• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding 4 Pendidikan analisis pengujian implementasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prosiding 4 Pendidikan analisis pengujian implementasi "

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Muatan Lokal… (Dini Amaliah)

BAGIAN 4. PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Dini Amaliah

Universitas Indraprasta PGRI Jakarta dini230612@gmail.com

Abstrak

Pelaksanaan muatan lokal harus benar-benar memperhatikan karakteristik lingkungan daerah dan juga kebutuhan daerah tersebut. Hal ini bertujuan sebagai usaha pengenalan pemahaman dan pewarisan nilai karakteristik daerah kepada peserta didik. Peserta didik juga diharapkan tidak saja memiliki pengetahuan secara akademis berupa pengetahuan global seperti yang diharapkan, tetapi juga mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai sosio-kultural yang melingkupi peserta didik. Konsep muatan lokal tersebut sesuai dengan konsep trikon yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu salah satunya konsentris, yang berarti setelah bersatu dan berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, jangan kehilangan kepribadian sendiri. Muatan lokal berarti penguat sumber daya manusia Indonesia akan kecintaan dan nilai lokal daerah sebagai bentuk pertahanan diri dalam menerima arus global. Sehingga muatan lokal menjadi salah satu strategi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kekuatan informasi, pengetahuan dan budaya luar akan menjadi tambahan kekuatan bangsa tanpa mengurangi, mengaburkan bahkan menghilangkan kecintaan peserta didik akan nilai sosio-kultural bangsa dan juga daerahnya. Makalah ini berupaya menjelaskan peranan penting muatan lokal dalam menghadapi MEA dengan metode conceptual paper, yaitu melalui kajian bersifat kualitatif melalui pengumpulan jurnal deskriptif dan literatur.

Kata kunci: Muatan lokal, Strategi, MEA

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk salah satu negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atauASEAN Economic Community(AEC) yang akan bergulir mulai akhir tahun 2015 ini. MEA merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah disebut dalam Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Dengan adanya MEA terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.

(2)

satu caranya dengan menguatkan kepala sekolah, guru dan orang tua. Karena kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang lain. Selain itu peningkatan kemampuan peserta didik dalam bidang kewirausahaan juga merupakan bekal dalam menghadapi persaingan MEA. Langkah strategis lain dalam bidang pendidikan adalah menerapkan pendidikan berkarakter sebagai daya tahan dalam menghadapi MEA melalui pengembangan kurikulum baik intra maupun ekstra kurikuler.

Pengembangan kurikulum diperlukan juga dalam menghadapi dampak negatif dari MEA. Melalui kurikulum yang tidak hanya bersifat global namun lokal maka dampak negatif MEA dapat dibendung. Salah satu upayanya dengan pengembangan kurikulum muatan lokal (MULOK) yang sudah dilakukan dalam pendidikan di Indonesia. Pengembangan MULOK merupakan pengembangan konsep pendidikan yang sesuai dengan konsep dari Ki Hajar Dewantara yaitu Trikon. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran budaya manusia. Upaya kebudayaan (pendidikan) dapat ditempuh dengan sikap (laku) yang dikenal dengan teori Trikon, yaitu kontinuitas berarti bahwa garis hidup sekarang harus merupakan lanjutan dari kehidupan pada zaman lampau berikut penguasaan unsur tiruan dari kehidupan dan kebudayaan bangsa lain; konvergensi berarti harus menghindari hidup menyendiri, terisolasi dan mampu menuju ke arah pertemuan antar bangsa dan komunikasi antar negara menuju kemakmuran bersama atas dasar saling menghormati, persamaan hak, dan kemerdekaan masing-masing; dan konsentris berarti setelah bersatu dan berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, jangan kehilangan kepribadian sendiri. Bangsa Indonesia adalah masyarakat merdeka yang memiliki adat istiadat dan kepribadian sendiri. Meskipun kita bertitik pusat satu, namun dalam lingkaran yang konsentris itu kita masih tetap memiliki lingkaran sendiri yang khas yang membedakan Negara kita dengan Negara lain.

(3)

Pengembangan Muatan Lokal… (Dini Amaliah)

Berdasarkan hal tersebut, tujuan MULOK secara filosofis merupakan pengembangan dari konsep primordial yaitu menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme sebagai wujud rasa cinta terhadap bangsa Indonesia. Nasionalisme yang ada pada diri setiap peserta didik dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kuat, kokoh dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang baik yang muncul dalam diri bangsa maupun dari luar seperti MEA.

Selain itu, MULOK bertujuan dalam pengembangan edukatif dan psikologis peserta didik. Dengan MULOK pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) dapat terwujud, karena dengan PAIKEM materi pembelajaran dapat mudah diserap peserta didik dan dapat mewujudkan pembelajaran sejati yang merupakan bagian dari pembelajaran holistik yang dikemukakan oleh Prof. Dr. M. Surya yaitu bahwa pembelajaran sejati bersifat nyata, dekat, dikenal, alami dan natural, yang merupakan kesatuan dari konsep MULOK. Pembelajaran sejati inilah yang akan mewujudkan SDM berkualitas dan siap menghadapi tantangan dan peluang bangsa. Penulisan paper ini bertujuan untuk menelaah pengembangan konsep kurikulum muatan lokal di sekolah dan menginternalisasi peran pengembangan konsep muatan lokal dalam diri peserta didik sebagai upaya dalam menghadapi MEA.

KONSEP KURIKULUM MUATAN LOKAL

Dalam hal ini, beragam pandangan telah dikemukakan sejumlah pakar. Namun, dalam bagian ini hanya akan dikemukakan beberapa definisi yang telah diajukan. Tirtarahardja dan La Sula mengungkapkan bahwa kurikulum muatan lokal adalah …suatu program pendidikan yang isi dan media dan strategi penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah (Iim Wasliman, 2007: 209). Yang dimaksud dengan isi adalah materi pelajaran yang dipilih dan lingkungan dan dijadikan program untuk dipelajari oleh murid di bawah bimbingan guru guna mencapai tujuan muatan lokal. Media penyampaian ialah metode dan berbagai alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal. Jadi isi program dan media penyampaian materi lokal diambil dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik.

Menurut Mulyasa kurikulum muatan lokal adalah kegiatan kurikuler yang mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. (Mulyasa, 2009: 256) Substansi Muatan lokal ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan. Pendapat ini tampaknya menganggap bahwa kurikulum muatan lokal hanya bisa diakomodasi melalui kegiatan yang terpisah dengan mata pelajaran.

(4)

lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal dalam kehidupan(life skill).

Dengan demikian, kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada standar isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Tujuan penyelenggaraan dan pelaksanaan muatan lokal dalam kurikulum yaitu terdiri dari tujuan langsung dan tak langsung. (Abdullah Idi, 1999: 180) Tujuan langsung meliputi bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid, sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya, dan murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya. Sedangkan tujuan tak langsung meliputi: murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenal daerahnya, murid diharapkan dapat menolong orangtuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan murid menjadi akrab dengan lingkungan dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan di mana bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan. Untuk melaksanakan pengembangan, langkah-langkah yang ditempuh yaitu menyusun perencanaan muatan lokal, melaksanakan pembinaan, dan merencanakan pengembangan. (Dakir, 2010: 119)

Dalam menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber seperti pengajar, metode, media, dana dan evaluasinya. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan, langkah-langkahnya dapat ditempuh yaitu mengaidentifikasi segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal, menyeleksi bahan muatan lokal, menyusun silabus yang bersangkutan, mencari sumber bahan tertulis maupun tidak tertulis, dan mengusahakan sarana/ prasarana yang relevan dan terjangkau.

(5)

Pengembangan Muatan Lokal… (Dini Amaliah)

Pada pengembangan muatan lokal ada yang bersifat untuk jangka jauh dan untuk jangka pendek. Pengembangan jangka jauh dilaksanakan secara berurutan dan berkesinambungan dari berbagai muatan lokal yang pernah ada di sekolah-sekolah bawahnya. Sedangkan di perguruan tinggi akan lebih tepat diistilahkan dengan “program khusus”, yang akan menjadi ciri khas bagi setiap perguruan tinggi yang bersangkutan. Perkembangan muatan lokal dalam jangka jauh yaitu melatih keahlian dan keterampilan para siswa yang sesuai dengan harapan nantinya. Dapat membantu dirinya sendiri, keluarga, masyarakat yang akhirnya dapat membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karenanya, perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara sistematik oleh keluarga, sekolah dan masyarakat setempat dengan perantara pakar-pakar pada intansi terkait, baik negeri maupun swasta. Perkembangan tersebut dapat dilaksanakan dengan pola Trikon teori oleh Ki Hajar Dewantara yaitu muatan lokal diambilkan dari bahan setempat (Konsentris), kemudian berjalan terus makin meningkat sesuai dengan perkembangan peserta didik menuju ke daerah-daerah yang lain (Kontinyu) akhirnya meskipun setiap sekolah memulai dari sentrisnya masing-masing tetapi kalau semua sekolah melaksanakan secara kontinyu akibatnya akan terjadi kesamaan bahan yang dipelajari oleh semua peserta didik di Indonesia (Konvergensi). Jadi dengan kata lain untuk muatan lokal di sekolah dasar bersifat konsentris kemudian dilaksanakan secara kontinyu di sekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi di sekolah menengah atas.

Sedangkan pengembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian menyusun silabusnya dan direvisi setiap saat. Dalam pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu perluasan muatan lokal dan pendalaman muatan lokal. (Dakir, 2010:123)

Perluasan muatan lokal pada dasarnya ialah bahan muatan lokal yang ada di daerahnya itu yang terdiri dari berbagai jenis muatan lokal. Sedangkan pendalaman muatan lokal adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai lanjutan. Oleh karena itu pelajaran ini diberikan pada siswa yang sudah dewasa.

Landasan pengembangan muatan lokal adalah keberadaannya sebagai salah satu isi dan struktur kurikulum yang harus diberikan pada tingkat dasar dan menengah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa Sekolah Dasar dan Menengah terdiri dari mata pelajaran pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan, bahasa; matematika; ilmu pengetahuan alam; Ilmu Pengetahuan Sosial; Seni dan Budaya; Pendidikan Jasmani dan Olahraga; Keterampilan/Kejuruan; dan muatan lokal (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 ayat 1).

(6)

yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran muatan lokal dalam standar isi dilandasi kenyataan bahwa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Adapun landasan pengembangan muatan lokal tercantum pula pada UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. (Rusman, 2009:404).

KONSEP MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnyaASEAN Second Informal Summit.Inisiatif ini kemudian diwujudkan dalam bentukroadmapjangka panjang yang bernamaHanoi Plan of Actionyang disepakati pada 1998.

Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN. Selama hampir dua dekade, ASEAN terdiri dari hanya lima negara - Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang pendiriannya pada tahun 1967. Negara-negara Asia Tenggara lainnya yang tergabung dalam waktu yang berbeda yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), dan Kamboja (1999).

Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastruktur, dan sektor industri. Dalam menghadapi MEA, Pemerintah Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik, Pengembangan Investasi, dan Pengembangan Perdagangan (www.fiskal.depkeu.go.id). Selain hal tersebut masing-masing Kementerian dan Lembaga berusaha mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah strategis.

(7)

Pengembangan Muatan Lokal… (Dini Amaliah)

Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, meningkatkan standar mutu pendidikan salah satunya dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru, dan orang tua. Menurutnya, kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang baik. Guru juga perlu dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah pola pikir guru.

Menurut Julipah dalam makalahnya mengenaiMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015pendekatan yang mampu dioptimalkan untuk menghadapi tantangan MEA 2015 ke depan khususnya di bidang pendidikan yaitu: pendidikan merupakan hal yang terpenting untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat khususnya di kawasan Indonesia Timur. Sebagai usaha untuk meningkatkan daya saing dengan penduduk dari asal negara asing lainnya, penting untuk pemerintah daerah maupun pusat untuk lebih memberikan perhatian kepada masalah pendidikan. Penyuluhan sebagai langkah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat setempat pun perlu dilakukan untuk memberikan kemudahan mengelola kekayaan alam kawasan Indonesia Timur.

PERAN MUATAN LOKAL DALAM MENGHADAPI MEA

Pemerintah melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Salah satu aspek yang dilakukan dalam strategi menghadapi MEA dengan pengembangan kurikulum adalah pengembangan kurikulum muatan lokal. Pengembangan kurikulum muatan lokal ada yang bersifat untuk jangka jauh dan untuk jangka pendek.

Pengembangan jangka jauh dilaksanakan secara berurutan dan berkesinambungan dari berbagai muatan lokal yang pernah ada di jenjang sekolah dasar sampai menengah, seperti yang dilakukan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nusa Tenggara Barat, dengan berupaya menerapkan kurikulum muatan lokal melalui peningkatan kemampuan berbahasa Inggris. Menurut H Wildan di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) republika.co.id (April, 2015) menilai masih lemahnya penguasaan bahasa Inggris akan menjadi kendala dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Penguasaan bahasa Inggris menjadi kendala dalam menghadapi persaingan MEA yang akan diberlakukan mulai akhir 2015.” Penguasaan bahasa Inggris, menurutnya menjadi salah satu persyaratan utama dalam perekrutan tenaga kerja di setiap perusahaan, baik milik pemerintah maupun swasta, terutama perusahaan asing. Hal ini senada yang dilakukan di DKI Jakarta, bahwa pengembangan kurikulum 2013 semakin menambah sarat pentingnya muatan lokal di sekolah, seperti yang diungkapkan dalam replubika.co.id (Desember, 2013) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto menekankan bahwa bahasa Inggris akan dijadikan muatan lokal dalam kurikulum baru. “Jadi, di Jakarta, bahasa Inggris justru akan menjadi mata pelajaran wajib sebagai tambahan dari desain minimal yang ditawarkan Pusat. Begitu juga dengan Penjaskes.”

(8)

sesuai dengan yang dilakukan Universitas Indraprasta PGRI dalam mengembangkan budaya daerah dengan melaksanakan pagelaran wayang orang dan kulit sebagai bentuk pelestarian budaya di mana mahasiswa dan dosen ikut aktif baik sebagai penari, pemain dan pelakon.

Perkembangan muatan lokal dalam jangka jauh dapat dilaksanakan dengan pola Trikon teori oleh Ki Hajar Dewantara yaitu konsentris, kontinyu dan konvergensi dalam muatan lokal seperti yang diuraikan dalam jurnal humaniora oleh Nunung Sri Wahyuni (2013) menjelaskan pengembangan muatan lokal melalui membatik di SMA Situbondo, hasil penelitiannya menyatakan bahwa penetapan muatan lokal membatik merupakan keputusan sekolah dengan tujuan mensukseskan program pemerintah kabupaten Situbondo melestarikan dan mengembangkan budaya lokal khususnya batik situbondo, memberikan bekal keterampilan, dan peluang usaha. Selain itu implementasi muatan lokal membatik terlaksana secara optimal serta minat wirausaha siswa tinggi setelah mengikuti mulok membatik.

Muhammad Nur Farid dalam jurnal komunitas Unnes (2012) mengkaji bagaimana pelaksanaan muatan lokal batik tulis Lasem pada tingkat sekolah dasar di Kecamatan Lasem sebagai bentuk pelestarian budaya lokal. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan muatan lokal batik tulis Lasem pada kelas empat dan kelas lima. Muatan lokal tersebut berhasil menanamkan kepedulian dan kecintaan anak-anak pada batik tulis Lasem.

