BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materil
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 dalam pelaksanaan pembangunan nasional,
tenaga kerja merupakan salah satu yang mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.
Produktivitas merupakan prioritas utama yang dituntut dari setiap tenaga kerja
untuk dapat menghasilkan produk. Mutu kehidupan tenaga kerja mempunyai kaitan yang erat terhadap tingkat produktivitas kerjanya, sebagaimana yang diarahkan oleh
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mutu kehidupan tenaga kerja perlu secara terus menerus ditingkatkan. Salah satu bentuk dari usaha peningkatan mutu
kehidupan tenaga kerja yaitu dengan menyelaraskan antara asupan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja dengan pekerjaan yang mereka lakukan (Surat Edaran Mentri Tenaga Kerja, 1979).
Gizi pada pekerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Oleh karena itu pekerja perlu
tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun,
badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa
diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Aisyah, 2010). Artikel penelitian yang dibuat oleh Suci Widiastuti (2011) berjudul Faktor Determinan Produktivitas Kerja pada Pekerja Wanita didapatkan hasil yaitu adanya
hubungan antara asupan energi, persentase lemak tubuh, IMT, dan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan produktivitas
adalah kadar hemoglobin pekerja (Widiastuti, 2011).
Penelitian lain dilakukan oleh Anisa Rosyida (2010) dengan judul penelitian Tingkat Konsumsi Energi dan zat Besi (Fe), Status Gizi dan Produktivitas Kerja
Karyawan pada Bagian Produksi PT Air Mancur Palur, Karanganyar. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan hubungan tingkat konsumsi Fe (zat besi) dengan
produktivitas pekerja pada sub bagian Mesin Aduk-Param. Artinya, peningkatan tingkat konsumsi zat besi membawa peningkatan jumlah yang dihasilkan dalam
sehari (output/hari).
Penelitian tentang tingkat konsumsi dan penggunaan cetakan terhadap produktivitas kerja di Industri tahu didapat hasil korelasi person dari tingkat kosumsi
energi dan protein dengan produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara tingkat konsumsi energi dan protein dengan tingkat produktivitas
makin besar tenaga yang diberikan sampai taraf tertantu, maka makin besar juga
kemungkinan produktivitas kerja.
Asupan gizi tenaga kerja yang baik dan sesuai dengan aktivitas fisik yang
dilakukan, akan mengasilkan daya tahan dan kesehatan serta status gizi pekerja yang baik. Kelebihan energi diakibatkan rendahnya aktivitas fisik akan mempengaruhi resiko terjadinya kegemukan atau obesitas, begitu pula sebaliknya. Oleh karena it u
angka kebutuhan energi individu disesuaikan oleh tingkat aktivitas fisik individu tersebut(FAO/WHO/UNU, 2001).
Penelitian terkait aktivitas fisik dan status gizi dilakukan oleh Nadimin (2011) pada pegawai Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukan terdapat responden yang mempunyai status gizi gemuk, dimana responden tersebut
memiliki pola aktivitas yang rendah. Namun, pada responden yang memiliki status gizi normal mempunyai pola aktivitas yang tinggi dan sedang. Apabila asupan
melebihi kebutuhan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup maka kalori yang masuk akan menumpuk di dalam tubuh dan disimpan sebagai cadangan
energi dalam bentuk lemak sehingga dapat mengakibatkan kegemukan.
Penelitian tentang gizi kerja hubungannya dengan kelelahan dilakukan oleh Dyahumi dan Nur Ulfah (2012) pada salah satu Perusahaan penghasil bulu mata palsu
di Purbalingga. Penelitian ini dilakukan pada 52 orang pekerja di bagian Knitting , yaitu bagian penempelan bulu mata. Pekerja memiliki waktu kerja selama 7 jam
50 % pekerja mengalami defisit konsumsi energi. Setelah diuji dengan menggunakan
analisis Regresi Logistik dapat disimpulkan bahwa pekerja yang mempunyai tingkat konsumsi energi defisit akan mempunyai probabilitas 75,57 % (apabila variabel yang
dimasukkan hanya energi dan protein) atau 77,8 % (apabila variabel yang dimasukkan energi, protein dan anemia) untuk terjadinya kelelahan.
Penelitian tentang aktivitas fisik, asupan energi dan status gizi pekerja
dilakukan oleh Venny Agustiani Mahardikawati dan Katrin Roosita pada wanita pemetik teh di PTPN VIII Bandung, di dapatkan hasil bahwa lebih dari separuh
pekerja wanita pemetik teh mempunyai status gizi normal dan sebanyak 30,4% pekerja mengalami kegemukan, dimana tingkat aktivitas fisik sampel tertinggi pada hari kerja dengan rata-rata 1,87 dibandingkan pada hari libur dan jika keduanya
digabungkan. Tingkat konsumsi energi sampel rata-rata berkisar 95 sampai 115%. PT. PP. Lonsum merupakan salah satu perusahaan yang menyerap banyak
tenaga kerja. PT. PP. Lonsum bergerak dalam bidang perkebunan yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit, Perkebunan Karet, Perkebunan Coklat, Perkebunan Kopi,
Perkebunan Kelapa, dan Perkebunan Teh. Perkebunan yang dimiliki perusahaan Lonsum tersebar hampir diseluruh Indonesia antara lain daerah Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Bagerpang estate merupakan salah satu
perkebunan kelapa sawit Lonsum yang terdapat di Sumatera, terletak di daerah Serdang Sumatera Utara. Di Bagerpang estate terdapat pabrik pengolahan minyak
kelapa sawit yang memiliki cukup banyak tenaga kerja.
pabrik kelapa sawit Bagerpang estate. Pada pabrik kelapa sawit Bagerpang estate
memiliki 4 station pekerjaan antara lain office, laboratorium, workshop (bengkel), dan proses. Jumlah total dari pekerja pabrik Bagerpang adalah 116 orang. Pada
umumnya pekerja yang bekerja di pabrik ini mempunyai jam kerja selama 7 jam setiap hari.
Stasiun proses dan bengkel merupakan stasiun yang menyerap lebih banyak
tenaga kerja dibanding stasiun yang lainnya yaitu 50 pekerja pada stasiun proses dan 22 pekerja pada stasiun bengkel. Pada stasion proses mempunyai jenis kerja sesuai
alur proses pengolahan buah kelapa sawit. Dimulai dari sortasi buah, tempat penimbunan (loading ramp), stasiun rebusan (sterilizer), stasiun penebah (threshing
station), stasiun kempah (pressing station), stasiun pemurnian (clarification station),
stasiun kernel (kernel recovery plant), stasiun steam boiler, dan pembangkit tenaga listrik. Stasiun bengkel merupakan stasiun yang mempunyai jenis pekerjaan
melakukan perawatan (maintenance) dan perbaikan terhadap mesin dan peralatan yang ada di pabrik. Pada umumnya station proses mempunyai 2 shift, namun
beberapa bidang mempunyai 3 shift waktu kerja seperti pada station penyortiran dan engine room.
Pada station proses dan bengkel yang bekerja hanya laki-laki dan mereka
mempunyai beban kerja mulai dari sedang sampai berat. Melihat beban kerja dan lama kerja, pekerja pada station proses diberikan ekstra puding kacang hijau, namun
Berdasarkan wawancara dengan bagian kesehatan menyatakan bahwa terdapat
pekerja pernah mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti gangguan pendengaran, gangguan pencernaan, gangguan pada otot, serta terdapat pekerja yang
mengalami anemia serta keluhan lemas-lemas. Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala pekerja Bagerpang Oil Mill tahun 2012 terdapat sekitar 50 % pekerja mempunyai kelebihan berat badan, dimana 32,8% pekerja mengalami
kelebihan berat badan tingkat rendah dan 17,2% pekerja mempunyai kelebihan berat badan tingkat tinggi, serta terdapat sekitar 37,1% pekerja mengalami anemia. Oleh
sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian gambaran asupan zat gizi, status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP Lonsum 2013.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah dengan jumlah jam kerja 7 jam dalam sehari terdapat separuh dari pekerja yang memiliki status gizi lebih serta beberapa pekerja yang mengalami anemia,
sehingga penliti tertarik untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan zat besi (Fe) serta status gizi dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP Lonsum.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kecukupan energi, protein dan Fe pekerja pabrik kelapa sawit di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum.
2. Mengetahui gambaran kontribusi karbohidrat, protein, dan lemak terhadap total asupan energi pekerja pabrik di Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum. 3. Mengetahui kemampuan, ketepatan waktu, kesesuaian SOP dan tingkat
kesalahan yang dilakukan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan serta mengetahui absensi pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP.
Lonsum.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak perusahaan tentang gambaran
asupan zat gizi energi dan Fe, serta status gizi pekerja dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit Bagerpang Estate PT. PP. Lonsum dan
diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan selanjutnya.
2. Bagi pekerja sebagai pedoman untuk menpertahankan atau meningkatkan
status gizinya dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang.