• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EFT TERHADAP TEKANAN DARAH.docx (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH EFT TERHADAP TEKANAN DARAH.docx (1)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi lansia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) melalui lembaga kependudukan dunia United Nation Population Fund Asian (UNFPA), jumlah lansia pada tahun 2009 mencapai 737 juta jiwa.WHO juga memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050,75% populasi lansia di dunia tinggal di negara berkembang (Ulfah,2009).

Tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta orang. Tahun 2012 terdapat 28 juta jiwa lansia atau sekitar delapan persen dari jumlah penduduk Indonesia, pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia membengkak menjadi 40 jutaan. Dan pada tahun 2050 diperkirakan akan melonjak hingga 71,6 juta jiwa ( Badan Pusat Statistik, 2012).

Hasil sensus 2010 menyebutkan jumlah penduduk Jawa Barat yaitu 43.021.826 jiwa, 8,01% atau 3.441.176 diantaranya adalah lansia usia diatas 60 tahun. Kabupaten karawang sendiri tercatat 654.107 jiwa. Teluk Jambe adalah salah satu Puskesmas yang ada di kabupaten Karawang memiliki jumlah kunjungan lansia rata-rata 306 kali seiap bulannya atau 3041 pertahun. (UPTD, Puskesmas Teluk Jambe).

(2)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh EFT terhadap Tekanan darah pada lansia di RPSTW Karawang

1.3 Tujuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

Usia lanjut merupakan tahap perkembangan yang normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007). Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologis.sebagai salah satu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya manusia secara fisik dan kesehatan ( Prayitno, 2000).

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2008).

1. Batasan Lansia

1). Batasan lansia menurut WHO meliputi

a. usia pertengahan (middle age) antara 45-59 tahun, b. usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun,

c. usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun,

(4)

2). Menurut Depkes RI:

a. Masa persiapan usia lanjut menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45-54 tahun.

b. Usia lanjut dini yaitu mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun.

c. Usia lanjut atau senium usia 65 tahun keatas.

d. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu elompok usia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjyg yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti menderita penyakit berta atau cacat.

2. Teori Penuaan

Menurut Nugroho (2008), teori penuan dibagi tiga kelompok yaitu : 1) Teori Genetik

a. Teori Genetic Clock

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan mementukan proses penuan.

b. Teoti Mutasi Somatik

Menurut teori ini, penuan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yag buruk.

2) Teori Nonigenetik

a. Teori penurunan sistem imun tubuh (auto imun theory)

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).

(5)

makanan, radiasi, dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuan. c. Teori menua akibat metabolisme

Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan kalori ternyata menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur ( Darmojo, 1999).

d. Teori rantai silang (cross link theory)

Teori ini menjelaskan bahwa menua diebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkab perubahan pada membrane plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaeingan kaku, kurang elastis dan hilangnya fungsi pada proses menua.

e. Teori Fisiologis

Teori ini merupakan intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakai aus ( wear and tear theory) disini terjadi kelebihan usaa dan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

3) Teori Sosiologis

a. Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai masyarakat. kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. b. Teori aktivitas atau kegiatan

(6)

lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan kepuasan bila dapat melakukam aktivitas dan mempertahankan hubungan aktivitas terebut selama mungkin, ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia, mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

c. Teori keperibadian berlanjut (continuty theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjad pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimiliinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambatannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, prilaku dan harapan seeorang ternyata tida berubah walaupun ia telah lanjut usia. d. Teori pembebasan/ penarikan diri (disengagement theory)

Teori ini membahas petusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia, apabila ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur angsuran mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuanititas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss) yaitu: kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).

(7)

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo dan Martono, 2006). Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual.

1) Perubahan Fisik a. Sel.

Pada lansia, jumlah selnya akan berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh dan cairan intraseluler menurun. b. Sistem persarafan.

Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik. Hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam mersepon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan.

c. Sistem pendengaran.

Membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

d. Sistem penglihatan.

Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.

(8)

Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

f. Sistem pernapasan.

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan manjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman napas menurun. Alveoli melebar dan tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.

h. Gastrointestinal.

Esophagus melebar, asam lambung menurun, peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.

i. Sistem genitourinaria.

(9)

menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.

j. Sistem endokrin.

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesterone, esterogen, dan testosterone (ma).

k. Sistem integumen.

Kulit menjadi keriput, kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh.

2) Perubahan Psikososial

Pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akaan mengalami kehilangan finansial, status, teman dan kegiatan. Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami panyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi rangakaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Nugroho, 2008). Biasanya sifat-sifat streotipe para lansia sesuai dengan pembawaannya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut (Darmojo dan Martono, 2006) :

a. Tipe konstruktif

Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya.

b. Tipe ketergantungan (dependent)

(10)

mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur.

c. Tipe Degeneratif

Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, seringkali emosinya tak dapat dikontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut mengahadapi “menjadi tua” dan tak menyenangi masa pensiun.

d. Tipe bermusuhan

Mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit/ buruk.

e. Tipe membenci dan menyalahkan diri sendiri

(11)

kesepian, kurang berharga, atau karena berkurangnya penghasilan, yang sering disertai dengan hilangnya nafsu makan dan motivasi untuk menyiapkan makanan. Depresi seperti ini lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut yang hidup sendiri atau tinggal di Institusi atau panti – panti wreda/jompo (Almatsier, 2011).

2.2. Konsep EFT

1. Pengertian

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah terapi meridian energy seperti halnya akupuntur yang bekeja langsung pada sistem meridian di tubuh, tetapi (EFT) tidak menggunakan jarum, namun menstimulasi titik meridian utama dengan cara mengetuk (tapping) dengan ujung jari (Iskandar, E, 2010). Teknik pengobatan ini membawa fenomena One Minute Wonder ( satu menit yang menakjubkan ), karena fobia, trauma, sakit fisik, sakit cinta, dan permasalahan besar atupun kecil bisa lenyap dengan EFT dalam waktu yang singkat.

Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit psikologis (masalah pikiran dan perasaan). Dapat dikatakan EFT adalah versi psikologi dari terapi akupunktur yang menggunakan jarum. EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan menyelaraskan sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh, dengan cara mengetuk (tapping) dengan ujung jari.

(12)

Dengan EFT persoalan emosi seperti cemas, kurang percaya, diri fobia, dan insomnia jauh lebih mudah dan lebih cepat.

Menurut Dr. Eddy Iskandar bahwa EFT adalah perangkat bagi anda untuk “be your own doctor” sebagai Solusi Sehat Sukses dan Sejahtera lahir batin, tentunya atas ijin Allah SWT. Secara khusus teknik-teknik EFT bisa membantu dengan cepat melepaskan semua emosi serta gejala penyakit atau sinyal-sinyal ketidak mampuan tubuh dan pikiran dalam menerima kelebihan tekanan yang sering kita kali buat sendiri. Gary Craig, sang penemu EFT tidak mengklaim bahwa EFT itu sempurna. Tetapi pada banyak kasus, EFT bekerja sangat cepat dan dengan hasil spektakuler. Masalah yang dapat diatasi dengan EFT justru lebih luas. EFT mampu melakukan penyembuhan secara menyeluruh (Holistik). Jadi tidak cuma terfokus pada gangguan fisik tapi juga gangguan emosional.

(13)

Beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan metode ini antara lain : Kecemasan, Kemarahan, Compulsive Behavior, (rokok atau obat-obatan), Panik disorder, Kecanduan, Stress, Depresi, Trauma dan Ketakutan Phobia (ketinggian, binatang, atau benda tertentu) Kecemasan ditempat umum, Ketakutan berbicara didepan umum, Sakit Kepala/Migren, Menghilangkan keyakinan negatif, Perasaan malu/bersalah, Insomnia, Kekecewaan atau sakit hati, Peak Performance, Masalah seksual, Kanker, Masalah pada anak atau wanita, Allergi dan masalah lainnya.

2. Kelebihan Emotional Freedom Technique (EFT)

a. Menyembuhkan dengan sangat cepat. Anda tidak perlu menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk menyembuhkan gangguan emosional yang bisa lenyap dalam hitungan menit atau jam dengan EFT.

b. Sering kali EFT hanya membutuhkan satu atau dua sesi saja untuk mendapatkan kesembuhan, dan kadang-kadang terjadi dengan seketika.

c. Begitu emosi negatif sudah dapat dihilangkan dengan EFT, maka masalah-masalah fisik mulai hilang dengan sendirinya. Menurut pengalaman para pengguna EFT masalah yang dapat diatasi sakit migraine puluhan tahun, sakit punggung, maag bisa membaik kurang dari dua minggu, kanker dan gejala-gejalanya, komplikasi ginjal dan lever.

d. Walaupun EFT tidak bekerja 100%. Tetapi biasanya bekerja baik dan hasilnya kadang-kadang spektakuler.

e. EFT sangat lembut dan sering mencapai penyembuhan dengan sedikit atau tidak ada rasa sakit sama sekali.

f. Tidak memerlukan alat bantu peraga, jarum, obat-obatan, herbal. g. Didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah

(14)

i. EFT sangat sederhana dan mudah dipelajari, bahkan anak-anak pun bisa melakukan teknik EFT sendiri.

j. Teknik penyembuhan konvensional hanya mengatasi hambatan fisik. Tapi EFT dapat mengatasi baik hambatan-hambatan fisik dan emosional.

k. EFT dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

l. EFT bersifat kompatibel dan tidak bertentangan dengan penyembuhan medis. Tetapi EFT dapat membantu percepatan proses penyembuhan medis.

m. Dapat digunakan untuk menterapi diri sendiri dan orang lain.

3. Prinsip Kerja EFT

Emotional Freedom Technique (EFT) merupakan teknik akupuntur versi emosional. Berbeda dengan teknik akupuntur pada umumnya yang menggunakan jarum, EFT menggunakan tapping (ketukan ringan) dengan jari di 18 titik meredian tubuh untuk mengatasi hampir semua hambatan emosi dan fisik.

Terapi EFT yang dilakukan pada penderita pasien hipertensi yaitu dengan mengetuk (tapping) titik - titik meridian tubuh, karena pada pasien hipertensi yang dimana pembuluh darah mengalami penyempitan vasokontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah, pasien hipertensi sangat sensitif terhadap norepineprin yang dimana pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. maka dari itu terapi EFT sangat cocok pada pasien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dengan mengetuk (tapping) dibagian tubuh meridin yang akan merangsang menurunkan emosi dan melebarkan (vasodilatasi) pembuluh darah. mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah.

(15)

Teknik EFT ada dua versi dalam melakukan EFT. Yang pertama adalah versi lengkap dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut). Keduanya terdiri dari 3 langkah sederhana, perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik. Sebaiknya anda kuasai dulu versi lengkap ini sebelum versi ringkasnya, agar anda mendapatkan hasil yang maksimal.

Versi lengkap maupun versi ringkas Emotional Fredom Technique (EFT) terdiri dari 3 tahap yaitu:

a. The Set-Up b. The Tune-in c. The Tapping.

5. Langkah-langkah EFT

a. Versi Lengkap EFT

1) The Set-Up

“The Set-Up” bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir “Psychological reversal” atau “perlawanan psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bahwa sadar negatif).

2) The Tune-In

(16)

(marah, sedih, takut, dsb.) hati dan mulut kita mengatakan, Yaa Allah..saya ikhlas… ... Saya pasrah… ...

3) The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The Major Energy Meridians” yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.

Berikut adalah titik-titik tersebut :

 Cr = Crown,Pada titik dibagian atas kepala

 EB = Eye Brow,Pada titik permulaan alis mata

 SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata

 UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata

 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung

 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir

 CB = Collar Bone,Di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama

 UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)

 BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara

 IH = Inside of Hand,Di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan

(17)

 Th = Thumb, Ibu jari disamping luar bagian bawah kuku

 IF = Index Finger,Jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (dibagian yang menghadap ibu jari)

 MF = Middle Finger, Jari tengah samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

 RF = Ring Finger,Jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

 BF = Baby Finger, Di jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari)

 KC = Karate Chop,Di samping telapak tangan, bagian yang kita gunakan untuk mematahkan balok saat karate

 GS = Gamut Spot,Di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking

b. Versi Ringkas EFT

Versi ringkas (short-cut) tidak jauh beda seperti Versi lengkap yang terdiri dari 3 langkah sederhana yaitu:

1) The Set-Up 2) The Tune-in 3) The Tapping

perbedaannya hanya pada langkah ketiga (the Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik.

Berikut ini adalah titik-titik tersebut:

 EB = Eye Brow, Pada titik permulaan alis mata

 SE = Side of the Eye Di atas tulang disamping mata

 UE = Under the Eye 2 cm dibawah kelopak mata

 UN = Under the Nose,Tepat dibawah hidung

 Ch = Chin,Di antara dagu dan bagian bawah bibir

(18)

 UA = Under the Arm,Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu (pria) atau tepat di bagian tengah tali bra (wanita)

 BN = Bellow Nipple2,5 cm di bawah putting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bahwa payudara

2.3. Konsep Tekanan Darah

A. Tekana Darah

1. Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk menggerakkan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh bagian tubuh (Syaifudin, 2010). Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, mengacu pada kondisi dimana darah dipompa keseluruh tubuh pada tekanan tinggi Selisih antara tekan darah sistolik dan diatolik disebut tekanan (pulsen pressure) misalnya, tekanan sistol 120 mmHg, makan tekanan nadi sama dengan 40 mmHg. Tekanan darah umumnya tidak selalu tetap, berubah dari waktu kewaktu sesuai dengan keadaan kesehtan. Tekanan nadi juga akan berubah selaras dengan tekanan darah seseorang. Perubahan tekanan nadi dipengaruhi dengan faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Misalnya, pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis. Pada keadaan arteriosklerosis elastisitas pembuluh darah berkurang dan bahkan menghilang sama sekali, sehingga tekanan nadi meningkat.

(19)

sistem sirkulasi tertutup. Aktifitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga menimbulkan tekanan darah dalam sistem sirkulasi.

Sirkulasi darah yang berfungsi sebagai sistem transpor oksigen, karbon dioksida, makanan, hormon, dan obat-obatan keseluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme setiap sel dalam organ tubuh. Darah yang terdapat dalam pembulu vena dapat dipompakan oleh jantung ke sistem pembuluh darah arteri, kemudian kembali ke sistem vena. kontraksi dan reaksi jantung menimbulkan perubahan tekanan darah yang mampu memompakan darah dari jantung dan kembali ke jantung. 2. Aliran darah dalam arteri ditentukan oleh beberapa faktor

a. Perbedaan tekanan, cenderung mendorong aliran darah untuk mengalirkan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai tekanan yang lebih rendah.

b. Tahapan pembuluh darah, memberikan hambatan terhadap jalannya aliran darah, dinamika aliran darah terjadi bila perbedaan di antara kedua ujung pembuluh darah.

Kecepatan aliran darah di tentukan diantara kedua ujung pembuluh darah, seperti tekanan aorta,dengan tekanan atrium kanan, aliran menjadi dinamis bergerak karena perubahan tekanan yang terdapat didalam sirkulasi sistemik.

1) Aliran dalam pembulu darah :

Terbukanya katup aorta dan arteri pulmonalis pada fase ejeksi sistolik mengakibatkan darah terdorong dari rongga pentrikel jantung. Sesuai dengan denyut kontraksi jantung, semakin jauh dari jantung semakin kecil pusasi alirannya, kecepatan aliran darah berbanding terbalik dengan luas penanmpakn total pembulu darah sehingga semakin distal mak aliran darah semakin menurun dan terendah dalam kapiler.

(20)

Tekanan sistolik, merupakan tekanan darah tertinggi pada saat jantung keadaan sistolik.

3) Tekanan diastolik, merupakan tekanan darah terendah pada saat jantung dalam keadaan diastolik.

4) Tekanan nadi, merupakan selilih antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan nadi bergantung pada isi sekuncup dan kasitas arteri.

5) Tekanan darah rata-rata:

Tekana diastolik ditambah sepertiga selisih tekanan sistolik dan tekanan diastolik (pembuluh kapiler).

3. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri.

Tekanan darah arteri dipengaruhi oleh kerja jantung, kekenyalan dinding pembuluh darah, tekanan perifer dan jumlah darah yang bersikulasi.

Pembuluh darah vena:

a. Tekanan vena. biasanya sangat rendah dan bahkan pada daerah vena kava hanya 4-5 mmHg. Didaerah atrium kanan dalam keadaan normal 2-4 mmHg dan kadang-kadang mencapai -4 sampai -7 mmHg pada keadaan inspirasi.

b. Gelombang denyut vena terjadi karena pembuluh tekanan dan volume yang dapat dilihat dengan pencatat elektronik yang peka dan diamati pada jugu laris leher.

c. Kurva denyut vena. sering kali dicatat pada vena jugularis eksternal dengan cara non-invasif.

d. Kecepatan aliran darah vena. pada keadaan normal aliran darah vena kontinu, sedangkan pada vena sedang dan besar terjadi fluktuasi aliran darah kembali.

(21)

rongga torak, kontraksi otot rangka dan adanya katup-katup vena pada pembuluh darah vena dibagian bawah jantung.

f. Pengaruh grapitasi tekanan darah vena. Pada dasarnya pengaruh tekanan pembuluh darah vena akibat pengaruh gravitasi sama dengan arteri.

Pada perekaman tekanan di dalam sistem arteri, tampak kenaikan tekanan arteri sampai pada puncak sekitar 120 mmHg. tekanan ini disebut tekanan sistol, kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi sehingga tekana di dalamanya turun sedikit. Pada saat diastol ventrikel aorta cenderung menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dapat disebut dengan tekan diastolik. Dengan adanya perubahan ini pada siklus jantung, inilah yang menyebabkan terjadinya aliran darah di dalam sistem sirkulasi tertutup pada tubuh manusia.

4. Pusat pengawasan dan pengaturan perubahan tekana darah a. Sistem saraf : Terdiri dari pusat-pusat yang terdapar di batang otak

(misalnya pusat vasomor), diluar susunan saraf pusat (misalnya baroreseptor) dan sistemik.

b. Sistem humoral atau kimia : Berlangsung lama atau sistemik. Misalnya renin angiotensin, vasopresin, epinefrin, adenosin kalsium asetilkolin, serotonin, magnesium, hidrogen, dan valium. c. Sistem hemodinamika, lebih banyak dipengaruhi oleh volume

darah susunan kapiler, perubahan tekanan osmotik, dan hirostatik sebagai luar dan dalam sistem vaskuler.

(22)

tekanan darah secara humoral atau kimiawi adalah pengendalian tekanan darah yang diperankan oleh bahan-bahan seperti hormon antara lain vasopresin, kortikosteroid, noepinefrin, bradikinin, renin angiotensin, epinefrin, serotinin, dan io-ion yang gterdapat didalam tubuh.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non Randomization pre test – post test control group design Penelitian dilakukan dua hari, jumlah responden pada hari pertama sebanyak 15 orang dan pada hari ke dua sebanyak 15 orang. Masing–masing lansia hari pertama dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan EFT dan dilakukan pengukuran tekanan darah setelah dilakukan perlakuan dengan EFT ,hari kedua adalah kasus control dengan dilakukan pemeriksaan tekanan darah.

3.2 Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep yang dibangun dalam proposal penelitian ini yaitu mencakup variabel independen dan dependen. Kerangka konsep tergambar sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Perubahan Tekanan Darah Terapi Emotional

Freedom Technique (EFT)

(24)

3.3 Hipotesis

Ada perbedaan tekanan darah sistol pada lansia sebelum dan sesudah dilakkan terapi Emotional Freedom Technique

Ada perbedaan tekanan darah diastole pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi Emotional Freedom Tekhnique

3.4 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel 15 Responden, cara pengambilan sampel dengan menggunakan incidental sampling

3.5 Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dengan observasi, kemudian dikumpulkan untuk dilakukan tahapan–tahapan pengolahan yaitu:

1) Editing

Peneliti memeriksa hasil observasi yang telah dilakukan bila terjadi kesalahan pada saat melakukan penilaian maka observasi diulang lagi, jika sudah sesuai dilanjutkan kembali ketahap selanjutnya.

2) Coding

Form observasi yang sudah benar kemudian dibuat koding untuk memudahkan memasukan data

3) Entri data

Memperoses data dengan cara memasukan data ke dalam komputer. 4) Cleaning data

Tahapan ini merupakan proses validasi data yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa data yang dikumpulkan merupakan data yang benar–benar sesuai dengan kebutuhan penelitian.

(25)

3.6.1 Analisis Univariabel

Tujuan analisis univariat adalah untuk mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Untuk data numerik (umur, nilai tekanan darah) digunakan nilai mean, median, nilai minimal dan nilai maksimal. Sedangkan

data katagorik ( jenis kelamin riwayat hipertensi ) dijelaskan dengan nilai persentase dan proporsi responden.

3.6.2. Analisis bivariabel

Analisis bivariat bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. karena untuk mengetahui dua hubungan variabel. Pada penelitian ini yang akan digunkan uji t dependent ( paired – sample t test ) untuk menegtahui perbedaan kelompok apakah ada perubahan yang bermakna antara nilai tekanan darah sebelum dan sesudah diterapi EFT, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik.

3.7 Alur Penelitian

identifikasi masalah

Ijin penelitian

Pemilihan subjek penelitian sesuia dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Informed consent

Melakukan pemeriksaan tekanan darah

N B= 15 Tidak dilakukan EFT NA = 15 dilakukan EFT

mengukur tekanan darah setelah dilakuak EFT

(26)

3.8 Tempat Riset

Penelitian di lakukan di RPSTW Budhi Daya Karawang, alasan dilakukan penelitian di tempat tersebut karena tempat tersebut adalah lansia yang terpisah dari keluarga..

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Format Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian yang Diajukan

No Jenis Pengeluaran

Biaya yang Diusulkan (Rp)

1

Honorarium untuk pelaksana, petugas laboratorium, pengumpul data, pengolah data, penganalisis data, honor operator, dan honor pembuat sistem (maksimum 30% dan dibayarkan sesuai ketentuan)

Rp. 900.000

2

Pembelian bahan habis pakai untuk ATK, fotocopy, surat menyurat, penyusunan laporan, cetak, penjilidan laporan, publikasi, pulsa, internet, bahan laboratorium, langganan jurnal (maksimum 50%)

Rp. 1.000.000

3 Perjalanan untuk biaya survei/sampling data, seminar/workshop DN-LN, biaya akomodasi-konsumsi, perdiem/lumpsum, transport (maksimum30%)

Rp. 1.100.000

4 Cetal Leafleat, Banner dan Materi

Jumlah Rp 3.000.000

4.2 Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan selama 6 bulan mulai dari Pebruari 2017- September 2017

No Uraian Kegiatan Bulan

9 10 11 12 1 2

A. Pengurusan Perizinan

(27)

2 Izin penelitian di kecamatan & Desa B. Uji Instrumen dan Revisi

C. Identiikasi Sampel sesuai kriteria inklusi D. Pengumpulan Data (Pelaksanaan Penelitian) E Pengolahan dan Analisa Data

(28)

BAB V HASIL A. Hasil Uji Statistik Univariat

1. Gambaran tingkat tekanan darah sebelum tindakan EFT Tabel 5.1

Karakteristik Tekanan Darah Responden

Variabel Mean Standar Deviasi Min-Max

Sebelum EFT 5,50 0,535 5-6

Sesudah EFT 1,63 0,518 1-2

Berdasarkan tabel 5.1 menujukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada

kelompok EFT sebelum intervensi adalah 5,5 setelah dilakukan tindakan EFT skor Tekanan Darah menurun menjadi 1,63.

B. Uji Statistik Bivariat Non Parametrik

1. Perbedaan tingkat tekanan darah sebelum dan sesudah tindakan EFT

Tabel 5.2 Perbedaan Rerata Tingkat Tekanan darah Sebelum dan Sesudah Tindakan EFT

di Sub Unit RPSTW Karawang Tahun 2017

Skala

Pengukuran Kelompok

N Mean Z P-value

Takanan Darah Pre EFT 8 5,50 -2,549 0,011

Post EFT 8 1,63

`Uji beda tekana darah sebelum dan sesudah diberikan tindakan EFT

(29)

perbedaan tekanan darah yang sangat bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan tindakan EFT .

(30)

1. Perbedaan intensitas tekanan darah sebelum dan sesudah tindakan EFT Hasil uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test

diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,011, dengan rerata nilai sebelum tindakan EFT sebesar 5,50 dan rerata nilai sesudah tindakan

EFT sebesar 1,63 yang berarti terdapat penurunan sebesar 3,87, sehingga kesimpulan uji tersebut adalah ada pengaruh tindakan EFT terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan reumatik di Sub

Unit RPSTW Karawang

Responden adalah para lansia yang tinggal di Sub Unit RPSTW Kabupaten Karawang, pada seluruh usia lansia akan megalami tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang

ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem

kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,

serta sistem organ.

Ketika responden dilakukan tindakan EFT sebagian besar responden

berusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman, ada yang dilakukan tindakan EFT dengan duduk dikursi atau sofa dan ada juga yang melakukan tindakan EFT sambil tidur. Beberapa faktor yang

(31)

bawah sadar adalah tempat manusia menyimpan semua keyakinan, nilai-nilai, dan mengontrol fungsi-fungsi tubuh manusia.

EFT adalah proses yang sangat alami dalam membuka pikiran atau alam bawah sadar selama periode waktu tertentu dan dalam keadaan

relaksasi. Pada tingkat gelombang otak alfa (8-13 Hz) dan theta (4-7 Hz) atau pada tingkat relaksasi yang dalam merupakan area efektif pemberian terapi hipnosis. Memori-memori dengan mudah ditanamkan

dan informasi baru mudah disimpan.

Pada keadaan ini fokus perhatian responden lebih banyak ditujukan

pada sugesti yang ditanamkan ke dalam pikiran bawah sadar mereka sebagai upaya untuk mengatasi masalah atau memfasilitasi perubahan dan kesehatan. Sugesti yang ditanamkan dalam penelitian ini yaitu

untuk membuat responden mengalami relaksasi yang dalam, mengubah tekanan darah. Dengan kata lain, EFT efektif untuk

menurunkan tekanan darah.

Pada prinsipnya EFT merupakan salah satu bagian dari Human mind control system yaitu kemampuan didalam mengontrol alam pikir manusia untuk mengendalikan alam pikir bawah sadar sehingga mampu mengendalikan alur gelombang otak, yaitu dengan membuka

(32)

EFT adalah pengendalian fungsi otak secara ilmiah. Keadaan normal yang dialami oleh setiap orang, baik secara sengaja (sadar) maupun

tidak sengaja (alam bawah sadar) setiap harinya. Sebuah keadaan “tidur” hasil ciptaan seseorang yang melakukan hipnosis dengan

sugesti kepada seseorang yang akan dihipnotis (suyet). Sebuah kondisi relaks atau santai dengan konsentrasi yang terfokus.

Kunci dari EFT adalah adanya kekuatan sugesti atau keyakinan

terhadap sesuatu hal yang positif yang muncul berdasarkan pada konsep dalam pikiran, sehingga akan memberikan energi positif bagi

suatu tindakan yang dilakukan. EFT yang dilakukan oleh responden akan mempengaruhi kerja cerebral cortex dalam aspek kognitif maupun emosi, sehingga menghasilkan persepsi positif dan relaksasi,

sehingga secara tidak langsung akan membantu dalam menjaga keseimbangan homeostasis tubuh, melalui jalan HPA Axis, untuk

menghasilkan Coticitropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk menurunkan produksi ACTH sehingga produksi endorprin meningkat yang kemudian menurunkan

produksi cortisol dan hormon – hormon stres lainnya sehingga nyeri menurun, penurunan nyeri disebabkan oleh koping individu dalam

merespon stimulus.

Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak baik terhadap tingkatan adaptasi individu dan meningkatkan tingkat

(33)

individu berpersepsi positif akan terjadi kondisi relaksasi dan perubahan kimia, saraf atau endokrin pada tubuh sehingga akan lebih

mudah menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.

dilanjutkan sebagai intervensi yang dapat dilakukan secara mandiri

oleh sipenderita.

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan

(34)

1) Peningkatan tekanan darah dapat tejadi penurunan dengan dilakukannya tekhnik Emotional Freedom Tehnique.

b. Kesimpulan Khusus

1) Hasil dari tindakan Emotional Freedom Tehnique terhadap pengaruh tekanan darah dapat terjadi penurunan tekanan darah sebelumdan sesudah dilakukan tindakan EFT

7.2 Saran 1) Teoritis

Perlunya dibuatkan pedoman mengenai teknik Emotional Freedem untuk tenaga kesehatan di Lansia.

2) Bagi Instansi Kesehatan

Perlunya pemberian pelatihan EFT kepada tenaga kesehatan yang ada di RPSTW.

DAFTAR PUSTAKA

(35)

Ali, dkk, (2008), Taman Obat Untuk Mengatasi Rematik & Asam Urat, Jakarta : PT Agro Media Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta Ariyanto, E. 2009.

Athalaq. 2009. The Neurochemistry ofcountercoditioning: acupressure desensitization in pychotherapy. Energy Psychology.

Azizah.2011. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta : FKUI

Bachtiar .2010. Pengaruh ekstrak jahe terhadap tanda dan gejala oesteoatritis pada pasien rawat jalan dipuskesmas pada wangi. FIK UI Depok

Badrudin. 2007. Buku ajar geriatri llmu kesehatan usia lanjut. Edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Barbara. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.

Brunnert & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume I. Jakarta : EGC.

Church, Yount, & Brooks. 2012. The effect of Emotional Freedom Techniques (EFT) on Stress Biochemistry: A Randomized Controlled Trial. Journal of Nervous and Mental Desease.

Cross, Smith, & Hoy. 2014. Relaxation Techniques: A Practical Handbook for the Health Care Professional, 3rd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone. The journal of webMD Nursing.

Departemen Kesehatan RI, (2001). Defenisi Lanjut Usia. Propinsi Indonesia.

Departemen Kesehatan RI, (2009). Prevalensi Rheumatoid Artritis. Propinsi Indonesia

Dewi. 2012. Pengaruh intervensi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap tingkat depresi, kecemasan, danstres pada pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) Non Percutaneus Coronary Intervention (PCI) di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tesis Fakultas Keperawatan Unpad. Dharma, K, (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan. Jakarta : CV Trans Info

Media Data Dinas Kesehatan Kota Bukititnggi.

Dharma, K.K. 2011. Metodologi Fatmah.2010. Lansia Masa Kini Dan Mendatang diperoleh tanggal 12 februari 2012, from. http;// WWW.Headline News/ Situs Resmi Kementrian Kesehatan Rakyat. Htm penelitian keperawatan, panduan melaksanakan dan menerapkan hasil

(36)

Ebersole, P., Hess, P., Touhy, T., & Jett, K. 2005. Gerontological nursing and health aging (2nd ed.). USA, Philadelphia: Mosby. inc.

Feiristein, H.B., Park, K.S., Mc Quoid, D.R., Hays,J.C., & Steffens, D.C. 2008. The Impact of religius practice and religius coping on geriatric depression. International Journal of Geriatric Psychiatry, 18: 905-914. Felix Kasim. 2010. Analisis Data Dengan Program Spss (computer IV). Malang :

FKIP Universitas Islam Malang.

Ginanjar.2008. Penyakit Reumatik. Jakarta : Media Cipta.

Hartati .2015. Pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada penderita reumathoid atritis usia 40th ke atas dilingkungan kerja puskesmas 3 balata.

IAPK Pajajaran. Louie. 2004. The effect of guided imagery relaxation in people with COPD. Occupational Therapy International.

Jantos, M., & Kiat, H. 2007. Prayer as medicine: how much we learn. Medical Journal of Australia.186 (10): 51-53.

Jayanti, Sedyowinarso, & Madyaningrum. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi lansia di Panti Wredha "Wiloso Wredho" Purworejo. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(2): 133-138.

Kasran dan Rina. 2006. Hubungan antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian Keperawatan Gerontik FakultasKeperawatan Universitas Andalas.

Kim, et all. . 2005. The relaxation & stress reduction workbook. 5th (ed.). Oakland, CA: New Harbinger Publications, Inc. Depkes RI. 2008.

Kozier & Erb. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC Long, Barbara C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung: Yayasan.

Kozier, Barbara. 2008. Fundamental of Nursing : Consept, Process And Practice Four Edition. USA:Pearson Prentice Hall.

Latifah & Rahmawati. 2014. Penurunan tingkat nyeri pada lansia dengan pendekatan bimbingan spiritual. Media jurnal Ners.

(37)

Menzies, Taylor, Burguignon .2006. Effects of Guided Imagery on Outcome of Pain, Functional Status, and Self- Efficacy in Persons Diagnosed with Fibromyalgia, The journal of Alternative and Complementary Medicine. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Nugroho, Wahyudi, SKM. (2000), Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Nursalam .2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Nyoman.2011. jahe redakan nyeri.http//www.wikipedia//jahe.nyeri//html

Phan. 2005. Buku Saku patofisiologi. Jakarta : EGC

Polit & Videbeck. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC.

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik. Edisi 4 volume 1. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC.

Qing . 2008. The Effect of Guided Imagery on the Third Stage of Labor; A Pilot Study , The Journal of Alternative and Complementary Medicine.

Riset kesehatan dasar, 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Sangha .2005. TanamanObat Keluarga (TOGA).Depok : Penebar Swadaya

Santoso. 2013. Kumpulan instrumen penelitiankesehatan. Bantul: Nuha Medika.

Shidov.2003. Massage :A Relaxing Method ToRelieve Stress and Pain.Diakses dari www.mayoclinic.com. Tanggal 30-10-2012.

Smeltzer & Beare. 2007. Buku ajar keperawatanIntervensi Spiritual Emotional Freedom Technique 9 gerontik. Jakarta: EGC.

Sudoyo.2006. ilmu penyakit dalam.jilid II edisi IV. Jakarta: fkui. IPD

Sugiyono. (2009). Metodelogi Penelitian Kuantatif dan R dan D. Bandung : Alfa Beta Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

(38)

Susanti.2014. pengaruh kompres hangat jahe terhadap intetisitas nyeri osteoatritis pada lansia dip anti tresna wredha kasih saying ibu.

Swarbizk & Boylan.2002. (Eds), Medical surgical nursing: Clinical management forcontinuity of care. (hlm.342-396).Philadhelphia: W.B. Sauders Company

Tamsuri, A. (2007). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta : EGC

Toomey, Aligood .2006. Effect of Guided Imagery with Relaxation on Healt– Related Quality of Life in Older Women with Osteoarhtritis,.Research in Nursing &Health.

Wahyudi, D. 2000. Reumathoid. Th. XXII Desember 2000 .ISSN.

WHO.2010. Tata laksana atritis reumathoid . http//kompas.com//Rad.

Widarta. 2010. Arthritis reumathoid. http//www.mediastano//reumathoid.httpml.

Winarti & Herman. (2010). Pemilihan Terapi Rematik yang Efektif, Aman dan Ekonomis. Diakses Tanggal 30-10-2012 dari http://www.google.com

Yuli. 2014. Faktor resiko yang berperan terhadap terjadinya depresi pada pasien geriatri yang dirawat di RS Ciptomangunkusumo. Cermin Dunia Kedokteran 156: 117-123.

Zainuddin, A.F. 2006. Spiritual Emotional FreedomTechnique (SEFT) cara tercepat dan termudah mengatasi berbagai masalah fisikdan emosi. Jakarta: PT. Arga Publishing.Zainuddin, A.F. 2012. SEFT Essentials the simplestway to get healed SEFTer handbook.Surabaya: SEFT Corporation.

LAMPIRAN – LAMPIRAN DALAM PENELITIAN :

(39)

Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas (Lampiran D).

Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota tim pengusul (Lampiran E).

Gambar

Tabel 4.1  Format Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian yang Diajukan
Tabel 5.2 Perbedaan Rerata Tingkat Tekanan darah

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merancang suatu system yang dapat mengurangi kadar asap rokok.

 Walaupun terdapat banyak dialek di China yang sebutannya mungkin berbeza Walaupun terdapat banyak dialek di China yang sebutannya mungkin berbeza antara satu dengan yang lain

nngpta Tbtap : Anggota Tbtap : Anggota Tbtap 3 Anggota lbtap : Angpta Tbtap 3 AngEota Tletap. Anggota-Anggota ridak Tbtap pada lGlcrryok penbalnran Bidang

Berdasarkan pendapat di atas adalah suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pelayanan pembuatan SIUP juga

Gambar 4.1 simulasi pada kecepatan aliran 2 m/s proses cut plot analisis pressure Dari hasil proses cut plot analisis presure, dapat disimpulkan bahwa pada bagian depan

[3.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan Pengaduan Pengadu adalah terkait dengan dugaan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang dilakukan oleh para Teradu; [3.2]

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan polutan NH 4 Cl dan Pantai, dapat diketahui bahwa kenaikan persentase bahan pengisi silane menyebabkan sudut kontak

Bentuk ekor simetris.bagian atas sama dengan bagian bawahdan disokong oleh jari- jari sirip ekor.Dua ruas terakhir tulang punggung mengalami perubahan bentuk dan terdapat beberapa