Contoh lain dalam pengembangan muatan lokal jangka jauh adalah penetapan keluasan waktu belajar dalam pelaksanaan muatan lokal di Surabaya dengan menetapkan Jumat Jawa (JJ). DKI Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia juga telah menerapkan muatan lokal dengan menetapkan pakaian daerah untuk dipakai guru sebagai langkah memperkenalkan dan menumbuhkan kecintaan pada budaya daerah.

Berbagai upaya yang dilakukan dalam dunia pendidikan untuk menghadapi tuntutan dan tantangan dalam menghadapi MEA dengan pengembangan kurikulum muatan lokal baik melalui penerapan bahasa Inggris untuk mengadaptasi tuntutan MEA, maupun dengan menguatkan budaya daerah sebagai pondasi budaya nasional seperti penerapan muatan lokal Jumat Jawa, membatik, bahasa Sunda dan lain sebagainya. Hal ini penting sehingga kecintaan peserta didik akan daerahnya menjadi penguat dalam menghadapi MEA, yaitu peserta didik menjadithink globally act locally.

(9)

Pengembangan Muatan Lokal… (Dini Amaliah)

Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi dasar pengembangan muatan lokal yang terinternalisasi tidak hanya untuk peserta didik namun juga bagi pendidiknya. Guru dituntut untuk dapat menggunakan sumber daya ada (lingkungan) dalam pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran menjadi optimal dan kontekstual. Pembelajaran yang kontekstual merupakan salah satu strategi dalam menerapkan muatan lokal di dalam semua materi pembelajaran. Pembelajaran kontekstual dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan berbagai variasi metode, sumber dan alat/ media pembelajaran.

Dalam pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu perluasan muatan lokal dan pendalaman muatan lokal. Perluasan muatan lokal pada dasarnya ialah bahan muatan lokal yang ada di daerahnya itu yang terdiri dari berbagai jenis muatan lokal. Sedangkan pendalaman muatan lokal adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian diperdalam sampai lanjutan. Perluasan dan pendalaman muatan lokal yang dimaksud salah satunya dengan penguasaan bahasa daerah selain bahasa asing. Melalui muatan lokal seperti yang diungkapkan Kompas (26 Maret 2015) adalah sebagian bahasa daerah di Nusantara semakin terancam punah, terutama akibat minimnya tradisi pengajaran lintas generasi. Hal ini merugikan bangsa Indonesia karena keanekaragaman bahasa, sebagai salah satu unsur penting pembentuk kebudayaan, menjadi semakin berkurang. Ini merupakan tantangan besar khususnya dalam menghadapi MEA. Salah satu cara yang wajib ditempuh adalah dengan mengembangkan muatan lokal bahasa daerah sebagai wujud penanaman nilai budaya daerah.

Penerapan muatan lokal bahasa daerah di sekolah yang dilakukan selama ini perlu dipertahankan untuk menjaga bahasa daerah agar tidak punah karena bahasa daerah merupakan identitas suatu bangsa. Dalam pelaksanaannya perlu dibuat sebagai mata pelajaran mandiri mengingat karakteristiknya yang tidak dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran strategi belajar dan pembelajaran, sebagaimana yang dilakukan Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Adapun landasannya, sebagaimana surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat No. 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013 perihal Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, dengan demikian pembelajaraan muatan lokal Bahasa Daerah tetap diakomodir dalam Kurikulum 2013 di Jawa Barat dengan pilihan bahasa yaitu Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon dan Bahasa Melayu Betawi. (Bambang Sugiharto, 2013)

SIMPULAN

(10)

kurikulum yang dilakukan adalah dengan pengembangan kurikulum muatan lokal di mana karakteristik dan ciri daerah ditingkatkan dan penguasaan akan pengetahuan global juga dioptimalkan. Muatan lokal dapat menumbuhkan kecintaan peserta didik sebagai penerus bangsa akan nilai-nilai sosio kultural daerahnya dan negerinya. Selain itu nilai moral yang terkandung pada setiap daerah dapat ditumbuhkan dalam diri peserta didik maupun pendidik. Nilai moral inilah yang menjadi ciri dan bekal bangsa dalam menghadapi tuntutan dan tantangan masa depan.

Pengembangan muatan lokal yang telah dilaksanakan di Indonesia merupakan salah satu strategi jitu dalam menghadapi MEA. Dengan pelaksanaan MEA, melalui muatan lokal bangsa Indonesia dapat merubah tantangan menjadi peluang. Dampak negatif MEA dapat diubah menjadi positif yaitu semakin menjadikan bangsa Indonesia kuat, kokoh dan tegar.

Adapun pelaksanaan muatan lokal yang sudah berlangsung sekian lama di Indonesia sebagai salah satu langkah strategis menghadapi MEA, masih perlu untuk terus diperbaiki dan dikembangkan. Minimnya evaluasi pelaksanaan muatan lokal menjadi hal yang harus dipikirkan. Evaluasi muatan lokal penting untuk pengembangan kurikulum yang adaptif dengan perkembangan global. Oleh karena itu, penelitian ini pun perlu dikembangkan sampai tahap evaluasi pelaksanaan muatan lokal, untuk mengetahui seberapa jauh muatan lokal sudah dilaksanakan. Dengan begitu, pelaksanaan muatan lokal menjadi optimal dan tepat sasaran serta dapat menginternalisasi ke dalam diri bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Dakir, Haji. (2010).Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Idi, Abdullah. (1999). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Jakarta: Gaya Media

Pratama.

Iim Wasliman. (2007). Modul Problematika Pendidikan Dasar. Bandung: Pps Pendidikan Dasar UPI.

Kompas. (2012). Bahasa Daerah Terancam: Sebagian dari 749 Bahasa di Nusantara kian Kehilangan Penutur. Maret 2015, halaman 12. Jakarta.

Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian guru dan Kepala Sekolah, Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Munawaroh, Julipah Al. (2015). Makalah: Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. http://www.academia.edu/9060383/masyarakat_ekonomi_ASEAN_2015_MEA_20 15_ diakses 23 Mei 2015.

Nasir, Muhammad. (2013). Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Dalam Konteks Pendidikan Islam di Madrasah. Jurnal Studi Islamika, 10(1), 1-18. http://www.jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/view/12, diakses 23 Mei 2015.

(11)

Pengembangan Muatan Lokal… (Dini Amaliah)

Sociology And Anthropologhy), 4(1) Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Nju/Index.Php/ Komunitas/Article/View/2400

Putra, Yudha Manggala P. (2015). Penguasaan Bahasa Inggris Dinilai Kendala Hadapi MEA. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/04/14/nmsfq9-penguasaan-bahasa-inggris-dinilai-kendala-hadapi-mea, diakses pada 14 April 2015

Rachman Taufik. (2012). Pengamat: Bahasa Inggris Jadi Muatan Lokal Saja. http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/12/10/22/ mca72n pengamat-bahasa-inggris-jadi-muatan-lokal-saja, diakses 23 Mei 2015. Rusman. (2009).Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiharto, Bambang. (2013). Penerapan Bahasa Daerah pada Kurikulum 2013 di Jawa Barat. http://bahasa.kompasiana.com/2013/11/28/penerapan-bahasa-daerah-pada-kurikulum-2013-di-jawa-barat-613871.html, diakses 24 Mei 2015.

Suroso, G.T. (2015). Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Perekonomian Indonesia. http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan

(12)

MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

Bernadus Gapi Universitas Negeri Surabaya bernadusgapi15@yahoo.com Abstrak

Artikel bertujuan untuk mengetahui cara dalam membangun kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Artikel ini berupa hasil pemikiran penulis, analisis ilmiah, dan kajian teori. Dari hasil pemikiran, analisis ilmiah dan kajian teori, disimpulkan bahwa cara membangun kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan menggunakan strategi berupa tekanan dan apresiasi pada setiap pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Tekanan dapat berupa aturan dan sanksi sebagai salah satu aspek pendorong dalam motivasi yakni “mencoba dengan keras”, sedangkan apresiasi dapat berupa pujian dan pemberian simbol penghargaan. Penggunaan strategi membangun kepercayaan diri siswa berupa tekanan dan apresiasi terhadap siswa sangat tergantung dari waktu dan kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, antara lain; pada saat siswa dengan kondisi sangat pasif sampai pada kondisi pasif menggunakan unsur tekanan, pada saat siswa aktif menggunakan unsur apresiasi, dan pada saat siswa hiper aktif dapat menggunakan unsur tekanan.

