BAB I
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
A. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam
- Siapakah tuhan itu ?
Tuhan adalah sesuatu yang dipentingkan ( dianggap penting ) oleh manusia, sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya diluasai olehnya.
Perkataan dipentingkan arti secara luas dipuja,di cintai, diagungkan dan yang diharapkan untuk memberi kemaslakhatan dan kegembiraan .
Ibnu Tamiyah Mendefinisikan
Al Ilah ialah yang dipuja penuh kecintaan hati, tawadhuk kepadanya merendahkan diri kepadanya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berserah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal untuk memasrahkan diri, meminta perlindungan diri kepadanya dan menumbuhkan ketenagan disaat mengigatnya dan terpaut cinta kepadanya ( M. Imaduddin, 1989 : 56 )
Menurut definisi di atas manusia takmungkin Ateis atau tidak bertuhan.
Orang komunis tuhannya ialah idiologi atau angan-angan menurut kalimat La Illaha Illallah berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu tuhan yaitu Allah.
a. Sejarah pemikiran manusia tentang tuhan 1. Pemikiran Barat
Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia
adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian, rasional maupun pengalaman batin. Teori evolusionisme yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan sederhana meningkat ke sempurna. Teori ini dikemukakan oleh May Muller – EB Taylor, Robertson South, Lubboek dan Jevers
Proses pemikiran tentang tuhan menurut teori evolusionisme sebagai berikut: a. Dinamisme
Mengakui adanya keumatan yang berpengaruh dalam kehidupan. b. Animisme
Percaya adanya peran roh dalam hidupnya. c. Politeisme
melahirkan ilmu tauhid, ilmu kalam atau ilmu Ushuludin dikalangan umat islam, timbul sejarah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Ketiga corak pemikiran itu telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam islam. Aliran tersebut adalah:
a. Mut’tazilah
Merupakan kaum nasionalis di kalangan muslim, menekankan pemahaman akal pikiran dalam memahami sesame ajaran dalam islam. Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memahami bantuan Ilmu Logika Yunani. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qodariah, sedang Qodariah pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah
Bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. c. Jabariah
Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat.
Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada diantara Qodariah dan Jabariah. b. Tuhan menurut agama-agama Wahyu
Tuhan adalah sesuatu yang ghaib, sehingga formasi tentang tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional tidak akan benar.
Informasi tentang asal usul kepercayaan terhadap tuhan antara lain tertera dalam:
- QS 21 (Al Anbiya’) : 92, Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu yaitu agama Tauhid.
- QS 15 (Al Maidah): 72 “Al Masih berkata” Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu, sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya surga dan tempat mereka adlah neraka.”
- QS 112 (Al Ikhlas): 1 – 4 : “Katakanlah, Dia-Lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dan tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
B. Pembuktian Wujud Tuhan
1. Metode Pembuktian Ilmiah
Metode ini juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan sesuatu yang telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “Analogi Ilmiah” dan dianggap sama dengan percobaan empiris.
Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “Iman kepada yang ghaib” dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan ilmiah”.
Sebenarnya apa yang disebut dengan iman kepada yang ghaib oleh orang mukmin, adalah iman kepada hakikat yang tidak dapat diamati. Hal ini tidak berarti satu kepercayaan buta, tetapi justru merupakan Interpretasi yang terbaik terhadap kenyataan yang tidak dapat diamati oleh para sarjana.
2. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Pernyataan yang mengatakan: “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq” adalah suatu pernyataan yang tidak benar.
3. Pembuktian Adanya Tuhan Dengan Pendekatan Fisika
Sampai abad ke 19 pendekatan yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat Azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “Hukum kedua termodinamika” (Second Law Of Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
C. keimanan dan ketkwaan
C. 1. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari kata kerja amina-yu’minu amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman berarti percaya, menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Dalam Hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah Attabrani sebagaimana.
ٌلَمَعَو ِناَسِّلاِب ٌراَرْكِاَو ِبْيَغْلاِب ٌدْقَع ُناَمْيِلاَا
ْناَكْرَلاْاِب
Artinya: Iman adalah meyakinkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan mewujudkan dengan amal perbuatan ( HR. Ibnu Majah Attabrani ).
Dengan demikian, Iman merupakan kemampuan kesatuan arau keselarasan antara hati,ucapan dan perbuatn dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Dalam Surat Al Baqoroh ayat 165, Alloh berfirman:
مهنوبحي ادادنا هللانودنم ذختي نم +سانلا نمو
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (Qs. Al Baqarah:165)
C. 2. Wujud Iman
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercaya atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah islam merupakan yang paling pokok dalam agama islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal, seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada aqidahnya. Apabila ia beraqidah islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal sholeh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakuakan bernilai dalam pendengaran manusia.
Aqidah islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hokum yang datang dari islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatuyagn diatur dalam ajaran islam. Seluruh hidupnya berdasarkan pada ajaran islam.
C. 3. Proses Terbentuknya Iman
Nabi Muhammad SAW telah bersabda: “Setiap anak, lahir membawa fitrah”. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut yahudi, nasrani atau majusi. Oleh karena itu pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak.
Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak-anak berperilaku baik apabila orang tuanya selalu melakukan yang tercela, begitu pula sebaliknya.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman itu diawali dengan proses berkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Oleh karena itu mengenal ajaran Allah merupakan langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
C. 4. Tanda-tanda orang beriman
تلجو هللاركذ اذا نيذلا نونمؤملا امنا
اناميا مهتدز هتيا مهيلع تيلت ااو مهبولق
لافنلاا( . نولكوتو مهبر ا ىلعو
)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yagn apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al Anfal: 2)
Dari ayat diatas maka dapat disimpulkan bahwa, tanda-tanda orang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar Ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Al Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya.
2. Senantiasa Tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka Ilmu Allah, diiringi dengan do’a, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul.
3. Tertib, yaitu tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya. 4. Menafkahkan rizki yang diterimanya untuk jalan Allah.
D. Takwa
D. 1. Pengertian Takwa
Takwa adalah menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nahl: 31 sebagai berikut:
Berdasarkan ayat diatas, bahwa Allah akan memberi balasan kepada orang yang bertakwa berupa Syurga ‘And yang dibawahnya mengalir sungai-sungai dan mendapatkan segala apa yang mereka kehendaki (orang yang bertakwa).
SOAL
1. Beriman adanya tuhan, merupakan sikap yang rasional dan ilmiah. Bagaimana saudara membuktikan pernyataan tersebut dari segi metode pembuktian ilmiah?
2. Bagaimana sikap saudara dalam kehidupan sehari-hari, supaya saudara dapat dinyatakan beriman kepada allah dalam arti yang sebenarnya?
3. Terangkan dengan jelas, upaya apa yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam rangka pembentukan iman anak-anaknya?
JAWAB
1. Adanya tuhan melalui pemahaman dan penghayatan. Keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil Ikhtira”. Disamping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “Dalil Inayah”. Dalil Inayah adalah metode pembuktian adanya tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia (Zakiyah Daradjat, 1996 : 7880).
2. Seseorang dikatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu melainkan kepercayaan itu mendorong untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercaya atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
MAKALAH
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah
Pendidikan Agama
Dosen Pembimbing M. SHOLEH, S.Ag
PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2010
Oleh:1. ASRORUL MUNIR ( 076023 )
2. ARLI AFANDI ( 076021 )
3. RIANI ( 076207 )