• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vektor di Bidang dan di Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Vektor di Bidang dan di Ruang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Vektor di Bidang dan di Ruang

4.1. Pengertian, notasi ,dan operasi pada vektor

Vektor merupakan istilah untuk menyatakan besaran yang mempunyai arah. Secara

geometris, vektor dinyakan dengan segmen-segmen garis yang terarah atau panah

di dalam bidang atau di ruang. Vektor biasanya dinyatakan dengan huruf kecil

tebal atau hurus kecil bergaris di atasnya (overbars), misal v atau v atau

dinotasikan dengan  .

Dalam bidang koordinat, kita dapat menyatakan titik v = (a, b) dengan vektor

kolom v = atau dalam bentuk v . Dalam hal ini a dan b adalah

bilangan real adalah komponen- komponen dari vektor tersebut (elemen/entri dari

matriks). Himpunan semua vector dengan dua komponen ini dinamakan R2

Gambar 4.1. vektor di R2

z

Gambar 4.2. vektor di R3

Dua vektor dikatakan sama jika elemen-elemen yang bersesuaian sama, jadi

(2)

Panjang vektor v = adalah v √ . Vektor dengan panjang atau

norm sama dengan satu disebut vektor satuan.

Operasi pada vektor

Operasi vektor meliputi:

1. Penjumlahan

2. Perkalian :

- Perkalian vektor dengan skalar

- Perkalian vektor dengan vektor lain: perkalian titik dan

perkalian silang.

Penjumlahan vektor

Misalkan u dan v adalah vektor-vektor di R2, maka jumlah kedua vektor tersebut

adalah u + v, yang komponennya merupakan jumlah dari

komponen-komponen yang bersesuaian dari u dan v. Secara geometri vektor u + v ini

berkorespondensi dengan titik keempat suatu jajaran genjang yang tiga titik

lainnya adalah ketiga vektor u, v, dan 0.

berikut

v

u + v

u

Gambar 4.3. penjumlahan vektor

Contoh 4.1.: Misalkan u = 2

(3)

u + v

u

v

0

Gambar 4.4. Contoh penjumlahan vektor

Perkalian vektor dengan skalar ( perkalian skalar)

Misalkan v vektor dan k scalar ( bilangan real), maka hasil perkalian skalar dari

vektor v adalah vektor yang diperoleh dengan mengalikan setiap elemen dari v

dengan k.

Jika k > 0 , maka kv searah dengan v, dan jika k < 0 maka kv berlawanan arah

dengan v.

2v

v

-2v

Gambar 4.5. Perkalian vektor dengan skalar

Contoh 4.2: Misal v = 0.5

1 dan k = 3, maka

kv = 3 0.5

(4)

Sebagai catatan, kadang-kadang vektor kolom v ditulis dalam bentuk (a,b) dan

bukan (a b). Ini adalah kesepakatan, untuk menghindari salah tafsir, seperti

misalnya

2

1 2 1 .

Secara analitis, kedua operasi vektor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Misal u = , , dan v = , , vektor di R3, dan k bilangan real, maka

- u + v = , ,

- u - v = , ,

- k u = , ,

Terkadang, vektor muncul dengan tidak dimulai di titik asal. Misalnya vektor P P

mempunyai titik permulaaan P1 = , , dan P2 = , , , maka

P P , , .

Contoh 4.3:

Komponen-komponen dari vektor v = P P dengan titik permulaan P1 = 2, 2,1

dan titik akhir P2 = 7,5, 5 adalah

v = 7 2,5 2 , 5 1 5,7, 6 ,

Secara sama untuk vektor di R2 dapat ditentukan dengan menghilangkan

komponen ketiga.

Perkalian antara dua vektor

Ada dua macam, yaitu:

- Hasil kali titik (dot product)

(5)

Dot Product

Dot product merupakan operasi antara dua buah vektor pada ruang yang sama

yang hasilnya berupa skalar. Sering disebut juga perkalian dalam, didefinisikan

sebagai berikut:

Misal, u dan v dua vektor pada ruang yang sama, maka hasil kali titik antara u dan

v adalah:

u.v = u v   ,

dimana:

u : panjang vektor u

v : panjang vektor v

: sudut antara u dan v

Contoh 4.4:

Misal u = (2,2) dan v = (2,0) maka tentukan u.v

Penyelesaian :

Pertama kita harus mengetahui besarnya sudut .

Perhatikan bahwa u dan v membentuk sudut   , sehingga

u.v = u . v cos ,

= 4√2 cos 4 .

Sering, tidak mudah untuk dapat mengetahui besar sudut antara dua vektor,

(6)

Selanjutnya mengingat aturan cosinus:

c

a

b

Gambar 4.6. Aturan cosinus pada segitiga

Pada segitiga seperti gambar 4.6 di atas dipunyai

2 cos .

Sekarang perhatikan vektor berikut

u

v ‐ u

v

Gambar 4.7. Aturan cosinus pada vektor

v ‐ u v u 2 u v  cos    

Dengan demikian dipunyai,

u v  cos    v u v ‐ u   

Misal u = , , dan v = , , vektor di R3, maka

u     , v     , dan

(7)

= 2     2     2    

Sehingga diperoleh

u v  cos         

2     2     2    

2 2 2  

.

Dengan demikian hasil kali titik dapat dituliskan sebagai:

u.v .

Dari formula ini diperoleh,

cos    u v .

Contoh 4.5:

Tentukan kembali hasil kali titik dari dua vektor pada contoh 4.4, kemudian

tentukan besar sudut yang dibentuk oleh kedua vektor tersebut!

Penyelesaian:

u.v

= 2 (2) + 2 (0)

= 4.

cos    u v   4

√8   2 1 2 √2.

Jadi besar sudut yang dibentuk oleh vektor u dan v adalah

(8)

Contoh 4.6:

Tentukan besar sudut yang dibentuk oleh vektor u = ( 4 ,0,3) dan v = (1,2, – 2).

Penyelesaian:

cos    u v  4 1 0 25   3 3 2 15.2

Jadi besar sudut yang dibentuk oleh vektor u dan v adalah

  arc cos  15.2

Sifat-sifat perkalian titik:

Jika u,v, dan w vektor-vektor di R2 atau R3 dan k skalar, maka:

(i) u.v = v.u

(ii) u.(v + w) = u.v + u.w

(iii) k(u.v) = (ku).v = u. kv

Sekarang perhatikan gambar berikut:

u

O

v

Gambar 4.8. Dua vektor saling tegak lurus

Pada gambar 4.8, vektor u dan v saling tegak lurus, besar sudut antara keduanya

adalah . jadi u.v = u . v cos 0.

Dengan demikian, dua buah vektor u dan v yang berada pada ruang yang sama,

(9)

hal ini dapat dikatakan u ortogonal terhadap v dan sebaliknya, v ortogonal

terhadap u, sering ditulis u v.

Contoh 4.7:

Vektor u = ( 2, – 3) dan v = (3,2) saling ortogonal, karena

u.v = 2(3) + (-3)(2) = 0.

Proyeksi orthogonal

Perhatikan bahwa sebarang vektor u selalu dapat dinyatakan sebagai jumlah dua

vektor lainnya, seperti pada gambar 4.9, u = w1 + w2

w1 u

w2 v

Gambar 4.9. vektor u sebagai jumlah dua vektor

Pada gambar 4.9, vektor w1 adalah komponen vektor u yang orthogonal terhadap

v, sedangkan vektor w2 adalah proyeksi orthogonal u pada v.

Pada gambar 4.9, terlihat bahwa

w2 = k v.

di lain pihak dipunyai,

u = w1 +w2

sehingga

u . v = (w1 +w2).v

(10)

= w1 . v + k v. v

= kv . v

= k v .

Jadi

u.v v

Dengan demikian dipeoleh rumus proyeksi orthogonal vektor u terhadap v adalah

w2 Proyv u  u.vv v.

Sedangkan komponen u yang orthogonal terhadap v adalah

w1 u  w2  u  u.vv v.

Contoh 4.8:

Tentukan proyeksi orthogonal vektor u = (1, 2,– 1) terhadap vektor v = ( 1, 3, 4),

dan tentukan komponen vektor u yang orthogonal terhadap v.

Penyelesaian:

Proyeksi orthogonal u pada v adalah

w2 Proyv u  u.vv v 

1 1 2 3 ‐1 4

26   1,3,4

3 26 ,

9 26 ,

12 26 .

Sedangkan komponen u yang orthogonal terhadap v adalah

(11)

Cross Product

Cross Product atau hasil kali silang merupakan hasil kali antara dua vektor di R3

yang menghasilkan vektor yang tegak lurus ( orthogonal) terhadap kedua vektor

yang dikalikan tersebut.

Misalkan u = , , dan v = , , vektor di R3, maka hasil kali silang

u dan v didefinisikan sebagai:

u   v 

 

, , .

Contoh 4.9:

Tentukan vektor w yang orthogonal terhadap dua vektor u = 1,2, 1 dan

v = 2,3,1 .

Penyelesaian:

Vektor yang tegak lurus terhadap dua vektor lain adalah hasil kali silang dari kedua

vektor tersebut, jadi

w = u   v

1 2 1

2 3 1

2 1 1 3  , 1 2 1 1 , 1 3 2 2

5,1,7 .

(12)

w . u 5 1 1 2 7 1 0

dan

w . v 5 2 1 3 7 1 0.

Beberapa sifat cross product:

(i) u . (u x v) = 0

(ii) v . (u x v) = 0

(iii)      . .

Dari sifat (iii) diperoleh:

     .

cos  cos    cos  

 sin   .

Dengan demikian dipunyai,

    sin . 

Sekarang perhatikan vektor berikut

v

v sin

u

(13)

Luas jajaran genjang pada gambar 4.10. adalah     sin .  Jadi

luas segitiga yang dibentuk oleh kedua vektor u dan v adalah setengah luas jajaran

genjang, yaitu:

Luaas segitiga =     .

Contoh 4.10:

Diketahui titik-titik di R3, yaitu: A (1,2,3), B ( 0,1,4), dan C (2,– 1,1). Tentukan

luas segitiga ABC!

Penyelesaian:

Misalkan u = AB = ( – 1, – 1, 1) dan v = AC = (1, – 3, – 2).

Untuk menghitung luas segitiga ABC terlebih dahulu hitung hasil kali silang antara

u dan v, yaitu:

    1 2 1 3 , 1 1 1 2 , 1 3 1 1    

5, 1,4)

dan

    √25 1 16 √42

Maka luas segitiga ABC =     √42 .

(Pembaca silakan mencoba dengan memisalkan u = BC dan v = BA atau u = CA

dan v = CB ).

Soal Latihan 4.1:

1. Misalkan u = 1,2, 1 , v = 2,3,1 , dan w = 3,4, 5 , maka carilah

komponen-komponen dari

(a) u + v (c) 2u + 3w

(14)

2. Diketahui titk P1 = 1, 2, 1 .

(a) Carilah sebuah vektor dengan titik permulaan P1 yang searah dengan

vektor v = (6,4,- 1).

(b) Carilah sebuah vektor yang berlawanan arah dengan vektor v = ( -2, 4,

1), yang mempunyai titik terminal P1.

3. Carilah semua skalar , , dan sehingga

2,7,8 1, 1,3 3,6,11 0,0,0 .

4. Tentukan sudut yang dibentuk oleh dua vektor u dan v berikut:

(a) u = (1, 2) dan v = (3, – 4)

(b) u = (1, 2, – 2) dan v = (8, – 2, 2)

5. Tentukan k sehingga vektor u dan v berikut orthogonal

(a) u = (k, 2) dan v = (3, – 6)

(b) u = (1, k, – 2) dan v = (8, – 2, k)

6. Tentukan proyeksi orthogonal vektor u pada v dan carilah komponen

vektor u yang orthogonal terhadap v, jika:

(a) u = (1, – 2) dan v = (– 3, 2)

(b) u = ( 2, –1, 3) dan v = (1, 2, 2)

7. Tentukan vektor w yang tegak lurus terhadap vektor u dan v, jika:

(c) u = (2, 1, – 2) dan v = (4, – 1, 2)

(d) u = (2, 0, 4) dan v = (– 7, 1, 3)

8. Tentukan luas segitiga yang ketiga titik sudutnya adalah A (2, 0, –3),

Gambar

Gambar 4.4. Contoh penjumlahan vektor
Gambar 4.6. Aturan cosinus pada segitiga
Gambar 4.8. Dua vektor saling tegak lurus
Gambar 4.9. vektor u sebagai jumlah dua vektor
+2

Referensi

Dokumen terkait

(a) Sebuah gambaran umum dari pesawat yang menekankan karakteristik fisik yang mungkin memiliki pengaruh pada saat pendaratan darurat di air, evakuasi, dan dalam prosedur

Sedangkan untuk masalah terkait pengembangan Functional Requirement dari SOLAS Chapter III menggunakan Goal-based standar safety level approach (GBS-SLA), Komite

Untuk kapal yang memulai konversi pada atau setelah 1 Januari 2017 untuk menggunakan bahan bakar Flashpoint rendah atau menggunakan bahan bakar Flashpoint rendah

Kelenjar ini se$ara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar  hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap hormon tiroid

Mengetahui model dan faktor-faktor penyakit pneumonia pada balita di Provinsi Jawa Timur menggunakan Regresi Logistik Biner berdasarkan strata dataran tinggi, sedang dan

Melalui sistem ini memberi kelebihan kepada rakyat bebas bersuara mengikut saluran yang betul. Seterusnya menjamin keadilan kepada rakyat untuk memilih wakil di peringkat

Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja

dan Barthes, L., 2009, Estimation of Gamma Raindrop Size Distribution Parameters: Statistical Fluctuations and Estimation Errors, Journal of Atmospheric and