TINJAUAN PUSTAKA
Letak dan Geografis Kecamatan Percut Sei Tuan
Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 km2 yang terdiri dari 18 desa dan 2 kelurahan dimana 5 desa dari wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10–20 m dengan curah hujan rata-rata 243 persen. Pusat pemerintahannya berkedudukan di Jalan Medan – Batang Kuis Desa Bandar Klippa (BPS, 2011).
Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan
Evaluasi lahan menurut Rayes (2007) ini adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim. Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat-sifat fisik lingkungannya, yang terdiri atas iklim, tanah, topografi, hidrologi dan atau drainase yang sesuai untuk usaha tani atau komoditas tertentu yang produktif.
Berdasarkan pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. Klasifikasi kesesuaian lahan bersifat spesifik untuk suatu tanaman atau untuk penggunaan tertentu, misalnya klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, kesesuaian lahan untuk tanaman jati, dan sebagainya. Klasifikasi kemampuan lahan (Land Capability Clasification) adalah penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokkannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari (FAO, 1976).
lahan adalah kesesuaian dari suatu bidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik, misalnya padi, jagung, kedelai, kelapa sawit, rambutan, durian, mahoni, akasia, meranti dan sebagainya (Rayes, 2007).
Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu kawasan dapat berbeda-beda, tergantung penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut matching antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang dinginkan (FAO, 1976).
Dalam tingkat kelas, kemampuan lahan menunjukkan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat. Dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) diterangkan mengenai tanah yang dikelompokkan ke dalam kelas I sampai kelas VIII, dimana semakin tinggi kelasnya, kualitas lahannya semakin jelek, berarti resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah dan pilihan penggunaan lahan yang dapat diterapkan semakin terbatas. Tanah kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai untuk usaha pertanian, sedangkan kelas V sampai VIII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengelolaannya.
a. Kelas I
responsif terhadap pemupukan. Lahan kelas I tidak mempunyai penghambat atau ancaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk usaha tani tanaman semusim dengan aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur tanah yang baik diperlukan guna menjaga kesuburan dan mempertinggi produktivitas.
b. Kelas II
Lahan kelas II mempunyai beberapa penghambat yang dapat mengurangi pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha pengawetan tanah yang tingkatnya sedang, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, pembuatan guludan, disamping tindakan-tindakan pemupukan. Faktor penghambat lahan kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut: lereng melandai (gentle slope), kepekaan erosi atau erosi yang telah terjadi adalah sedang, kedalaman tanah agak kurang ideal, struktur tanah agak kurang baik, sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah diperbaiki, kadang-kadang tergenang atau banjir, drainase yang buruk (wetness) yang mudah diperbaiki dengan saluran drainase, dan iklim sedikit menghambat.
c. Kelas III
kesuburan tanah. Faktor penghambat lahan kelas III adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat berikut: lereng agak curam, kepekaan erosi agak tinggi atau erosi yang telah terjadi cukup berat, sering tergenang banjir, permeabilitas sangat lambat, masih sering tergenang meskipun drainase telah diperbaiki, dangkal, daya menahan air rendah, kesuburan tanah rendah dan tidak mudah diperbaiki, salinitas atau kandungan Na sedang, dan penghambat iklim sedang.
d. Kelas IV
Lahan kelas IV mempunyai penghambat yang berat yang membatasi pilihan tanaman yang dapat diusahakan, memerlukan pengelolaan yang sangat berhati-hati, atau kedua-duanya. Penggunaan lahan kelas IV sangat terbatas karena salah satu atau kombinasi dari penghambat berikut: lereng curam, kepekaan erosi besar, erosi yang telah terjadi berat, tanah dangkal, daya menahan air rendah, sering tergenang banjir yang menimbulkan kerusakan berat pada tanaman, drainase terhambat dan masih sering tergenang meskipun telah dibuat saluran drainase, salinitas atau kandungan Na agak tinggi, dan penghambat iklim sedang.
e. Kelas V
sangat buruk atau terhambat, sering kebanjiran, berbatu-batu, dan penghambat iklim cukup besar.
f. Kelas VI
Lahan kelas VI mempunyai penghambat yang sangat berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput ternak atau dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput harus dijaga agar rumputnya selalu menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu harus selektif. Bila dipaksakan untuk tanaman semusim, harus dibuat teras bangku. Lahan ini mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki, yaitu salah satu atau lebih sifat-sifat berikut: lereng sangat curam, bahaya erosi atau erosi yang telah terjadi sangat berat, berbatu-batu, dangkal, drainase sangat buruk atau tergenang, daya menahan air rendah, salinitas atau kandungan Na tinggi, dan penghambat iklim besar.
g. Kelas VII
Lahan kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk usaha tani tanaman semusim dan hanya sesuai untuk padang penggembalaan atau dihutankan. Faktor penghambatnya lebih besar dari kelas VI, yaitu salah satu atau kombinasi sifat-sifat berikut: lereng terjal, erosi sangat berat, tanah dangkal, berbatu-batu, drainase terhambat, salinitas atau kandungan Na sangat tinggi, dan iklim sangat menghambat.
h. Kelas VIII
untuk daerah rekreasi cagar alam atau hutan lindung. Penghambat yang tidak dapat diperbaiki lagi dari lahan ini adalah salah satu atau lebih sifat berikut: erosi atau bahaya erosi sangat berat, iklim sangat buruk, tanah selalu tergenang, berbatu-batu, kapasitas menahan air sangat rendah, salinitasnya atau kandungan Na sangat tinggi, dan sangat terjal.
Karakteristik dan Kualitas Lahan
Karakteristik lahan
Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau diduga. Menurut FAO (1976), karakteristik lahan terdiri atas:
a. Karakteristik tunggal, misalnya total curah hujan, kedalaman tanah, lereng dan lain lain.
b. Karakteristik majemuk, misalnya permeabilitas tanah, drainase, kapasitas tanah menahan air dan lain lain.
utama, sehingga hasil penilaian kalau ada pembatas tersebut tidak akan menjatuhkan pada kelas N (tidak sesuai).
Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu: topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah.
1. Topografi
Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Relief dan kelas lereng disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Bentuk wilayah dan kelas lereng
No. Relief Lereng (%)
tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman.
2. Tanah
Faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya drainase tanah, tekstur, kedalaman tanah dan retensi hara (pH, KTK), serta beberapa sifat lainnya diantaranya alkalinitas, bahaya erosi dan banjir/genangan.
1. Drainase Tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air. Drainase tanah menurut Rayes (2007) diklasifikasikan sebagai berikut:
d0 = Berlebihan (excessively drained) d1 = Baik
d2 = Agak baik d3 = Agak buruk d4 = Buruk
2. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dengan persentase. Pengamatan tekstur tanah dapat dilakukan dengan cara merasa dengan tangan (texture by feel) atau analisis mekanis di laboratorium (Tim Dasar Ilmu Tanah FP USU, 2010).
Untuk menentukan klasifikasi kemampuan lahan tekstur lapisan atas tanah (0 – 30 cm) dan lapisan bawah (30 – 60 cm), perhatikan pengelompokan berikut: t1 = tanah bertekstur halus, meliputi tekstur liat berpasir, liat berdebu dan liat t2 = tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat dan lempung liat berdebu
t3 = tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu dan debu
t4 = tanah bertekstur agak kasar, meliputi tekstur lempung berpasir, lempung berpasir halus dan lempung berpasir sangat halus
t5 = tanah bertekstur kasar, meliputi tekstur pasir berlempung dan pasir (Rayes, 2007).
3. Kedalaman Tanah
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut: k0 = dalam (>90 cm)
k2 = dangkal (50 – 25 cm) k3 = sangat dangkal (<25 cm) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
4. Kemasaman Tanah
Keasaman tanah (pH) mempengaruhi pertumbuhan akar. pH tanah dengan kisaran 5,0 – 8,0 berpengaruh langsung pada pertumbuhan akar. Meskipun masing-masing tanaman menghendaki kisaran pH tertentu, tetapi kebanyakan tanaman tidak dapat hidup pada pH sangat rendah (di bawah 4,0) dan sangat tinggi (di atas 9,0). Karena pada pH tersebut merupakan kondisi yang beracun bagi pertumbuhan akar tanaman. Keasaman tanah (pH) dapat juga menentukan kelakuan dari unsur-unsur hara tertentu karena pH dapat mengendapkan atau membuatnya tersedia (Islami dan Utomo, 1995).
Ditentukan atas dasar pH tanah pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 50 cm seperti dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Klasifikasi pH tanah
Kelas pH Tanah
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)
5. Bahaya Erosi
memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Tingkat bahaya erosi tersebut disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. Tingkat bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang
(cm/tahun)
Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut. Semakin tinggi tempat, semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Braak (1928) dalam Mohr et al. (1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut :
Keterangan :
T = temperatur (oC)
26,3oC = temperatur rata-rata pada permukaan laut
h = ketinggian tempat dalam hektometer (100 meter)
2. Curah Hujan
Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975) dalam Guslim (2007) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm. Kriteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi.
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Intensitas hujan dapat diklasifikasikan sebagaimana tertera pada tabel. Tabel 4. Klasifikasi intensitas hujan (dalam Kohnke dan Bertrand, 1959)
Intensitas Hujan (mm/jam) Klasifikasi
Kurang dari 6,25 Rendah (gerimis)
6,25 – 12,50 Sedang
12,50 – 50,00 Lebat
Lebih dari 50,00 Sangat lebat
Kualitas lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976).
Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu sehingga merupakan faktor pembatas. Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan, sebagai contoh ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman menurut Beek (1978) dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, zona perakaran dan pecahan batuan/bahan kasar di dalam profil tanah.
kadar garam, unsur-unsur beracun, hama dan penyakit tanaman, bahaya banjir, suhu, sinar matahari dan photo period, iklim, kelembaban udara, masa kering untuk pematangan tanaman dan kepekaan erosi. Kualitas lahan tersedianya oksigen di daerah perakaran tanaman misalnya, dapat ditaksir dari sering tidaknya daerah tersebut tergenang air. Kualitas lahan tersedianya air dapat ditentukan dari curah hujan, evapotranspirasi, tersedianya air irigasi dan sebagainya (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kualitas lahan yang berhubungan dan berpengaruh terhadap hasil atau produksi tanaman di dalam FAO (1976), antara lain terdiri atas: Ketersediaan air, Ketersediaan hara, Ketersediaan oksigen dalam zona perakaran, Kondisi dan sifat fisik dan morfologi tanah, Kemudahan lahan untuk diolah, Salinitas dan alkalinitas, Toksisitas tanah (misalnya aluminium, pirit), Ketahanan terhadap erosi, Hama dan penyakit tanaman yang berhubungan dengan kondisi lahan, Bahaya banjir, Rezim temperatur, Energi radiasi, Bahaya unsur iklim terhadap pertumbuhan tanaman (angin, kekeringan), dan Kelembaban udara yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan yang dipakai pada metode evaluasi lahan diberikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan antara karakteristik lahan dengan kualitas lahan
Kualitas Lahan Karakteristik Lahan
Temperatur (tc) Temperatur rerata (oC) atau evaluasi
(m)
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm), Lamanya masa
kering (bulan), Kelembaban udara (%)
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Media perakaran (rc) Drainase, Tekstur, Bahan kasar (%),
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol/kg), Kejenuhan basa (%), pH H2O, C-organik(%)
Toksisitas (xc) Aluminium, Salinitas/DHL (dS/m)
Sodisitas (xn) Alkalinitas (%)
Bahaya sulfidik (xs) Pirit (bahan sulfidik)
Bahaya erosi (eh) Lereng (%), Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh) Genangan
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%), Singkapan
batuan (%) Sumber: Rayes(2007)
Persyaratan Tumbuh Tanaman
Persyaratan penggunaan lahan dari sebuah tipe penggunaan lahan adalah suatu perangkat kualitas lahan yang akan dibutuhkan agar tipe penggunaan lahan yang spesifik dapat berfungsi dengan baik. Semua jenis komoditas, termasuk tanaman pertanian untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan tertentu yang berbeda satu sama lain. Persyaratan tersebut terutama terdiri atas energi radiasi, temperatur (suhu), lengas (kelembaban), oksigen dan hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan. Persyaratan tumbuh tanaman lainnya adalah yang tergolong sebagai kualitas lahan media perakaran. Media perakaran ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif tanah. Pada umumnya tanaman menghendaki drainase yang baik sehingga aerasi tanah cukup baik. Dengan demikian akan cukup tersedia oksigen dalam tanah dan akar tanaman dapat berkembang dengan baik serta mampu menyerap unsur hara secara optimal (FAO, 1983).
mempunyai batasan kisaran minimum, optimum dan maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau penggunaan lahan tersebut merupakan batasan kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas lahan yang dibawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2) dan atau sesuai marginal (S3). Diluar batasan tersebut di atas merupakan lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N).
Kesesuaian Lahan dengan Tanaman
Tanaman yang dapat tumbuh pada suatu lahan merupakan tanaman yang mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh di sembarang lahan. Meskipun dapat tumbuh, pertumbuhan tanaman menjadi kurang sempurna. Berdasarkan hal ini, pemilihan tanaman perlu dilakukan secara selektif agar diperoleh produksi yang sesuai dengan harapan (Indriani, 1993).
Setelah kondisi lingkungan setempat diketahui, maka jenis tanaman dapat segera dipilih. Pemilihan ini dilakukan dengan mencocokkan syarat tumbuh tanaman dengan kondisi lingkungan, demikian juga dengan jenis tanahnya. Setelah jenis tanahnya diketahui, dicocokkan dengan jenis tanaman yang sesuai. Syarat tumbuh tanaman yang telah diketahui kemudian dicocokkan dengan keadaan lingkungan. Setelah mempertimbangkan keadaan lingkungan yang meliputi tipe iklim, curah hujan, ketinggian tempat, temperatur, kelembaban dan jenis tanahnya, maka dapat diketahui beberapa jenis tanaman yang dapat ditanam di lahan yang tersedia (Indriani, 1993).
