• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN EKALIPTUS DAN DURIAN SEBAGAI TANAMAN AGROFORESTRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN EKALIPTUS DAN DURIAN SEBAGAI TANAMAN AGROFORESTRY"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN EKALIPTUS DAN DURIAN

SEBAGAI TANAMAN AGROFORESTRY

(LAND SUITABILITY MAPPING FOR EUCALYPTUS AND DURIAN AS AGROFORESTRY PLANTS USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM)

Oleh:

Rahmawaty1, A. Rauf2, H. R. Sitepu1

1Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 2Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan, North Sumatra, Indonesia 20155 Phone: 061 – 8213236 Fax. 061 – 8211924

Email: rahmawaty@usu.ac.id

ABSTRACT

Geographic Information Systems (GIS) has been applied widely. One of application is to evaluate land suitability classes. Land suitability is the activities to compare the requirements demanded by the type of land use with the properties or qualities of land owned by the land use. This study was conducted to assess and mapping land suitability for eucalyptus and durian as agroforestry plants in Payung Sub-District, Karo District, North Sumatra Province. In this study was used survey method to take soil samples in the field, matching method to analyze the suitability of land, and the GIS tools to map the land suitability classes. Land suitability classification (LSC) was evaluated based on matching method that reference and criteria was adopted from the Land Suitability for Agricultural Plants by the Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor-Indonesia. The process of land suitability classification is the appraisal and grouping of specific areas of land in terms of their suitability for defined uses. The results showed that the land suitability classes for eucalyptus was moderately suitable (S2) and marginal suitable (S3) and durian was marginal suitable (S3) as an agroforestry plants on some land units in the Payung Sub-District, Karo District, North Sumatra Province. There are several limiting factors, namely: rooting media, the availability of water, erosion, land preparation, temperature, and nutrient retention. Some of these factors can be resolved, so that the eucalyptus and durian can be developed as an agroforestry plants in this area.

(2)

ABSTRAK

Sistem Informasi Geografis (SIG) telah banyak diaplikasikan pada berbagai bidang ilmu. Salah satu aplikasinya adalah untuk mengevaluasi kelas kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan merupakan kegiatan untuk membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan kelas kesesuaian lahan ekaliptus dan durian sebagai tanaman agroforestry di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan mengambil sampel tanah di lapangan, metode matching untuk menganalisis kesesuaian lahan tanaman ekaliptus dan durian, serta Sistem Informasi Sistem untuk memetakan kelas kesesuaian lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan tanaman ekaliptus adalah cukup sesuai (S2) dan sesuai marjinal (S3) dan untuk durian adalah sesuai marjinal (S3) sebagai tanaman agroforestry pada beberapa satuan lahan di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pembatas, seperti: media perakaran, ketersediaan air, bahaya erosi, penyiapan lahan, tempertur, dan retensi hara. beberapa faktor tersebut dapat diatasi, sehingga tanaman ekaliptus dan durian dapat dikembangkan sebagai tanaman agroforestry di daerah ini.

Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis, Kesesuaian Lahan, Agroforestry

PENDAHULUAN

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk

penggunaan tertentu yang hasilnya digambarkan dalam bentuk peta. Inti dari evaluasi

lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan

yang akan diterapkan dengan sifat-sifat lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan

digunakan. Evaluasi Kesesuaian lahan perlu dilakukan agar menjadi dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan yang sesuai dengan

kesesuaiannya. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), hasil evaluasi lahan

merupakan dasar untuk perencanaan tataguna lahan yang rasional, sehingga tanah

dapat digunakan secara optimal dan lestari.

Menurut Djaenudin et al. (2003), kesesuaian lahan dapat dinilai untuk kondisi saat ini (present) atau setelah diadakan perbaikan (improvement). Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas

iklim, tanah, topografi, hidrologi dan/atau drainase sesuai untuk suatu usaha tani atau

komoditas tertentu yang produktif. Lebih lanjut Hardjowigeno (1994) membedakan

kelas kesesuaian lahan menjadi dua, yaitu : kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas

kesesuaian lahan potensial. Kelas kesesuaian lahan aktual atau kelas kesesuaian

(3)

yang ada pada saat ini. Sedangkan kelas kesesuaian lahan potensial adalah kelas

kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan keadaan yang akan dicapai apabila

dilakukan usaha-usah perbaikan sehingga harkat kesesuaian lahannya meningkat.

Hasil evaluasi lahan dapat disajikan dalam bentuk peta dengan menggunakan

teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis (SIG)

merupakan suatu sistem yang berorientasi operasi berkaitan dengan pengumpulan,

penyimpanan, dan manipulasi data yang bereferensi geografis secara konvensional.

Operasi ini melibatkan perangkat komputer (perangkat keras dan perangkat lunak)

yang mampu menangani data mencakup (input), (b) manajemen data (penyimpanan

dan pemanggilan data) dan (c) manipulasi dan analisis, dan (d) pengembangan produk

dan pencetakan (Aronoff, 1989). Fungsi peta antara lain untuk menunjukkan distribusi

keruangan dari fenomena-fenomena geografis termasuk sifat dan karateristik yang

posisinya sesuai dengan yang ada di permukaan bumi. Peta dapat membantu

memperluas batas pandang mata manusia untuk melihat karateristik keruangan

lingkungan (Sukoco, 1991).

Mengingat belum adanya informasi mengenai kelas kesesuaian lahan untuk

tanaman eukaliptus dan durian sebagai tanaman agroforestry di daerah Payung,

Kabupaten Karo dan belum tersedianya peta kesesuaian lahan, maka penelitian ini

perlu dilakukan untuk memberikan informasi kepada seluruh pihak yang memerlukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan kelas kesesuaian lahan aktual dan

potensial untuk tanaman eukaliptus dan durian sebagai tanaman agroforestry di

Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Januari

2013 yang meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian di lapangan,

pengolahan data dan penyajian hasil. Tempat penelitian adalah Kecamatan Payung,

Kabupaten Karo. Kecamatan Payung terletak pada Provinsi Sumatera Utara yang

berada pada 2o 55” LU dan 97o 55” BT. Tinggi dari permukaan laut berkisar antara 850

s/d 1200 mdpl dengan luas keseluruhan 47,24 km2. Secara administrasi Kecamatan

Payung berbatasan dengan Kecamatan Tiganderket dan Naman Teran di sebelah

Utara, Kecamatan Munte di sebelah Selatan, Kecamatan Tiganderket di sebelah Barat

dan Kecamatan Simpang Empat di sebelah Timur. Jarak kantor camat ke ibukota

Provinsi Sumatera Utara kurang lebih 93 km (BPS, 2011).

(4)

dilakukan pada tahap persiapan penelitian meliputi studi literatur dan pengumpulan

data yang berkaitan dengan penelitian, seperti penelaahan peta kelas lereng, peta

tutupan lahan dan peta tanah. Selanjutnya peta-peta tersebut dioverlaykan sehingga

diperoleh peta satuan lahan pengamatan. Hasil penelahaan ini digunakan sebagai

referensi dalam penentuan lokasi yang dijadikan areal pengamatan penelitian. 2)

Pelaksanaan penelitian di lapangan, Pengambilan data dilakukan secara dua tahap,

yaitu: pengumpulan data primer yang meliputi parameter fisik yang dapat diukur di

lapangan yaitu : kedalaman tanah, kemiringan lereng, batuan di permukaan, singkapan

batuan, drainase, bahaya banjir dan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis di

laboratorium sehingga diperoleh data berupa tekstur tanah, KTK, C-organik, kejenuhan

basa dan pH tanah. 3) Pengolahan data dan penilaian 4) Penyaian hasil.

Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial disajikan dalam

bentuk tabel dan peta yang memberikan keterangan kelas kesesuaian lahan dari

masing-masing tanaman untuk setiap satuan lahan yang dinilai. Penilaian dan

penyajian hasil kelas kesesuaian lahan tersebut berdasarkan FAO (1976), yaitu: S1,

S2, S3 dan N. Karateristik kesesuaian lahan yang diperlukan tanaman mengacu pada

Balai Penelitian Tanah (2003) dan Harjowigeno dan Widiatmaka (2007). Jenis-jenis

tanaman yang akan dievaluasi adalah Ekaliptus dan Durian. Pemilihan jenis tersebut

berdasarkan pengamatan lapangan bahwa pohon-pohon tersebut banyak tumbuh dan

(5)

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk Ekaliptus (Eucalyptus grandis)

Kualitas/ karateristik

(6)

Tabel 2. Kriteria kesesuaian lahan untuk Durian (Durio zibethinus)

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Satuan lahan dan karakteristik lahan

Satuan lahan di lokasi penelitian terdiri dari 10 kelas. Masing-masing kelas

memiliki luas yang berbeda-beda. Satuan lahan V seluas kurang lebih 1.300,75 hektar

(47,25%) merupakan satuan lahan terluas dan yang terkecil adalah satuan lahan IV

dengan luas kurang lebih 1,08 hektar (0,04%). Peta satuan lahan di lokasi penelitian

dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta satuan lahan lokasi penelitian

Karateristik lahan di lokasi penelitian memiliki variasi yang berbeda setiap

satuan lahanya. Suhu udara di lokasi penelitian berkisar antara 19.46oC sampai

21.13oC. Penurunan suhu tersebut berbanding terbalik dengan bertambahnya

ketinggian. Semakin bertambah ketinggian maka suhu udara menunjukkan penurunan.

Curah hujan pada lokasi penelitian sekitar 1863 mm/tahun dan rata-rata bulan kering

berkisar 2 – 3 kali setahun. Media perakaran pada lokasi penelitian yang terdiri dari

tekstur, drainase dan kedalaman tanah. Tekstur pada lokasi penelitian bervariasi mulai

dari agak kasar sampai halus. Kedalam tanah juga bervariasi dari sangat dangkal

hingga dalam. Drainase juga bervarisai mulai dari baik hingga terhambat. Retensi

hara yang terdapat pada lokasi penelitian memiliki nilai yang bervariasi. pH tanah

lokasi penelitian cenderung netral dan agak asam. KTK lokasi penelitian berkisar

(8)

lokasi penelitian berkisar antara datar hingga curam. Bahaya banjir juga terdapat di

dua lokasi satuan lahan, sedangkan untuk batuan permukaan dan singkapan batuan

terdapat di tiga satuan lahan.

Pemetaan kesesuaian lahan ekaliptus dan durian

Hasil analisis kelas kesesuaian lahan eukaliptus dan durian disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial Tanaman ekaliptus dan durian di Kecamatan Payung

Jenis

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, terlihat bahwa kesesuaian lahan aktual Ekaliptus

(Eucalyptus grandis) adalah cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N) yang didominasi oleh sesuai marjinal (S3) seluas 1.389,306 hektar (50,47%)

dilanjutkan oleh cukup sesuai (S2) seluas 1.302,479 hektar (47,32%) dan tidak sesuai

(N) seluas 60,948 hektar (2,21%). Peta kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial

Ekaliptus dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

Selain kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) terdapat juga kelas

kesesuaian lahan sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Faktor penghambat utama

pada kesesuaian lahan sesuai marjinal adalah kedalaman tanah. Selain kedalaman

tanah, juga terdapat temperatur, batuan permukaan dan singkapan batuan sebagai

faktor penghambat. Sedangkan untuk satuan lahan yang memiliki kesesuian lahan

tidak sesuai (N) faktor penghambat utama yang terdapat pada satuan lahan tersebut

(9)

Gambar 3. Peta kelas kesesuaian lahan aktual Ekaliptus (Eucalyptus grandis)

Gambar 4. Peta kelas kesesuaian lahan potensial Ekaliptus (Eucalyptus grandis)

Kelas kesesuaian lahan potensial Ekaliptus mengalami perubahan pada

beberapa satuan lahan dibandingkan dengan aktualnya. Perubahan tersebut terjadi

pada satuan lahan I. Perubahan tersebut berubah dari tidak sesuai menjadi sesuai

marjinal.

(10)

Kelas kesesuaian lahan Durian pada lokasi penelitian terdiri dari sesuai marjinal

(S3) dan tidak sesuai (N). Sesuai marjinal (S3) mendominasi lokasi penelitian dengan

luas 2313,208 hektar (84,03%) dan tidak sesuai seluas 439,525 hektar (15,97%). Suhu

rata-rata pada lokasi penelitian relatif rendah jika dibandingkan dengan persyaratan

tumbuh yang dibutuhkan oleh Durian. Suhu udara tersebut menjadi faktor penghambat

utama pada lokasi penelitian walaupun terdapat beberapa karateristik lahan lainya

yang menjadi faktor penghambat yang berkombinasi dengan suhu udara. Kedalaman

tanah rata-rata kurang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Durian. Pada beberapa

satuan lahan terdapat bahaya banjir atau genangan yang akan sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman.

Kelas kesesuaian lahan potensial durian mengalami peningkatan pada satuan

lahan I, akan tetapi kelas kesesuaian lahan pada satuan lahan yang lainya tetap sama

dengan kesesuaian lahan aktualnya. Perbaikan yang dilakukan pada satuan lahan I

ialah dengan melakukan penanaman sejajar kontur da membuat teras sehingga faktor

penghambat bahaya erosi dapat diminimalisir. Faktor penghambat pada satuan lahan

lainya bersifat permanen dan sulit diperbaiki sehingga tidak terjadi peningkatan

kesesuaian lahannya.

(11)

Gambar 6. Peta kelas kesesuaian lahan Durian

KESIMPULAN

Kelas kesesuaian lahan tanaman ekaliptus adalah cukup sesuai dan sesuai

marjinal dan untuk durian adalah sesuai marjinal untuk dikembangkan sebagai

tanaman agroforestry ini pada beberapa satuan lahan di Kecamatan Payung.

DAFTAR PUSTAKA

Aronoff, S. 1989. Geografic Information System : A Management Perespective. NDC Publications. Ottawa.

Balai Penelitian Tanah. 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimatologi. Badang Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan Hidayat, A. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32. Rome.

(12)

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Kecamatan Payung dalam Angka.

Rahmawaty, T. R. Villanueva, M. G. Carandang. 2011. Participatory Land Use Allocation, Case Study in Besitang Watershed, Langkat, North Sumatera, Indonesia. Lambert Academic Publishing. Jerman.

Gambar

Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk Ekaliptus (Eucalyptus grandis)
Tabel 2. Kriteria kesesuaian lahan untuk Durian (Durio zibethinus)
Gambar 2. Peta satuan lahan lokasi penelitian
Gambar 3. Peta kelas kesesuaian lahan aktual Ekaliptus (Eucalyptus grandis)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa penanda morfologis yang digunakan dalam penelitian ini cukup akurat sebagai alat identifikasi semai hibrid Acacia ( A. auriculiformis )

Sebagaimana dijelaskan oleh Benjamin Schneider (1975) ”iklim mempengaruhi para karyawan sehingga mereka dapat mengerti tatanan yang berlaku dalam lingkungan kerja dan memberi

Bila diterjemahkan secara bebas, arti dari legal service adalah pelayanan hukum, sehingga dalam pengertian legal service, bantuan hukum yang dimaksud sebagai gejala

Pendugaan keberadaan akuifer air tanah Klasifikasi batuan menurut perbedaan nilai tahanan jenis [m] sebagai dasar interpretasi di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel

Kebutuhan siswa yang harus dipenuhi untuk meningkatkan pemahaman mereka adalah adanya media pembelajaran yang mumpuni, sehingga siswa dapat memahami intisari

Menurut Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Selanjutnya disingkat UU Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa:.. 1) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

Predictors: (Constant), ACCOUNTING_BETA, DPR, ASSET_SIZE, LIKUIDITAS, LEVERAGE, ASSET_GROWTH, EVAR..