BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang
berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan
bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi dengan terus- menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di
rumah sakit (Aditama, 2003).
Departemen Kesehatan RI (2000) mengemukakan bahwa sumber daya
manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien
rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan. Meskipun rumah sakit
telah berupaya memperbaiki sarana dan prasarana yang ada dengan sebaik mungkin,
namun jika sumber daya yang memberikan pelayanan bermasalah, juga akan
berdampak pada pelayanan yang diberikan. Perawat adalah salah satu pemegang
peran utama dalam penentuan keberhasilan rumah sakit. Keberhasilan pelayanan
rumah sakit akan ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan faktor
Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,
sehinggakepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien
(pasien) khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah sakit
(Depkes RI, 2008).
Standar praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan dan
digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan keperawatan serta tolak
ukur dalam penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2008). Pelaksanaan
keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila perawat yang
melaksanakan proses keperawatan tersebut berjalan atau bertentangan dengan standar
praktek keperawatan dan segala ketentuan yang ada dalam lingkungan rumah sakit
sebagai suatu organisasi. Fenomena yang berkembang saat ini, tidak sedikit perawat
yang melaksanakan pekerjaannya tidak sesuai dengan standar asuhan keperawatan
yang ada. Tidak jarang pula kita baca diberbagai media keluhan pemakai jasa
keperawatan yang tidak puas akan pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang
berhubungan dengan kurang baiknya kinerja perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah faktor kepuasan kerja. Kepuasan kerja bagi profesi perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya
yang berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerjanya.
Menurut As’ad (2004), kinerja adalah hasil yang telah dicapai seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sesuatu yang
dengan tingkat kinerja yang tinggi disebut produktif, sebaliknya orang yang
tingkat kinerjanya rendah, tidak mencapai standar dikatakan tidak produktif atau
berkinerja rendah.
Menurut Robbin (2006), Kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan
yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.
Dengan demikian kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari pekerjaan atau prestasi
kerja yang dibandingkan terhadap kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu
perusahaan.
Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan
masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kinerja perawat yang baik merupakan
jembatan dalam menjawab jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang muaranya
berasal dari kinerja petugas kesehatan termasuk perawat. Untuk itu perlu kiranya
rumah sakit memfokuskan masalah kualitas pelayanan terhadap kinerja perawat.
Kinerja menjadi isu dunia saat ini, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi
tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang
bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur
berdasarkan standar. Melalui kinerja klinis perawat dan bidan, diharapkan dapat
menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan kebidanan, yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir
perawat dan bidan pada tatanan klinis, digunakan "indikator kinerjaklinis" sebagai
langkah untuk mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkatkemampuan
individu dalam tim kerja. Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan tumbuh,mau,
dan mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor,
diperbaikiserta ditingkatkan secara terus menerus.
Menurut Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil
kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa
penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil
interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu :
1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.
2. Produktifitas adalah kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam
tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (Ilyas,
2002).
Dari berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja menekankan
apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan. Penggunaan indikator kunci
untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang
diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan
tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas
hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam
Menurut Wibowo(2011) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan/tugas yang dilandasi atas ketrampilan dan
pengetahuan serta sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.Menurut
Amstrong dan Baron kompetensi merupakan dimensi perilaku yang menggambarkan
bagaimana orang berperilaku ketika menjalankan perannya dengan baik.Sementara
menurut Winardi (2009) kompetensi terbentuk adanya keselarasan antara kemampuan
mental dan ketrampilan fisik.Sehingga tidak jarang dijumpai ada karyawan yang
sangat termotivasi,namun tidak memiliki kemampuan bekerja dengan baik.
Kompetensi perawat pelaksana yaitu pengetahuan, keahlian, dan perilaku
pekerja akan menghasilkan mutu pelayanan yang baik. Peningkatan mutu
tersebut tidak hanya penting secara internal, akan tetapi juga secara eksternal
karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungan yang pada
gilirannya turut membentuk citra organisasi di mata berbagai pihak di luar
organisasi(Siagian,2002).
Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi teknis dan kompetensi
perilaku. Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya,
dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi
tersebut. Kompetensi teknis adalah kompetensi yang berfokus pada pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan
profesi yang dimiliki. Perilaku yang digambarkan dalam kompetensi adalah
dan memeragakan perilaku tersebut pada saat melakukan pekerjaannya
(Hutapea,2008).
Menurut Sayuni (2012) didapatkan bahwa kompetensi dan kerja
timberpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana.Begitu juga dengan hasil
penelitianSitepu(2010) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi(sikap
dan ketrampilan) terhadap kinerja perawat.Variabel yang paling dominan
mempengaruhi kinerja perawat adalah ketrampilan. Sedangkan penelitian
Mulyono(2012) bahwa tidak ada hubungan antara kompetensi dengan kinerja
perawat.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lingga (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah DR.Ferdinand Lumban Tobing Sibolga
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan kompetensi terhadap kinerja perawat.
Kompetensi merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Artinya perawat diharuskan untuk
mampu menguasai konsep dan teori keperawatan yang telah didapatkan melalui
pembelajaran formal ataupun non formalmampu mengaplikasikan atau menggunakan
teori dalam melaksanakan praktek keperawatanpada pasien, serta mampu
menganalisa atau mengevaluasi keadaan pasien. Rendahnya kompetensi dariperawat
sering menjadi penyebab keluhan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit. Sehingga apabila kompetensi dari perawattidak segeraditangani oleh
manajemen dari rumah sakit, maka jumlah kunjungan pasien akan menurun dari
Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, teamwork atau kerja sama
tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi
serta berkomitmen untukmencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa kerja tim
merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai
tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim,
bukan tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling
bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan
atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya.
Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari
Kerja Tim. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun
terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya
terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam
satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang
menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa
kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama
lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling
menyukai dan berusaha keras untuk mengembangkan dan memelihara hubungan
merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan
antara sesama anggota tim.
Kerja Tim merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan
berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan,
selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam dimiliki oleh anggota
kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat Kerja tim lebih
menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.
Menurut Ilyas (2002), rumah sakit menghadapi tantangan global dan pasar
bebas berakibat tingginya kompetisi disektor kesehatan.Persaingan antar rumah sakit
baik pemerintah maupun swasta dan asing semakin keras untuk merebut pasar yang
semakin terbuka bebas, selain itu masyarakat menuntut Rumah Sakit untuk dapat
memberikan pelayanan yang bermutu dan biaya terjangkau,
Menurut Trisnantoro (2005), rumah sakit di Indonesia saat ini mulai
bergerak dari lembaga yang berbudaya birokrasi kuat (pada rumah sakit pemerintah)
dan budaya sosial serta keagamaan (pada rumah sakitswasta) mengarah kebudaya
usaha yang mencerminkan berbagai hal, yaitu rasionalitas, sistem manajemen yang
berorientasi pasar, menggunakan prinsip manajemen secara ilmiah dan
menekankan pada hubungan antar manusia.
Perubahan juga terjadi pada rumah sakit perkebunan. Rumah sakit di
perusahaan perkebunan yang umumnya menjadi cost center, yaitu menjadi biaya
sosial bagi perusahaan untuk kesejahteraan karyawan tanpa memperhitungkan
perlahan mulai mengarah kepada unit profit. Tanpa menghilangkan sifat sosial
rumah sakit, paling tidak pendapatan rumah sakit diharapkan mampu untuk
menghidupi rumah sakit itu sendiri.
Rumah Sakit Sri Pamela adalah salah satu dari lima rumah sakit di
jajaran PT Perkebunan Nusantara (PN) III, terletak di kota Tebing Tinggi
Sumatera Utara, merupakan rumah sakit terbesar dan rujukan pertama bagi
rumah sakit lainnya di jajaran rumah sakit se PTPN III. Fungsi utama Rumah
Sakit Sri Pamela adalah melayani kesehatan karyawan dan pensiunan karyawan
PTPN III beserta keluarga karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan; dan
sebagai fungsi sosial lainnya, Rumah Sakit Sri Pamela juga melayani
masyarakat umum serta karyawan dari perusahaan swasta maupun BUMN
lainnya yang disebut sebagai pihak ketiga (profil RS Sri Pamela, 2013).
Dari survei yang dilakukan oleh bagian pengembangan mutu pelayanan
Rumah Sakit Sri pamela Tebing Tinggi tentang survei kepuasan pelanggan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh hasil pada survei kepuasan
pelanggan,pelayanan administrasi,medis, fasilitas Rumah Sakit dan
keperawatan,diperoleh hasil bahwa pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan
masyarakat adalah pelayanan keperawatan menempati peringkat tertinggi
36%,diikuti pelayanan administrasi 24%,medis 23%dan fasilitas Rumah Sakit
22%.Hasil survei penilaian angka pencapaian dokumentasi keperawatan di Rumah
Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi 32% yang berarti masuk dalam kategori jelekdinilai
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi
keperawatan, dan catatan keperawatan. Dari hasil survei tersebut diatas menunjukkan
bahwa mutu pelayanan keperawatan masih rendah dan asuhan keperawatan belum
terlaksana sesuai standar.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dokter yang bertugas di
Rumah Sakit Sri Pamela (Desember, 2013) bahwa kualitas kerja perawat menjadi
salah satu permasalahandi Rumah Sakit Sri Pamela.Berdasarkan hasil wawancara
dengan manajer Rumah Sakit Sri Pamela (Desember, 2013) dapat diketahui bahwa
berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit untuk meningkatkan
mutu pelayanan di Rumah Sakit Sri Pamela. Upaya yang dilakukan (diantaranya)
dengan mengadakan pelatihan untuk para perawat, meliputi penyegaran ketrampilan
keperawatan, etika dan spiritual.