Sistem Informasi Pertanian
Informasi merupakan sumber daya penting dalam pertanian modern. Perkembangan komputer dan perbaikan teknologi komunikasi memberikan petani kesempatan untuk memperoleh informasi teknis dan ekonomi dengan cepat dan menggunakannya secara efektif untuk pengambilan keputusan. Pelaku pengembangan pertanian membutuhkan informasi inovasi pertanian yang memadai sebagai dasar strategi perencanaan dan pertimbangan untuk pengembangan usaha tani lebih lanjut (BPPT, 2004).
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan pertanian baik oleh departemen pertanian maupun swasta (Hanani et al, 2003).
Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Definisi SPK
Definisi awal sistem pendukung keputusan (SPK) menunjukkan SPK sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma. Beberapa ahli memberikan defenisi mengenai SPK sebagai berikut:
− Menurut Mann dan Watson, Sistem pendukung keputusan merupakan
suatu sistem interaktif, yang membantu pengambilan keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur.
− Menurut Gorry dan Scott Morton (1971), Sistem pendukung keputusan
adalah sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah tidak terstruktur.
− Menurut Keen dan Scott Morton (1978), Sistem pendukung keputusan
komputer untuk meningkatkan kualitas keputusan. SPK adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil keputusan manajemen yang menangani masalah-masalah tidak terstruktur.
− Menurut Kendall dan Kendall (1992), SPK merupakan suatu cara untuk
mengatur atau mengorganisir informasi dengan tujuan penggunaan dalam pengambilan keputusan.
SPK secara tidak langsung memberikan output dalam bentuk laporan, tetapi lebih bertujuan untuk menyediakan atau menunjang proses pengambilan keputusan melalui penyajian informasi yang di desain untuk pemecahan masalah dan kebutuhan aplikasi. Jadi, SPK tidak dapat menggantikan pengambilan keputusan manajerial dengan membuat keputusan untuk pengguna (Render dan Stair, 1994).
SPK adalah sistem yang memberi penekanan pada proses, bukan pada produk seperti halnya sistem informasi manajemen (Management Information System = MIS). Interaksi antara pengambil keputusan (Decision Maker = DM) dengan sistem merupakan fokus dalam SPK. Melalui interaksi dalam sistem, DM akan diberikan pilihan atau alternatif oleh SPK yang dapat membantu DM dalam membuat keputusan. O’Brien (1990) menuliskan bahwa SPK terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
• Perangkat keras (hardware resource) berupa sistem komputer yang
• Perangkat lunak (software resource) terdiri dari paket software SPK yang
disebut SPK generator, yang meliputi modul basis data, model dan manajemen dialog
• Basis data yang mengandung data dan informasi yang diekstrak dari suatu
organisasi, data eksternal, dan basis data manajer
• Basis model yang merupakan kumpulan dari model matematis dan teknik
analitis yang disimpan dalam berbagai modul program dan file
• Sumber daya manusia (people resources) yaitu manajer atau staf spesialis
untuk mengeksplorasi alternatif keputusan.
Penerapan SPK telah berkembang di berbagai bidang, termasuk bidang pertanian. Baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan telah mulai menggunakan SPK. Untuk tanaman suatu komoditi yang sama bisa terdapat lebih dari satu SPK, terutama disebabkan sudut pandang perancang SPK yang berbeda (O’Brien, 1990).
Karakteristik dan nilai guna SPK
Di dalam Daihani (2001) diuraikan adanya berbagai karakteristik yang membedakan SPK dengan sistem informasi lain yaitu:
1. SPK dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur.
3. SPK dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar pengoperasian komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif.
4. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi pada kebutuhan pemakai.
Dengan berbagai karakter khusus seperti yang dikemukakan di atas, SPK dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya. Keuntungan dimaksud diantaranya meliputi:
1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi bagi pemakainya.
2. SPK membantu pengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
4. Walaupun suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia mampu menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya karena SPK mampu menyajikan berbagai alternatif.
Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan di atas, SPK juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar).
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh SPK biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.
4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena walau bagaimanapun canggihnya suatu SPK, dia hanyalah suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi dengan kemampuan berpikir.
Komponen-komponen SPK
Daihani (2001) juga menyatakan bahwa SPK terdiri atas tiga komponen utama atau subsistem yaitu:
1. Subsistem Data (data base)
2. Subsistem Model (model base)
Keunikan dari SPK adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data dengan model-model keputusan. Kalau pada pangkalan data, organisasi data dilakukan oleh manajemen pangkalan data, maka dalam hal ini ada fasilitas tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model yang disebut dengan pangkalan model. Model adalah suatu peniruan dari alam nyata. Kendala yang sering kali dihadapi dalam merancang suatu model adalah bahwa model yang disusun ternyata tidak mampu mencerminkan seluruh variabel alam nyata, sehingga keputusan yang diambil yang didasarkan pada model tersebut menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, dalam menyimpan berbagai model pada sistem pangkalan model harus tetap dijaga fleksibilitasnya. Artinya harus ada fasilitas yang mampu membantu pengguna untuk memodifikasi atau menyempurnakan model, seiring dengan perkembangan pengetahuan.
3. Subsistem Dialog (user system interface)
Keunikan lainnya dari SPK adalah adanya fasilitas yang mampu mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Fasilitas atau subsistem ini dikenal sebagai subsistem dialog. Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan sehingga pengguna atau pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Fasilitas yang dimiliki oleh subsistem ini dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu:
• Bahasa Aksi (action language), yaitu suatu perangkat lunak yang dapat
dilakukan melalui berbagai pilihan media seperti keyboard, joystic atau key function lainnya.
• Bahasa Tampilan (display atau presentation language), yaitu suatu
perangkat yang berfungsi sebagai sarana untuk menampilkan sesuatu. Peralatan yang digunakan untuk merealisasikan tampilan ini diantaranya adalah printer, grafik monitor, plotter dan lain-lain.
• Basis Pengetahuan (knowledge base), yaitu bagian yang mutlak diketahui
oleh pengguna sehingga sistem yang dirancang dapat berfungsi secara efektif.
Kombinasi dari berbagai kemampuan di atas dikenal sebagai gaya dialog (dialog style). Gaya dialog ini terdiri atas beberapa jenis, diantaranya:
1. Dialog Tanya Jawab
Dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna dan pengguna menjawab. Kemudian dari hasil dialog ini sistem akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan pengguna.
2. Dialog Perintah
Dalam dialog ini, pengguna memberikan perintah-perintah yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi yang ada pada SPK.
3. Dialog Menu
menentukan pilihannya, pengguna sistem cukup menekan tombol-tombol tertentu dan setiap pilihan akan menghasilkan respon/jawaban tertentu. 4. Dialog Masukan/Keluaran
Dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui media ini, pengguna memasukkan perintah dan data. Disamping form input, juga disediakan form keluaran yang merupakan respon dari sistem. Setelah memeriksa keluaran, penggunaan dapat mengisi form masukan lainnya untuk melanjutkan dialog berikutnya.
(Daihani, 2001).
Proses pembangunan SPK
Menurut Daihani (2001), pada dasarnya untuk membangun suatu SPK dikenal 8 tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap ini, yang paling penting dilakukan adalah perumusan masalah serta penentuan tujuan dibangunnya SPK. Langkah ini merupakan langkah awal yang sangat penting, karena akan menentukan pemilihan jenis SPK yang akan dirancang serta metode pendekatan yang akan dipergunakan. 2. Penelitian
Berhubungan dengan pencarian data serta sumber daya yang tersedia. 3. Analisis
4. Perancangan
Pada tahap ini dilakukan perancangan dari ketiga subsistem utama SPK yaitu subsistem basis data, subsistem model dan subsistem dialog.
5. Konstruksi
Tahap ini merupakan kelanjutan dari perancangan, dimana ketiga subsistem yang ada digabungkan menjadi suatu SPK.
6. Implementasi
Tahap ini merupakan penerapan SPK yang dibangun. Pada tahap ini terdapat beberapa tugas yang harus dilakukan yaitu testing, evaluasi, penampilan, orientasi, pelatihan dan penyebaran.
7. Pemeliharaan
Merupakan tahap yang harus dilakukan secara terus menerus untuk mempertahankan keandalan sistem.
8. Adaptasi
Dalam tahap ini dilakukan pengulangan terhadap tahapan di atas sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan pengguna.
Basis Data
Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak guna memanipulasinya. Basis data merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan informasi bagi para pemakai. Penerapan database
Di dalam Asrianda dan Fadlisyah (2008) dinyatakan bahwa database adalah sekumpulan tabel-tabel yang saling berelasi, relasi tersebut bisa ditunjukkan dengan kunci dari tiap tabel yang ada. Satu database menunjukkan satu kumpulan data yang dipakai dalam satu lingkup perusahaan atau instansi. Database mempunyai kegunaan dalam mengatasi penyusunan dan penyimpanan data, maka seringkali masalah yang dihadapi adalah: redundansi dan inkonsistensi data, kesulitan dalam pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multi user, keamanan data, integritas data, serta kebebasan data.
Menurut Kadir dan Triwahyuni (2005) berdasarkan pengaksesannya, basis data dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
• Basis data individual
Basis data individual adalah basis data yang digunakan oleh perseorangan. biasanya basis data seperti ini banyak dijumpai di lingkungan PC. Visual dBASE, Microsoft Acces, Corel Paradox, dan Filemaker Pro merupakan contoh perangkat lunak yang biasa digunakan untuk mengelola basis data untuk kepentingan pribadi.
• Basis data perusahaan
• Basis data terdistribusi
Basis data terdistribusi adalah basis data yang tersimpan pada sejumlah komputer yang terletak pada beberapa lokasi. Model seperti ini banyak digunakan pada bank yang memiliki sejumlah cabang di berbagai kota dan melayani transaksi perbankan yang bersifat online.
• Bank data publik
Bank data publik adalah jenis basis data yang dapat dikases oleh siapa saja (publik) sebagai contoh, banyak situs web yang menyediakan data yang bersifat publik dan dapat diambil siapa saja secara gratis.
PHP dan MySQL
PHP
PHP adalah bahasa server-side scripting yang menyatu dengan hypertext
markup language (HTML) untuk membuat halaman web yang dinamis. Maksud
Menurut Peranginangin (2006), PHP tidak terbatas pada hasil keluaran HTML (HyperText Markup Languages). PHP juga memiliki kemampuan untuk mengolah keluaran gambar, file PDF, dan movies Flash. PHP juga dapat menghasilkan teks seperti XHTML dan file XML lainnya. Salah satu fitur yang dapat diandalkan oleh PHP adalah dukungannya terhadap banyak database. Berikut database yang dapat didukung oleh PHP: Adabas D, dBase, Direct MS-SQL, Empress, FilePro (read only), FrontBase, Hyperwave, IBM DB2, Informix, Ingres, Interbase, MSQL, MySQL, ODBC, Oracle (OCI7 dan OCI8), Ovrimos, PostgrSQL, Solid, Sybase, Unix DBM, dan Velocis.
MySQL
MySQL termasuk dalam kategori database management system, yaitu suatu database yang terstruktur dalam pengolahan dan penampilan datanya. MySQL merupakan database yang bersifat client server, dimana data diletakkan di sever yang bisa diakses melalui computer client. Pengaksesan dapat dilakukan apabila komputer telah terhubung dengan server. Berbeda dengan database desktop, dimana segala pemrosesan data harus dilakukan pada komputer yang bersangkutan (Sugiri dan Saputro, 2008).
MySQL adalah aplikasi database yang berjalan sebagai aplikasi service. Aplikasi service berjalan tanpa menampilkan antarmuka pada desktop atau pada
taskbar. MySQL menyediakan beberapa aplikasi tambahan yang berfungsi
telah didukung oleh beberapa macam bahasa pemrograman website, seperti active server page (ASP), PHP, dan Java (Wahana Komputer, 2006).
SQL singkatan dari Structure Query Language. Dalam bahasa Inggris sering dibaca SEQUEL. SQL merupakan bahasa query standar yang digunakan untuk mengakses basis data relasional. Standarisasi internasional terhadap SQL pertama kali dilakukan oleh ANSI (American National Standards Institution),
melalui publikasi Database Language SQL. Saat ini ANSI dan ISO (International Standards Organization) merupakan dua organisasi yang membuat standarisasi terhadap SQL (Kadir, 2003).
Dalam Sugiri dan Saputro (2008) dinyatakan juga bahwa MySQL merupakan database yang dikembangkan dari bahasa SQL (Structured Query
Language). SQL merupakan bahasa terstruktur yang digunakan untuk interaksi
antara script program dengan database server dalam hal pengolahan data. Dengan SQL, maka dapat dibuat tabel yang akan diisi data, memanipulasi data seperti menambah, menghapus dan meng-update data, serta membuat suatu perhitungan berdasarkan data yang ditemukan. SQL tidak hanya terbatas digunakan untuk mendapat suatu tampilan database statis, namun juga dikembangkan SQL3 yang berencana membuat SQL menjadi bahasa yang mendekati mesin turing misalnya
computable query atau recursive query.
1. MySQL merupakan database yang memiliki kecepatan tinggi dalam pemrosesan data, dapat diandalkan, mudah digunakan dan mudah dipelajari. MySQL telah banyak digunakan, sehingga jika ada masalah maka dapat bertanya langsung kepada banyak orang maupun melalui internet.
2. MySQL mendukung banyak bahasa pemrograman seperti C, C++, Perl, Phython, Java, dan PHP. Bahasa pemrograman tersebut dapat digunakan untuk berinteraksi maupun berkomunikasi dengan MySQL server. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai komponen pembentuk antarmuka
(interface) database MySQL. Pada MySQL tersedia MyODBC untuk
koneksi dengan aplikasi lain seperti MS Access, Visual Basic, Delphi dan lain-lain. Selain MyODBC, juga tersedia JDBC yang digunakan untuk berinteraksi dengan Java.
3. Koneksi, kecepatan, dan keamanannya, membuat MySQL sangat cocok diterapkan untuk pengaksesan database melalui internet dengan menggunakan bahasa pemrograman Perl atau PHP sebagai interfacenya. 4. MySQL dapat melakukan koneksi dengan client menggunakan protocol
TCP/IP, Unix socket (Unix), atau Named Pipes (NT).
6. Dalam relasi antartabel pada suatu database, MySQL menerapkan metode yang sangat cepat, yaitu dengan menggunakan metode one-sweep multijoin. MySQL sangat efisien dalam mengelola informasi yang diminta dari banyak tabel sekaligus.
7. Multiuser, yaitu dalam satu database server pada MySQL dapat diakses oleh beberapa user dalam waktu yang sama tanpa mengalami konflik atau
crash.
8. Security database MySQL terkenal baik, karena memiliki lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama host dan izin akses user dengan sistem perizinan khusus serta password yang dimiliki setiap user dalam bentuk data terenkripsi.
9. MySQL merupakan software database yang bersifat free atau gratis. Jadi tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar lisensi pada pembuat software. Berbeda bila menggunakan software database IBM DB2 dan Oracle, karena harus membayar mahal untuk mendapatkan lisensinya.
XAMPP
web server apache yang di dalamnya
sudah tersedia database server mysql dan support php programming. XAMPP merupakan software yang mudah digunakan, gratis dan mendukung instalasi di Linux dan Windows. Keuntungan lainnya adalah cuma menginstal satu kali sudah
tersedi(PHP 4 dan
terkompresi tar.gz. Kelebihan lain yang berbeda dari versi untuk Windows adalah memiliki fitur untuk mengaktifkan sebuah server secara grafis, sedangkan Linux masih berupa perintah-perintah di dalam console. Oleh karena itu yang versi untuk Linux sulit untuk dioperasikan. Dulu XAMPP untuk Linux dinamakan LAMPP, sekarang diganti namanya menjadi XAMPP FOR LINUX (Maniacms, 2012).
Rancang Bangun Sistem
Untuk membangun sebuah sistem yang kompleks secara sistematis dan terintegrasi, maka dibutuhkan metode-metode pembangunan sistem, agar dapat
menuntun pembuat untuk menghasilkan sistem yang standar (Oetomo dan Foenadioen, 2003).
Menurut Kadir dan Triwahyuni (2005), ada banyak cara dalam mengembangkan sistem informasi, seperti insourcing, prototyping, pemakaian paket perangkat lunak, selfsourcing dan outsourcing.
1. Insourcing
2. Prototyping
Prototyping merupakan suatu pendekatan yang membuat suatu model
yang memperlihatkan fitur-fitur suatu produk, layanan atau sistem usulan. Modelnya dikenal dengan sebutan prototipe. Langkah dalam prototyping
adalah sebagai berikut: mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar pemakai, mengembangkan sebuah prototipe, menggunakan prototipe, memperbaiki dan meningkatkan prototipe.
3. Pemakaian paket perangkat lunak
Kadangkala karena waktu yang sangat pendek terhadap tenggat waktu yang ditentukan oleh manajemen, bagian sistem informasi tidak mampu mengembangkan sendiri aplikasi yang diperlukan perusahaan. Sebagai gantinya dilakukan pembelian paket perangkat lunak, yaitu perangkat lunak yang dibuat oleh suatu vendor yang ditujukan untuk menangani masalah tertentu. Dengan menggunakan perangkat lunak seperti ini, para spesialis sistem informasi tidak perlu membuat program dan tentu saja hal ini akan menyingkat waktu tersedianya sistem informasi yang dikehendaki.
4. Selfsourcing
Alternatif lain dalam mengembangkan sistem yakni berupa selfsourcing.
Selfsourcing adalah suatu model pengembangan dan dukungan sistem
5. Outsourcing
Dewasa ini terdapat pula kecenderungan untuk mengadakan sistem informasi melalui outsourcing. Outsourcing adalah pendelegasian terhadap suatu pekerjaan dalam sebuah organisasi ke pihak lain dengan jangka waktu tertentu, biaya tertentu dan layanan tertentu. Pada prakteknya, outsourcing sistem informasi terkadang tidak hanya dalam hal pengembangan sistem, melainkan juga pada pengoperasiannya.
Turban et al. (2005) menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari pakar perlu dievaluasi kualitasnya, termasuk evaluasi, validasi dan verifikasi. Konteks ini sering digunakan secara bergantian.
• Evaluasi adalah konsep luas. Tujuannya untuk memperkirakan nilai
keseluruhan sistem pakar. Selain memperkirakan level perfoma yang diterima, juga menganalisis apakah sistem akan dapat digunakan, efisien dan cost-effective.
• Validasi adalah bagian evaluasi yang berhubungan dengan perfoma sistem
(misalnya, pada saat dibandingkan dengan pakar). Secara sederhana dinyatakan bahwa validasi adalah pembangunan sistem yang tepat, yaitu menyatakan sistem bertindak pada level akurasi yang layak.
• Verifikasi adalah membangun sistem yang benar atau menyatakan bahwa
sistem diterapkan dengan benar sesuai spesifikasinya.
juga perlu dipastikan bahwa basis pengetahuan tersebut dibangun dengan tepat (verifikasi).
Menurut Law dan Kelton (1991), verifikasi berkaitan dengan menentukan apakah program komputer simulasi bekerja sebagaimana dimaksud, dan upaya verifikasi awal meliputi:
• Model diberi kode dan mengidentifikasi serta menghapus error
• Pengidentifikasi interaktif digunakan untuk memverifikasi bahwa setiap
jalur program benar
• Model hasil output diperiksa untuk kewajaran
• Ringkasan statistik model untuk nilai-nilai yang dihasilkan dari distribusi
masukan probabilitas dibandingkan dengan statistik ringkasan data historis Sedangkan validasi berkaitan dengan menentukan seberapa dekat model simulasi merupakan sistem yang sebenarnya, dan berikut ini adalah beberapa prosedur validasi yang dilakukan:
• Semua asumsi model ditinjau dan disetujui
• Data yang berbeda set untuk jenis yang sama keacakan diuji
homogenitasnya dan bergabung hanya jika sesuai
• Semua distribusi probabilitas pas (misalnya, lognormal) diuji untuk
kebenaran dengan menggunakan teknik
membandingkan model dan output sistem sering akan menentukan sebagian validasi teknik yang tersedia.
Menurut Napitupulu (2009), verifikasi model simulasi dapat dilakukan dengan mengecek kecocokan dari berbagai hal yang berkaitan dengan pengoperasian sistem maya sebagai berikut:
1. Tahapan operasi maya
Verifikasi dilakukan dengan mengamati jalannya operasi maya menurut tahapan proses dan hasil pengolahan data untuk melihat kecocokan operasi sistem maya terhadap rangkaian proses, bentuk hubungan dan interaksi, serta input-output operasi yang tertuang dalam model konseptual simulasi. 2. Pengkodean pada penyusunan program
Verifikasi dilakukan dengan mengecek ulang pengkodean dan penggunaan kode untuk memeriksa penggunaan ganda kode yang sama untuk objek yang berbeda, lengkap tidaknya kode dan variabel untuk setiap objek, kecocokan variabel dengan jenis dan tipe nilai objek, serta penggunaan kode dan variabel yang tidak akurat. Pengecekan perlu dilakukan mengingat fungsi dari kode dalam bentuk variabel sebagai bentuk maya dari objek riil dengan nilai yang menyatakan kehadiran dan keadaan dari berbagai elemen yang mencakup nilai-nilai input, proses dan output
operasi sistem.
3. Kecocokan hasil eksekusi perangkat lunak
Pemeriksaan dilakukan atas hasil eksekusi formula dan sub-program yang mewakili proses dan tahapan-tahapan operasi sistem. Pengecekan dilakukan untuk melihat benar tidaknya model-model simbolik yang digunakan dan tepat tidaknya penggunaan nilai-nilai sesuai dengan tahapan pada model konseptual dan operasi.
4. Akurasi hasil pengolahan data
Verifikasi dilakukan melalui pemeriksaan kesalahan eksekusi program untuk melihat titik lemah program yang berpotensi memberikan hasil yang berbeda atau menyimpang dari hasil yang semestinya. Kesalahan hasil eksekusi program dapat berkaitan dengan penentuan alternatif aksi atau operasi yang tidak tepat dan tidak benar untuk kondisi yang ditentukan sebagai persyaratan. Kesalahan ini dapat terjadi jika ekspresi pengujian kondisi tidak mendefinisikan persyaratan secara tepat dan benar sehingga pengolahan data berlangsung tidak sesuai dengan keadaan dan bentuk perubahan yang terjadi.