• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kaitan Etika Nilai dan Moral dal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kaitan Etika Nilai dan Moral dal"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda – tanda vital sangat dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami pasien/klien. Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan pernafasan, nadi, tekanan darah dan suhu.

Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Data ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan disudunnnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda – tanda vital ini dilakukan dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umum klien.

Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital perawat senantiasa bersikap baik sesuai dengan kode etik perawat. Hal ini tidak luput dengan adanya keterkaitan antara etika, nilai dan norma dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud tanda – tanda vital?

2. Bagaimana pemeriksaan suhu tubuh pada pasien? 3. Bagaimana pemeriksaan denyut nadi pasien? 4. Bagaimana pemeriksaan pernapasan pada pasien? 5. Bagaimana pemeriksaan tekanan darah pada pasien?

(2)

1.3 Tujuan

1. Untuk mengatahui pengertian tanda – tanda vital.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan tubuh pasien 3. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan denyut nadi pasien

4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan pola pernapasan pada pasien 5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan tekanan darah pada pasien

(3)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tanda-Tanda Vital

Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang diberikan. Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah penting sehingga disebut tanda – tanda vital.

Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital: ● Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas ● Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah

● Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program ● Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif

● Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah ● Saat keadaan umum klien berubah

● Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.

● Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda vital ● Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik

● Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.

Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan suhu tubuh, nadi, pernapasan dan tekanan darah.

2.2 Pemeriksaan Suhu Tubuh

(4)

reseptor panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan atau mempertahankan kehilangan panas tubuh.

Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai dengan respon terhadap faktor lingkungan sehingga tiddak tetap untuk pemantauan status kesehatan klien. Kondisi normal dari panas tubuh antara 35,9°C sampai 37,4°C. Alat pengukur suhu tubuh adalah termometer dan tempat pengukuran suhu tubuh yaitu oral, rectal, axilla, membrane timpani, esophagus, dan arteri pulmoner.

A. Jenis-Jenis Suhu Tubuh

Suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu suhu tubuh inti dan suhu tubuh permukaan. a. Suhu Tubuh Inti

Suhu tubuh inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam seperti cranial, toraks, rongga abdomen dan pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan sekitar 37°C. tempat pengukuran suhu tubuh inti paling efektif adalah pada bagian rektum, membran timpani, esophagus, arteri pulmoner, kandung kemih dan rectal.

b. Suhu Tubuh Permukaan

Suhu tubuh permukaan (surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu tubuh permukaan paling efektif yakni pada kulit, dan aksila oral.

Tabel suhu tubuh normal sesuai tingkatan umur

(5)

(Sumber : Joice Engel, 1995)

Tabel perbandingan suhu berdasarkan jenis kelamin

Probandus

♂ Normal 34,1 34,4 35,6 36 31,8 33,95 34,65 36,25

♂ Gemuk 34,3 34,9 35,95 35,9 34,3 36,15 34,05 36,05

♂ Kurus 35,1 34,35 35,75 35,65 35,55 35,85 34,6 36,25

♂Alkoholi k

34,15 33,6 35,65 35,55 36,3 38,3 35,75 36,35

♀ Normal 33,4 32,2 35 35,1 34,1 35,1 -

-♀ Sakit 33,8 32 35,7 35,5 36,7 37,1 -

-♀ Gemuk 34,2 33,8 35 34,1 37,2 37,6 -

-♀ Kurus 34,4 32,2 35,2 34,8 35,4 36,6 -

-(Sumber : Joice Engel, 1995)

B. Keuntungan dan Kerugian Pengukuran Suhu Tubuh pada Membran Timpani, Rektal, Oral dan Aksilla

1. Membran timpani a) Keuntungan :

● Tempat mudah dicapai

● Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal ● Memberi pembacaan inti yang akurat ● Waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik)

(6)

b) Kerugian :

● Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran

● Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga atau membran timpani ● Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai

● Implikasi serumen dan otitis media dapat menggangu pengukuran suhu

● Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun masih diragukan.

