• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Keseimbangan Suhu Tubuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Keseimbangan Suhu Tubuh"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATAPENGANTAR KATAPENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.1 LatarBelakang LatarBelakang ... 1.2 1.2 RumusanMasalah RumusanMasalah ... 1.3 1.3 Tujuan Tujuan ... BAB II PEMBAHASAN BAB II PEMBAHASAN 2.1

2.1 Konsep Konsep DasarKulit DasarKulit Sebagai Sebagai Pengatur Pengatur Suhu Suhu ... 2.2

2.2 Macam-Macam Macam-Macam Suhu Suhu Tubuh Tubuh ... 2.3

2.3 Faktor-Faktor Faktor-Faktor Yang Yang Mempengaruhi Mempengaruhi Suhu Suhu Tubuh Tubuh ... 2.4

2.4 Keseimbangan Keseimbangan Suhu Suhu Tubuh Tubuh ... 2.5

2.5 Mekanisme Mekanisme Kehilangan Kehilangan Panas Panas Melalui Melalui Kulit Kulit ... BAB III PENUTUP

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ... 3.1 Kesimpulan ... 3.2 Saran ... 3.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di

hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.  Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk

melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.

Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas (Harold S. Koplewich, 2005). Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas (Anas Tamsuri, 2007). Dalam postingan kali ini, kita akan berfokus pada penggunaan teknik kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh.

B Rumusan Masalah

1.Menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh? 2.Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?

(3)

C.Tujuan

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Kebutuhan dasar keperawatan “menjelaskan konsep keseimbangan suhu tubuh”

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kosep Dasar

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya

perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid.

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer.

2.2. Kulit sebagai Pengatur Suhu

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis

arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

2.3. Macam – macam suhu tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :

(5)

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36  – 37,5°C

Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5  – 40°C

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan

(surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh

1. Aktivitas

 Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3  – 40,0 °C.

2. Gangguan organ.

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa  jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu

tubuh terganggu.

3. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

(6)

4.Emosi

Saat emosi tidak setabil misalnya dalam keadaan marah akan menyebabkan meningkatnya suhu tuhuh.Sedangkan apatis dan depresi menyebabkan menurunya suhu tubuh.

5.Waktu

Bervariasi 1,1-1,6 C

6. Jenis Kelamin

Wanita biasanya lebih baik dalam mengisolasi panas dan menjaga suhu

internal.Peningkatan progesteron selama ovulasi menyebabkan perubahan suhu sekitar 0,3-0,5 C.

2.5. Keseimbangan Suhu Tubuh

Panas secara terus menerus di hasilkan dalam tubuh sebagai efek hasil metabolisme dan panas secara terus menerus di buang di lingkungan sekitar.

Pembentukan panas akan sesui dengan laju hilangnya panas pada orang yang mempunyai keseimbangan panas.

Pembentukan yang terlebih→Panas tubuh meningkat→Temperatur tubuh meningkat.

Kehilangan yang terlebih→Panas tubuh menurun sehinga temperatur tubuh menurun.

Produksi panas→Banyak dihasilkan organ dalam terutama hati,otak,jantung,dan otot rangka.

(7)

2.6. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit

a. Radiasi

Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas

inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5  – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.

Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.

b. Konduksi

Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.

c. Evaporasi

vaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari. Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

(8)

d. Konveksi

Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akanàmenjadi dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.

(9)

ASUHAN KEPERAWATAN

 A. Pengkajian

I. IDENTITAS PASIEN

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

II.RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan panas sudah 2 hari, muntah 3x

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang dengan diantar keluarganya dengan keluhan panas, pusing, mual muntah 3x, semula di rumah sudah diperiksakan ke mantri setempat, tetapi karena panas lagi maka segera dibawa ke rumah sakit.

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini dan tidak pernah dirawat di rumah sakit, hanya pilek atau batuk dan biasanya diperiksakan ke mantri setempat. Tidak ada riwayat alergi.

Pasien mendapat immunisasi lengkap yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, DT dan Hepatitis.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

 Anggota keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini dan tidak ada penyakit herediter yang lain.

(10)

III.POLA KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI

1. Pola Nutrisi

2. Pola Eleminasi

3. Pola Istirahat - Tidur

4. Pola Aktivitas

IV. PENGKAJIAN PSIKO - SOSIO - SPIRITUAL

1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.

2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.

3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.

V. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : pasien tampak lemah.

b. Kesadaran : composmentis.

c. Kepala : normochepalic, rambut hitam, pendek dan lurus dengan penyebaran yang merata.. Tidak ada lesi.

d. Mata : letak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

e. Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.

f. Mulut : tidak ada stomatitis, bibir tidak kering.

- gigi : kotor dan terdapat caries

- lidah : kotor

(11)

h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.

i. Dada : simetris, pernapasan vesikuler.

 j. Abdomen : nyeri tekan pada epigastrium.

k. Ekstremitas :

- atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.

- bawah : tidak ada lesi

l. Anus : tidak ada haemorroid.

m. Tanda - tanda Vital :

Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi : 120 x/menit Suhu : 39° C Respirasi : 24 x/menit VI.PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil Laboratorium a. Hematologi Hb : Entrosit : Leukosit : Trombosit :

(12)

B. Diagnosa keperawatan

Setelah data-data terkumpul kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan.

1. Diagnosa keperawatan yang muncul dalam tinjauan kasus yang ada dalam pathway :

2. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.

4. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi.

Diagnosa keperawatan yang tidak ada dalam kasus nyata tetapi dalam teori ada, yaitu:

Diare berhubungan dengan inflamasi usus.

C. Perencanaan

Pada tahap-tahap perencanaan asuhan keperawatan pada An. S dengan Typhus  Abdominalis meliputi penentuan prioritas, penentuan tujuan dan menentukan tindakan

keperawatan

Dalam menentukan tujuan yang akan dicapai, unsur-unsur tujuan yang digunakan yaitu spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik dan waktu pencapaianya juga perlu menentukan kriteria hasil. (Budi Anna Kelliat,1996)

Diagnosa keperawatan pertama, tujuan yang ingin dicapai adalah suhu tubuh menjadi normal kembali setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan dengan kriteria waktu tersebut tidak terjadi kekurangan cairan karena perspirasi yang meningkat yang akan menyebabkan kondisi tubuh makin lemah.

Rencana tindakannya antara lain dengan mengukur tanda-tanda vital, yang ditekankan pada pengukuran suhu untuk memantau penurunan suhu dengan tidak mengabaikan

(13)

Kompres dingin dan pemberian minum yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang lewat penguapan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti piretik, untuk menurunkan suhu.

Diagnosa keperawatan ke dua, dengan kritenia waktu 1 x 24 jam diharapkan pasien tidak mual dan tidak muntah sehingga dapat menghabiskan porsi makannya dengan evaluasi terakhir terjadi kenaikan berat badan.

Penulis membuat rencana tindakan dengan melibatkan keluarga dalam memberikan makanan yang disukai pasien dalam batas diet, melakukan penimbangan berat badan tiap hari untuk mengetahui status gizi pasien sehingga dapat dilakukan tindakan keperawatan lebih lanjut dan memudahkan dalam pemberian terapi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti emetik untuk mencegah rasa mual dan muntah, serta pemberian cairan parenteral sebagai penambah asupan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

Diagnosa keperawatan ke tiga, tujuan yang ingin dicapai nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, karena kalau tidak cepat diatasi akan mengganggu aktifitas pasien. Dengan rencana tindakan yang lebih memfokuskan pada pengajaran tehnik relaksasi dan distraksi serta latihan nafas dalam saat nyeri. Juga kompres dingin pada daerah yang nyeri karena dengan vasokontriksi dapat memblok rasa nyeri.

Pemberian diet lunak dimaksudkan pada pasien Typhus Abdominalis terdapat tukak-tukak pada usus halus sehingga tidak terjadi pendarahan atau perforasi usus.

Diagnosa keperawatan ke empat, tujuan yang hendak dicapai adalah perawatan diri terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan sekitar 20 menit.

D. IMPLEMENTASI

Pada diagnosa keperawatan yang pertama, semua rencana tindakan dapat dilakukan seluruhnya. Pada saat kompres seharusnya dilakukan pada lipatan ketiak, lipat paha dan dahi yang banyak pembuluh darahnya tetapi hanya dilakukan di dahi karena pasien merasa risih. Mengukur tanda-tanda vital dilakukan setiap 6 jam sekali. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan anti piretik (paracetamol 3 x 500 mg) dan anti biotik (injeksi ampicillin 2 x I gr). Injeksi antibiotik dilakukan sampai hari ke-6 dan diganti anti biotik oral (amoxilin 3 x 500 mg).

(14)

Dalam diagnosa keperawatan ke dua, diberikan cairan parenteral (dextrose 5% 20 tetes/menit) dan anti emetik (primperan 1/2 cth). Semua tindakan dapat dilakukan bersama perawat dan keluarga terutama dalam memberikan makanan tambahan.

Untuk diagnosa keperawatan yang ketiga dan kelima rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan sepenuhnya.

Kompres dingin, tehnik relaksasi dan distraksi dilakukan pasien men jelang tidur agar atau saat nyerinya datang dapat beristirahat dengan cukup dan untuk mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa keperawatan yang ke empat dilakukan tidak hanya sekali, tetapi setiap pagi dan sore selama pasien dirawat.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi digunakan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dari keseluruhan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Hypertermi berhubungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus.

Masalah dapat diatasi sepenuhnya tanggal 13 Juli 2005, suhu tubuh kembali normal menjadi normal 37°C dan tetap diobservasi sampai pasien diperbolehkan pulang.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang.

Masalah dapat teratasi pada tanggal 16 Juli 2005 dengan kenaikan berat badan pasien yang semula 24 kg menjadi 24,1 kg

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus.

Masalah dapat teratasi sepenuhnya pada tanggal 14 Juli 2005, dari skala nyeri 3 menjadi skala nyeri 0. Rencana tindakan dihentikan.

(15)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis

arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.

Bila tubuh merasa panas, ada kecendrungan tubuh meningkatkan kehilangan panas ke lingkungan; bila tubuh merasa dingin, maka kecendrungannya menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi  – konveksi sangat di tentukan oleh perbadaan suhu antara kilit dan lingkungan eksterna.

3.2. Saran

Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah “Keperawatan

Integumen”. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

 Atkinson ,Fundamental of Nursing,1997

Carpeniton,Lynda Juall,Diagnosa Keperawatan,Aplikasi pada praktik,edisi6,EGC,Jakarta,1999

Referensi

Dokumen terkait

Menggigil, yang meningkatkan produksi panas dari otot, bisa dimulai pada saat yang sama, tapi menggigil tidak terjadi jika mekanisme pembentukan panas sudah cukup meningkatkan

Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan

dalam bentuk mengigil serta pengeluaran panas dikurangi dan suhu tubuh menjadi turun, sedangkan mekanisme penurunan suhu tubuh dari tindakan sponge bath yaitu dengan

dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh dengan cara menurunkan produksi panas dan

Sistem kekebalan tubuh merupakan sistem pertahanan yang berperan dalam mengenal benda-benda asing atau selevel yang merugikan tubuh, menghancurkan serta

Artikel jurnal yang digunakan dalam penyusunan literatur review , Analisis Efektivitas Penerapan Terapi Sentuhan dan Musik Lullaby Terhadap Peningkatan Suhu Tubuh

Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada anak demam typoid dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh di RSUD kota Salatiga

A, M.Kes Penanggung Jawab PENGERTIAN Mengukur tubuh adalah kegiatan pengukuran suhu tubuh yang merupakan derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai keseimbangan