Kata kunci: Kepercayaan diri, Kegiatan ekstrakurikuler, strategi, tekanan, apresiasi

PENDAHULUAN

Sasaran penerapan Kurikulum 2013 adalah untuk mewujudkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa sebagai peserta didik. Ketiga kompetensi dasar tersebut selanjutnya diharapkan dapat membangun kesiapan bagi generasi muda dalam menghadapi MEA. Untuk mendukung terwujudnya pencapaian ketiga kompetensi tersebut, khususnya sikap dan keterampilan siswa serta dalam menyikapi MEA Tahun 2015, maka salah satu hal yang teramat penting untuk diperhatikan oleh lembaga sekolah dalam mendukung program kurikuler adalah kepercayaan diri siswa. Membangun kepercayaan diri siswa bertujuan agar siswa memiliki keberanian dalam mengekspresikan ide, pemikiran, serta gagasan baik secara abstrak maupun mewujudnyatakan dalam ranah konkret yang selanjutnya dapat membantu berkembangnya prestasi belajar siswa. Hal ini senada dengan pendapat Soesarsono Wijandi (1999:33) bahwa Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan.

(13)

Membangun Kepercayaan Diri… (Bernadus Gapi)

dirinya dan “optimis” terhadap konsekuensi tindakannya serta “siap menerima” respon dan penilaian pihak lain. Sejalan dengan itu, Angelis (2007:10) mengenai percaya diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segalanya yang kita inginkan dan butuhkan dalam hidup. Percaya diri terbina dari keyakinan diri sendiri, sehingga kita mampu menghadapi tantangan hidup apapun dengan berbuat sesuatu.

Membangun kepercayaan diri siswa amatlah penting. Siswa sejatinya merupakan sosok anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap proses untuk mendapatkan kematangan dan kemajuan dirinya sehingga proses yang dimaksud adalah proses belajar. Dalam proses belajar tersebut siswa akan menemukan kekurangan dan kelebihan dirinya demi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kompetensi diri. Untuk itu penting bagi siswa untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya untuk dapat menemukan kekurangan dan kelebihan tersebut. Siswa yang aktif dan percaya diri akan mudah menemukan dua hal tersebut dibandingkan dengan siswa yang cenderung pasif dan minder dalam proses pembelajaran.

Membangun kepercayaan diri siswa dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan di luar mata pelajaran wajib yang bertujuan untuk pengembangan diri siswa. Hakim (2002:122) menjelaskan bahwa rasa percaya diri siswa di sekolah bisa dibangun melalui berbagai macam bentuk kegiatan, yang salah satunya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selanjutnya

Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002:291) yaitu:” suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang jika diprogramkan dan dijalankan dengan baik dan benar maka kepercayaan diri siswa akan terbentuk dan dapat mendukung kemajuan prestasi belajar serta perkembangan kepribadian siswa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka ditarik rumusan masalah, yakni “bagaimana cara membangun kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler?”, dan bertujuan untuk mengetahui cara membangun kepercayaan diri siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Kepercayaan Diri dan Pengertian Percaya Diri

(14)

Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut di mana ia merasa memiliki kompetensi, yakni mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Menurut (Aunurrahma 2009) Percaya diri adalah salah satu kondisi psikologi seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah sikap positif yang dimiliki seorang individu yang membiasakan dan memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri, mapun lingkungan serta situasi yang dihadapi untuk meraih apa yang diinginkan.

Konsep Kegiatan Ekstrakurikuler

Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002:291) yaitu;” suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan di luar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka.

Menurut Oemar Hamalik (2004: 181), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat pedagogis dan menunjang pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/ madrasah (Anifral Hendri, 2008: 1-2).Pengertian di atas menekankan bahwa kegiatan ekstrakurikuler untuk membantu pengembangan peserta didik dan pemantapan pengembangan kepribadian siswa yang salah satunya adalah membangun kepercayaan diri.

(15)

Membangun Kepercayaan Diri… (Bernadus Gapi)

kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum. Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di luar sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran bukanlah kegiatan ekstrakurikuler.

Sehubungan dengan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang menekankan kepada kebutuhan siswa agar menambah wawasan, sikap dan kepribadian siswa khususnya kepercayaan diri siswa baik di luar jam pelajaran wajib serta kegiatannya dilakukan di dalam dan di luar sekolah

Tujuan kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan yang tercantum dalam Permendiknas No. 81A Tahun 2013, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.

2. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

Ada empat fungsi yang melekat dalam kegiatan ekstrakurikuler: pertama, pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. Kedua,sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung-jawab sosial peserta didik. Ketiga, rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. Keempat, persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik

Dari tujuan dan manfaat kegiatan ekstrakurikuler dapat terlihat sangat jelas arahnya yakni untuk meningkatkan kemampuan dan pengembangan pribadi siswa sehingga kepercayaan diri siswa dimaksud menjadi salah satu aspek penting yang akan timbul dalam diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Untuk itu dalam implementasinya perlu memperhatikan cara-cara dalam membangun kepercayaan diri siswa.

Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, maka menurut Anifral Hendri (2008: 2–3), mengemukakan pendapat umumnya mengenai beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler dalam beberapa bentuk yaitu:

(16)

2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

3. Latihan/lomba keberbakatan/ prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.

4. Seminar, lokakarya, dan pameran/ bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

5. Olahraga, yang meliputi beberapa cabang olahraga yang diminati tergantung sekolah tersebut, misalnya: Basket, Karate, Taekwondo, Silat, Softball, dan lain sebagainya.

Prinsip-prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat, minat peserta didik masing-masing.

2. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.

3. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.

4. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.

5. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.

6. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

Format kegiatan ekstrakurikuler

1. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan.

2. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.

3. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik dalam satu kelas.

4. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh pesert didik antar kelas atau antar sekolah.

5. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan

Penguatan Paradigma dan Membangun Model Kegiatan Ekstrakurikuler

(17)

Membangun Kepercayaan Diri… (Bernadus Gapi)

dipandang hanya sekedar kegiatan sampingan yang sifatnya rutinitas dan tidak terkontrol dengan baik melainkan sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kegiatan intrakurikuler. Hadirnya Permendiknas No. 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan dan Permendiknas No. 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menegaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler menjadi salah satu inti kurikulum dan layanan pendidikan sekolah yang tidak boleh ditinggalkan.

Untuk dapat membangun kepercayaan diri siswa dalam pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler maka sangatlah penting kegiatan ekstrakurikuler dimaksud dilaksanakan secara sistematis, terarah, dan pada tahap perencanaan serta pelaksanaannya dapat memperhatikan strategi membangun kepercayaan diri siswa. Model skema kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Model Rancangan Kegiatan Ekstrakurikuler dan Strategi Membangun Kepercayaan Diri Siswa

(18)

Dari Gambar 1 sebelum dapat terlihat skema model rancangan kegiatan ekstrakurikuler dan strategi meningkatkan kepercayaan diri siswa yang dalam implementasi merupakan suatu system yang terdiri dari perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai hasil “kepercayaan diri siswa”. Dalam kaitannya dengan tahap perencanaan, maka prinsip dan format kegiatan ekstrakurikuler merupakan acuan penting agar perencanaan dimaksud memperhatikan hal-hal yang menjadi prinsip kegiatan ekstrakurikuler dan hal-hal yang menjadi format kegiatan ekstrakurikuler.

