• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

MAKALAH

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1. ABDI DIRWANSYAH

2. AGUS SAF4RIZAL

3. EDI SAPUTRA

4. FAJAR AFRIANSHAH

5. MUHAMMAD TAUFIK

6. OKI ALFIANSYAH

7. WARDATUL SAMAWI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ABULYATAMA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW. dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya, Amin.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang dan aspek kehidupan. Islam sebagai Agama telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya mengenai “Konsep Ketuhanan Dalam Islam” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Abulyatama Aceh. Dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Lampoeh Keudee, 17 Oktober 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 1

C. Tujuan Penulisan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam ... 4

B. Keimanan dan Ketakwaan... 6

BAB III PENUTUP... 12

A. Kesimpulan... 12

B. Kritik dan Saran... 12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam agama Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, PenciptaYang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Maha Abadi, Penentu Takdir, serta Hakim bagi sekalian alam.

Pengetahuan tentang Tuhan merupakan dasar bagi setiap agama, baik agama langit maupun agama bumi. Namun tiap agama memiliki konsep ketuhanan yag berbeda. Didalam agama Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Maha Tunggal dan Maha Kuasa. Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya.

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Tunggal dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya”.

Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni, Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.

Dalam makalah yang kami buat ini, kami akan membahas lebih dalam mengenai Konsep Ketuhanan Dalam Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Filsafat Ketuhanan dalam Islam 2. Keimanan dan Ketakwaan

(5)

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Agama. 2. Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep Ketuhanan dalam Islam. 3. Untuk mengetahui dan memahami filsafat Ketuhanan daalam Islam.

4. Mengkaji siapa Tuhan itu, bukti-bukti Ketuhanan dalam Islam, serta pemikiran manusia tentang Tuhan.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

Tuhan dalam Bahasa Arab disebut Ilah yang berarti “ma’bud” (yang disembah). Perkataan Ilah, juga diterjemahkan sebagai “Tuhan”, dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat Al-Furqan ayat 43.

لليككوو هك لوعو ننوكنتو ت

يي

و نأ

و فوأو هنىىووهو هنهولوىإك ذوخوتت نكمو تو ءوروأو

ۥ

ٱ

يي

Artinya:

”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?” (Al-Furqan/25: 43)

Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya. Perkataan tersebut hendaklah diartikan secara luas oleh kita. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga.

(7)

dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

A. Filsafat Ketuhanan dalam Islam

م

ن يحكرتل ن

ٱ

ن موى رتل ووهن لتإك هولوىإك لت حكووى لوىإك ك

يح ٱ

ددد هد يم

ن هنلوىإكوو

Artinya:

“Dan Tuahanmu adalah Tuhan yang Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah/2: 163).

Ayat ini mengindikasikan bahwa Allah Dzat Yang Maha Kuasa, yang menetapkan segala ketentuan untuk seluruh makhluk, Yang memiliki Kebesaran, Kesucian, Ketinggian dan hanya kepada-Nya manusia muslim menyembah dan memohon pertolongan. Dialah Allah yang menentukan syari’ah bagi umat manusia dengan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.aw. sebagai agama. Wahyu ini membedakan antara agama Allah (revealed religion) dengan agama budaya yang dirumuskan oleh manusia (natural atau cultural religion). Pernyataan tersebut dijelaskan dalam Qur’an surat Al-An’am/6:102:

ش

و ل

ل ك

ن ق

ن لكخوى هن لتإك هولوىإك لو ك

ن ببرو هنلتل منكنلكذوى

ءءيي

دوو

ديم

ٱ

يككوو شو للكن ى

ى لوع

و ووهنوو ودنبن فو

لد

ءءيي

ههه يعٱ

(8)

ض

و

ير يلٱ

أو وو ت

ك ووىموىس

ت ل ن

ٱ

ت أو ااوورنفوكو ن

و يذكلت رويو لو ووأ

ٱ

يم

و

ءء ش

يي

و ل

ت ك

ن ءكامو نومك انو عوجووو موهننوى توفوفو اقق رو اتونواكو

يلٱ

يل

دا

يق

يت

ن

و وننمك ين لوفوأو حو

يؤ

ه ييي

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya” (Al-Anbiya’/21: 30)

Ayat di atas dengan jelas telah mematahkan pandangan kaum naturalist yang menyatakan bahwa alam terjadi dengan sendirinya seperti apa yang sekarang ini. Pada hakikatnya semula langit dan bumi bersatu dan baru kemudian dipisahkan. Hal ini berarti bahwa keberadaan kosmos ini mempunyai awal, tidak seperti yang disangkakan oleh para ilmuan yang berpaham naturalisme seperti tersebut di atas.