2. Rektal

a) Keuntungan :

● Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh ● Menunjukan suhu inti

b) Kerugian :

● Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau cenderung pendarahan

● Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu bagi klien. ● Memerlukan lubrikasi

● Dikontradiksikan pada bayi baru lahir

3. Oral

a) Keuntugan :

● Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi ● Nyaman bagi klien

● Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat b) Kerugian :

● Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut

● Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar atau kedinginan

(7)

4. Aksilla a) Keuntungan :

● Aman dan non-invasif

● Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir an klien tidak kooperatif b) Kerugian :

● Waktu pengukuran lama

● Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien

C. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh 1. Kecepatan Metabolisme Basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.

2. Rangsangan Saraf Simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epinefrin dan non-epinefrin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.

4. Hormon Tiroid

(8)

5. Hormon Kelamin

Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormon

progresteron pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3°C-0,6°C di atas suhu normal.

6. Demam (Peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C

7. Status Gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia) karena lemak merupak isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan yang lain.

8. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot/organ yang menghasilkan energi termal. Aktivitas dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3°C-40,0°C.

9. Gangguan Organ

(9)

10. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga

sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

D. Proses Pengeluaran Panas 1. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5-20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit 60%.

2. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada disekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas tubuh dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.

3. Konveksi

(10)

4. Evaporasi

Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi peerpindahan panas tubuh. Setiap 1gr air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kkal. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.

E. Hal-hal yang Harus diperhatikan Pada Saat Pengukuran Suhu Tubuh a) Suhu termometer harus dalam keadaan 0°

b) Penggunaan thermometer untuk tiap tempat pengukuran harus pisah

c) Cara menurunkan suhu harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampaai termometer jatuh dan pecah

d) Sebelum melakukan pengukuran harus dijelaskan dengan benar tentang tempat dan tujuan pengukuran suhu.

e) Fungsi termometer harus menghadap keluar untuk arah yang dibaca. f) Pembacaan termometer harus di tempat yang cukup cahaya.

F. Tujuan Tindakan

Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui suhu badan pasien untuk melakukan tindakan perawatan.

G. Persiapan

a) Persiapan Alat

● Termometer bersih dalam tempatnya.

● Tiga buah botol beisi larutan sabun, larutan desinfektan, dan air bersih ● Bengkok (interbekken)

● Potongan-potongan kertas atau tissue ● Vaselin dalam tempatnya

● Buku catatan suhu dan nadi

(11)

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang dilakukan

H. Pelaksanaan

1. Pemeriksaan Suhu pada Ketiak

a) Bila perlu lengan baju pasien dibuka dan ketiaknya harus dikeringatkan lebih dahulu b) Jika menggunakan termometer air raksa, suhu pada termometer harus 0°. Lalu

jepitkan dengan reservoirnya tepat ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipatkan ke dada.

c) Setelah 5-10 menit angkat termometer lalu baca suhu dengan teliti kemmudian hasilnya dicatat pada buku.

d) Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilapdengan pototngan kertas atau tissue, kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan dengan air bersih dan keringkan.

e) Air raksa diturunkan kembali pada angka 0, dan termometer diletakkan pada tempatnya serta siap untuk dipakai pasien berikutnya.

2. Pengukuran Suhu pada Mulut

a) Untuk tiap pasien harus digunakan satu termometer

b) Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, kemudian ujungnya sampai batas resevoirnya diletakkan di bawah lidah pasien.

c) Mulut dikatupkan selama 3-5 menit, kemudian thermometer diangkat, dilap dengan tissue. Selanjutnya baca hasil pemeriksaan dengan teliti, kemudian catat suhu badan pasien.

Catatan :

● Sebelum pengukuran suhu, pasien tidak boleh diberi minuman panas maupun dingin ● Selama pengambilan suhu, pasien tidak boleh bicara

(12)

3. Pengukuran suhu pada anus

a) Setelah pasien diberitahu prosedur pemeriksaan, pasien harus dimiringkan b) Pakaian pasien harus diturunkan sampai di bawah bokong

c) Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, lalu resevoirnya diolesi vaseline. Selanjutnya termometer dimasukan ke dalaam anus

d) Diamkan 3-5 menit, lalu angkat thermometer dan lap dengan tissue. Kemudian baca hasil pemeriksaan dan catat suhu badan pasien.

Catatan :

● Sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan, perawat harus mencuci tangan. ● Sebelum diapakai periksa keadaan termometer

● Termometer harus dalam keadaan kering saat menurunkan air raksa ● Jangan membersihkan termometer dengan air panas

2.3 Pemeriksaan Denyut Nadi

Palpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut adalah getaran/denyut darah dalam

pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi. Cepat atau lambatnya denyut nadi dipengaruhi oleh beberapa faktor

A. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi diantaranya : 1. Jenis kelamin

(13)

2. Usia

Frekuens denyut nadi pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Denyut nadi akan menurun seiring berkurangnya usia.

Tabel frekuensi denyut nadi

No Usia Frekuensi Nadi (denyut/menit) 1 < 1 bulan 90-170

2 < 1 tahun 80-160 3 2 tahun 80-120 4 6 tahun 75-115 5 10 tahun 70-110 6 14 tahun 65-100 7 >14

tahun

60-100

(Sumber : Joice Engel, 1995)

3. Kehamilan

Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan

mencapaimaksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar20% di atas keadaan sebesar hamil.

4. Keadaan kesehatan

Orang yang tidak sehat dapat berpotensi mengalami perubahan irama denyut nadi. Riwayat penderita penyakit jantung, hipertensi, hipotensi bahkan anemia dapat

mempengaruhi kerja jantung sehingga denyut nadi dapat mengalami perubahan. 5. Ukuran tubuh

6. Rokok dan kafein

(14)

Pada bayi baru lahir 140 Selama satu tahun

pertama

120

Selama tahun kedua 110 Pada umur 5 tahun 90-100 Pada umur 10 tahun 80-90 Pada orang dewasa 60-80

(Sumber : Joice Engel, 1995)

Tabel kecepatan denyut nadi pada saat tidur

Bayi baru lahir 100-180 Usia 1 minggu-3 bulan 100-220 Usia 3 bulan-2 tahun 80-150 Usia 10-21 tahun 60-90 Usia > 21 tahun 69-100

(Sumber : Joice Engel, 1995)

B. Tempat-Tempat Menghitung Denyut Nadi

1. Ateri radalis : Pada pergelangan tangan 2. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis 3. Arteri caratis : Pada leher

4. Arteri femoralis : Pada lipatan paha 5. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki 6. Arteri politela : Pada lipatan lutut 7. Arteri bracialis : Pada lipatan siku 8. Ictus cordis : Pada dinding iga, 5 – 7

Tabel pola nadi

(15)

Bradikardia Frekuensi nadi lambat

Takikardia

Frekuensi nadi meningkat dalam keadaan tidak pada ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang menunjukan penyakit jantung

Sinus Aritmia

Frekuensi nadi meningkat selaama inspirasi, menurun selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak, khususnya selama tidur

Pulsus Alternans Denyut nadi yang silih berganti : kuat-lemah dan kemungkinan menunjukan adanya gagal jantung Pulsus Begeminus Denyut berpasangan dan berhubungan dengan

denyut premature

Thready Pulse

Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda shock, nadi sukar dipalpasi tampak muncul dan menghilang

Pulsus corrigen Denyut nadi kuat dan berdetak-detak. Hal ini disebabkan oleh variasi yang luas pada tekana nadi

C. Alat, persiapan, dan cara pemeriksaan 1. Arteri radialis

Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah untuk diperiksa dan sering digunakan untuk pemeriksaan

a. Persiapan alat

(16)

● Buku catatan nadi (kartu status) ● Alat tulis

b. Persiapan pasien

● Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang dilakukan ● Buatlah pasien rileks dan nyaman

c. Cara pemeriksaan

● Cuci tangan pemeriksa

● Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan

● Pada posisi duduk, tangan diletakan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur, kedua lengan ekstensi menghadap atas

● Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan

● Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur ● Hitung denyut tersebut selama satu menit

● Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

2. Arteri Brachialis

Terletak di dalam oto biceps dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardia arrest pada infant

a. Persiapan alat

● Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stopwatch) ● Buku catatan nadi (kartu status)

● Alat tulis

b. Persiapan pasien

● Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang dilakukan ● Buatlah pasien rileks dan nyaman

c. Pemeriksaan pasien ● Cuci tangan pemeriksa

(17)

● Pada posisi duduk, tangan diletakan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur, kedua lengan ekstensi menghadap atas

● Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada fossa cubiti (lekuk antara otot biceps dan triceps di atas siku)

● Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur ● Hitung denyut tersebut selama satu menit

● Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

3. Arteri carotid

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri carotid berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak

a. Persiapan pasien

● Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stopwatch) ● Buku catatan nadi (kartu status)

● Alat tulis b. Persiapan pasien

● Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang dilakukan ● Buatlah pasien rileks dan nyaman

c. Cara pemeriksaan

● Cuci tangan pemeriksa

(18)

● Mintalah pasien untuk memiringkan kepala pada sisi yang berlawanan arah dengan yang akan diperiksa

● Lakukan palpasi ringan arteri karotis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah pada sekitar otot sternokleidomastoideus

● perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas

● Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit

● Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

D. Cara mengukur denyut nadi

Mengukur denyut nadi menggunakan 2 jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah, atau tiga jari yaitu dengan jari telujuk, jari tengah dan jari manis. Temukan titik nadi (daerah yang denyutannya paling keras), yaitu nadi karotis dicekungan bagian leher (kira-kira 2cm disaamping jakun pada laki-laki), nadi radialis dipergelangan tangan di sisi ibu jari.

Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglahjumlah

denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dlam 1 menit. Secara umum denyut nadi maksimum orang sehat saat berolahraga adalah 80% x (200-usia) untuk kebutuhan fitness. Lebih akurat, Sally Edward memberikan rumusan perhitungan denyut nadi maksimum 210-(0,5 x umur)-0,05x berat badan (dalam pound).

Catatan : 1kg = 2,2 pound.

Dalam olahraga diberikan tiga tingkatan kebutuhan :

1. Untuk sehat : 50-70 % denyut nadi maksimum 2. Untuk kebugaran : 70-80% denyut nadi maksimum 3. Untuk atlit : 80-100% denyut nadi maksimum 2.4 Pemeriksaan Pernapasan

(19)

Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.

Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas.

Tabel frekuensi pernapasan

Umur Frekuensi pernapasan rata-rata

Bayi 30-40 kali/menit

2-6 tahun 21-30 kali/menit

6-10 tahun 20-26 kali/menit

12-14 tahun 18-22 kali/menit

Dewasa 12-20 kali/menit

Lanjut usia 12-20 kali/menit

(Sumber : Joice Engel, 1995)

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan bernapas adalah :

1. Usia

(20)

belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa dada diasumsikan berbentuk oval. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan bentuk pada dada dan pola napas

2. Suhu

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan

meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin akan terjadi kontraksi pembuluh dadar perifer, akibatnya dapat meningkatkan darah yang akan menurunkan kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

3. Gaya hidup

Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen di dalam tubuh. Merokok dan beberapa pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.Seklain itu penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.

5. Narkotika

Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedaalaman pernapasan ketiika depresi. Oleh karena itu jika memberikan obat narkotik algenik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan pasien.

(21)

Pria dan wanita memiliki kecepatan respirasi yang berbeda. Setiap individu memilik variasi pernapasan sendiri.

7. Ketinggian

Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi permukaan maka makin rendah pula kadar oksigen. Orang yang tinggal pada daerah yang permukaannya lebih tinggi memiliki laju dan kedalaman pernapasan yang lebih besar.

8. Polusi udara

Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita akan terganggu. Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang dihirup menurun, yang akan mengakibatkan badan menjadi lemas.

B. Metode perhitungan pernapasan

Setiap pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas (satu kali gerak naik turun). Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk mendapatkan frekuensi pernapasan setiap menit. Pada keadaan normal pernapasan hanya dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4.

Tabel pola pernapasan

Pola Pernapasan Deskripsi

(22)

retraksi

Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama kurang teratur

Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal

Hiperpnea Pernapasan cepat dan dangkal

Apnea Tidak ada pernapasan

Chyene Stokes

Periode pernapasan cepat dan dalam yang bergantian dengan periode apnea. Umumnya pada bayi selama tidur nyenyak, depresi dan kerusakan otak

Kusmaul

Napas dalam yang abnormal, bisa cepat, lambat, atau normal khususnya pada asidosi metabolic

Biot Napas tidak teratur menunjukan adanya kerusakan otak

(Sumber : Joice Engel, 1995)

C. Persiapan alat :

● Stopwatch atau jam tangan ● Stetoskop

● Buku catatan

D. Cara kerja

(23)

3. Menghitung pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi dan ekspirasi. Jika

pernapasan teratur dihitung selama 30 detik dan dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur dihitung selaama 1 menit

4. Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudiaan cek apakah terdengar suara napas yang abnormal

5. Akhiri tindakan dengan baik 6. Mencuci tangan

2.5 Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah dadaalah tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh darah yang merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara sistematik. Dimana, tekanan darah di vena lebih rendah dari pada tekanan darah di arteri. Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan dalam mmHg (millimeter air raksa).

Tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan puncak pada arteri selama siklus jantung. Tekanan diastolic merupakan tekanan terendah (pada fase istirahat siklus jantung). Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katup-katup yang menutup secara pasif.

Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler. Bunyi kedua karena menutupnya katup aoritik dan pulmoner sesudah kontraksi ventrikel. Yang pertama adalah panjang dan rata (terdengar seperti “lup”), yang kedua pendek dan tajam (terdengar bunyi “dup”) (Evelyn Pearce, 2010)

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekaanan diastolic. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukan tekanan sistolik pada nilai 120 mmHg dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/80 (Smeltzer & Bare, 2001)

A. Tekanan darah normal

(24)

Neonate 75-105 45-75

2-6 tahun 80-110 50-80

7 tahun 85-120 50-80

8-9 tahun 90-120 55-85

10 tahun 95-130 60-85

11-12 tahun 95-135 60-85

13 tahun 100-140 60-90

14 tahun 105-140 65-90

2. Tabel klasifikasi hipertensi didasarkan pada nilai diastolik

Hipertensi ringan 92-104 mmHg Hipertensi sedang 105-114 mmHg Hipertensi berat 115 mmHg Hipertensi ganas 130 mmHg

(Sumber : Joice Engel, 1995)

3. Tabel tekanan darah normal berdasarkan usia

Usia Tekanan Darah

Bayi di bawah usia 1 bulan 85/15 mmHg

Usia 1-6 bulan 90/60 mmHg

Usia 6-12 bulan 96/65 mmHg

Usia 1-4 tahun 99/65 mmHg

Usia 4-6 tahun 160/60 mmHg

Usia 6-8 tahun 185/60 mmHg

Usia 8-10 tahun 110/60 mmHg

Usia 10-12 tahun 115/60 mmHg

Usia 12-14 tahun 118/60 mmHg

(25)

Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg

4. Tabel nilai normal tekanan darah sistolik

Neonatal 1 tahun-3 tahun

13 tahun-18 tahun > 18 tahun

Laki-laki 87-105 105-124 124-136

Perempuan 16-105 105-124 124-127

(Sumber : Joice Engel, 1995)

5. Tabel nilai normal tekanan darah diastolik

Neonatal 1 tahun-3 tahun

13 tahun-18 tahun > 18 tahun

Laki-laki 68-69 69-79 77-84

Perempuan 60-67 67-80 78-80

(Sumber : Joice Engel, 1995)

B. Persiapan

● Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang dilakukan ● Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan

C. Pelaksanaan

1. Lengan baju dibuka ataau digulung

2. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di sisi luar lengan

3. Manset dipasang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu longgar 4. Pompa tensimeter dipasang

(26)

6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas naik

7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama

8. Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut sistol (misalnya 120 mmHg)

9. Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir disebut tekanan diastol (misalnya 80 mmHg)

10. Pencatatan hasil ditulis dengan cara sistol/diastol. Contoh 120/80 mmHg

Catatan :

1. Memasang manset harus tepat diatas permukaan dinding arteria brachialis

2. Menempelkan stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya harus betul-betul tepat

3. Sebelum menutup tensimeter, masukan dulu air raksa kedalam resevoirnya, manset dan balon disusun pada tempatnya untuk mencegah pecahnya tabung air raksa.

4. Pada anak-anak digunakan manset khusus

5. Bilamana menggunakan tensimeter elektronik (battery), penggunannya sesuaikan dengan petunjuk yang ada secara tepat dan benar

2.6 Kaitan Etika Nilai dan Moral dalam Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

A. Etika

(27)

suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikitu suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. Dapat juga di katakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofi dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.

Etika perawat saat melaksanakan asuhan keperawatan yakni memeriksa tanda-tanda vital anatar lain :

1. Perawat menghargai martabat klien, keunikan, serta kelebihan dan kekurangan pasien 2. Dalam melakukan suatu tindakan, perawat senantiasa menghargai suku dan budaya serta agama yang dianut oleh klien

3. Jika dalam melakukan suatu asuhan keperawatan maka perawat harus selalu menjaga kerahasiaan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien selama jalannya asuhan keperawatan

4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus selalu bersikap santun sesuai dengan kode etik perawat seharusnya.

B. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang dengan tuntutan hati nuraninya. Menurut Simon (1973), nilai adalah

sepereangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan sesorang.

Dalam memeriksa tanda-tanda vital, terdapat nilai-nilai yang harus diperhatikan yakni 1. Nilai kejujuran

2. Nilai lemah lembut

(28)

Moral menurut suseno (1998) adalah ukuran baik buruknya seseorang baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat dan warga negara. Menurut ousaka dan whellan (1997), moral adalah prinsip baik buruk yang ada daan melekat dalam diri seseorang. Dalam memeriksa tanda-tanda vital, terdapat nilai-nilai yang harus diperhatikan yakni : 1. Berperilaku sopan dan santun

2. Ramah dalam bertutur kata dengan pasien

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Setiap pelaksanaan pengukuran tanda-tanda vital hendaknya kita mengetahui apa sebenarnya pengertian dari pengukuran tanda-tanda vital, apa tujuannya, bagaimana cara persiapan alat, pasien, cara pelaksanaannya serta mengetahui nilai normal dari masing-masing tanda vital agar mudah dalam menjalani pengukuran.

Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital terdapat keterkaitan etika nilai dan moral di dalamnya yang dapat menjadi acuan bagi seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

3.2 Saran

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Potter and Perry, 2004. Fundamental of Nursing : Concepts process & practice. Jakarta : EGC

Priraharjo Robet, 1996. Pengkajian fisik keperawatan Jilid 2. Jakarta : EGC

Aziz H. A. Alimul, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika

Aziz H. A. Alimul, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiyati Yuni, 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta : Fitramaya .

Gambar

Tabel perbandingan suhu berdasarkan jenis kelamin
Tabel frekuensi denyut nadi
Tabel kecepatan denyut nadi pada saat tidur
Tabel frekuensi pernapasan
+4

Referensi

Dokumen terkait