• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI UNTUK MASA TANGGAP DARURAT PADA PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN ANGGARAN 2009 DI PARIAMAN AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEGIATAN PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI UNTUK MASA TANGGAP DARURAT PADA PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN TAHUN ANGGARAN 2009 DI PARIAMAN AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

KEGIATAN PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI

UNTUK MASA TANGGAP DARURAT

PADA

PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

TAHUN ANGGARAN 2009

DI

PARIAMAN

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT

(2)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

3. GAMBARAN UMUM KEGIATAN PEMERIKSAAN 7

BAB III HASIL PEMERIKSAAN

1. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Bencana di

Wilayahnya 13

2. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Sarana dan

Prasarana Penanggulangan Bencana yang Memadai 16

3. Penyaluran Uang Lauk Pauk (ULP) Tidak Tertib dan Kurang Dibayarkan

Minimal Sebesar Rp12.766.110.000,00 18

4. Penatausahaan Bantuan Logistik Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

Tidak Tertib

5. Terdapat Bantuan Logistik Penanganan Bencana Yang Belum Disalurkan

Pada Masyarakat Kabupaten Padang Pariaman Setelah Masa Tanggap Darurat Berakhir

6. Terdapat Penerimaan dan Penyaluran Bantuan Logistik dari Satkorlak PB

Provinsi Sumatera Barat yang Tidak Melalui Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

7. Bantuan Uang Sebesar Rp2.000.000.000,00 yang Dijanjikan oleh

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral untuk Membantu Korban Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Padang Pariaman Belum Diterima

(3)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Daftar Bantuan Logistik yang tidak tercatat pada Satkorlak PB dan Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman.

(4)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi untuk Masa Tanggap Darurat pada Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman TA 2009 dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

A. Cakupan Pemeriksaan

Dana bantuan yang diterima Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman sebesar

Rp33.994.496.044,00 dengan penggunaan sebesar Rp28.770.944.000,00 atau 84,63%. Dari penggunaan tersebut telah diperiksa secara uji petik sebesar Rp28.770.944.000,00 atau 100%.

B. Dari pemeriksaan tersebut menghasilkan tujuh temuan dengan nilai sebesar Rp12.766.110.000,00. Temuan-temuan tersebut digolongkan dalam masalah penyimpangan terhadap kriteria atau peraturan yang telah ditetapkan sebanyak dua buah, dan penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran yang ingin dicapai sebanyak lima temuan dengan rincian sebagai berikut:

1. Peyimpangan terhadap kriteria atau ketentuan yang telah ditetapkan:

a. Penatausahaan bantuan logistik Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman tidak tertib;

b. Terdapat penerimaan dan penyaluran bantuan logistik dari Satkorlak PB Provinsi

Sumatera Barat yang tidak melalui Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman;

2. Penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran yang ingin dicapai:

a. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum memiliki Badan Penanggulangan

Bencana Daerah dalam upaya penanganan bencana di wilayahnya;

b. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum memiliki sarana dan prasarana

penanggulangan bencana yang memadai;

c. Penyaluran Uang Lauk Pauk tidak tertib dan kurang dibayarkan minimal sebesar

Rp12.766.110.000,00;

d. Terdapat bantuan logistik penanganan bencana yang belum disalurkan pada masyarakat

Kabupaten Padang Pariaman setelah masa tanggap darurat berakhir;

e. Bantuan uang sebesar Rp2.000.000.000,00 yang dijanjikan oleh Departemen Energi dan

(5)

-Untuk meningkatkan nilai manfaat dari laporan ini maka atas berbagai penyimpangan yang dikemukakan, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia telah menyampaikan saran-saran untuk menjadi perhatian dan ditindaklanjuti pihak-pihak terkait, sebagaimana dapat dilihat pada Bab III dari hasil pemeriksaan ini.

P a d a n g , J a n u a r i 2 0 1 0

K e p a l a P e r w a k i l a n

B a d a n P e m e r i k s a K e u a n g a n R I P r o v i n s i S u m a t e r a B a r a t

4

M A U A N A G I N T I N G

6 1 1 0 0 5 1 9 8 6 0 2 1 0 0 1

(6)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Dasar Hukum dan Standar Pemeriksaan

Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada masa Tanggap Darurat dilaksanakan berdasarkan:

a. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 E, F dan G;

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara;

e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

Standar pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

2. Tujuan Pemeriksaan

Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat bertujuan untuk menilai apakah proses pendanaan dan pengelolaan bantuan penanganan pasca bencana telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Sasaran Pemeriksaan

Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, sasaran pemeriksaan diarahkan pada:

a. Bagaimana peran dan upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Pusat, Pemerintah

Daerah (Satkorlak dan Satlak) dan instansi terkait dalam penanganan bencana gempa bumi di Sumatera Barat yang dituangkan dalam bentuk kebijakan, peraturan dan ketentuan lainnya serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam penanganan bencana pada masa tanggap darurat meliputi penyelamatan korban dan pengelolaan bantuan;

b. Bagaimana pengelolaan bantuan dilakukan, berapa jumlah bantuan-bantuan yang

diterima, jenisnya (uang, makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya) dan sumber-sumbernya, pencatatannya, penyimpanannya serta bagaimana pendistribusiannya ke daerah atau korban bencana;

c. Bagaimana peran serta swasta dalam negeri dan luar negeri dalam penanganan bencana;

d. Bagaimana kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah mulai dari kepala

daerah nagari-nagari/kecamatan-kecamatan, lurah/desa, RT/RW dalam penaggulangan bencana pada masa tanggap darurat.

e. Bagaimana upaya yang dilakukan berbagai pihak terkait untuk memulihkan segera sarana

(7)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

2

4. Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) dan bersifat examinasi, yaitu dengan melakukan pengujian yang memadai untuk menyatakan simpulan dengan tingkat keyakinan positif bahwa kegiatan penanganan bencana pada masa tanggap darurat telah memadai. Pemeriksaan atas pelaksanaan penanganan bencana gempa bumi di Sumatera Barat dilakukan secara uji petik atas kegiatan penanganan bencana pada masa tanggap darurat termasuk didalamnya pengelolaan bantuan bencana, terutama kegiatan penerimaan dan penyaluran bantuan uang dan barang di masing-masing Posko yang akan diuji petik yaitu Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Pemerintah Kota Pariaman dan Pemerintah Kabupaten Agam dengan pertimbangan tingkat kerusakan rumah dan sarana prasarana serta korban meninggal paling besar.

5. Jangka Waktu Pemeriksaan

(8)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

3

BAB II

GAMBARAN UMUM

1. Dasar Hukum

Peraturan yang mendasari kegiatan penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Padang Pariaman adalah:

a. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1394-2009 tanggal 1 Oktober 2009

tentang Surat Pernyataan Gubernur Sumatera Barat tentang Bencana Alam di Provinsi Sumatera Barat, yang isinya antara lain tentang pernyataan terjadinya Bencana Alam Gempa Bumi dengan kekuatan 7,9 SR dan 6,2 SR pada hari Rabu tanggal 30 September 2009 jam 17.18 WIB yang mencakup 11 daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat yaitu: Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kota Bukittingi, Kota Solok, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Solok yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, harta benda, dan kerusakan fisik sarana serta prasarana umum.

b. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1390/SK-2009 tanggal 1 Oktober 2009

tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat dan Recovery Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat.

c. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360/32/Satkorlak PB-2009 tanggal 3

Oktober 2009 tentang Alokasi Distribusi Bantuan Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009 di Sumatera Barat, yang isinya menyatakan ketentuan alokasi distribusi bantuan sebagai berikut:

1) Kota Padang : 30%

2) Kabupaten Padang Pariaman : 25%

3) Kabupaten Agam : 10%

4) Kota Pariaman : 10%

5) Kabupaten Pesisir Selatan : 10%

6) Cadangan atau lain Kab/Kota : 15%

d. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1391/SK-2009 tanggal 1 Oktober 2009

tentang Pemberian Bantuan untuk Korban Meninggal Dunia, Bantuan Lauk Pauk, dan Bantuan Transportasi bagi Petugas Posko Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009, yang isinya antara lain tentang kriteria bantuan untuk dampak gempa sebagai berikut:

1) Bantuan korban meninggal dunia sebesar Rp2.500.000,00;

2) Bantuan biaya perawatan di Rumah Sakit untuk korban luka berat;

(9)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

4

4) Bantuan operasional (transportasi) petugas posko sebesar Rp30.000,00/orang/hari.

e. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-51-2009 tanggal 17 Oktober 2009

tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-1391/SK-2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pemberian Bantuan untuk Korban Meninggal Dunia, Bantuan Lauk Pauk, dan Bantuan Transportasi bagi Petugas Posko Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009, yang isinya menyatakan bahwa: kriteria bantuan untuk dampak gempa dirubah sebagai berikut:

1) Bantuan bagi korban yang meninggal dunia sebesar Rp2.500.000,00;

2) Bantuan bagi korban yang mengalami luka berat diberikan biaya perawatan selama

dirawat di Rumah Sakit;

3) Bantuan Uang Lauk Pauk untuk korban yang rumahnya rusak berat sebesar

Rp5.000,00 per jiwa dan maksimal 5 jiwa per KK;

4) Bantuan operasional bagi petugas posko penanggulangan bencana diberikan bantuan

transportasi sebesar Rp30.000,00/orang/hari.

f. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 360-459-2009 Tanggal 31

Oktober 2009 tentang Penghentian Pelaksanaan Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat.

g. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober

2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan masa tanggap darurat terhitung mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2009.

h. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April

2009 tentang Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009.

i. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008

tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana. Selanjutnya untuk mendukung prosedur tetap tersebut, Bupati menerbitkan Surat Keputusan Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009.

j. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008

tentang Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana.

k. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober

2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan masa tanggap darurat terhitung mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2009.

l. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 109/KEP/BPP/2009 tanggal 8 Oktober

(10)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

5

Bumi tanggal 30 September 2009 di Kabupaten Padang Pariaman. Penerbitan Surat Keputusan diperuntukkan bagi korban bencana gempa 30 September 2009 yang rumahnya rusak berat/total/roboh dengan memberikan bantuan beras sebesar 400 gram dan Uang Lauk Pauk (ULP) sebesar Rp5.000,00 per penduduk/hari selama 6 (enam) hari.

m. Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 209/KEP/BPP/2009 tanggal 31

Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Perpanjangan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 di Kecamatan Patamuan dan V Koto Timur dengan masa tanggap darurat diperpanjang selama 15 hari atau berakhir tanggal 15 November 2009.

2. Gambaran Umum Organisasi

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Namun didalam pelaksanaannya, Bupati Padang Pariaman telah membentuk Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 tentang Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2009 dengan susunan sebagai berikut:

a. Ketua : Bupati Padang Pariaman

i. Wakil Sekretaris Pelaksana Harian : Kepala Dinsosnakertran

j. Bendahara Pelaksana Harian : Kabag Kesra Setdakab

Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

1) Merumuskan Prosedur Tetap (Protap) pelaksanaan penanggulangan bencana dan

penanganan pengungsi secara langsung di daerah Kabupaten Padang Pariaman.

2) Melaksanakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara langsung di

Kabupaten Padang Pariaman dengan memanfaatkan unsur-unsur potensi kekuatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi serta penyediaan sarana dan prasarana yang ada.

3) Memberikan penyuluhan, pelatihan, geladi dan pembinaan untuk meningkatkan

kesiapsiagaan masyarakat dalam pengnanggulangan bencana dan penanganan pengungsi.

4) Sebagai unsur informasi dan koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana dan

(11)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

6

5) Melakukan kerjasama operasional pelaksanaan penanggulangan bencana dan pengungsi

dengan Satlak PB terdekat.

6) Penerimaan dan penyaluran serta pertanggungjawaban bantuan penanggulangan bencana

dan penanganan pengungsi di daerah.

7) Membentuk Ruang Pusat Pengendali Operasi Penanganan Bencana (Rupusdalops PB),

sebagai ruang data dan pusat informasi dan pengendalian kegiatan penanggulangan bencana dan pengungsi.

8) Membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) yang bertugas melakukan pendataan dan membuat

perkiraan kebutuhan darurat secara cepat apabila terjadi bencana di wilayahnya.

9) Membentuk Satuan Tugas Penanganan Bencana (Satgas PB) Kabupaten Padang

Pariaman dan Unit Operasional Penanganan Bencana (UOPB) Kecamatan.

10) Melakukan kegiatan lain sesuai petunjuk Gubernur selaku Ketua Satkorlak.

Untuk mendukung Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana (Protap) Bupati menerbitkan Surat Keputusan Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan uraian tugas sebagai berikut:

1) Tugas Pokok Posko Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

a) Mengaktifkan piket posko bencana sebagai pusat posko bencana dan melakukan kegiatan

komunikasi yang efektif dengan Departemen terkait, BNPB, Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dan Posko UOPB Kecamatan, serta Posko Satlinmas Nagari, Satkorlak PB dan Posko UOPB Kecamatan serta Posko Satlinmas Nagari.

b) Menghimpun dan menerima bantuan natural serta menyalurkannya pada korban bencana.

c) Menyalurkan dana bantuan Jaminan Lauk Pauk (JLP) dari BNPB kepada korban bencana

gempa bumi 30 September 2009.

d) Mendata jumlah korban dan kebutuhan korban serta mengatur tempat dan sarana

pengungsian korban.

e) Menangani permasalahan bantuan bencana alam untuk Kabupaten Padang Pariaman.

2) Tugas pokok Tim Reaksi Cepat (TRC)

a) Membantu evakuasi korban dan mendirikan tenda-tenda pengungsian.

b) Mencari informasi awal dan perkiraan kebutuhan darurat yang dibutuhkan.

c) Menyalurkan logistik dan kebutuhan korban.

3) Tugas pokok Unit Operasional Penanganan Bencana (UOPB) Kecamatan

a) Melakukan pendataan jumlah korban, pengungsi dan kebutuhan logistik darurat serta

melaporkannya ke Posko Satlak PB.

b) Membantu TRC dalam evakuasi korban dan penyaluran bantuan logistik kepada korban.

c) Melaporkan perkembangan kondisi dilapangan dan jumlah korban yang terkena bencana

pada Posko Satlak PB setiap waktu.

4) Tugas pokok Linmas Nagari

(12)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

7

b) Membantu evakuasi dan penyediaan pengungsian korban.

c) Memantau perkembangan korban dan melaporkan kebutuhan darurat korban UOPB

Kecamatan dan Posko Satkak PB.

Organisasi Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman didalam pelaksanaannya dibantu oleh para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang membawahi bidang-bidang, yaitu bidang keuangan, evakuasi dan keamanan, bantuan sosial dan dapur umum, kesehatan, rehabilitasi dan rekonstruksi, penerangan dan publikasi, komunikasi, perhubungan/transportasi serta dibantu dengan kelompok sekretariat.

3. Gambaran Umum Kegiatan Pemeriksaan

Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat terjadi pada hari rabu tanggal 30 September 2009 pukul 17.18 WIB melanda beberapa Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera

Barat berkekuatan 7,9 Skala Richter, berlokasi di 0,84 LS – 99,65 BT berpusat (episentrum) di

Samudera Hindia 57 km Barat Daya Pariaman dengan kedalaman 71 km. Gempa susulan

terjadi pada pukul 17.38 WIB berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR), lokasi di 0,72 LS – 99,94

BT berpusat di Samudera Hindia 22 km Barat Daya Pariaman dengan kedalaman 110 km. Bencana gempa bumi di wilayah Provinsi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang kerap terjadi yang berdampak korban manusia, kerusakan bangunan, prasarana jalan, jembatan, saluran irigasi maupun prasarana publik lainnya.

Pada saat terjadinya bencana Gempa Tektonik yang melanda Wilayah Provinsi Sumatera Barat tersebut, terdapat lima daerah yang mengalami kerusakan terparah, baik kerusakan fisik sarana prasarana maupun korban jiwa. Untuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang terkena bencana alam gempa terjadi di 17 kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Gasan, Sungai Limau, V Koto Kampung Dalam, IV Koto Aur Malintang, Sungai Geringging, V Koto Timur, Patamuan, VII Koto Sei Sarik, 2 x 11 Enam Lingkung, 2 x 11 Kayu Tanam, Sintuk Toboh Gadang, Lubuk Alung, Batang Anai, Nan Sabaris, Ulakan Tapakis, Padang Sago, dan Enam Lingkung.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana gempa tanggal 30 September 2009 di Kabupaten Padang Pariaman adalah:

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya.

1) Korban Jiwa

Untuk seluruh wilayah Kabupaten Padang Pariaman terdapat 465 jiwa meninggal dunia, 543 jiwa luka berat, 512 luka ringan dan 192 jiwa dinyatakan hilang.

2) Fasilitas

(13)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

8

sebanyak 145 unit terdiri dari rusak berat sebanyak 104 unit, rusak sedang sebanyak 32 unit dan rusak ringan sebanyak 9 unit. Gedung sekolah sebanyak 375 unit terdiri dari rusak berat sebanyak 257 unit, rusak sedang sebanyak 87 unit dan rusak ringan

sebanyak 31 unit, dan fasilitas umum (jalan, jembatan, irigasi, pasar, dll) sebanyak 191 buah, terdiri dari rusak berat sebanyak 135 buah, rusak sedang sebanyak 33 buah dan rusak ringan sebanyak 23 buah.

3) Jumlah Pengungsi

Jumlah pengungsi sebanyak 231 KK di Kecamatan V Koto Timur dan sebanyak 164 KK di Kecamatan Patamuan yang merupakan tiga desa yang mengalami bencana tertimbun tanah longsor pada saat terjadi gempa.

b. Pemberian status keadaan darurat bencana.

Pada Kabupaten Padang Pariaman, status keadaan bencana disesuaikan dengan status bencana yang diambil oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat dengan menetapkan Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 dengan masa tanggap darurat terhitung mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2009.

c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.

Untuk penanganan evakuasi korban gempa dan rumah penduduk, perkantoran dan fasilitas umum dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Padang Pariaman yang hanya memiliki 2 (dua) buah alat berat (excavator) untuk membersihkan jalan yang tertimbun longsor, namun jumlahnya masih kurang memadai untuk menutupi seluruh area yang terkena bencana yang memerlukan evakuasi. Akan tetapi, kekurangan ini dapat diatasi dengan alat bantuan yang datang dari pihak ketiga. Proses evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan bangunan dilakukan oleh masyarakat setempat dibantu dengan pihak kecamatan. Keadaan geografis Kabupaten Padang Pariaman cenderung bergelombang dan berbukit sehingga beberapa jalan yang terdapat di beberapa kecamatan terputus karena longsor. Dari korban gempa dan tanah longsor di Kabupaten Padang Pariaman yang masih berada diwilayah pengungsian, yang perlu mendapat perhatian lebih adalah pengungsi dari Kecamatan Patamuan Nagari Lubuk Laweh yang sebagian penduduknya hilang ditelan bencana gempa bumi dan longsor. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, untuk Kecamatan Patamuan Nagari Lubuk Laweh, pengungsi masih tinggal di tenda pengungsian.

d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar.

1) Pengelolaan Bantuan Keuangan.

(14)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

9

telah dilakukan dengan membuat Buku Kas Umum (BKU) serta penyimpanan dana bantuan ditampung dalam dua rekening yaitu pada Bank Nagari Cabang Padang Pariaman Nomor Rekening 0500.0105.00003-8 An. Bantuan Satkorlak PB Padang Pariaman dan Bank BNI 46 Cabang Pariaman Tengah Nomor Rekening 1216060605 An. Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman. Namun didalam pelaksanaannya masih terdapat sisa dana ULP yang tersimpan pada rekening kecamatan/wali nagari/wali korong dan hingga pemeriksaan berakhir dana tersebut belum disetor ke rekening Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman.

Penerimaan dan Penyaluran uang oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman. Jumlah bantuan uang yang diterima dan disalurkan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman s.d tanggal 9 Desember 2009 sebagai berikut:

- Diterima bantuan ULP (BNPB)

(15)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

10

2) Pengelolaan Bantuan Logistik.

Penerimaan bantuan logistik dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dikelola oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman dalam hal ini Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) selaku petugas yang bertanggungjawab untuk penerimaan, pencatatan, penyimpanan dan penyaluran bantuan logistik kepada korban bencana gempa bumi. Sistem pencatatan penerimaan dan penyaluran logistik yang diterima dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dilaksanakan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman, baik pencatatan penerimaan dari Satkorlak PB maupun penyaluran logistik ke kecamatan/wali nagari/wali korong belum dilaksanakan secara memadai atau belum tertib. Hal ini mengakibatkan tidak dapat diketahui dengan pasti jumlah bantuan logistik yang diterima maupun yang disalurkan senyatanya. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar pihak baik pada Satkorlak PB maupun Satlak PB dan kondisi di lapangan pada saat gempa yang tidak kondusif pada minggu pertama terjadinya gempa bumi.

Bantuan barang logistik seperti makanan, pakaian, genset, tenda dan sebagainya yang diterima, langsung didistribusikan oleh Satlak PB melalui posko gudang Kabupaten Padang Pariaman di Kantor Bupati dan Gudang Kantor Dinas Sosial. Khusus untuk genset dan tenda bantuan yang diberikan oleh Pemerintah melalui Satlak, karena sifatnya terbatas, diberikan kebijakan dibagikan kepada kecamatan-kecamatan untuk pendirian shelter (tempat penampungan) sementara berdasarkan permintaan. Untuk Masyarakat pengungsi diberikan terpal sebagai pengganti tenda. Kebutuhan tenda juga dipenuhi dari bantuan pihak ketiga (NGO dan LSM).

Bantuan logistik yang diterima dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat berupa beras, tenda/terpal, sembako, barang sandang dan pangan serta perlengkapan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan barang-barang tersebut telah disalurkan kepada masyarakat yang terkena bencana pada 17 kecamatan, dengan rincian sebagai berikut:

No Jenis Barang Penerimaan Pendistribusian Satuan

(16)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

11

No Jenis Barang Penerimaan Pendistribusian Satuan

10 Minyak goring 6,588 6,578 liter

Selanjutnya rekapitulasi penerimaan dan pendistribusian yang dapat disajikan adalah jumlah penerimaan logistik sesuai tabel di atas, sedangkan jumlah penerimaan secara keseluruhan menurut jenis/item barang yang diterima tidak dapat disajikan, karena jenis/item barang yang diterima cukup bervariasi dan sulit untuk dinilai besaran satuannya. Bantuan yang berasal dari masyarakat dalam dan luar negeri secara langsung dikoordinasikan oleh BNPB, bantuan Satkorlak PB Sumatera Barat sampai dengan saat ini masih terus mengalir yang kemudian disalurkan kepada korban bencana melalui posko-posko penanggulangan bencana di kecamatan dan nagari.

e) Pelayanan Kesehatan dan Perlindungan terhadap kelompok rentan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman bertanggung jawab dalam memberikan bantuan pengobatan terhadap korban gempa dan sudah mulai bertugas pada saat malam terjadinya bencana, yaitu dengan membuat posko kesehatan yang dipusatkan pada halaman puskesmas dan letaknya agak jauh dari tepi pantai, untuk menghindari bahaya tsunami. Obat-obatan yang digunakan pada saat terjadinya gempa diambil dari persediaan

yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan dan puskesmas-puskesmas.

f) Pemulihan Sarana dan Prasarana vital.

Untuk kebutuhan listrik, sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Pariaman mulai

normal pada hari ke tujuh, sedangkan untuk air bersih pihak PDAM mengerahkan mobil-mobil tangki kapasitas 5.000 liter ke daerah-daerah yang terkena bencana sambil terus melakukan perbaikan terhadap saluran air yang pecah atau retak akibat gempa kecuali

untuk daerah yang tidak terjangkau oleh mobilisasi pelayanan air bersih PDAM seperti di desa Lubuk Laweh Kecamatan Patamuan pada saat gempa untuk pelayanan air bersih mendapat bantuan dari pihak luar negeri dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

(17)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

12

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman dalam upaya penanggulangan korban bencana gempa bumi adalah sebagai berikut:

a. Koordinasi di lapangan antara instansi terkait sulit dilakukan karena jaringan

telekomunikasi yang terbatas.

b. Jangkauan pelayanan kepada korban bencana yang sulit karena sarana transportasi terbatas

dan kondisi geografis yang tidak memungkinkan.

c. Kualitas dan kuantitas bantuan kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kebutuhan

dilapangan.

d. Dukungan anggaran baik yang bersumber dari APBN maupun APBD yang belum

(18)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

13

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

1. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Dalam Upaya Penanggulangan Bencana di Wilayahnya

Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Sehubungan dengan bencana alam tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya untuk penanggulangannya. Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi,dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, resiko, dan dampak bencana. Kegiatan penyelenggaraan bencana meliputi tahap pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Tugas penyelenggaraan penanggulangan bencana di tingkat daerah ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Kegiatan penanggulangan bencana yang dilaksanakan sesuai tugas BPBD tersebut antara lain sebagai berikut:

a. menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara;

b. menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana

berdasarkan peraturan perundang-undangan;

c. menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana;

d. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

e. melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya;

f. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap

sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

g. mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

h. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran pendapatan

belanja daerah; dan

i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(19)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

14

Hasil pemeriksaan atas dokumen organisasi penanggulangan bencana diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum membentuk BPBD dalam upaya penanggulangan bencana. Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman membentuk Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman sesuai Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 dengan menunjuk Bupati Padang Pariaman sebagai Ketua. Pada saat penanggulangan Bencana Gempa Bumi tanggal 30 September 2009, Satlak PB dilebur dalam Tim Penanganan Tanggap Darurat yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 3/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 Kabupaten Padang Pariaman dengan menunjuk Asisten II sebagai Koordinator Komando dan Pengendali, Wakil Bupati Padang Pariaman sebagai Penanggung jawab, dan Bupati Padang Pariaman sebagai Pengarah.

Pemeriksaan lebih lanjut atas penanganan penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman tersebut diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah menyusun Prosedur Tetap (Protap)

Penanggulangan Bencana Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2008 berdasarkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008. Namun Satlak PB belum sepenuhnya berpedoman pada prosedur kerja sesuai Protap tersebut. Hal ini terlihat

dari sistem distribusi logistik yang tidak tertib dan tidak berdasarkan assessment kebutuhan

dasar.

b. Protap yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman tersebut hanya

membahas secara sederhana penanganan bencana pada masa tanggap darurat dan sistem distribusi logistik. Kegiatan penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat masih belum menguraikan secara detail kegiatan yang dilakukan pada masa tanggap darurat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sistem distribusi logistik juga belum menyesuaikan dengan Sistem Manajemen Logistik dan Peralatan sesuai Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatn Penanggulangan Bencana;

c. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum menetapkan pedoman dan pengarahan

terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

(20)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

15

mengisi Susunan Organisasi BPBD Kabupaten Padang Pariaman belum ada. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman seharusnya telah membentuk BPBD paling lambat bulan Oktober 2009.

lambat 6 (enam) bulan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah terbentuk dan badan penanggulangan bencana daerah paling lambat 1 (satu) tahun sudah terbentuk.

b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tanggal 28 Oktober 2008 tentang

Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah:

1) Pasal 2:

a) Ayat (1), disetiap Provinsi dibentuk BPBD Provinsi dan disetiap Kabupaten/Kota

dapat dibentuk BPBD Kabupaten/Kota;

b) Ayat (2), Pembentukan BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten/Kota ditetapkan

dengan Peraturan Daerah.

2) Pasal 35 ayat (1) yang menyatakan bahwa pembentukan BPBD Provinsi dan BPBD

Kabupaten/Kota paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.

Hal tersebut mengakibatkan pelaksanaan penanganan penanggulangan bencana oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman kurang efektif, tidak terorganisir, dan terkoordinasi dengan baik.

Hal tersebut terjadi karena Bupati Padang Pariaman belum sepenuhnya memahami ketentuan yang berlaku terhadap pentingnya membentuk BPBD dalam upaya penanggulangan bencana alam di wilayahnya.

Atas permasalahan tersebut Sekretaris Daerah selaku Sekretaris Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman menyatakan bahwa Ranperda tentang struktur organisasi dan pembentukan BPBD telah diajukan kepada DPRD pada tanggal 6 Juni 2009. Namun karena DPRD berada dalam masa transisi, maka pembahasan terhadap Ranperda BPBD belum dapat disidangkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka berdasarkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 18 Tahun 2009 tanggal 24 November 2009 telah ditetapkan Pembentukan dan Struktur Organisasi BPBD sehingga pada awal 2010, BPBD Kabupaten Padang Pariaman sudah dapat ditetapkan sebagai SKPD.

(21)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

16

2. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Belum Memiliki Sarana dan Prasarana

Penanggulangan Bencana yang Memadai

Kabupaten Padang Pariaman tercatat memiliki luas wilayah 1.328,79 km2 dengan

panjang garis pantai 60,50 km2. Luas daratan Kabupaten Padang Pariaman setara dengan

3,15% luas wilayah Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari 17 kecamatan dengan kecamatan 2x11 Kayu Tanam tercatat memiliki wilayah paling luas yakni

228,7 km2 dan kecamatan Sintuk Toboh Gadang memiliki luas terkecil yakni 25,56 km2.

Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Padang Pariaman termasuk daerah rawan bencana alam. Jenis bencana alam yang pernah dan berpotensi terjadi di Kabupaten

Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar, maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk penanggulangan bencana.

Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat, tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat.

Dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman membentuk Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB) Kabupaten Padang Pariaman sesuai Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 39/KEP/BPP/2009 tanggal 7 April 2009 dengan menunjuk Bupati Padang Pariaman sebagai ketua. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah menyusun Prosedur Tetap (Protap) Penanggulangan Bencana Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2008 berdasarkan Peraturan Bupati Padang Pariaman Nomor 13 Tahun 2008 tanggal 2 Januari 2008 namun Protap tersebut tidak dijadikan pedoman dalam penanggulangan bencana gempa bumi pada tanggal 30 September 2009. Hal tersebut terlihat pada saat penanggulangan Bencana Gempa Bumi tanggal 30 September 2009, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman membentuk Tim Penanganan Tanggap Darurat yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 3/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 Kabupaten Padang Pariaman dengan menunjuk Asisten II sebagai Koordinator Komando dan Pengendali, Wakil Bupati Padang Pariaman sebagai Penanggung Jawab, dan Bupati Padang Pariaman sebagai Pengarah. Tim Penanganan Tanggap Darurat bergerak berdasarkan bidang-bidang tertentu sesuai Surat Keputusan tersebut.

(22)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

17

pada masa tanggap darurat dan sistem distribusi logistik. Kegiatan penanggulangan bencana pada masa tanggap darurat masih belum menguraikan secara detail kegiatan yang dilakukan pada masa tanggap darurat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sistem distribusi logistik juga belum menyesuaikan dengan Sistem Manajemen Logistik dan Peralatan sesuai Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum menetapkan peta rawan bencana dan rute lokasi evakuasi pengungsi dengan jelas.

Pemeriksaan lebih lanjut atas pelaksanaan penanggulangan bencana tersebut diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman belum didukung dengan peralatan yang memadai. Mengingat wilayah Kabupaten Padang Pariaman yang cukup luas, alat berat yang dimiliki dan digunakan untuk penanganan bencana oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Padang Pariaman hanya sebanyak dua unit. Selain itu, Pemerintah Kabupaten

Padang Pariaman juga tidak memilikitempat tidur lipat (valbed) untuk penanganan evakuasi.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pedomanan Penyiapan Sarana dan Prasarana dalam Penanggulangan Bencana:

a. Pasal 2 yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah menyiapkan sarana dan prasarana

dalam penanggulangan bencana di daerah dalam upaya mencegah, mengatasi, dan menanggulangi terjadinya bencana di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

b. Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

1) Peralatan peringatan dini sesuai kondisi dan kemampuan daerah;

2) Posko Bencana beserta perlengkapan pendukung seperti peta lokasi bencana, alat

komunikasi, tenda darurat, genset (alat penerangan), kantong-kantong mayat, dll.;

3) Kendaraan operasional sesuai dengan kondisi daerah;

4) Peta rawan bencana;

5) Rute dan lokasi evakuasi pengungsi;

6) Prosedur tetap penanggulangan bencana;

7) Dapur umum berikut kelengkapan logistiknya;

8) Pos kesehatan dengan tenaga medis dan obat-obatan;

9) Tenda-tenda darurat untuk penampungan dan evakuasi pengungsi, penyiapan valbed

serta penyiapan tandu dan alat perlengkapan lainnya;

10)Sarana air bersih dan sarana sanitasi/MCK ditempat evakuasi pengungsi dengan

memisahkan sarana sanitasi/MCK untuk laki-laki dan perempuan;

11)Peralatan pendataan bagi korban jiwa akibat bencana (meninggal dan luka-luka,

pengungsi, bantuan masyarakat, Pemerintah dan Swasta); dan

12)Lokasi sementara bagi pengungsi.

(23)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

18

Hal tersebut terjadi karena Bupati Padang Pariaman sebagai Ketua Satlak PB belum menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai dalam upaya untuk menanggulangi bencana alam di Kabupaten Padang Pariaman.

Atas permasalahan tersebut Sekretaris Daerah selaku Sekretaris Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman menyatakan bahwa untuk kedepannya, Protap Penanggulangan Bencana Kabupaten Padang Pariaman akan disempurnakan sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 dan akan dilengkapi juga dengan penyesuaian sistem distribusi logistik sesuai Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2008. Selain itu, jumlah sarana dan prasarana untuk penanggulangan bencana memang masih terbatas, oleh karena itu penyediaannya akan dilakukan secara bertahap sesuai ketentuan.

BPK RI menyarankan Bupati Padang Pariaman agar segera mengalokasikan anggaran sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2007 tentang Pedomanan Penyiapan Sarana dan Prasarana dalam Penanggulangan Bencana supaya dapat mengoptimalkan kegiatan penanggulangan bencana alam di Kabupaten Padang Pariaman.

3. Penyaluran Uang Lauk Pauk (ULP) Tidak Tertib dan Kurang Dibayarkan Minimal

Sebesar Rp12.766.110.000,00.

Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Padang Pariaman termasuk daerah rawan bencana alam. Jenis bencana alam yang pernah dan berpotensi terjadi di Kabupaten

Bencana alam tersebut berdampak terhadap kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya.

Guna menghindari dan mengurangi kerugian masyarakat yang sangat besar, maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan dana yang memadai untuk penanggulangan bencana.

Dalam rangka penanggulangan bencana alam gempa bumi di Sumatera Barat tanggal 30 September 2009 yang berdampak sangat besar pada Kabupaten Padang Pariaman, Pemerintah Pusat dhi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi bencana tersebut. Salah satu upayanya adalah dengan pemberian bantuan Uang Lauk Pauk (ULP) kepada masyarakat untuk para korban gempa yang rumahnya mengalami rusak berat.

(24)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

19

Sumatera Barat yang kemudian menyerahkannya kepada Kabupaten/Kota yang terkena bencana. Penyaluran dilengkapi dengan bukti penerimaan berupa kwitansi dan berita acara penyerahan bantuan. Penyaluran bantuan kepada penerima bantuan dilakukan secara berjenjang dengan bukti penerimaan yang diketahui saksi-saksi yang sah yang kemudian direkapitulasi dan diadministrasikan menurut tingkatan wilayah.

Pemberian bantuan Uang Lauk Pauk bagi korban bencana gempa bumi 30 September 2009 ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-51-2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360/1391/SK-2009 tanggal 17 Oktober 2009 tentang Pemberian Bantuan Untuk Korban Meninggal Dunia, Bantuan Uang Lauk Pauk dan Bantuan Transportasi Bagi Petugas Posko Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009 dan Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 190/KEP/BPP/2009 tentang Bantuan Beras dan Uang Lauk Pauk bagi Korban Bencana Gempa Bumi Tanggal 30 Oktober 2009 di Kabupaten Padang Pariaman. ULP ini diberikan kepada penduduk yang rumahnya rusak berat/total/roboh akibat bencana gempa bumi tanggal 30 September 2009.

Jumlah alokasi ULP untuk Kabupaten/Kota didasarkan pada jumlah kepala keluarga (KK) yang rumahnya mengalami rusak berat sebesar Rp5.000,00/hari/Jiwa dengan pembayaran maksimal sebanyak 5 orang per Kepala Keluarga selama 30 hari. Penyaluran ULP oleh Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dibagi dalam tiga tahap.

Berdasarkan pemeriksaan atas dokumen Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 190/KEP/BPP/2009 diketahui bahwa Kabupaten Padang Pariaman menerima alokasi ULP sebanyak 36.000 KK dengan rincian sebagai berikut:

No. Uraian Tanggal Penerimaan Jumlah (Rp)

1. ULP Tahap I 8 Oktober 2009 9.023.750.000,00 2. ULP Tahap II 13 Oktober 2009 9.023.750.000,00 3. ULP Tahap III 20 Oktober 2009 9.023.750.000,00 JUMLAH 27.071.250.000,00

ULP tersebut diterima oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman melalui rekening Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat Kas Kantor Bupati Pariaman Nomor 0500.0105.00003-8 a.n. Bantuan Satkorlak PBP PD Pariaman. Penerimaan dan penyaluran dana ULP tersebut dikelola oleh Bendahara Pelaksana Harian Tim Penanganan Tanggap Darurat Kabupaten Padang Pariaman yang ditunjuk sesuai Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 3/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009.

Berdasarkan pemeriksaan atas penyaluran ULP tersebut ke masyarakat diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. ULP tahap I telah disalurkan seluruhnya ke masyarakat melalui kecamatan yang kemudian

(25)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

20

b. Penyaluran ke Kecamatan oleh Bendahara Pelaksana Harian Tim Penanganan Tanggap

Darurat dilakukan dengan cara transfer melalui Surat Satlak PB Nomor 07/Satlak PB/X-09 yang memerintahkan BPD untuk mentransfer uang sejumlah Rp8.226.000.000,00 ke seluruh rekening kecamatan di wilayah Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah masing-masing kecamatan sesuai yang tertera dalam surat tersebut,

c. Selain ditransfer, ULP sebesar Rp1.038.750.000,00 dibagikan langsung ke masyarakat oleh

Bupati dan Wakil Bupati dengan rincian sebagai berikut:

1) Penyerahan ULP tahap I langsung/tunai oleh Bupati:

No Tanggal Kecamatan Jumlah (Rp)

1 8 Okt 2009 V Koto Timur 150,000,000.00 2 9 Okt 2009 Enam Lingkung 75,000,000.00 3 9 Okt 2009 2x11 Enam Lingkung 45,000,000.00 4 9 Okt 2009 VII Koto Sei Sarik 30,000,000.00 5 10 Okt 2009 Nan Sabaris 45,000,000.00 6 10 Okt 2009 Ulakan Tapakis 18,750,000.00 7 10 Okt 2009 Sintuk Toboh Gadang 15,000,000.00 8 11 Okt 2009 Lubuk Alung 30,000,000.00 9 11 Okt 2009 Batang Anai 30,000,000.00

Jumlah 438,750,000.00

2) Penyerahan ULP tahap I secara langsung/tunai oleh Wakil Bupati:

No Tanggal Kecamatan Jumlah (Rp)

1 8 Okt 2009 Patamuan 150,000,000.00 2 9 Okt 2009 V Koto Kp Dalam 150,000,000.00 3 9 Okt 2009 IV Koto Aur Malintang 150,000,000.00 4 10 Okt 2009 Sei Limau 75,000,000.00 5 10 Okt 2009 Batang Gasan 75,000,000.00

Jumlah 600,000,000.00

d. ULP tahap II dan III disalurkan ke kecamatan pada tanggal 30 Oktober 2009. Penyaluran ULP

(26)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

21

No. Kecamatan Jumlah (Rp)

1. Batang Gasan 546.400.000,00

2. Sungai Limau 1.444.480.000,00

3. V Kt Kp Dalam 1.447.360.000,00

4. IV Koto Amal 1.043.280.000,00

5. Sei Geringging 1.615.450.000,00

6. V Koto Timur 1.444.630.000,00

7. Patamuan 911.250.000,00

8. VII Koto Sei Sarik 1.696.560.000,00

9. 2x11 Enam Lingkung 848.560.000,00

10. 2x11 Kayu Tanam 353.850.000,00

11. Sintuk TB Gadang 965.040.000,00

12. Lubuk Alung 1.010.240.000,00

13. Batang Anai 407.280.000,00

14. Nan Sabaris 1.497.630.000,00

15. Ulakan Tapakis 970.190.000,00

16. Padang Sago 477.840.000,00

17. Enam Lingkung 933.920.000,00

Jumlah 17.613.960.000,00

e. Bendahara Tim Penanganan Tanggap Darurat Kabupaten Padang Pariaman baru menyalurkan

ULP tahap II dan III kepada kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Padang Pariaman pada tanggal 30 Oktober 2009 karena masih menunggu hasil verifikasi rumah rusak berat yang dilakukan oleh tim verifikator yang dibentuk berdasarkan Surat Perintah Tugas Sekretariat Daerah Nomor 050/Set/Bappeda/2009 untuk melaksanakan Tugas Verifikasi data kerusakan akibat gempa 30 September 2009 ke kecamatan, nagari, dan korong. Tim verifikasi tersebut melibatkan seluruh SKPD Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dan mulai bekerja mulai tanggal 17 s.d 20 Oktober 2009.

f. Selanjutnya diketahui bahwa terdapat 9 kecamatan yang menyalurkannya melampaui masa

keadaan darurat yang telah ditetapkan oleh Bupati Padang Pariaman dengan rincian sebagai berikut:

g. ULP Kabupaten Padang Pariaman dibagikan berdasarkan data rumah rusak berat. Untuk ULP

tahap I, data rumah rusak berat sebanyak 61.765 unit diperoleh dari kompilasi data masing-masing Wali Korong yang disampaikan melalui Kecamatan. Sedangkan data untuk

No. Kecamatan Tanggal penyaluran Jumlah (Rp) Keterangan

1. Sungai Limau 4 s.d 24 November 2009 350.000.000,00

2. Batang Gasan 2 s.d 4 November 2009 540.960.000,00

3. V Koto Timur 3 November 2009 1.409.430.000,00 Masa tanggap darurat bertambah

4. Patamuan 10 November 2009 469.600.000,00 Masa tanggap darurat bertambah

5. 2x11 Enam Lingkung 10 November 2009 690.400.000,00

6. Batang Anai 24 November 2009 8.560.000,00 Terjadi Penambahan Data

7. Nan Sabaris 3 s.d 25 November 2009 1.587.500.000,00

8. Padang Sago 24 November 2009 9.180.000,00 Terdapat Masy.belum terdata

9. Enam Lingkung 13 November 2009 42.300.000,00

(27)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

22

pembagian ULP tahap II dan III berdasarkan pada data verifikasi rumah rusak berat yang dilakukan oleh tim verifikasi yaitu sebanyak 59.693 unit (data alokasi dari BNPB untuk rumah rusak berat yang mendapatkan ULP adalah sebanyak 36.000 KK).

h. Pada pembagian ULP tahap I Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman menggunakan data korban dari laporan Wali Korong yaitu terdapat sebanyak 61.765 rumah rusak berat. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman mendistribusikan ULP tahap pertama dengan rumusan setiap rumah yang rusak berat kepala keluarganya akan diberikan dana ULP sebesar Rp5.000/hari untuk jangka waktu 30 hari atau senilai Rp9.264.750.000,00 (61.765 x 30 x Rp5.000,00). Setelah mendapatkan informasi berupa SK Gubernur Sumatera Barat Nomor 360-51-2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 360/1391/SK-2009 tanggal 17 Oktober 2009 tentang Pemberian Bantuan Untuk Korban Meninggal Dunia, Bantuan Uang Lauk Pauk dan Bantuan Transportasi Bagi Petugas Posko Bencana Alam Gempa Bumi 30 September 2009 yang menjelaskan bahwa ULP dibagikan untuk maksimal 5 jiwa dalam tiap unit rumah yang rusak berat, Bendahara Satlak menjelaskan bahwa dana ULP yang sudah disalurkan dikoreksi menjadi setara dengan 6 hari untuk total korban sebanyak 308.825 jiwa (61.765 rumah x 5 jiwa/rumah).

i. Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh tim verifikasi sesuai dengan Surat Perintah Tugas Sekretariat Daerah Nomor 050/Set/Bappeda/2009 untuk melaksanakan Tugas Verifikasi data kerusakan akibat gempa 30 September 2009 yang mulai bekerja dari tanggal 17 s.d 20 Oktober 2009 diketahui bahwa jumlah rumah rusak berat adalah sebanyak 59.693 unit dengan jumlah korban yang di data sebanyak 201.413 jiwa. Berdasarkan data tersebut, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman mendistribusikan ULP tahap II dan III kepada korban melalui surat Satlak PB Nomor 10/Satlak PB/X-09 yang memerintahkan BPD untuk mentransfer dana kepada 17 kecamatan dengan total sebesar Rp17.613.960.000,00. Dari jumlah tersebut, berdasarkan perhitungan yang dibuat oleh DPKD kebutuhan dana untuk tahap II dan III untuk 17 kecamatan adalah sebesar Rp15.913.560.000,00 selama 16 hari, sehingga terdapat kelebihan dana sebesar Rp1.700.400.000,00. Berdasarkan keterangan dari bendahara, kelebihan tersebut akan digunakan sebagai pembayaran kekurangan ULP untuk tahap I. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman baru membayarkan ULP selama 16 hari. Sedangkan sisanya selama 14 hari berdasarkan keterangan dari bagian DPKD adalah untuk 182.373 jiwa, dengan demikian ULP yang belum dibayarkan minimal sebesar Rp12.766.110.000,00 (182.373 jiwa x Rp5.000 x 14 hari). Jumlah tersebut masih dapat berubah karena informasi jumlah jiwa yang berhak mendapatkan ULP belum lengkap.

Berdasarkan konfirmasi secara uji petik kepada masyarakat di Kecamatan Nan Sabaris, diketahui masih terdapat minimal sebanyak 55 jiwa masyarakat di Korong Rimbo Dulang-Dulang yang rumahnya mengalami rusak berat namun masih belum terdata oleh Satlak PB dan belum menerima ULP.

(28)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

23 No Kecamatan Rumah Rusak Berat (Unit) Jiwa

1. VII Koto Sungai Sarik 37 130

2. Lubuk Alung 132 788

3. Nan Sabaris 273 895

Jumlah 442 1.813

Selain itu, masyarakat yang rumahnya mengalami rusak berat tersebut juga belum menerima ULP baik di Tahap I, II, dan III. Data tambahan sesuai tabel diatas diperoleh masing-masing kecamatan dari pengajuan dan pernyataan wali korong yang diketahui wali nagari. Tambahan data tersebut telah diajukan oleh masing-masing camat kepada Satlak PB kabupaten Padang Pariaman. Data ini diluar data verifikasi yang dibuat oleh Kabupaten. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas terdapat minimal sebanyak 1.813 jiwa korban gempa yang rumahnya rusak berat belum dibayarkan minimal sebesar Rp271.950.000,00 (1.813 jiwa x Rp 5000,00x 30 hari).

Setelah masa Tanggap Darurat berakhir tanggal 15 November 2009, angka data rumah rusak berat masih terus berubah karena masih menunggu tambahan data dari masing-masing kecamatan sehingga nilai yang harus dibayarkan sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 11 Desember 2009 belum dapat dipastikan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tanggal 28 Februari 2008 tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bancana:

1) Pasal 21 ayat (1) yang menyatakan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana

pada saat tanggap darurat meliputi:

a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber

daya;

b) Penentuan status keadaan darurat bencana;

c) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

d) Pemenuhan kebutuhan dasar;

e) Perlindungan terhadap kelompok rentan;

f) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.

2) Pasal 22 ayat (3) yang menyatakan bahwa pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan

melalui identifikasi terhadap:

a) Cakupan lokasi bencana;

b) Jumlah korban bencana;

c) Kerusakan sarana dan prasarana;

d) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum dan pemerintahan;

e) Kemampuan sumber daya alam dan buatan.

3) Pasal 41 ayat (3) yang menyatakan bahwa Dana Siap Pakai digunakan sesuai dengan

kebutuhan tanggap darurat bencana.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tanggal 28 Februari 2008 tentang Pendanaan

(29)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

24

1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dan

memberikan bantuan bencana kepada korban bencana;

c. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6 Tahun 2008 tanggal

17 Desember 2008 tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap Pakai Bab II poin E yang menyatakan bahwa batas waktu penggunaan Dana Siap Pakai adalah pada waktu status keadaan darurat, yaitu dimulai saat tanggap darurat ditetapkan sampai ketetapan tahap tanggap darurat selesai. Jangka waktu tanggap darurat beragam sesuai dengan besar kecilnya skala bencana yaitu 2 (dua) minggu sampai dengan 1 (satu) bulan setelah kejadian bencana dan dapat diperpanjang berdasarkan keputusan dari Presiden/Kepala Daerah.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Pelaksanaan penanganan penanggulangan bencana oleh Pemerintah Kabupaten Padang

Pariaman tidak terkoordinasi dengan baik;

b. Masyarakat Kecamatan Sungai Limau, Batang Gasan, V Koto Timur, Patamuan, 2x11

Enam Lingkung, Batang Anai, Nan Sabaris, Padang Sago, dan Enam Lingkung terlambat memanfaatkan ULP untuk memenuhi kebutuhannya;

c. Minimal sebanyak 59.693 rumah rusak berat dengan 182.373 jiwa kurang menerima ULP

untuk 14 hari;

d. Terdapat rumah rusak berat belum terdata dalam verifikasi dan belum menerima ULP

minimal sebanyak 1.813 jiwa dengan jumlah sebesar Rp271.950.000,00.

Hal tersebut terjadi karena :

a. Bupati Kabupaten Padang Pariaman selaku Ketua Satlak PB dan Pengarah Tim

Penanganan Tangap Darurat Kabupaten Padang Pariaman tidak optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan penanggulangan bencana gempa bumi;

b. Wakil Bupati selaku Ketua Pelaksana Harian Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

tidak optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan yang dilakukan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman;

c. Sekretaris Daerah selaku Wakil Ketua Pelaksana Harian Satlak PB Kabupaten Padang

Pariaman tidak optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan yang dilakukan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman;

d. Kepala Bagian Kesra Sekretariat Daerah selaku Bendahara Satlak PB Kabupaten Padang

Pariaman dalam melaksanakan tugasnya tidak memahami ketentuan yang berlaku;

e. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertugas sebagai koordinator, Tim Teknis, dan

(30)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

25

Atas permasalahan tersebut Sekretaris Daerah selaku Sekretaris Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman menyatakan bahwa pada tenggang waktu lebih kurang 2 minggu, Kabupaten Padang Pariaman masih disibukkan dengan kegiatan verifikasi ulang jumlah rumah rusak berat sehingga per tanggal 9 November 2009 diperoleh angka rumah rusak berat sebanyak 59.693 unit dengan jumlah jiwa sebanyak 201.413 jiwa, maka ULP yang didistribusikan hanya mencukupi untuk 16 hari. Perihal sampai saat ini masih terdapat rumah yang belum terdata lebih disebabkan oleh luasnya wilayah cakupan bencana gempa bumi d Kabupaten Padang Pariaman sedangkan waktu yang disediakan untuk tim melakukan verifikasi ke lapangan hanya 2 s.d. 4 hari, sehingga masih ada diantara rumah di jorong dan kelompok masyarakat yang tidak terjangkau oleh tim dan tidak masuk pendataan ulang.

BPK RI menyarankan agar Bupati Padang Pariaman:

a. Lebih optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan

penanggulangan bencana di wilayahnya pada masa yang akan datang;

b. Menegur secara tertulis Sekretaris Daerah selaku Wakil Ketua Pelaksana Harian Satlak

PB Kabupaten Padang Pariaman yang tidak optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan yang dilakukan oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman;

c. Menegur secara tertulis Kepala Bagian Kesra Sekretariat Daerah selaku Bendahara Satlak

PB Kabupaten Padang Pariaman dalam melaksanakan tugasnya tidak memahami ketentuan yang berlaku;

d. Menegur secara tertulis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertugas sebagai

Koordinator, Tim Teknis, dan Anggota Tim Verifikasi pada Kecamatan VII Koto Sungai Sarik, Lubuk Alung, dan Nan Sabaris yang tidak optimal dalam melaksanakan verifikasi rumah rusak berat pada wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Penatausahaan Bantuan Logistik Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman Tidak Tertib

Dalam rangka menunjang ketertiban administrasi pengelolaan bantuan logistik untuk korban bencana gempa bumi 30 September 2009, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman menetapkan Surat Keputusan Bupati Nomor 03/KEP/BPP/2009 tanggal 1 Oktober 2009 tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 Kabupaten Padang Pariaman dengan waktu tanggap darurat dimulai tanggal 1 Oktober 2009 sampai dengan 30 Oktober 2009. Hal lain yang yang juga ditetapkan dalam Surat Keputusan Bupati tersebut adalah membentuk Tim Penanganan Tanggap Darurat. Tim tersebut melibatkan seluruh personel Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD.

Untuk penanganan bantuan logistik diserahkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja (Dinsosnaker) yang bertugas melakukan penerimaan, pencatatan, penyimpanan sementara dan penyaluran bantuan logistik dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana gempa bumi.

(31)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

26

pendistribusian bantuan logistik untuk gempa dilakukan secara langsung ke lokasi bencana. Bantuan didistribusikan melalui Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman dengan menggunakan tiga metode sebagai berikut:

a. Metode dropping langsung dari Satlak PB. Metode ini didasarkan atas kebutuhan

masyarakat korban bencana dan pertimbangan ketersediaan barang pada gudang Satlak PB Kabupaten untuk kemudian disalurkan langsung barang-barang kebutuhan pada posko-posko bencana kecamatan dan nagari. Pendataan dan Perkiraan Kebutuhan Darurat secara cepat apabila terjadi bencana dilakukan oleh Tim Reaksi Cepat. Proyeksi kebutuhan masyarakat pada saat terjadinya gempa dilaksanakan. Data inilah yang

diperlukan oleh bidang logistik dalam pembagian sistem dropping logistik . Namun

hingga pemeriksaan berakhir tanggal 11 Desember 2009, pendataan dan perkiraan kebutuhan darurat Kabupaten Padang Pariaman belum diberikan kepada tim pemeriksa.

b. Metode permintaan kebutuhan masyarakat yang dikoordinasikan oleh pihak kecamatan

untuk disampaikan kepada Satlak PB. Camat dan Wali Nagari selaku Koordinator bencana dilapangan mengajukan permintaan secara tertulis kepada Satlak PB untuk kebutuhan bantuan logistik warga korban bencana diwilayahnya masing-masing. Setelah itu petugas gudang Satlak PB mengajukan persetujuan pengeluaran barang berupa sandang pangan kepada Sekretaris Satlak PB, sedangkan untuk perlengkapan yang berharga dan terbatas diteruskan melalui persetujuan Bapak Bupati/ Wakil Bupati selaku Pembina dan Ketua Satlak.

c. Pimpinan Daerah melakukan tinjauan lapangan pada lokasi-lokasi bencana, antara lain

Bupati/Wakil Bupati/Pimpinan DPRD/Anggota DPRD/Ibu Ketua PKK/Ibu Ketua Dharmawanita/Pimpinan SKPD, membawa logistik dari gudang Satlak PB untuk didistribusikan langsung kepada masyarakan korban bencana.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa penatausahaan pengelolaan logistik Kegiatan Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi 30 September 2009 belum tertib. Hal ini terlihat dari:

a. Sebagian bantuan logistik yang diterima oleh Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman

tidak dicatat secara tepat dan tidak berdasarkan bukti yang memadai.

Bantuan logistik yang diterima Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman dari Satkorlak PB

Provinsi Sumatera Barat dan para pendonor dilakukan dengan metode dropping maupun

(32)

BPK RI Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa

Tanggap Darurat

27

masuk yang dicatat bukan berdasarkan bukti BAST melainkan berdasarkan kepada Permintaan Satlak PB kepada Satkorlak PB Provinsi Sumbar.

Khusus untuk beras langsung didistribusikan oleh Koordinator Bidang Logistik Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman. Sampai dengan tanggal pemeriksaan berakhir Koordinator bidang logistik belum menyerahkan Berita Acara Serah Terima Barang Beras Bulog.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen Penerimaan dan Penyaluran bantuan logistik pada Satlak PB kabupaten Padang Pariaman, diketahui bahwa terdapat beberapa bantuan logistik yang tidak tercatat pada Berita Acara Serah Terima Barang dari Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat dan Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman (lihat Lampiran 1).

b. Masih terdapat selisih jumlah bantuan logistik yang disalurkan antara Unit Operasional

Penanganan Bencana (UOPB) Kecamatan dan Satlak PB Kabupaten Padang Pariaman.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh variabel store atmosphere yang teridiri dari: exterior, general interior, store layout, dan interior display secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen

Mengingat kondisi perusahaan yang tidak memungkinkan bila harus menambah sebuah server dan harddisk baru untuk keperluan logging misalnya, maka assessor harus mengajukan solusi

Arah kebijakan program KKBPK dan program PPPA di Kota Mataram adalah untuk meningkatkan kualitas perempuan dan meningkatkan pemenuhan hak-hak anak, serta untuk meningkatkan

Setelah melewati tahap validasi dan perangkat dinyatakan memenuhi standar kelayakan pengembangan penelitian dilanjutkan dengan uji pengembangan atau uji coba

Menurut Yudhi Munadi (2008:100) mendefenisikan komik juga dapat dijadikan media pembelajaran. Gambar dalam komik biasanya berbentuk atau berkarakter gambar kartun. Komik

2.498.000.000,- (Dua milyar empat ratus sembilan puluh delapan juta rupiah) Tahun Anggaran 2017, maka dengan ini diumumkan bahwa Pemenang E-lelang pemilihan langsung

Berdasarkan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran nyanyian Kakor Lalong pada siswa

Algoritma K-Means Clustering mampu mengelompokan data DAS menjadi beberapa kelompok sesuai kemiripan dan karekteristik masing-masing dengan Tingkat validasi data