Tahap Perencanaan terdiri dari; analisis, penyusunan program kegiatan, dan unsur pelaksana kegiatan. Proses analisis memperhatikan kebutuhan siswa dan kesesuaian dengan kondisi kurikulum 2013. Dengan memperhatikan kebutuhan, bakat dan minat siswa dimaksud bertujuan agar pihak lembaga merancang kegiatan ekstrakurikuler yang menjawab kebutuhan, bakat, potensi, serta hobi pada setiap siswa. Dengan bakat serta potensi yang berbeda-beda, maka jenis kegiatan menjadi bervariasi dalam mengakomodir kebutuhan siswa. Selanjutnya kesesuaian dengan kondisi kurikulum 2013 bermaksud agar kegiatan ekstrakurikuler memperhatikan pula keadaan dan aturan main K 13. Hal-hal yang perlu disesuaikan adalah terkait dengan waktu, sarana-prasarana pendukung, dan kesiapan kemampuan guru. Unsure pelaksana melibatkan semua komponen dalam lembaga sekolah.

Selanjutnya dalam tahap pelaksanaannya, setiap komponen dari lembaga sekolah, mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru serta pelatih memperhatikan dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka membangun kepercayaan diri siswa menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. Masing-masing pihak memiliki peran yang berbeda-beda. Selanjutnya jenis kegiatan yang dikembangkan menjadi bervariasi tergantung kebutuhan anak.

Terkait dengan tujuan “membangun kepercayaan diri siswa” melalui kegiatan ekstrakurikuler, maka yang dilakukan adalah dengan memasukkan strategi membangun kepercayaan diri siswa pada tahap perencanaan dan diaplikasikan pada tahap pelaksanaan yang pada akhirnya dapat mendukung tercapainya tujuan yakni meningkatnya kepercayaan diri siswa.

Unsur Yang Terlibat dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Permendiknas Tahun 2008 dan Juknis penyusunan program pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler untuk SMA oleh Direktorat Pembina Sekolah Menengah Atas mengemukakan tentang unsur pelaksana kegiatan ekstrakurikuler, sebagai berikut: Kepala Sekolah

(19)

Membangun Kepercayaan Diri… (Bernadus Gapi)

1. Menyusun rencana pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler yang di dalamnya memuat unsure-unsur dan strategi membangun kepercayaan diri siswa, dan penugasan kepada wakasek bidang kesiswaan dan kurikulum.

2. Memberi arahan teknis tentang program pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler yang menekankan pada maksimalisasi unsure-unsur cara implementasi strategi membangun kepercayaan diri siswa,

Sementara itu Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik dan Kurikulum memiliki tugas untuk menyusun rencana kegiatan untuk menyusun program pengembangan diri yang bertujuan membangun kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Menyusun aturan teknis dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan guru, pembina, dan pelatih melakukan analisis kebutuhan dan kesesuaian yang meliputi analisis kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, dan analisis program kegiatan ekstrakurikuler dengan kondisi kurikulum 2013.

Memasukkan Strategi Membangun Kepercayaan Diri Siswa dalam Berbagai Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan, bakat, minat siswa dan kesesuaian dengan kondisi kurikulum 2013.. Untuk menjawab berbagai kebutuhan, bakat dan minat siswa, maka jenis kegiatan ekstrakurikuler haruslah bervariasi. Berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler tersebut, antara lain;

1. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

2. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

3. Latihan/lomba keberbakatan/ prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan.

4. Seminar, lokakarya, dan pameran/ bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

5. Olahraga, yang meliputi beberapa cabang olahraga yang diminati tergantung sekolah tersebut, misalnya: Basket, Karate, Taekwondo, Silat, Softball, dan lain sebagainya.

Setelah model kegiatan ekstrakurikuler telah dibentuk seperti yang termuat pada Gambar 1 sebelumnya, maka langkah selanjutnya yang paling penting adalah memasukkan unsur-unsur dalam strategi untuk membangun kepercayaan diri siswa. Strategi membangun kepercayaan diri siswa sangatlah penting untuk didesain dan disertakan dalam berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler.

(20)

Menurut Kahler (1975) yang termuat dalam Motivasi-mativator.blogspot.com, mengemukakan tentang beberapa faktor pendorong dalam motivasi sehingga membuat orang dapat bertindak. Salah satu faktor tersebut yaitu mencoba dengan keras. Sedangkan Achmad (2007), mengemukakan bahwa motivasi eksternal sebagai dorongan yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas, kampus, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman atau sanksi (punishment).

Dengan pandangan Kihler dan Achmad tersebut maka unsurpressureatau tekanan dapat dijadikan cara yang menjadi stategi guru atau Pembina dalam mendorong siswa untuk tidak pasif dan kaku dalam kegiatan ekstrakurikuler atau dengan kata lain dapat menjadi aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pada titik inilah kepercayaan diri siswa akan terbentuk bersama keaktifannnya

Selain dalam bentuk pressure, apresiasi juga merupakan faktor pendorong yang sangat penting dalam memotivasi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. Apresiasi sendiri oleh para ahli mendefenisikannya sebagai bentuk penghargaan, penilaian, pengertian, bentuk itu berasal dari kata kedua “to appreciate” yang berarti menghargai, menilai, mengerti. Apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. (Aminuddin, 1987). Dari pengertian yang dikemukakan oleh Aminudin tersebut dapat disimpulkan bahwa apresiasi dapat dijadikan guru atau Pembina kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu cara lain dalam mendorong keaktifan siswa yang pada akhirnya dapat membangun kepercayaan dirinya.

Pembina atau pelatih kegiatan ekstrakurikuler harus mengetahui waktu dan kondisi yang tepat dalam memberikan tekanan(pressure)dan apresiasi. Dengan kata lain Pembina atau pelatih mengetahui secara baik pada saat mana apresiasi diberikan dan tekanan seperti apa yang diterapkan pada setiap kondisinya. Aturan secara sederhana mengandung unsur disiplin dan sanksi. Untuk itu, penting bagi pelatih menyadari disiplin yang dimaksud bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif bagi siswa dalam berlangsungnya kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan sanksi diberlakukan hanya untuk meluruskan kembali ketidakpatuhan terhadap aturan disiplin yang sudah dibangun bukan kepada hal-hal lainnya yang justru menjadikan siswa atau peserta merasa terpojok, dan merasa takut berekspresi.

Tekanan (pressure) dan apresiasi sebagai strategi membangun kepercayaan diri siswa dapat dibuat dalam skema pada Gambar 2. Oleh karena yang menjadi tujuannya adalah membangun kepercayaan diri siswa, maka perlu dipahami bahwa “kepercayaan diri” tersebut mengandung dua makna yakni;

(21)

Membangun Kepercayaan Diri… (Bernadus Gapi)

2. Tidak berlebihan (over confidence), artinya siswa memiliki keberanian dan inisiatif dalam mengekspresikan atau mengeksplorasikan ide, gagasan, dan pemikiran secara arif, bijakasana, dan bertanggung jawab serta secara santun, baik dan benar.

Gambar 2. Skema Strategi Membangun Kepercayaan Diri Siswa dalam Berbagai Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Terhadap dua hal tersebut, maka strategi membangun kepercayaan diri siswa melalui tekanan (pressure), dan apresiasi perlu diberikan pada saat-saat yang dibutuhkan. Berikut adalah empat kondisi berbeda yang dipertimbangkan dalam menggunakan strategi membangun kepercayaan diri siswa:

1. Siswa super pasif dalam kegiatan ekstrakurikuler

Siswa dengan kondisi super pasif dalam kegiatan ekstrakurikuler terlihat dengan sifat acuh tak acuh, dan cenderung melanggar aturan baik kedisiplinan maupun keterlibatannya. Siswa ditandai dengan perilaku tidak taat terhadap aturan dan terlihat tidak tertarik sama sekali dengan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan. Persoalan seperti ini semakin erat kaitannya dengan rendahnya nilai kepribadian dan di sisi lain bisa karena ketidaktertarikan terhadap jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dijalani. Sanksi yang diberikan adalah dapat berupa sanksi dengan pendekatan edukasi dan teguran. Sanksi dengan pendekatan edukasi dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya memberi teguran yang memotivasi dan mendorong perubahan sikap ikut ambil bagian dalam kegiatan ekstrakurikuler.