Berbeda dengan filsafat modern, para filosof pada abad tengah (medieval philosophists) yang banyak didominasi oleh pemikir-pemikir muslim, pemikiran filsafat tidak bisa dipisahkan dari konsep adanya Tuhan. Hampir dapat dikatakan bahwa sebagia besar filosof baik di dunia Islam, seperti Kindi, al-Farabi, Ib Zina, al-Gazali, Ibn Rusyd dan lain sebagainya, juga dari daratan Eropa, seperti Anselm, ThomasAquinas, Bonaventure dan lain sebagainya. Seluruhnya berbicara tentang dan mengakui adanya Tuhan, sehingga sulit untuk membedakan posisi mereka sebagai theolog dan sebagai filosof.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat (akan) tidak betentangan dengan wahyu, sebagaimana yang dinyatakan Ibn Rusyd melalui pendapatnya yang sangat dikenal, yakni kesesuaian akal dengan wahyu. Apa yang diproduksi oleh akal manusia haruslah sesuai dengan yang diwahyukan Tuhan. Al-Qur’an sangat banyak memotivaasi manusia untuk menggunnakan akalnya guna memikirkan ciptaan Allah. Dan orang-orang dalam golongan inilah yang akan memberikan pengakuaan akan keagungan Tuhan, Yang Maha Pencipta, dan Maha Suci dengan ciptaan-Nya.

(9)

yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu :

a. Qodariah

Berpendapat bahwa Tuhan terikat dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang baik ke surga dan wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-kewajiban lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia dalam posisi yang kuat.

b. Jabariah

Berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia mungkin saja menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki. Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat Islam.

Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu.Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.

B. Keimanan dan Ketakwaan

1. Pengertian Iman

(10)

ادقادونأو هكلتل نكودن نمك ذنخكتتيو نمو س

ٱ

ك

انتل ن

ٱ

و مكوو

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selainAllah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al-Baqarah/2: 165)

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy

1. Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

ةرهاظلاو ةنطابلا تاعاطلا عيمج نع ةرابع عرشلا يف ناميلا

“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].

An-Nawawiy menukil perkataannya :

ناكرلاب لمعلاو بلقلاب قيدصتلا وه عرشلا ناسل يف ناميلا

(11)

2. Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

ةينب لإ لمع لو ،لمعو لوق ناميلا نأ ىلع ثيدحلاو هقفلا لهأ عمجأ

“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat”

[At-“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

2. Wujud Iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

(12)

akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya: 1. Ilahiyah : Hubungan dengan Allah

2. Nubuwwah : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat

3. Ruhaniyah : Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh

4. Sam’iyah : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

3. Tanda – Tanda Orang beriman

Beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah:

1. Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya

2. Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya

3. Mereka selalu bertawakal Kepada Allah

4. Mendirikan Shalat

5. Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)

Itulah tanda-tanda orang yang benar-benar beriman selain tanda-tanda yang lain yang Allah Gambarkan dalam surat Al fatihah dan surat-surat yang lainnya.

1. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al-Mukminun:3, 5)

2. Memelihara amanah dan menempati janji (Al-Mukminun:6)

3. Berjihad di jalan Allah dan suka menolang (Al-Anfal:74).

(13)

4. Pengertian Takwa

Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :

1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya

neraka.

2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam

kehidupan sehari-hari seorang manusia.

3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki

yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.

4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah

hidup sesudah mati.

Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

5. Koheresi Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

(14)

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini menunjukkan bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

Manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika didalam Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya juga mempunyai Tuhan. Adapun Tuhan mereka adalah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka sendiri.

Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya. Wujud Iman ada 4, yakni:

1) Ilahiyah: Hubungan dengan Allah

2) Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat

3) Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh

4) Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

1. Syafaat, Drs. H.M (1974). Islam Agamaku, Jakarta: Widjaya Jakarta.

2. Palungan, DR. Sahmiar, MA (2009). Penddidikan Agama Islam. Makalah pada Universitas Sumatra Utara, Medan.

3. Bertens, DR. K. (1987). Panorama Filsfat Modern, Jakarta: Gramedia. 4. At Tamimi, Syaikh Muhammad (2000) Kitab Tauhid, Yayasan Al-Sofwa.

5. Pamungkas, Dwi Arif, et al. (2014) Konsep Ketuhanan Dalam Islam. Makalah Universitas Islam Indonesia,

6. Kusuma, Candra Wangsa, et al. (2014) Konsep Ketuhanan Dalam Islam.

Makalah pada STIE Sebelas April Sumedang, Sumedang.

7. Arsita, Sella Dewi, et al. (2013). Keimanan dan Ketakwaan. Makalah pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut: “Aku beriman kepada Allah dan apa-apa yang datang dari Allah dan

– Dengan demikian Tuhan (ilah) adalah segala sesuatu yang dipentingkan, dianggap mutlak oleh manusia sedemikian rupa sehingga mereka merelakan dirinya untuk dikuasai

Akibatnya, orang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariaanya tidak mencerminkan ketaatan atau

Filsafat ptotinus= yang maha satu adalah sumber dari alam dan sumber dari segala yang ada.. Famam ketuhanan= animisme, dinamisme, politeisme, oligateisme,

Di sinilah Muhammad datang, dengan tetap menggunakan kata yang sama, yakni Allah, namun ia menggeser persepsi yang dikandung oleh kata itu.Maka oleh Islam dipersepsikan tidak

Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain atau merupakan

Dengan kata lain, walaupun segala sesuatu dapat dipertuhan dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam

Ibadah Ghairu Mahdhah Ibadah Ghoir Mahdah yaitu segala jenis peribadatan kepada Allah dalam pengertian yang luas seperti kenegaraan, ekonomi, pendidikan, sosial, hubungan luar negeri,