• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Rawat Inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Tahun 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran

yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan

masyarakat Indonesia. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan

di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan

bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu

tinggi dengan terus- menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di

rumah sakit (Aditama, 2003).

Departemen Kesehatan RI (2000) mengemukakan bahwa sumber daya

manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien

rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan. Meskipun rumah sakit

telah berupaya memperbaiki sarana dan prasarana yang ada dengan sebaik mungkin,

namun jika sumber daya yang memberikan pelayanan bermasalah, juga akan

berdampak pada pelayanan yang diberikan. Perawat adalah salah satu pemegang

peran utama dalam penentuan keberhasilan rumah sakit. Keberhasilan pelayanan

rumah sakit akan ditentukan oleh kualitas pelayanan perawat yang merupakan faktor

(2)

Keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan,

sehinggakepentingan pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi klien

(pasien) khususnya dalam proses penyembuhan maupun rehabilitasi di rumah sakit

(Depkes RI, 2008).

Standar praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu

pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan dan

digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan keperawatan serta tolak

ukur dalam penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2008). Pelaksanaan

keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila perawat yang

melaksanakan proses keperawatan tersebut berjalan atau bertentangan dengan standar

praktek keperawatan dan segala ketentuan yang ada dalam lingkungan rumah sakit

sebagai suatu organisasi. Fenomena yang berkembang saat ini, tidak sedikit perawat

yang melaksanakan pekerjaannya tidak sesuai dengan standar asuhan keperawatan

yang ada. Tidak jarang pula kita baca diberbagai media keluhan pemakai jasa

keperawatan yang tidak puas akan pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang

berhubungan dengan kurang baiknya kinerja perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan adalah faktor kepuasan kerja. Kepuasan kerja bagi profesi perawat

sebagai pemberi pelayanan keperawatan diperlukan untuk meningkatkan kinerjanya

yang berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerjanya.

Menurut As’ad (2004), kinerja adalah hasil yang telah dicapai seseorang

menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sesuatu yang

(3)

dengan tingkat kinerja yang tinggi disebut produktif, sebaliknya orang yang

tingkat kinerjanya rendah, tidak mencapai standar dikatakan tidak produktif atau

berkinerja rendah.

Menurut Robbin (2006), Kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan

yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.

Dengan demikian kinerja dapat diartikan sebagai hasil dari pekerjaan atau prestasi

kerja yang dibandingkan terhadap kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu

perusahaan.

Kinerja perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan merupakan

masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kinerja perawat yang baik merupakan

jembatan dalam menjawab jaminan kualitas pelayanan kesehatan yang muaranya

berasal dari kinerja petugas kesehatan termasuk perawat. Untuk itu perlu kiranya

rumah sakit memfokuskan masalah kualitas pelayanan terhadap kinerja perawat.

Kinerja menjadi isu dunia saat ini, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi

tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang

bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan dari standar, karena kinerja diukur

berdasarkan standar. Melalui kinerja klinis perawat dan bidan, diharapkan dapat

menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan dan kebidanan, yang berdampak terhadap pelayanan

kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir

(4)

perawat dan bidan pada tatanan klinis, digunakan "indikator kinerjaklinis" sebagai

langkah untuk mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkatkemampuan

individu dalam tim kerja. Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan tumbuh,mau,

dan mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor,

diperbaikiserta ditingkatkan secara terus menerus.

Menurut Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil

kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa

penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil

interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.

Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu :

1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk

mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.

2. Produktifitas adalah kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan kedalam

tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (Ilyas,

2002).

Dari berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja menekankan

apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan. Penggunaan indikator kunci

untuk mengukur hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang

diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan

tertulis. Mengingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas

hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam

(5)

Menurut Wibowo(2011) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan/tugas yang dilandasi atas ketrampilan dan

pengetahuan serta sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.Menurut

Amstrong dan Baron kompetensi merupakan dimensi perilaku yang menggambarkan

bagaimana orang berperilaku ketika menjalankan perannya dengan baik.Sementara

menurut Winardi (2009) kompetensi terbentuk adanya keselarasan antara kemampuan

mental dan ketrampilan fisik.Sehingga tidak jarang dijumpai ada karyawan yang

sangat termotivasi,namun tidak memiliki kemampuan bekerja dengan baik.

Kompetensi perawat pelaksana yaitu pengetahuan, keahlian, dan perilaku

pekerja akan menghasilkan mutu pelayanan yang baik. Peningkatan mutu

tersebut tidak hanya penting secara internal, akan tetapi juga secara eksternal

karena akan tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungan yang pada

gilirannya turut membentuk citra organisasi di mata berbagai pihak di luar

organisasi(Siagian,2002).

Kompetensi perawat terdiri dari kompetensi teknis dan kompetensi

perilaku. Agar seseorang memiliki kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya,

dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi

tersebut. Kompetensi teknis adalah kompetensi yang berfokus pada pengetahuan

dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan

profesi yang dimiliki. Perilaku yang digambarkan dalam kompetensi adalah

(6)

dan memeragakan perilaku tersebut pada saat melakukan pekerjaannya

(Hutapea,2008).

Menurut Sayuni (2012) didapatkan bahwa kompetensi dan kerja

timberpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana.Begitu juga dengan hasil

penelitianSitepu(2010) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi(sikap

dan ketrampilan) terhadap kinerja perawat.Variabel yang paling dominan

mempengaruhi kinerja perawat adalah ketrampilan. Sedangkan penelitian

Mulyono(2012) bahwa tidak ada hubungan antara kompetensi dengan kinerja

perawat.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Lingga (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah DR.Ferdinand Lumban Tobing Sibolga

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan kompetensi terhadap kinerja perawat.

Kompetensi merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup

aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Artinya perawat diharuskan untuk

mampu menguasai konsep dan teori keperawatan yang telah didapatkan melalui

pembelajaran formal ataupun non formalmampu mengaplikasikan atau menggunakan

teori dalam melaksanakan praktek keperawatanpada pasien, serta mampu

menganalisa atau mengevaluasi keadaan pasien. Rendahnya kompetensi dariperawat

sering menjadi penyebab keluhan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh

rumah sakit. Sehingga apabila kompetensi dari perawattidak segeraditangani oleh

manajemen dari rumah sakit, maka jumlah kunjungan pasien akan menurun dari

(7)

Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, teamwork atau kerja sama

tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi

serta berkomitmen untukmencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk

mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa kerja tim

merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai

tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim,

bukan tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.

Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling

bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan

atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya.

Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.

Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari

Kerja Tim. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun

terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya

terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu, bahkan dalam

satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang

menyimpan pula perselisihan. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa

kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.

Keakraban tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama

lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling

menyukai dan berusaha keras untuk mengembangkan dan memelihara hubungan

(8)

merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan

antara sesama anggota tim.

Kerja Tim merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan

berbagai talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan,

selain itu ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam dimiliki oleh anggota

kelompok juga merupakan nilai tambah yang membuat Kerja tim lebih

menguntungkan jika dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.

Menurut Ilyas (2002), rumah sakit menghadapi tantangan global dan pasar

bebas berakibat tingginya kompetisi disektor kesehatan.Persaingan antar rumah sakit

baik pemerintah maupun swasta dan asing semakin keras untuk merebut pasar yang

semakin terbuka bebas, selain itu masyarakat menuntut Rumah Sakit untuk dapat

memberikan pelayanan yang bermutu dan biaya terjangkau,

Menurut Trisnantoro (2005), rumah sakit di Indonesia saat ini mulai

bergerak dari lembaga yang berbudaya birokrasi kuat (pada rumah sakit pemerintah)

dan budaya sosial serta keagamaan (pada rumah sakitswasta) mengarah kebudaya

usaha yang mencerminkan berbagai hal, yaitu rasionalitas, sistem manajemen yang

berorientasi pasar, menggunakan prinsip manajemen secara ilmiah dan

menekankan pada hubungan antar manusia.

Perubahan juga terjadi pada rumah sakit perkebunan. Rumah sakit di

perusahaan perkebunan yang umumnya menjadi cost center, yaitu menjadi biaya

sosial bagi perusahaan untuk kesejahteraan karyawan tanpa memperhitungkan

(9)

perlahan mulai mengarah kepada unit profit. Tanpa menghilangkan sifat sosial

rumah sakit, paling tidak pendapatan rumah sakit diharapkan mampu untuk

menghidupi rumah sakit itu sendiri.

Rumah Sakit Sri Pamela adalah salah satu dari lima rumah sakit di

jajaran PT Perkebunan Nusantara (PN) III, terletak di kota Tebing Tinggi

Sumatera Utara, merupakan rumah sakit terbesar dan rujukan pertama bagi

rumah sakit lainnya di jajaran rumah sakit se PTPN III. Fungsi utama Rumah

Sakit Sri Pamela adalah melayani kesehatan karyawan dan pensiunan karyawan

PTPN III beserta keluarga karyawan yang menjadi tanggungan perusahaan; dan

sebagai fungsi sosial lainnya, Rumah Sakit Sri Pamela juga melayani

masyarakat umum serta karyawan dari perusahaan swasta maupun BUMN

lainnya yang disebut sebagai pihak ketiga (profil RS Sri Pamela, 2013).

Dari survei yang dilakukan oleh bagian pengembangan mutu pelayanan

Rumah Sakit Sri pamela Tebing Tinggi tentang survei kepuasan pelanggan dan

pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh hasil pada survei kepuasan

pelanggan,pelayanan administrasi,medis, fasilitas Rumah Sakit dan

keperawatan,diperoleh hasil bahwa pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan

masyarakat adalah pelayanan keperawatan menempati peringkat tertinggi

36%,diikuti pelayanan administrasi 24%,medis 23%dan fasilitas Rumah Sakit

22%.Hasil survei penilaian angka pencapaian dokumentasi keperawatan di Rumah

Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi 32% yang berarti masuk dalam kategori jelekdinilai

(10)

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, evaluasi

keperawatan, dan catatan keperawatan. Dari hasil survei tersebut diatas menunjukkan

bahwa mutu pelayanan keperawatan masih rendah dan asuhan keperawatan belum

terlaksana sesuai standar.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan dokter yang bertugas di

Rumah Sakit Sri Pamela (Desember, 2013) bahwa kualitas kerja perawat menjadi

salah satu permasalahandi Rumah Sakit Sri Pamela.Berdasarkan hasil wawancara

dengan manajer Rumah Sakit Sri Pamela (Desember, 2013) dapat diketahui bahwa

berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit untuk meningkatkan

mutu pelayanan di Rumah Sakit Sri Pamela. Upaya yang dilakukan (diantaranya)

dengan mengadakan pelatihan untuk para perawat, meliputi penyegaran ketrampilan

keperawatan, etika dan spiritual.

Penurunan kinerja RS Sri Pamela Tebing Tinggi menimbulkan berbagai

fenomena. Fenomena yang terjadi pada RS Sri Pamela Tebing Tinggi didapat dari

komite keperawatan bahwa masih adanya keluhan pasien, keluarga pasien tentang

ketidakpuasan layanan yang diperoleh dari perawat pelaksana rawat inap seperti

ketepatan pemberian obat oral, pemberian suntikan, kehadiran petugas tidak tepat

waktu dan juga perawat pelaksana rawat inap kurang senyum dan kurang perhatian

kepada pasien. Kondisi seperti ini dapat menurunkan kualitas pelayanan terhadap

pasien di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

Pada sisi yang lain kualitas tenaga keperawatan berbanding lurus dengan

(11)

inap RS Sri Pamela Tebing Tinggi yang berjumlah 50orang belum ada yang berlatar

pendidikan sarjana masih memiliki tingkat pendidikan diplomaIII,sehinga pelayanan

yang profesional tidak dapatdicapai sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan oleh

customer.

Praktek keperawatan yang ditetapkan di RS Sri Pamela Tebing Tinggi

adalah sistem penugasan dengan metode tim, namun dalam pelaksanaannya adalah

sesuai dengan kebutuhan tatanan rawat inap. Berdasarkan kebutuhan tersebut

maka sistem penugasan pelayanan perawatan dengan metode tim dalam praktek

pelayanan dilakukan sesuai penugasan berdasarkan shift kerja yang telah

ditetapkan oleh RS Sri Pamela Tebing Tinggi, pelaksanaan ronde keperawatan

yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat yang shift pagi tidak

melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk seringnya perawat

rawat inap operan hanya dilakukan di nurse station secara administrasi saja

berdasarkan pengamatan penulis, hal ini menimbulkan perbedaan persepsi tentang

kebutuhan pelayanan keperawatan dan pada akhirnya berdampak meningkatnya

lama perawatan pasien (length of stay).

Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya

keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para

perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering menimbulkan

konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis yang

menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator masalah yang sebenarnya

(12)

Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat di

RS Sri Pamela Tebing Tinggi. Melalui survei pada Desember 2013 kepada

beberapa perawat di RS Sri Pamela Tebing Tinggi diperoleh data yang

menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi

yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang

mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan kerja tim yang kurang efektif di

Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi. Hasil wawancara dengan beberapa perawat,

staf, pegawai dan pasien di RS Sri Pamela Tebing Tinggi memberikan informasi

yang mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana bukanlah masalah yang

menyebabkan kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pihak RS Sri

Pamela Tebing Tinggi.

Dari studi kasus tersebut dapat dilihat adanya masalah kerja tim di rumah sakit

Sri Pamela Tebing Tinggi, khususnya kerja tim perawat. Permasalahan yang

terjadi di antaranya nampak dari sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar

perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik,

kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi.

Hal ini sering menimbulkan konflik dan mengakibatkan hubungan antar perawat

kurang harmonis.

Hal ini juga berdampak pada pelayanan pasien sehingga muncul ketidakpuasan

pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RS Sri Pamela Tebing

(13)

sering berinteraksi dengan pasien. Dan dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya

kerja sama antar timagar dapat memberikan pelayanan maksimal kepada pasien.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas disimpulkan

yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh kompetensi perawat (kompetensi teknis, kompetensi

perilaku) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing

Tinggi.

2 .Bagaimana pengaruh kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap

kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kompetensi perawat

(kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama, kepercayaan,

kekompakan) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela

Tebing Tinggi.

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh antara kompetensi perawat (kompetensi teknis, Kompetensi

perilaku) terhadap kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela

(14)

2. Ada pengaruh antara kerja tim (kerjasama, kepercayaan, kekompakan) terhadap

kinerja perawat pelaksana rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen rumah sakit yaitu mendapatkan informasi tentang kompetensi

perawat (kompetensi teknis, kompetensi perilaku) dan kerja tim (kerjasama,

kepercayaan, kekompakan) perawat pelaksana rawat inap RS Sri Pamela Tebing

Tinggi.

2. Bagi peneliti adalah menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di bidang

administrasi khususnya keperawatan RS Sri Pamela Tening Tinggi.

3. Bagi peneliti selanjutnya, secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan

Referensi

Dokumen terkait

Jalan Raya, Jalan Lingkungan, termasuk perawatannya (22001) Kecil.. 2.a Bidang Pekerjaan Sub

yang menggunakan protocol TCP/IP, dimana protocol TCP/IP digunakan untuk meneruskan packet informasi (routing) dalam jaringan LAN,MAN,WAN dan internet, atau lebih

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat ekonomi dengan perilaku personal hygiene pada usia lanjut di Dusun Tangkilan Bambanglipuro Bantul

ditarik maknanya dalam bentuk pelnyataan atau kesimpulan yang bersifat umum. Mcnarik kesimpulan umum dari data khusus berdasarkan pengamatan e~npiris tidak.. menggunakan rasio atau

b. Dengan menggunakan jangka, lukislah dua buah lingkaran kongruen dengan titik pusat A dan B serta berjari-jari sama dengan tali busur AB.. Tentukan titik potong dari kedua

Masyarakat Desa Namo telah menerapkan penyadapan dengan metode koakan maka permasalahan dalam penelitian ini seberapa besar jumlah produksi getah pinus yang

Penemuan kasus Leptospirosis dilakukan dengan cara deteksi dini pasif oleh petugas leptospirosis Puskesmas Kota Semarang yang 91,9% menunggu datangnya pasien masuk

Terlihat dari garis putus-putus menunjukkan pola liputan awan terpusat di Laut Cina Selatan dan sekitar pulau Kalimantan, hal ini sesuai dengan teori Chang,