan. Dan lagi, apa hubungan nama baik Nyonya dengan saya. Kalau sekiranya.. ini sekiranya, Nyonya, saya berada di dalam rumah Nyonya, pantas Nyonya curiga.

(halaman 117, babak 1)

Ponakan A : Serahkan uang penjualan tanah pusaka kami. Nyonya : (JENGKEL SEKALI) Kemenakan suamiku yang terhormat, tidak serupiah pun uangmu disimpan disini!

Ponakan A : Pasti ada. Pasti! Sudah kutanyakan pada dukun-dukun, dan dan jawabannya sama!

Nyonya : Dukun? O, tidak. Tidak. Tidak ada disini! Ponakan A : Pasti. Kalau tidak... .

(23)

Nyonya : (GUGUP SEKALI) Ekornya... ekornya tidak baik. Namaku nanti hancur.

Ponakan A : Ekor kamu pun akan kutusuk! Aku tidak segan-segan melakukannya biar di depan orang ramai sekalipun!

Nyonya : Ekornya... ekornya... simpanlah. Simpan. (halaman 136, babak 1)

b. Konflik Internal

Dalam naskah drama yang penulis analisis kali ini, penulis tidak menemukan adanya konflik internal dalam masing-masing tokoh.

2.5.7 Alur

Naskah drama Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi menggunakan alur maju. Drama ini terdiri dari empat babak. Dari setiap babak ke babak berikutnya merupakan kelanjutan cerita dari babak sebelumnya. Kejadian yang terjadi pada babak kedua sebagai sebab-akibat dari kejadian di babak pertama, begitu seterusnya.

Babak pertama “Di Teras”

Menceritakan Nyonya yang terganggu karena Tuan tidak juga pergi dari depan tersanya. Nyonya takut nama baiknya akan tercemar karena Tuan tidak cepat pergi dari depan rumahnya.

Dialog Nyonya:

Nyonya : Nama baikku, Tuan. Nama baikku nanti rusak.

Hingga Tuan membeli marmer tempatnya berdiri agar tidak diusir oleh Nyonya. Marmer milik Nyonya terpaksa harus dijual karena adanya tawar-menawar harga mermer dan nyonya tidak bisa menolak menjual marmernya karena Tuan akan mengadukan ke pengadilan yang dapat membuat nama baiknya tercemar.

Dialog Tuan :

Tuan : Baiklah. Pembangunan rumah Nyonya ini memang tidak saya ketahui secara persis biayanya. Nah, coba Nyonya jelaskan berapa harga marmer, pemasangan, fondasi, atapnya, dan... .

....

(24)

Nyonya akan dipenjarakan! Bahkan, nama suami Nyonya sendiri akan dilibatkan. Rumah ini akan disita. Apa Nyonya mau risiko begitu?

Di babak pertama ini juga terdapat adegan dialog antara Nyonya dengan Ponakan A. Pembicaraan mereka membahas warisan tanah pusaka yang dijual Datuk suami Nyonya. Ponakan A menganggap bahwa uang hasil penjualan tanah pusaka yang dijanjikan Datuknya akan dibagikan kepada ponakan-ponakannya ada pada Nyonya. Nyonya tidak mengakuinya hingga akhirnya Ponakan A menodongkan pisau ke arah Nyonya. Nyonya pun terpaska mengakui dan memberikan uang kepada Ponakan A karena takutnya nama baiknya tercemar.

Dialog Ponakan A

Ponakan A : Datuk berjanji akan membagi-bagikan uang itu kepada kami. Setelah setahun ditunggu, berita saja tidak... apalagi

pembagian uang. Tentu datukku telah menghabiskannya sendiri.

... Ponakan A : Pasti. Kalau tidak... .

(MENGELUARKAN PISAU DARI DALAM TAS DAN MENGANCAM) Ini!

Babak kedua “di Ruang Tamu”

Menceritakan Nyonya yang terganggu lagi karena Tuan yang tiba-tiba duduk di kursi ruang tamu. Terjadi tawar menawar kursi tamu, dengan alasan agar Tuan segera pergi dari rumahnya karena masalah nama baik.

Dialog Tuan:

Tuan : (MENENDANG KURSI) Masa kursi begini harganya sampai satu juta! Gila apa! Paling mahal dua ratus ribu!

...

Tuan : Apa Nyonya mau melepasnya bila kubayar enam ratus ribu?

Disini uang hasil penjualan kursi tamu diberikan pada Ponakan B dan Ponakan C karena Nyonya tidak ingin nama baiknya tercemar.

Dialog Ponakan B

(25)

Nyonya : (MENJERIT SEKUAT-KUATNYA)

Aaaiiii! Ya ampun. Bagaimana ini? Kalian akan mengadukan aku ke pengadilan? Ekornya. Ekor persoalan ini tidak baik. Ya, ampun. Jadi kedatangan kalian berdua hanya untuk itu? bukan untuk melihat Datukmu yang lagi sakit? Apa kalian tega mengadukan istri Datukmu sendiri ke pengadilan?

...

Nyonya : Pengadilan? Ya ampun? Namaku… ekornya….

(KETAKUTAN) Baik. Baiklah. Ya, ya… aku ikut mengakui sesuai dengan pengakuan suamiku. Ya, ya uang itu ada di sini. Biar kuambil (LARI KE DALAM)

... Nyonya : Ini uangnya.

Babak ketiga “di Ruang Makan”

Menceritakan Nyonya yang lagi-lagi terganggu dengan ulah Tuan yang duduk dengan enak di atas kursi makan. Terjadi jual beli kursi makan, dengan alasan yang tetap sama yaitu agar Tuan segera pergi dari Ruang makan dan nama baik Nyonya tidak tercemar.

Dialog Nyonya

Nyonya : Tuan, haruskah aku menjual kursi yang Tuan duduki itu agar Tuan tidak lagi di situ?

...

Nyonya : Tuan mau beli kursi itu atau tidak? ...

Nyonya : Kalau Tuan tidak mau membelinya, pergi! Dialog Tuan

Tuan : Jadi, saya dipaksa untuk membeli kursi Nyonya? ...

Tuan : Baik. Berapa?

...

Tuan : Itu bukan alasan perdagangan, Nyonya. Kalau mau mengusir saya, kan ada polisi. Tapi ekornya Nyonya, ekornya. Polisi akan menyeret kita ke pengadilan. Nyonya tidak ingin merusak nama Nyonya sendiri, bukan? Coba Nyonya, apa alas an Nyonya yang tepat?

...

(26)

Menceritakan Nyonya yang lagi-lagi terganggu karena ulah Tuan yang tiba-tiba masuk dalam kamar Nyonya. Nyonya menjual tempat tidurnya hingga lutut Nyonya pun akan dijual juga.

Dialog

Nyonya :Segala sesuatunya Tuan hubungkan dengan fungsi. Apa Tuan akan menyeretku lagi agar menjual tempat tidur itu?

Tuan : Tidak hanya tempat tidur, Nyonya

Nyonya : Tidak hanya tempat tidur? Tempat dudukku ini juga Tuan beli? Tidak bisa, Tuan! Tidak bisa.

Tuan : Dalam perdagangan semuanya bisa terjadi, Nyonya. Asal ada persetujuan. Kalau Nyonya mau menjualnya, ini misalnya saja Nyonya seharga tujuh ratus dua puluh lima ribu dan saya pun setuju membayarnya maka apa yang Nyonya katakan tidakn bisa akan menjadi bisa

Nyonya :Apa sebenarnya yang Tuan inginkan?

Tuan : Hanya mengikuti kecendurngan saya sebagai pedagang. Membeli segala sesuatu yang mungkin dibeli dan

memungkinkan memperoleh sedikit keuntungan

Nyonya : Bila kujual kursiku ini dan tempat tidur itu, nanti Tuan tentu akan membeli yang lain lagi

Tuan : Tergantung pada peluang yang Nyonya sediakan. Tapi hari ini tidak, Nyonya. Jika Nyonya mau menjual kursi dan tempat tidur Nyonya, itulah usaha bisnis terakhir saya hari ini

Nyonya : Terakhir?

Tuan : Ya. Tidak percaya? Tanya istri saya

Nyonya : Baik, agar Tuan segera angkat kaki dari kamar ini, kursi dan tempat tidur itu akan kujual sebagaimana yang Tuan inginkan. Berapa?

...

Nyonya : Tuan, bagaimana caranya agar Tuan tidak memegangi kakiku lagi?

Tuan : Sebagaimana siasat Nyonya selama ini Nyonya : Jadi, Tuan juga akan membeli tumitku Tuan : Daripada darah Nyonya naik ke kepala!?

Nyonya : Baik, bila Tuan telah menyerahkan uangnya segera lepaskan kakiku

Tuan : Ya, Nyonya 2.5.8 Latar

Latar merupakan tempat,keadaan atau kondisi dalam cerita yang digambarkan oleh pengarang. Nurgiyantoro membagi unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

(27)

Merupakan penggambaran “lokasi” terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra.

Dalam drama Nyonya-nyonya karya Wisran Hadi ini, penggambaran latar banyak terjadi di berbagai tempat.

1) Di Teras ( Perdebatan antara Tuan dengan nyonya tentang barang antik ) data:

Nyonya : Tuan mengira terus rumahku ini halte bus ! Tak useh, ye! Ayo, pergi! Jangan berdiri disitu! Pergi! Namaku tidak boleh cacat dimata umum. Berapa kali harus kukatakan pada tuan! Namaku, namaku! Apa semua pedagang barang antik selalu tuli ! Tuan : Tenggang rasa sedikit, Nyonya. Saya hanya sebentar saja. (hal.117) ruang tamu, namanya bukan kursi tamu lagi. Tuan jangan coba-coba mengubah nama barang-barang yang berada di rumahku ini. (hal.142)

3) Di Ruang Makan. Data:

- Tuan : Duduk di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi kursi makan sebagai kursi makan telah kita abaikan. Setidak-tidaknya ada minum lah, atau makanan ringan. (hal.163) - Tuan : (MARAH SEKALI DAN BERDIRI DI ATAS KURSI) Nyonya ini bagaimana?! Saya sudah membeli kursi, Nyonya tahu, sekarang sayalah pemilik kursi ini. Soal akan saya gunakan untuk kursi makan atau untuk berdiri, itu persoalan saya sebagai pemilik. Nyonya jangan coba-coba mengusir seorang yang sedang berdiri di atas miliknya. Nyonya bisa ke pengadilan! Ke pengadilan, Nyonya!

(TURUN DARI KURSI)

Ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf. (DUDUK LAGI)

4) Di Dalam Kamar ( modus Tuan untuk mendapatkan tempat tidur Nyonya ). Data:

(28)

Nyonya : ini kamarku, Tuan! Tuan : ya, Nyonya! (hal.170)

b. Latar Waktu

Merupakan penggambaran “kapan” terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra.

Latar waktu dalam naskah drama Nyonya-nyonya: 1) Sore hari. Data:

Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun!

Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri yang sudah langka sekarang.

Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya, mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret dalam gelap lagi- berbisik mengunjingkan saya dan menunggu-nunggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan. (halaman 115, babak 1)

2) Malam hari. Data:

Tuan : Hari sudah malam. Taksi belum ada yang lewat. Kalau saya berdiri di halaman, pasti orang akan mengatakan saya ini penjaga rumah Nyonya. Apalagi saya mengidap penyakit malaria. (hal.121)

c. Latar sosial

Merupakan penggambaran “kehidupan sosial” dalam sebuah karya sastra. Latar sosial dalam naskah drama Nyonya-nyonya merupakan

penggambaran kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Dimana ada penyebutan “datuk” yang berarti bapak dari orang tua kita, kakek. Data:

Ponakan A : Diam kamu! Datukku itu seorang bangsawan, tahu! Kamu mau dikawininya karena kamu ingin bersuamikan seorang bangsawan. Uh! Apa kamu kira seorang bangsawan harus

membayar kamar seorang gundik? (hal.135)

(29)

2.5.9 Teknik Dialog

Teknik dialog merupakan sebuah cara pengarang menggambarkan atau menyampaikan jalan ceritanya. Menurut Boulton (dalam Maslikatin, 2007:139) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu: pertama the technique of dialogue individuals, dan the technique of dialogue conversation. Teknik dialog dalam naskah drama Nyonya-nyonya ini banyak menggunakan the technique of dialogue conversation atau teknik percakapan. Teknik dialog monolog hanya ada pada babak pertama ketika Tuan berdialog sendiri.

Data yang menunjukkan teknik dialog monolog:

Tuan : Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walaupun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya disini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. akibatnya, yang jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tidak ada yang lewat, dan malam tiba-yiba saja turun! Mestinya pedagang barang antik seperti saya ini harus dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan hanya karena langkahnya pedagang barang antik itu sendiri yang sudah langka sekarang.

Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya, mereka datang kesini maunya hanya duduk, berderet-deret dalam gelap lagi-berbisik mengunjingkan saya dan menunggu-nunggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.

(halaman 115, babak 1)

Data yang menunjukkan the technique of dialogue conversation atau teknik percakapan:

1. Dialog antara tokoh nyonya dengan tuan. Seperti dalam data :

Nyonya : Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku seharian.Dengan berbagai alasan,Tuan telah memaksaku menjual satu meter persegi untuk tempat Tuan berdiri,dengan janji akan menjaga keperluan-keperluanku dan hakku terhadap teras dan rumahku. Tuan : Nyonya boleh marah,tapi dalam keadaan seperti sekarang tidak

baik.Bagaimanapun marahnya nyonya,mengingat kondisi-kondisi tertentu kemarahan itu harus ditunda dulu.Bila keadaan sudah normal,barulah nyonya boleh menyesuaikan marah nyonya dengan keadaan itu.(hal.116)

(30)

Seperti dalam data :

Nyonya : Kenapa datang tergesa? Kamu dari rumah sakit? Apa datukmu memerlukan sesuatu? Apa dokter mengatakan datukmu akan dioperasi? Katakan cepat.Saya cemas sekali dengan kedatanganmu yang tiba-tiba begini.

(31)

BAB III KESIMPULAN

Naskah drama memiliki unsur-unsur instrinsik.Tema,penokohan dan perwatakan,alur,latar,dan konflik adalah unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama.Unsur-unsur tersebut dapat saling berhubungan dan memiliki keterkaitan ketika dikaji dengan analisis struktural.

Tokoh-tokoh dengan segala perwatakannya dalam naskah drama nyonya-nyonya ini yang menyebabkan terjadinya konflik dalam drama,baik konflik antartokoh maupun konflik dengan alam sekitar.Tokoh utama terlibat langsung dengan keseluruhan cerita dalam naskah drama ini.Tokoh utama menyebabkan terjadinya tema mayor atau tema utama dan tema minor atau makna tambahan yang pada tema minor ini tokoh bawahan juga berperan penting.Latar yang menjadi tempat terjadinya peristiwa adalah tempat para tokoh berada dalam drama tersebut.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Wisran_Hadi, (diakses pada tanggal 1 Maret 2014).

Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra: Prosa, Puisi, Drama. Jember: Jember University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(33)

LAMPIRAN: 1. SINOPSIS

(34)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ditemukan bentuk-bentuk konflik sosial antarpribadi yang meliputi konflik sosial antartokoh, konflik sosial tokoh dengan lingkungan keluarga, dan konflik

Tokoh yang terdapat dalam naskah drama Kidung Pinggir Lurung, yaitu tokoh utama Mbok Karto, tokoh bulat (Tarman), tokoh sederhana (Sumitri), dan yang lain

Tokoh yang terdapat dalam naskah drama Kidung Pinggir Lurung, yaitu tokoh utama Mbok Karto, tokoh bulat (Tarman), tokoh sederhana (Sumitri), dan yang lain

Analisis kegelisahan batin tokoh utama dalam naskah drama Orang-Orang Ka sar Penagih Hutang dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, yaitu tokoh utama

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) perwatakan para tokoh dalam naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar; (2) konflik batin yang dialami para tokoh

Penyebab konflik dalam naskah drama Tanpa Pembantu adalah adanya kebebasan dengan ketidakbebasan, Kebebasan dialami oleh Yuliati karena Yuliati tidak mengurus pekerjaan

Objek penelitian yang digunakan penulis ialah naskah drama berdasarkan hasil penelitian diatas maka diperoleh kesimpulan 1 Dalam naskah drama “Opera Kecoa” karya N.Riantiarno terdapat

Kenyataan dari semuanya adalah setiap orang memanglah memiliki bayangan dan topengnya masing-masing yang menunjukkan psikologi orang tersebut seperti tokoh utama dalam naskah drama