Penurunan kinerja RS Sri Pamela Tebing Tinggi menimbulkan berbagai
fenomena. Fenomena yang terjadi pada RS Sri Pamela Tebing Tinggi didapat dari
komite keperawatan bahwa masih adanya keluhan pasien, keluarga pasien tentang
ketidakpuasan layanan yang diperoleh dari perawat pelaksana rawat inap seperti
ketepatan pemberian obat oral, pemberian suntikan, kehadiran petugas tidak tepat
waktu dan juga perawat pelaksana rawat inap kurang senyum dan kurang perhatian
kepada pasien. Kondisi seperti ini dapat menurunkan kualitas pelayanan terhadap
pasien di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.
Pada sisi yang lain kualitas tenaga keperawatan berbanding lurus dengan
inap RS Sri Pamela Tebing Tinggi yang berjumlah 50orang belum ada yang berlatar
pendidikan sarjana masih memiliki tingkat pendidikan diplomaIII,sehinga pelayanan
yang profesional tidak dapatdicapai sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan oleh
customer.
Praktek keperawatan yang ditetapkan di RS Sri Pamela Tebing Tinggi
adalah sistem penugasan dengan metode tim, namun dalam pelaksanaannya adalah
sesuai dengan kebutuhan tatanan rawat inap. Berdasarkan kebutuhan tersebut
maka sistem penugasan pelayanan perawatan dengan metode tim dalam praktek
pelayanan dilakukan sesuai penugasan berdasarkan shift kerja yang telah
ditetapkan oleh RS Sri Pamela Tebing Tinggi, pelaksanaan ronde keperawatan
yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat yang shift pagi tidak
melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk seringnya perawat
rawat inap operan hanya dilakukan di nurse station secara administrasi saja
berdasarkan pengamatan penulis, hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang
kebutuhan pelayanan keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya
lama perawatan pasien (length of stay).
Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya
keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para
perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering menimbulkan
konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis yang
menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator masalah yang sebenarnya
Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat di
RS Sri Pamela Tebing Tinggi. Melalui survei pada Desember 2013 kepada
beberapa perawat di RS Sri Pamela Tebing Tinggi diperoleh data yang
menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi
yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang
mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan kerja tim yang kurang efektif di
Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi. Hasil wawancara dengan beberapa perawat,
staf, pegawai dan pasien di RS Sri Pamela Tebing Tinggi memberikan informasi
yang mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana bukanlah masalah yang
menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak RS Sri
Pamela Tebing Tinggi.
Dari studi kasus tersebut dapat dilihat adanya masalah kerja tim di rumah sakit
Sri Pamela Tebing Tinggi, khususnya kerja tim perawat. Permasalahan yang
terjadi di antaranya nampak dari sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar
perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik,
kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi.
Hal ini sering menimbulkan konflik dan mengakibatkan hubungan antar perawat
kurang harmonis.
Hal ini juga berdampak pada pelayanan pasien sehingga muncul ketidakpuasan
pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RS Sri Pamela Tebing
sering berinteraksi dengan pasien. Dan dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya
kerja sama antar timagar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas disimpulkan
yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kompetensi perawat (kompetensi teknis, kompetensi
perilaku) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing
Tinggi.
2 .Bagaimana pengaruh kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap
kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kompetensi perawat
(kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama, kepercayaan,
kekompakan) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela
Tebing Tinggi.
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh antara kompetensi perawat (kompetensi teknis, Kompetensi
perilaku) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela
2. Ada pengaruh antara kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap
kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi manajemen rumah sakit yaitu mendapatkan informasi tentang kompetensi
perawat (kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama,
kepercayaan, kekompakan) perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing
Tinggi.
2. Bagi peneliti adalah menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di bidang
administrasi khususnya keperawatan RS Sri Pamela Tening Tinggi.
3. Bagi peneliti selanjutnya, secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan