• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Defenisi Merek - Tinjauan Yuridis Terhadap Perdagangan Barang Tiruan yang Menggunakan Merek Terkenal BerdasarkanUU No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK

A. Defenisi Merek

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, bahwa yang dimaksud dengan merek adalah:

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,

angka-angka, susunan warna, ataupun kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

Merek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (selanjutnya ditulis Undang-Undang Merek) meliputi merek dagang dan merek jasa. Walaupun dalam Undang-Undang digunakan merek dagang adalah merek barang karena merek yang digunakan pada barang dan digunakan sebagai lawan dari merek jasa.18 Hal itu dapat dilihat dari pengertian merek dagang dan merek jasa sebagai berikut:

1. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

2. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Apabila sutu merek digunakan secara sah, yakni didaftarkan maka kepada pemilik merek tersebut diberi hak atas merek. Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka

18

(2)

waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Kecuali secara tegas dinyatakan lain, yang di maksud dengan pihak dalam Undang-Undang Merek adalah seseorang, beberapa orang secara bersama-sama, atau badan hukum.19

Hak merek dinyatakan sebagai hak ekslusif karena hak tersebut merupakan hak yang sangat pribadi bagi pemiliknya dan diberi hak untuk menggunakan sendiri atau memberi izin kepada orang lain untuk menggunakan sebagaimana ia sendiri menggunakannya. Pemberian izin oleh pemilik merek kepada orang lain ini berupa pemberian lisensi, yakni memberikan izin kepada orang lain untuk jangka waktu tertentu menggunakan merek tersebut sebagaimana ia sendiri menggunakannya.20

Sementara itu Persetujuan TRIPs, khususnya Pasal 15 ayat (1) mengatur tentang defenisi merek sebagai berikut :

“ Any sign or any combination of signs, capable of distinguishing the goods or services of one undertaking from those trademark. Such signs, in particular

words including personal names, letter, numeral, figurative elements and

combinations colors as well as any combination of such signs, shall be eligible

for registration as trademarks. Where signs are not inherently capable of

distinguishing the relevant goods of services. Member may make registrability

depend of distinctiveness acquired through use. Members may require, as a

condition of registration, that signs be visually perceptible.”

Berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (1) ini, setiap tanda atau gabungan dari tanda -tanda yang dapat membedakan barang dan jasa suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya dapat dianggap sebagai merek dagang. Tanda semacam itu, khususnya kata-kata yang termasuk nama pribadi, huruf, angka, dan gabungan warna, serta setiap gabungan dari tanda semacam itu, dapat di daftarkan sebagai merek dagang.21

(3)

Merek berfungsi sebagai tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya; sebagai alat promosi sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebut mereknya; dan jaminan atas mutu barangnya.22

B. Perkembangan Hukum Merek di Indonesia

Pengaturan hukum merek di Indonesia sudah ada sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda yang dituangkan dalam Reglement Industrielem Eigendom (Reglemen Milik Perindustrian) dengan S.1912 Nomor 545. Reglemen ini hanya terdiri dari 27 pasal yang merupakan duplikat Undang-undang Merek Belanda (Merkenwet).23

Tanggal 5 Agustus 1984, Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Versi London atau

London Act 1984 yang lazim disebut Uni Paris Versi London. Karenanya, Indonesia harus menerima dan mengakui berbagai ketentuan yang terutama menyangkut hak perlindungan terhadap merek asing yang masuk ke Indonesia berdasar atas “hak perlakuan yang sama” atau

the right of the sametreatment” serta prinsip “hak prioritas” atau “priority right”.24

Indonesia mulai membentuk undang Merek pada tahun 1961 yaitu Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (disebut juga Undang-undang Merek). Undang-undang Merek yang baru ini merupakan pengganti dan pembaharuan dari Hukum Merek yang diatur dalam Reglemen. Pertimbangan lahirnya Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek ini adalah untuk melindungi khalayak ramai dari tiruan barang-barang yang memakai suatu merek yang sudah dikenalnya sebagai merek barang-barang yang bermutu baik. Selain itu, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961

22

(4)

tentang Merek ini juga bermaksud melindungi pemakai pertama dari suatu merek di Indonesia. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 mengenal pengolongan barang-barang dalam 35 kelas yang sejalan dengan klasifikasi internasional berdasarkan persetujuan pendaftaran merek di Nice, Perancis pada tahun 1957 yang diubah di Stockholm tahun 1961 dengan penyesuaian kondisi di Indonesia.

Tanggal 28 Agustus 1992 diundangkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang berlaku efektif pada tanggal 1 April 1993. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek ini menggantikan dan memperbaharui Undang-undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek. Untuk menindaklanjuti berlakunya Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek tersebut dibuatlah berbagai surat keputusan administratif yang terkait dengan prosedur pendaftaran merek. Berkaitan dengan kepentingan reformasi Undang-undang Merek, Indonesia turut serta meratifikasi Perjanjian Internasional Merek

World Intellectual Property Organization (WIPO).25

Tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Perubahan ini dilakukan dengan mempertimbangkan pasal-pasal dari Perjanjian Internasional tentang Aspek-aspek yang Dikaitkan dengan Perdagangan dari Hak Kekayaan Intelektual (TRIPs – GATT). Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 ini menentukan bahwa pengguna merek pertama di Indonesia berhak untuk mendaftarkan merek tersebut sebagai merek.

Pengaturan tentang ketentuan merek yang terbaru dituangkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2001 sehingga terjadi perubahan secara menyeluruh pada peraturan tentang ketentuan merek sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi perkembangan teknologi informasi dan

(5)

transportasi yang telah mendukung kegiatan di sektor perdagangan semakin meningkat secara pesat, mempertahankan iklim persaingan usaha yang sehat, serta menampung beberapa aspek dalam Persetujuan TRIPs yang belum dimuat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek.

Pada bagian ‘menimbang’ dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang

Merek, terdapat tiga (3) hal yang menjadi dasar pertimbangan dibentuknya yaitu sebagai berikut.

a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat;

b. bahwa untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai tentang Merek guna memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b, serta memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Merek yang ada, dipandang perlu untuk mengganti Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek.

Ketiga dasar pertimbangan tersebut melahirkan satu Undang-undang Merek (Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001) yang telah mencakup seluruh pengaturannya sekaligus menggantikan Undang-undang Merek yang lama. Dalam hal ini, ketentuan-ketentuan yang tidak diubah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

C. Jenis dan Bentuk Merek

(6)

1. Merek Dagang

Adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

2. Merek Jasa

Adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

3. Merek Kolektif

Adalah merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan atau jasa sejenis lainnya

Merek merupakan bentuk yang menyatakan wujud merek yang digunakan pada barang atau jasa. Ada berbagai macam bentuk merek yang digunakan untuk barang dan jasa, yaitu:

a. Merek lukisan

Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud lukisan atau gambar antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis. Contoh: merek cat “Kuda Terbang”, yaitu lukisan atau gambar kuda bersayap

yang terbang. b. Merek kata

(7)

Contoh: “Rexona” untuk deodorant, “Bodrex” untuk obat flu, “Daihatsu” untuk mobil.

c. Merek huruf atau angka

Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud huruf atau angka antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

Contoh: “ABC” untuk kecap dan sirup, “555” untuk buku tulis. d. Merek nama

Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud nama antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis.

Contoh: “Louis Vuiton” untuk tas, “Vinesia” untuk dompet.

e. Merek kombinasi

Bentuk ini mempunyai daya pembeda dalam wujud lukisan/gambar dan kata antara barang atau jasa yang satu dengan barang atau jasa yang lain yang sejenis. Contoh: jamu “Nyonya Meneer” yang merupakan kombinasi gambar seorang

nyonya dan kata-kata “nyonya Meneer”

Selain bentuk-bentuk merek di atas, terdapat pula merek dalam bentuk tiga (3) dimensi (three dimensional trademark) seperti merek pada produk minuman ‘Coca Cola’ dan

‘Kentucky Fried Chicken’.

D. Merek yang tidak dapat Didaftar dan yang Ditolak

Tidak semua permohonan pendaftaran merek dikabulkan oleh Dierktorat Hak Kekayaan Intelektual (Direktorat Jenderal) karena permohonan pendaftaran merek dapat menghadapi tiga kemungkinan, yaitu :

(8)

2. Harus ditolak pendaftarannya 3. Diterima/didaftar

Dalam bahasa sehari-hari kata “tidak dapat didaftarkan” dan “harus ditolak pendaftarannya” tentu tidak memiliki perbedaan yang berarti karena semua berakibat tidak

diterimanya permohonan pendaftaran merek atau tidak didaftarkannya merek tersebut sehingga apabila pihak yang mendaftar merek mengalami salah satu diantara kedua hal tersebut, mungkin sama “menyakitkannya”. Namun, kalau dicermati kedua hal tersebut

memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada latar belakang yang dipertimbangkan oleh Direktorat untuk tidak menerima permohona tersebut.

Secara umum, merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik. Pemohon yang beritikad baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi persaingan curang,mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Contohnya, merek dagang A yang sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-tahun, ditiru sedemikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek dagang A tersebut. Dalam contoh itu sudah terjadi itikad tidak baik dari peniru karena setidak-tidaknya patut diketahui unsur kesengajaannya dalam meniru merek dagang yang sudah dikenal tersebut.

Disamping karena diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik, merek tidak dapat di daftarkan apabila mengandung salah satu unsur yaitu :

1. Bersifat absolute apabila bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Penjelasan pasal menyatakan bahwa pengertian “bertentangan dengan kesusilaan dan

(9)

atau yang merupakan atau menyerupai nama Allah dan rasuknya. Misalnya: tidak dapat didaftarkan merek “Allah” atau “Muhammad” dalam huruf Arab.

2. Bersifat relatif yaitu merek tidak dapat didaftarkan apabila tidak memiliki daya beda, atau hanya terdiri dari angka-angka dan/atau huruf-huruf, atau yang merupakan keterangan barang yang mengacu pada penunjukan macam, waktu, tempat pembuatan, jumlah, bentuk, ukuran, harga atau berat barang. Selain itu merek tidak dapat didaftarkan apabila serupa dengan bendera-bendera Negara, lambing-lambang Negara, nama-nama, singkatan-singkatan lembaga internasional, atau lambing-lambang lembaga pemerintah termasuk pemerintah daerah kecuali mendapat persetujuan dari yang berwewenang. Dan, permintaan pendaftaran merek juga tidak dapat didaftarkan apabila merek itu merupakan tanda pengesahan atau tanda jaminan resmi dari suatu badan pemerintah, kecuali mendapat persetujuan dari yang memiliki kewenangan.

3. Tanda yang telah menjadi milik umum. Salah satu contoh merek seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua tulang yang bersilang, yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum. Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai merek. 4. Tanda yang hanya merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang

dimohonkan pendaftarannya.

Selain merek tidak dapat didaftarkan, dalam hal tertentu juga merek harus ditolak. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila terdapat hal-hal sebagai berikut.26

1. Merek mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/ atau jasa yang sejenis. Persamaan pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya

26

(10)

unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dengan merek yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsur-unsur atau persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut. Contoh merek yang sama pada pokoknya yakni antara barang merek “PINOKIO” dengan “PINOKIC” karena merek

ini hanya dibedakan oleh huruf O pada merek yang pertama dengan huruf C pada merek yang kedua. Kedua merek tersebut hampir sama karena hanya dengan menyambung kedua ujung huruf C tersebut sudah merupaka huruf O. Contoh lain adalah antara merek LEVRI dengan merek LEFRY, yang walaupun huruf-huruf yang digunakan jauh berbeda, pengucapannya tetap sama.

2. Merek mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenis. Untuk persamaan pada pokoknya terhadap merek terkenal ini, tidak ditentukan persyaratan bahwa merek terkenal tersebut sudah didaftar (di Indonesia). Hal ini berarti walaupun merek terkenal tersebut tidak terdaftar di Indonesia, tetap saja dilindungi berdasarkan Undang-Undang Merek. Penolakan permohonan yang mempunyai persamaaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal untuk barang dan/ atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Di samping itu, diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar -besaran, investasi di beberapa Negara dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa Negara.

(11)

disebabkan kemungkinan timbulnya kekeliruan bagi masyarakat tentang kualitas barang tersebut.

Apabila memperhatikan ketentuan tentang kriteria merek yang tidak dapat didaftar dan yang ditolak pendaftarannya, secara sederhana dapat dikatakan bahwa perbedaan utama antara kriteria merek yang tidak dapat didaftar dan yang ditolak pendaftarannya adalah terletak pada pihak yang dirugikan.

Jika suatu merek kemungkinannya akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat secara umum, merek tersebut tidak dapat didaftarkan. Sementara itu, apabila merek tersebut dapat merugiakan pihak-pihak tertentu, merek tersebut ditolak pendaftarannya. Atau lebih sederhana lagi dapat dikatakan bahwa merek yang tidak dapat didaftarkan yaitu merek yang tidak layak dijadikan merek, sedangkan merek yang ditolak, yaitu merek yang akan merugikan pihak lain.

E. Permohonan Pendaftaran Merek

Mekanisme pendaftaran penting dalam hal mendapatkan hak atas merek. Pendaftaran merek tersebut sebagai sarana perlindungan hukum bagi pemilik merek. Pendaftaran merek disini adalah merupakan inisiatif dari pemilik tersebut, yang sadar akan perlunya perlindungan hukum atas merek yang dimilikinya.

Hak atas merek baru lahir jika telah didaftarkan oleh pemiliknya ke kantor merek. Dengan demikian sifat pendaftaran hak atas merek merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemiliknya. Tanpa didaftarkan hak itu tidak akan timbul, karena hak itu pada dasarnya diberikan oleh negara atas dasar pendaftaran. Ini berarti pendaftaran hak tersebut sifatnya wajib dan bukan sukarela.

(12)

disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997.27 Sistem pendaftaran dengan menggunakan stelsel konstitutif, artinya suatu sistem pendaftaran yang akan menimbulkan suatu hak sebagai pemakai pertama pada merek. Suatu merek dilindungi harus didaftarkan dan pendaftarannya diterima oleh kantor merek agar pendaftaran merek diterima, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4, 5 dan 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001.

Sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap merek terkenal, seyogyanya pendaftaran terhadap merek tersebut tidak saja dilakukan didalam negeri, tetapi juga dibeberapa negara di dunia. Hal ini dilakukan guna memenuhi salah satu kriteria sebagai merek terkenal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf b. Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Berkenaan dengan pendaftaran, Indonesia mengenal atau menganut asas konstitutif, yakni Hak atas Merek diperoleh atas pendaftarnya. Artinya, pemegang Hak Merek adalah seseorang yang mendaftar pertama kali di Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual. Hak atas merek didasarkan atas pemakaian pertama dari merek tersebut. Bagi mereka yang mendaftarkan mereknya dianggap oleh undang-undang sebagai pemakai pemakai merek pertama dari merek tersebut kecuali kalau dapat dibuktikan lain dan dianggap sebagai yang berhak atas merek yang bersangkutan. Tujuan pendaftaran merek adalah memberikan perlindungan untuk pendaftaran merek tersebut yang oleh undang-undang dianggap sebagai pemakai pertama terhadap pemakaian tidak sah oleh pihak-pihak lain.28 Jangka waktu perlindungan merek adalah 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran (filling date). Setelah 10 tahun dapat diperpanjang kembali.

1. Syarat dan Tata Cara

27

(13)

Mengenai persyaratan dan tata cara permohonan pendaftaran merek diatur

dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Permohonan pendaftaran merek diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan mengisi formulir dan menyebutkan jenis barang dan/atau jasa serta kelas yang dimohonkan pendaftarannya. Permohonan pendaftaran merek tersebut harus ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya. Pemohon terdiri atas satu orang atau beberapa orang secara bersama, atau badan hukum.

Permohonan yang diajukan oleh pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah negara Republik Indonesia wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia serta menyatakan dan memilih tempat tinggal kuasa sebagai domisili hukumnya Indonesia.

Syarat dan tata cara permohonan pendaftaran merek kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) adalah sebagai berikut:

a. Diajukan secara tertulis, diketik dalam bahasa Indonesia pada blangko formulir permohonan yang telah disediakan dan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dan dibuat dalam rangkap empat dengan mencantumkan:

1). tanggal, bulan, dan tahun;

2). nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;

3). nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

4). warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna;

(14)

b. Permohonan untuk dua kelas barang atau lebih dan/atau jasa dapat diajukan dalam satu permohonan pendaftaran merek.

c. Surat permohonan pendaftaran merek dilampiri dengan:

1). fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dilegalisir. Bagi pemohon yang berasal dari luar negeri sesuai dengan ketentuan undang-undang harus memilih tempat kedudukan di Indonesia, biasanya dipilih pada alamat kuasa hukumnya;

2). fotokopi akta pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh notaris apabila permohonan diajukan atas nama badan hukum;

3). fotokopi peraturan pemilikan bersama apabila permohonan diajukan atas nama lebih dari satu orang (merek kolektif);

4). surat kuasa khusus apabila permohonan pendaftaran dikuasakan; 5). tanda pembayaran biaya permohonan;

6). 20 (dua puluh) helai etiket merek dengan ukuran maksimal 9X9 cm, minimal 2X2 cm;

7). surat pernyataan bahwa merek yang dimintakan pendaftaran adalah miliknya.

Biaya permohonan pendaftaran merek merupakan salah satu jenis sumber penerimaan negara bukan pajak. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2005 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia menetapkan biaya permintaan pendaftaran merek sebagai berikut.

(15)

b. Untuk dua (2) kelas barang dan atau jasa per permintaan Rp. 950.000,- (sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).

c. Untuk tiga (3) kelas barang dan atau jasa per permintaan Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

2. Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas

Hak Prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari Negara yang tergabung dalam ParisConvention for the Protection of Industrial Property atau

Aggrement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa

tanggal penerimaan di Negara asal merupakan tanggal prioritas di Negara tujuan yang juga anggotanya salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention for the Protection of Industrial Property.

Permohonan pendaftaran merek dengan Hak Prioritas ini diatur dalam Pasal 11 dan Pasal 12 Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2011. Dalam Pasal 11 dikatakan bahwa “Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6

bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permoohonan pendaftaran merek yang pertama kali diterima di Negara lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau anggota Aggrement Establishing the World Trade Organization.”

Dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 dikatakan pula bahwa:

(16)

b. Bukti hak prioritas sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) tersebut diatas diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

c. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pasal ayat (1) dan ayat (2) tidak dipenuhi dalam waktu paling lama 3 bulan setelah berakhirnya hak mengajukan permohonan dengan menggunakan hak prioritas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, permohonan tersebut tetap diproses, namun tanpa menggunakan hak prioritas.

Bukti hak prioritas dapat berupa surat permohonan pendaftaran beserta tanda penerimaan permohonan tersebut yang juga memberikan penegasan tentang tanggal penerimaan permohonan. Dalam hal yang disampaikan berupa salinan atau foto kopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan, pengesahan atas salinan atau fotokopi surat atau tanda penerimaan tersebut diberikan oleh Direktorat Jenderal apabila permohonan diajukan pertama kali. Bukti hak prioritas tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yang penerjemahannya dilakukan oleh penerjemah yang disumpah. Penyumpahan dimaksudkan untuk menjamin kebenaran terjemahan bukti hak kepemilikan hak kekayaan intelektual tersebut.29

Undang-undang Merek juga secara tegas mengatur acuan penetapan pendaftaran merek dengan hak prioritas, antara lain:

a. Perlakuan pemberian perlindungan hukum yang sama

Hukum merek suatu Negara harus memberi perlindungan yang sama terhadap pemilik merek orang asing, sebagaimana perlakuan perlindungan yang diberikan kepada pemilik merek warga Negara sendiri

b. Berdasarkan asas Resiprositas

(17)

Menegakkan asas pemberian perlakuan yang sama atas hak proritas, artinya kesediaan, kerelaan member perlindungan yang sama terhadap pelayanan permintaan pendaftaran dengan hak prioritas terhadap pemilik merek orang asing harus berdasarkan asas timbal balik.

3. Pemeriksaan Kelengkapan Persyaratan Pendaftaran Merek

Direktorat Jenderal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan pendaftaran merek yaitu persyaratan administratif. Kekurangan dalam kelengkapan Direktorat Jenderal meminta agar kelengkapan persyaratan tersebut dipenuhi paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut, tanggal pengiriman dalah tanggal pengiriman berdasarkan stempel pos. Dalam hal kekurangan tersebut menyangkut persyaratan pendaftaran berdasarkan hak prioritas, jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut paling lama tiga bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan permohonan dengan hak prioritas. Dalam hal kelengkapan persyaratan tersebut tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya bahwa permohonannya dianggap ditarik kembali. Dalam hal permohonan dianggap ditarik kembali, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali.

4. Perubahan dan Penarikan Kembali Permohonan Pendaftaran Merek

(18)

Undang-undang Merek memberikan hak kepada pemohon atau kuasanya untuk membatalkan atau menarik kembali permohonan pendaftaran merek yang telah diajukan. Oleh karena itu, selama belum memperoleh keputusan dari Direktorat Jenderal, permohonan dapat ditarik kembali oleh pemohon atau kuasanya. Namun apabila penarikan dilakukan oleh kuasanya, penarikan harus dilakukan berdasarkan surat kuasa khusus untuk keperluan penarikan kembali tersebut. Hal ini mengingat bahwasanya penarikan kembali merupakan hal esensial bagi pemohon sehingga untuk melakukan penarikan kembali dibutuhkan suatu jaminan bahwa kuasa tersebut betul-betul dikuasakan untuk penarikan pendaftaran merek tersebut. Walaupun demikian, dalam hal permohonan ditarik kembali, segala biaya yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik kembali.

F. Pendaftaran Merek

1. Pemeriksaan Substansif

Pemeriksaan substantif diatur dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal 20 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pemeriksaaan substantif dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) terhadap permohonan dalam waktu tiga puluh (30) hari terhitung sejak tanggal penerimaan. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh Pemeriksa pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) yang akan diselesaikan dalam waktu paling lama sembilan (9) bulan. Pemeriksa melaporkan hasil pemeriksaan substantif bahwa permohonan dapat disetujui untuk didaftar. Atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) dan permohonan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek.

(19)

dengan menyebutkan alasannya dan dalam waktu paling lama tiga puluh (30) hari terhitung sejak tanggal penerimaan surat pemberitahuan, pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapannya dengan menyebutkan alasannya. Dalam hal pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau tanggapannya, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) menetapkan keputusan tentang penolakan permohonan tersebut.

Jika pemohon atau kuasanya dalam menyampaikan keberatan atau tanggapannya dan Pemeriksa melaporkan tanggapan tersebut dapat diterima, atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), permohonan itu diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Tetapi dalam hal pemohon atau kuasanya menyampaikan keberatan atau tanggapannya dan pemeriksa melaporkan tanggapan tersebut tidak dapat diterima, maka atas persetujuan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), ditetapkan keputusan tentang penolakan permohonan tersebut yang diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya dengan menyebutkan alasannya.

2. Pengumuman Permohonan

Pengumuman permohonan diatur dalam Pasal 2l sampai dengan Pasal 23 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) mengumumkan permohonan tersebut dalam Berita Resmi Merek dalam jangka waktu paling lama sepuluh (10) hari terhitung sejak disetujuinya permohonan untuk didaftar.

Pengumuman permohonan berlangsung selama tiga (3) bulan dan dilakukan dengan:

(20)

b. menempatkan pada sarana khusus yang mudah serta jelas dapat dilihat oleh

masyarakat yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Inteletual (Ditjen HKI).

Pengumuman dilakukan dengan mencantumkan:

1) nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

2) kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi merek yang dimohonkan pendaftarannya; 3) tanggal penerimaan;

4) contoh merek;

5) nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali; dalam 6) hal permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas.

3. Keberatan dan Sanggahan

Mengenai keberatan dan sanggahan, diatur dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 25 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Selama periode pengumuman yaitu dalam jangka waktu tiga (3) bulan, setiap pihak dapat mengajukan keberatan atas pendaftaran merek tersebut dan mengajukan alasan-alasan tertulis disertai bukti bahwa merek yang dimohonkan pendaftarannya seharusnya tidak dapat didaftar atau ditolak. Merek tidak dapat didaftarkan karena merek tersebut:

a. didaftarkan oleh pemohon yang beritikad tidak baik;

b. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, c. moralitas keagamaan, kesusilaan, atau ketertiban umum;

d. tidak memiliki daya pembeda; e. telah menjadi milik umum; atau

(21)

g. dimohonkan pendaftarannya.

Hal-hal yang menyebabkan suatu permohonan merek harus ditolak oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) yang diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Permohonan suatu merek ditolak apabila merek tersebut:

a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis; b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;

d. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal;

e. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

f . merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol atau lembaga negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;

g. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

(22)

terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan. Dalam hal ini pemohon mempunyai kesempatan untuk mengajukan sanggahan atas keberatan tersebut pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) secara tertulis dalam jangka waktu paling lama dua (2) bulan sejak tanggal penerimaan salinan keberatan.

4. Pemeriksaan Kembali

Jika keberatan diajukan, pemeriksaan kembali atas merek tersebut akan dilaksanakan dalam waktu paling lama dua (2) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman. Jika menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), merek tersebut dapat didaftarkan, maka sebuah Sertifikat Merek akan diterbitkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pemohon disetujui untuk didaftar dalam Daftar Umum Merek. Jika tidak ada keberatan, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) menerbitkan dan memberikan Sertifikat Merek dalam waktu paling lama tiga puluh (30) hari terhitung sejak berakhimya jangka waktu pengumuman. Mengenai pemeriksaan kembali diatur dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 27 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

5. Permohonan Banding kepada Komisi Banding Merek

(23)

ke Mahkamah Agung. Mengenai permohonan banding kepada Komisi Banding Merek diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 32 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

G. Pengalihan Hak atas Merek

Sama dengan hak milik intelektual lainnya, hak merek juga dapat beralih dan di alihkan. Ini suatu bukti bahwa UU Merek Tahun 2001 telah mengikuti prinsip-prinsip hukum benda yang dianut oleh seluruh Negara di dunia dalam penyusunan undang-undang mereknya. Berikut ini diterangkan tentang cara-cara beralih dan dialihkannya hak atas merek.

Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena30 : 1. Pewarisan

2. Wasiat 3. Hibah 4. Perjanjian

5. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan Pewarisan, wasiat, hibah dan perjanjian merupakan istilah yang lazim digunakan dan telah dimengerti maksud dari istilah tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan, yakni sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Merek. Misalnya kepemilikan merek beralih karena pembubaran badan hukum yang semula merupakan pemilik merek. Dengan demikian, dengan pembubaran badan hukum, kepemilikan merek dapat beralih kepada orang-orang tertentu yang memiliki modal pada badan hukum tersebut.

Pengalihan hak atas merek wajib dimohonkan pencatatannya kepada Direktorat Jenderal untuk dicatat dalam Daftar Umum Merek, dan permohonan pencatatan pengalihan

30

(24)

hak atas merek tersebut disertai dengan dokumen yang mendukungnya.31 Dokumen yang dimaksud antara lain Sertifikat Merek dan bukti lainnya yang mendukung pemilikan hak tersebut. Pencatatan ini dimaksudkan agar akibat hukum dari pengaliha n Hak atas Merek terdaftar tersebut berlaku terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dan berlaku terhadap pihak ketiga. Yang dimaksudkan dengan “pihak-pihak yang bersangkutan” disini adalah

pemilik merek dan penerima pengalihan hak atas merek. Adapun yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah penerima lisensi, karena pengalihan hak atas merek terdaftar yang tidak dicatat dalam Daftar Umum Merek tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. Namun, tujuan yang penting dari adanya kewajiban untuk mencatatkan pengalihan hak atas merek adalah untuk memudahkan pengawasan dan mewujudkan kepastian hukum.

Pencatatan pengalihan hak atas merek tersebut tetap dikenai biaya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek. Disamping pengalihan hak atas merek terdaftar itu sendiri, pengalihan hak atas merek terdaftar dapat disertai dengan pengalihan nama baik, reputasi, atau lain-lainnya yang terkait dengan merek tersebut. Pengalihan Hak atas Merek Terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jenderal apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa Merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/jasa.

Permintaan pencatatan pengalihan hak atas merek terdaftar diajukan dengan menyebutkan32:

a. Nomor dan merek terdaftar yang dialihkan;

b. Nama, kewarganegaraan dan alamat lengkap pemilik merek terdaftar dan penerima hak atas merek terdaftar yang dimintakan pencatatan pengalihannya; c. Nama badan hukum dan negara tempat badan hukum tersebut didirikan serta

tunduk kepada hukum negara tersebut jika pemilik merek atau penerima hak adalah badan hukum;

31

(25)

d. Nama dan alamat lengkap kuasa di Indonesia yang dipilih sebagai alamatnya di Indonesia, jika permintaan pencatatan pengalihan hak diajukan oleh pemilik atau penerima hak yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia.

Berbeda dengan pengalihan hak atas merek barang, pengalihan hak atas merek jasa yang terdaftar memiliki persyaratan tambahan. Hal itu disebabkan hak atas merek jasa terdaftar yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan, kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa yang bersangkutan, hanya dapat dialihkan dengan ketentuan harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa.

Maksud ketentuan diatas adalah pengalihan hak atas merek jasa hanya dapat dilakukan apabila ada jaminan, baik dari pemilik merek maupun pemegang merek atau penerima lisensi untuk menjaga kualitas jasa yang diperdagangkannya. Untuk itu, perlu suatu pedoman khusus yang disusun oleh pemilik merek (pemberi lisensi atau pihak yang mengalihkan merek tersebut) mengenai metode atau cara pemberian jasa yang dilekati merek tersebut. Pengalihan hak atas merek terdaftar hanya dicatat oleh Direktorat Jenderal apabila disertai pernyataan tertulis dari penerima pengalihan bahwa merek tersebut akan digunakan bagi perdagangan barang dan/atau jasa.

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Hasil Penelitian: Hasil uji t tidak berpasangan pada variabel kebiasaan sarapan dan status gizi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-score

Pakaian adat batak karo untuk laki-laki menggunakan uis nipes beka buluh atau kain sebagai penutup kepala, sertali rumah-rumah atu hiasan leher, sertali rumah- rumah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian melalui progam Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada mahasiswa calon

Mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Ali Imron ayat 159-160.. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berikut hasil eksperimen download/transfer file, waktu yang dibutuhkan dalam proses download mulai dari awal proses “Simpan Berkas” sampai proses download-nya berakhir dihitung

Universitas

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Perhatian Orang Tua dengan Kecenderungan Perilaku Agresif pada Remaja.. Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Kristen