2. Siswa Pasif dalam kegiatan ekstrakurikuler

Kondisi ini terlihat di mana siswa menyukai kegiatan ekstrakurikuler dan ikut ambil bagian secara utuh, tetapi tidak memiliki keberanian dan berpendapat dan berkreatif dalam bentuk tindakan, atau dengan kata lain hanya sekedar mengikuti pelaksanaan kegiatan dimaksud tapi takut mengambil peran tertentu. Dengan kondisi ini maka

(22)

strategi yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan pressure berupa sanksi edukasi, misalnya sanksi melakoni gaya orang pidato bagi yang tidak menyampaikan pendapat saat diberi kesempatan, atau dengan cara lainnya. Selain hal tersebut bisa dengan kata-kata motivasi akan mendorong semangat siswa untuk percaya akan dirinya.

3. Siswa Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler

Siswa dalam kelompok ini memiliki semangat dalam kegiatan ekstrakurikuler dan selalu mengambil inisiatif dan aktif dalam berbagai kesempatan serta selalu siap menjalani tugas dan perannya dalam berlangsungnya kegiatan dimaksud. Dengan keadaan seperti ini menunjukkan rasa kepercayaan diri yang sudah baik dan efektif dalam kegiatan. Untuk itu bentuk strategi yang diberikan adalah untuk mempertahankan semangat dan kepercayaan dirinya dengan cara memberi apresiasi baik dalam bentuk pujian maupun dalam bentuk pemberian penghargaan berupa simbol dan bentuk apresiasi lainnya.

4. Siswahyperaktif dalam kegiatan ekstrakurikuler

Siswa dengan kondisi hiper aktif dan mulai menunjukkan adanya gejala over confidence ditunjukan dengan tingkategoyang tinggi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang cenderung mengakibatkan siswa lainnya sulit mendapatkan kesempatan dalam mengekspersikan ide, pikiran, serta gagasannya. Untuk itu perlu strategi dengan pendekatan teguran halus maupun kritik ringan. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri siswa tersebut ke dalam keadaan yang sesungguhnya yakni kepercayaan diri yang bertanggung jawab, santun, dan bijaksana. Beberapa ahli dalam uraian di atas telah mengemukakan konsep teori dari kegiatan ekstrakurikuler, yang pada dasarnya bertujuan untuk pengembangan kepribadian siswa. Hal tersebut diperkuat melalui hadirnya Permendiknas Nomor 81 A Tahun 2013 yang menegaskan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Salah satu hal penting yang turut terbentuk dalam pengembangan kepribadian diri tersebut adalah kepercayaan diri siswa.

Bersandarkan pada teori para ahli sebelumnya, maka dalam upaya membangun kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, seorang guru atau pembina dapat menggunakan cara atau metode membangun kepercayaan diri siswa. Penulis menyebutkan cara tersebut sebagai strategi membangun kepercayaan diri siswa melalui tekanan (pressure) dan apresiasi.

SIMPULAN

(23)

Membangun Kepercayaan Diri… (Bernadus Gapi)

berdasarkan kebutuhan, bakat, minat, dan kesesuaian dengan kondisi kurikulum sehingga mendapatkan keterlibatan siswa secara menyeluruh dalam kegiatan dimaksud.

Cara membangun kepercayaan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler adalah dengan menggunakan strategi membangun kepercayaan diri siswa. Di dalam strategi tersebut terdapat unsur tekanan (pressure) dan apresiasi. Penggunaan tekanan dan apresiasi sangat tergantung dari waktu dan kondisi siswa, antara lain;

1. pada saat siswa dalam kondisi sangat pasif, menggunakan strategi tekanan(pressure)

berupa aturan dan sanksi

2. pada saat siswa dalam kondisi pasif, menggunakan strategi tekanan (pressure)

berupa aturan dan sanksi serta dimungkinkan untuk menggunakan cara apresiasi melalui pujian motivasi

3. pada saat siswa dalam kondisi aktif, menggunakan strategi apresiasi berupa pujian dan pemberian symbol penghargaan

4. dalam kondisi siswa hiper aktif, menggunakan strategi tekanan (pressure) berupa teguran dan kritik ringan.

Dengan demikian, berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka disarankan beberapa hal kepada guru, dan pembina kegiatan ekstrakurikuler untuk dapat menggunakan strategi membangun kepercayaan diri siswa berupa tekanan (pressure) dan apresiasi dalam kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat membangun kepercayaan diri siswa. Selanjutnya, kepada pembaca yang hendak melakukan penelitian di bidang yang sama agar dapat menjadikan artikel ini sebagai salah satu kajian untuk menghasilkan temuan empiris dalam membuktikan keefektifan cara tekanan dan apresiasi pada kegiatan ekstrakurikuler dalam membangun kepercayaan diri siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Angelis. 2007.Confidence (Percaya Diri). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Anifral, Hendri. (2008).Ekskul Olahraga Upaya Membangun karakter Siswa

Arianto, S. 2010. Aspek-aspek Kepercayaan Diri. Tersedia dalam http: //Kepercayaan_diri.html.Diakses tanggal 01 Mey 2012

Aunurrahman. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Depdiknas. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hakim, T. 2002.Mengatasi Rasa Tidak percaya Diri. Jakarta: Purwa Suara.

Kahler. 10975. http://motivasi-motivator.blogspot.com/ 2009/09/04/faktor-pendorong/ diakses tanggal 02 Mey 2015

(24)

Kementrian Pendidikan RI. 2008. Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen. Tersedia dalam

http//kementerianpendidikan.ac.id/SK/dirjendikdasmen/ diakses tanggal 01 Mey Tahun 2015

Lauster, P. 2012.Test Kepribadian(terjemahan Cecili, G. Sumekto). Yogyakarta, Kansius Oemar Hamalik. 2004. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 2007.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Oemar Hamalik. 2011.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Permendiknas No. 39 Tahun 2008tentang Pembinaan Kesiswaan.

Permendinas No. 81 Tahun 2013tentang Implementasi Kurikulum.

Soesarsono Wijandi. 1999.Pengantar Kewiraswastaan. Bandung: Sinar Baru

(25)

Pendidikan Etika Bagi… (Iin Marlyn Laoere)

PENDIDIKAN ETIKA BAGI PESERTA DIDIK MATA DIKLAT AKUNTANSI KEUANGAN DI SMK SEBAGAI MODAL BERKOMPETISI DI ERA MEA

Iin Marlyn Laoere Universitas Negeri Surabaya

iinlaoere@yahoo.com Abstrak

Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai program keahlian akuntansi sebagai pencetak peserta didik yang menghasilkan calon teknisi akuntansi junior diharapkan dapat menyiapkan lulusan berkarakter, handal, dan profesional menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga ketika mereka bekerja dalam bidangnya tidak terjerat tindak korupsi dan bentuk kecurangan lainnya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui: (1) pendidikan karakter kerja seperti apa yang perlu diberikan pada peserta didik kejuruan akuntansi, (2) seberapa penting pendidikan etika pada mata diklat akuntansi keuangan sebagai modal dasar berkompetisi di era MEA. Kesimpulannya, melalui pendidikan etika bagi peserta didik diharapkan mampu untuk meningkatkan karakter jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, rasional, objektivitas, dan relevan yang harus dimiliki oleh seorang Akuntan, sehingga dapat menepis isu moral (misal; korupsi, cuci uang, dan penggelapan) yang seringkali melekat pada seorang Akuntan. Pendidikan etika pada mata diklat akuntansi telah dapat dilakukan namun perlu dilakukan pemantapan karakter melalui pendidikan etika dalam pendidikan kejuruan sebagai langkah strategis untuk menghasilkan tenaga kerja kejuruan yang beretika dan mampu bersaing.

Kata Kunci: Pendidikan, Etika, Akuntansi, SMK, MEA

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman yang terjadi saat ini membuat setiap negara harus mampu menghadapi berbagai macam hal dari perkembangan tersebut. Dimana saat ini memasuki masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang merupakan salah satu peluang sekaligus hambatan bagi setiap negara termasuk Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dari visi 2020, yang didasari pada konvergerensi kepentingan negara-negara ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. Pembentukan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari kesepakatan pimpinan ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan ekonomi di negara-negara ASEAN. Menghadapi perkembangan tersebut maka melalui pendidikan diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kualitas sumber daya manusia serta mengembangkan karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik.

Pendidikan merupakan salah satu faktor dalam menentukan strategi

(26)

melalui pengembangan etika mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian mutu yang melibatkan seluruh unit utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional. Peran pendidikan sangat strategis karena merupakan pembangun integrasi nasional yang kuat.

Pengembangan etika yang merupakan perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang terjadi saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025).

Pendidikan kejuruan sebagai salah satu bagian dari sistem pendidikan nasional memainkan peran yang sangat penting bagi terwujudnya angkatan tenaga kerja nasional yang terampil. Pendidikan kejuruan diperuntukkan bagi anak yang ingin memperoleh keterampilan untuk dapat bekerja setelah menamatkannya. Terdapat dua indikator keberhasilan SMK di mata masyarakat. Salah satu indikator tersebut adalah tingkat kelulusan sedang lainnya adalah terserapnya lulusan ke dunia kerja.

Intinya peserta didik yang nanti menjadi lulusan SMK diharapkan mempunyai sumber daya yang berkemampuan keahlian khusus yang diharapkan menjadi tenaga siap kerja yang berkemampuan di bidangnya. Namun menurut Suryamin sebagai Kepala Badan Pusat Statistika menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka paling banyak diperoleh lulusan SMK, diploma dan sarjana. Jumlah tenaga kerja per Agustus 2014 mencapai 182,99juta, di mana 7,24 juta di antaranya berstatus pengangguran terbuka. Menurut Suryamin, jumlah pengangguran lulusan SMK adalah 11,24 % dari jumlah pengangguran terbuka. Pengangguran lulusan SMK per Agustus 2014 ini naik sebesar

0,03% dibandingkan jumlah pengangguran lulusan SMK per Agustus 2013 yang

mencapai 11,21% (Tempo, 2014).

(27)

Pendidikan Etika Bagi… (Iin Marlyn Laoere)

harus didiskualifikasi karena tindakan indisipliner serta gagal saat wawancara karena tidak menguasai budaya kerja. Sehingga SMK perlu membenahi pola pembinaan mental peserta didiknya agar dapat diterima di dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan harus memfokuskan pada pendidikan etika, kerja sama, komunikasi, inisiatif, kreatif dan pemikiran analitis.

Sekolah Menengah Kejuruan harus menyiapkan peserta didik dengan berbekal kompetensi dan kemampuan yang handal sesuai dengan keahliannya sehingga berdaya saing tinggi dalam dunia kerja dan industri nantinya. Dengan perubahan dan perkembangan zaman yang terjadi saat ini baik itu di bidang ekonomi, teknologi, sosial dan perindustrian membuat dunia kerja semakin kompetitif dengan peningkatan kualitas tenaga kerja yang dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja berpendidikan tinggi. Peserta didik yang nantinya menjadi lulusan SMK yang lulusannya sebagian besar langsung ke dunia kerja diharapkan dapat mempunyai kemampuan yang handal sesuai dengan keahliannya dan dapat bersaing dengan tenaga kerja yang berpendidikan tinggi, seperti diploma dan sarjana. Sehingga penulis menspesifikasikan pendidikan etika bagi peserta didik mata diklat akuntansi keuangan di Sekolah Menengah Kejuruan sebagai modal berkompetisi di era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

Sekolah Menengah Kejuruan memiliki beberapa program keahlian yang salah satunya adalah program keahlian akuntansi yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didiknya menjadi calon teknisi akuntansi junior yang berkarakter dan beretika sehingga ketika mereka bekerja dalam bidangnya tidak terjerat dengan tindak korupsi dan beberapa bentuk kecurangan lainnya. Badan Standar Nasional Pusat (BSNP, 2006)

menyatakan bahwa tujuan pendidikan SMK adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. SMK merupakan sekolah yang menciptakan siswanya, bukan hanya siap melanjutkan ke perguruan tinggi melainkan kepada kesiapan mereka memasuki dunia kerja yang mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi dan kepribadian yang baik.

Dalam menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dan kualitas yang tinggi maka perlu dilihat beberapa hal menyangkut, 1) Pendidikan karakter kerja seperti apa yang perlu diberikan kepada peserta didik dalam mata diklat akuntansi keuangan, dan 2) Seberapa penting pendidikan etika bagi peserta didik mata diklat akuntansi keuangan di SMK sebagai modal berkompetisi di era MEA. Sehingga diharapkan agar peserta didik yang nantinya menjadi lulusan yang memiliki karakter dan etika kerja yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari fungsi pendidikan kejuruan sebagai pelestari nilai-nilai dan norma di masyarakat sekaligus sebagai agen perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(28)

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno di mana bentuk tunggal kata etika adalah ethos sedangkan bentuk jamaknya adalah ta etha. Ethos mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kebiasaan, akhlak, watak, sikap, cara berpikir, dan perasaan. Sedangkan arti ta etha adalah adat kebiasaan (Suryabrata, 2012).

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan etika memiliki arti: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) asas perilaku yang menjadi pedoman. Dalam kehidupan sehari-hari istilah etika dan moral memiliki arti yang serupa dan sulit untuk dibedakan. Moral merupakan suatu aturan atau prinsip hidup yang membedakan mana yang baik dan mana yang buruk di mana moral dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut masyarakat baik nilai agama, adat istiadat, ideologi dan sebagainya. Sehingga pengertian moral lebih kepada penilaian perbuatan yang dilakukan, baik dan buruk. Sedangkan etika lebih mengarah kepada sistem nilai yang berlaku dan mempelajari bagaimana hakikat dan kaidah moral tersebut. Etika berfungsi untuk memberikan penilaian kritis dan rasional atas nilai-nilai moral yang ada.

Etika dalam suatu organisasi merupakan suatu sistem nilai. Sistem ini berisi rentang nilai yang dianggap penting serta menjadi standar dan panduan yang mengarahkan sikap atau perilaku seseorang. Perilaku personal yang dianggap menyalahi nilai yang dianut akan menjadi perhatian bagi orang-orang yang berada di lingkungan sekitar (Suryabrata, 2012). Dalam pendidikan etika terdapat nilai-nilai moral yang menjadi dasar perilaku dalam praktik pendidikan, baik itu di dalam dan di luar lingkungan pendidikan. Nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai panduan yang mengarahkan sikap atau perilaku seseorang dalam praktik pendidikan. Pendidikan etika tidak lepas dari pembahasan tentang integrasi akademik. Integrasi akademik merupakan nilai fundamental dalam pengajaran, pembelajaran, dan ilmu pengetahuan. Adanya integrasi akademik menunjukkan adanya sebuah komitmen untuk melaksanakan nilai-nilai fundamental tersebut meskipun menghadapi situasi yang buruk. nilai-nilai-nilai-nilai fundamental tersebut, meliputi: (1) kejujuran; (2) kepercayaan, (3) keadilan; (4) rasa hormat; dan (5) tanggung jawab.

(29)

Pendidikan Etika Bagi… (Iin Marlyn Laoere)

diukur. Sehingga tujuan dari pendidikan etika adalah mewujudkan kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap atau nilai hidup yang dimiliki.

Ada empat ciri dasar pendidikan karakter melalui pendidikan etika (Adisusilo, 2014). Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, yang membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi. Koherensi ini merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain, tanpa koherensi maka kredibilitas seseorang akan runtuh. Ketiga, otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai dari luar sehingga nilai-nilai pribadi menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa paksaan dari orang lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendidikan Etika bagi Peserta Didik pada Mata Diklat Akuntansi Keuangan di Sekolah Menengah Kejuruan

Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang dialami oleh remaja di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat. Hakikatnya kehidupan anak di dalam pendidikan merupakan awal kehidupan kariernya di mana kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja.

Perkembangan peserta didik menyangkut perkembangan berbagai aspek, yang akan menunjukkan perilaku seseorang yang salah satunya adalah etika. Perilaku seseorang yang menggambarkan perpaduan berbagai aspek itu terbentuk di dalam lingkungan. Lingkungan tempat anak berkembang itu sangat kompleks. Seorang individu, pertama bertumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Sesuai dengan tugas keluarga dalam melaksanakan misinya sebagai penyelenggaraan pendidikan yang bertanggung jawab mengutamakan pembentukan pribadi anak. Sedangkan sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan karakter yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan karakter melalui pendidikan etika yang diajarkan di SMK yang nantinya diharapkan peserta didik yang lulusannya siap untuk bekerja mampu untuk mengembangkan segala kemampuannya dalam dunia kerja baik itu kemampuan intelektualnya maupun kemampuan beretika.

(30)

pengembangan pendidikan etika bagi peserta didik dapat dilakukan guru atau setiap komponen yang terkait sebagai bagian dari lingkungan.

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan peserta didik agar kompeten dalam satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan atas bidang-bidang pekerjaan lainnya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, atau mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja (Kunandar, 2007). Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa SMK memfokuskan pada suatu program keahlian atau program-program pendidikan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan seperti yang telah dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dialaminya mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan pendidikan tersebut wajib belajar, penjamin kualitas pendidikan serta peran masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan tersebut dibuat untuk menghasilkan pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas dalam semua jenjang pendidikan.

Sekolah menengah kejuruan adalah sekolah yang dibangun atau didirikan untuk menciptakan lulusan agar siap untuk kerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Bab 1 Pasal 1 ayat 3, bahwa pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Berdasarkan pernyataan tersebut, sekolah menengah kejuruan memfokuskan pada suatu program keahlian atau program-program pendidikan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Kejuruan Pasal 3 ayat 2, bahwa sekolah menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional, di mana hasil akhir dari sekolah menengah kejuruan yaitu lulusan siap bekerja dengan sikap profesional sebagai bekal dalam mengaplikasikan keahliannya pada lapangan pekerjaan tertentu. Menurut Kepmendikbud RI No. 0490/U/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan Pasal 2 ayat 1 tujuan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan adalah: (1) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan meluaskan pendidikan dasar; (2) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar; (3) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; dan (4) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional.

(31)

Pendidikan Etika Bagi… (Iin Marlyn Laoere)

keterampilan dan nilai serta sikap yang terintegrasi dan kecakapan kerja dalam bidang

akuntansi dengan menerapkan nilai-nilai etika serta mampu mengadaptasi

perkembangan masyarakat yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta dapat memenuhi tuntutan dunia kerja masa sekarang dan masa yang akan datang. Kurikulum SMK harus lebih mengutamakan mata diklat yang berkaitan dengan pekerjaan dan lapangan pekerjaan atau seiring disebut dengan model Link and Match, yaitu memilih mata diklat dan jurusan yang menunjang pekerjaan. Namun pada kenyataannya, lembaga pendidikan lebih sering terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif sehingga minimnya kompetensi yang dimiliki (Kunandar, 2007). Untuk menghasilkan peserta didik yang nantinya menjadi tamatan SMK yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, yang secara nyata terus berkembang dari waktu ke waktu, maka kurikulum SMK harus dirancang dan dilaksanakan untuk menyesuaikan perkembangan ilmu dan teknologi. Keluaran satuan pendidikan adalah tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Pendidikan etika bagi peserta didik mata diklat akuntansi keuangan di Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu modal dasar untuk berkompetisi di era masyarakat ekonomi ASEAN. Karena melalui pendidikan etika diharapkan peserta didik mampu untuk meningkatkan nilai-nilai karakter yang ada pada diri mereka. Pendidikan karakter dari sisi yuridis mempunyai landasan yang kuat, di mana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dari delapan tujuan yang ingin dicapai lima di antaranya mengarah kepada pendidikan karakter.

(32)

hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas juga mempunyai etika dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun masyarakat pada umumnya. Dengan etika dan karakter yang kuat dan unggul akan dapat membawa suatu bangsa mempunyai kemandirian dan berdaya saing tinggi dengan negara-negara maju lainnya. Beberapa negara dapat menjaga eksistensi negaranya terutama dalam bidang ekonomi dan perindustrian didasari oleh karakter bangsa yang kuat dan tangguh yang dimiliki oleh masyarakatnya.

Ghaffari, dkk (2008: 183-198) dalam penelitiannya Exploring Implementation of Ethics in U.K. Accounting Programs mengungkapkan pentingnya pendidikan etika dalam kurikulum khususnya pembelajaran akuntansi bagi peserta didik dalam akuntansi keuangan dan audit. Hasil survei menunjukkan bahwa melihat beberapa penyimpangan yang terjadi di dalam akuntansi dan audit maka beberapa sekolah menengah dan universitas di Inggris memasukkan pendidikan etika di dalam kurikulum sebagai dasar pembelajaran akuntansi.

Dellaportas, dkk (2011: 63-82) dalam penelitiannya Developing an Ethics Education Framework for Accounting mengusulkan agar pendidikan etika dapat diterapkan dalam pembelajaran terstruktur pada disiplin akuntansi. Pendidikan etika mempunyai tiga komponen yang saling terkait, meliputi: pembuatan keputusan etis dan perilaku; tujuan kognitif dan perilaku kunci pendidikan etika; dan pendekatan diskrit dan

meresap untuk memberikan konten. termasuk diskusi tentang bagaimana

membandingkan dengan model pendidikan etika dan analisis dukungan melalui tanggapan oleh organisasi profesi (didasarkan pada Exposure Draft yang dikeluarkan oleh Federasi Internasional Akuntan (IFAC), sebagai awal International Education Practice Statement).

Gambar

Gambar 1. Skema Model Rancangan Kegiatan Ekstrakurikuler dan Strategi MembangunKepercayaan Diri Siswa
Gambar 2. Skema Strategi Membangun Kepercayaan Diri Siswa dalam Berbagai JenisKegiatan Ekstrakurikuler
Gambar 1. Pembangunan Karakter Bangsa(Sumber: Diknas tentang Pendidikan Karakter Nasional)
Gambar 3. Tiga Pendekatan dan Implementasi Pendidikan Karakter(Sumber: Diknas tentang Pendidikan Karakter Nasional)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi rekanan yang mengerjakan paket proyek tahun 2015 pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Lampirkan Dokumen FHO paket pekerjaannya saat

[r]

Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari Kota Semarang Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1, Nomor 2, Tahun

Mengingat pada kawasan tersebut banyak permukiman penduduk, maka akibat yang timbul dari dampak perencanaan penerapan sumur resapan ini sangat perlu diterapkan

Widjaja Martokusumo yang sedang menjabat Ketua Prodi Magister dan Doktor Arsitektur dan Ketua Prodi Magister Rancang Kota telah diangkat sebagai Waki' Dekan

Penelitian ini dirancang untuk dilaksanakan dalam beberapa siklus. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model yang.. dikembangkan oleh Kemmis

Tidak perlu diminta pernyataan batal (nietig verklaring). Risiko kerugian dibagi dua antara pihak yang menyewakan dengan pihak si penyewa. Segera setelah musnahnya seluruh

Hepatoprotective Effects of Allium cepa (Onion) Extracts Against Paracetamol-Induced Liver Damage in Rats.. African Journal