• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS psikologis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS psikologis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS

Khairunnisa Dyandra M

1

, Brian Sabayu

2

, Irvan Khairul A

3

, Doni Bharaputra S

4

.

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang Email: brian_sabayu@yahoo.com

Abstrak

Beban kerja mental adalah kondisi kerja dimana informasi yang masih harus diproses di dalam otak. Beban kerja mental meliputi kerja otak dalam pengertian sempit dan pemrosesan informasi. Kerja otak dalam arti sempit adalah proses berfikir yang memerlukan kreatifitas, misalnya membuat mesin, membuat rencana produk, mempelajari file dan menulis laporan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Dilihat dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan psikis maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Pengukuran beban kerja mental pada pratikum ini dilakukan dengan menggunakan dua skenario. Skenario pertama dilakukan oleh operator laki-laki dengan melihat produk cacat dan tidak cacat pada bola. Sedangkan skenario 2 dilakukan oleh operator laki-laki dan perempuan dengan menghitung penjumlahan dua bilangan dan penjumlahan tiga bilangan. Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode NASA TLX dengan enam buah indikator skala yaitu mental demand, physical demand, temporal demand, performance, frustation level, dan effort. Berdasarkan pengolahan data pada skenario 1 diperoleh jumlah yang salah sebanyak 11 dan jumlah benar sebanyak 19 dengan nilai WWL sebesar 44,8 berarti beban mental yang ditanggung operator tergolong ringan. Pada skenario 2 diperoleh beban mental pada operator perempuan 68,6667 lebih besar jika dibandingkan dengan operator laki-laki yaitu sebesar 52,6667 hal ini termasuk dalam kategori sedang.

Kata kunci : beban kerja mental, psikologis, NASA-TLX, WWL

1. PENDAHULUAN

Pendahuluan ini membahas mengenai latar belakang masalah, tujuan, serta batasan masalah.

1.1 Latar Belakang

Bekerja merupakan aktivitas yang dilakukan manusia untuk dapat terus melanjutkan kehidupannya, Kerja dibagi menjadi 2 macam yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental. Masing-masing manusia memiliki kerja masing-masing, di samping itu tiap pekerjaan pasti memiliki beban kerja. Beban kerja dapat dikategorikan ringan, sedang ataupun berat, berdasarkan kepada jenis pekerjaannya baik kerja fisik maupun mental. Beban kerja mental akan terasa lebih berat bagi orang yang bekerja pada bagian sekretaris, guru, karyawan bank, dan orang-orang yang umumnya bekerja dibelakang meja. Beban kerja mental dapat membuat seseorang lebih cepat merasakan kelelahan (fatigue) dan akan membutuhkan istirahat. Jika dibandingkan pada kuli angkat yang mana mereka merasa beban kerja berat ketika berat beban yang diangkut benar-benar berat.

1.2 Tujuan

(2)

2. TINJAUAN PUSTAKA

Berikut ini merupakan teori pendukung pengukuran beban kerja psikologis.

2.1 Beban kerja Psikologis

Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. beban kerja psikologis dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya [3].

Dalam penelitian Wignjoesoebroto, dkk. (2003) Beban kerja mental didefinisikan sebagai kondisi yang dialami oleh pekerja dalam pelaksanaan tugasnya dimana hanya terdapat sumber daya mental dalam kondisi yang terbatas.

Karena kemampuan orang untuk memproses informasi sangat terbatas, hal ini akan mempengaruhi tingkat kinerja yang dapat dicapai. Pengujian beban kerja mental muncul dari kebutuhan untuk menyakinkan bahwa kebutuhan untuk mengemudikan tidak melebihi batas-batas kemampuan dari seorang pengemudi. menyebabkan meningkatnya beban kerja [1].

Faktor-faktor yang memperngaruhi beban kerja psikologis :

1. Faktor eksternal

a. kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.

b. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor Internal

a. somatis seperti, jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi kesehatan

b. psikis seperti motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan kepuasan.

2.2 Pengukuran Beban kerja

Psikologis

Pengukuran beban kerja psikologis dapat dilakukan dengan cara :

1. Objektif

a. Pengukuran denyut jantung

Pengukuran ini digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang sebagai manifestasi gerakan otot. Semakin cepat denyut jantung mengindikasikan bahwa beban mental yang dialami pekerja tersebut semakin berat. Namun, tingkat kecepatan denyut

jantung tersebut tidak

menunjukkan secara tepat

besarnya beban kerja mental yang dialami.

b. Pengukuran waktu kedipan mata

Pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi kedipan lebih pendek.

c. Pengukuran cairan dalam tubuh

Pengukuran ini Digunakan untuk mengetahui kadar asam laktat dan beberapa indikasi lainnya yang bisa menunjukkan kondisi dari beban kerja seseorang yang melakukan suatu aktivitas.

d. Pengukuran dengan metoda lain

menggunakan alat flicker

Berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat hingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.

2. Subjektif

Metode-metodenya yaitu sebagai berikut :

a. NASA-TLX

Metode ini berupa kuesioner

dikembangkan berdasarkan

munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah tetapi lebih sensitif pada pengukuran beban kerja. Metode NASA-TLX merupakan prosedur rating multi dimensional, yang membagi

workload atas dasar rata-rata

pembebanan 6 dimensi, yaitu

Mental Demand, Physical Demand, Temporal Demand, Effort, Own Performance, dan Frustation. NASA-TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala (Paired Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event Scoring).

b. SWAT

Dalam buku yang dibuat Gary B. Reid (1989) yang berjudul

SUBJECTIVE WORKLOAD

(3)

Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) dikembangkan guna menganalisa beban kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas (baik yang merupakan beban kerja fisik maupun mental) yang bermacam-macam. SWAT menggambarkan sistem kerja sebagai sebuah model multi dimensional dari beban kerja yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu: Beban Waktu (Time Load), Beban Usaha Mental (Mental Effort Load), Beban Tekanan Psikologis(Psychological Stress). Masing-masing terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dalam penerapannya setiap tingkatan untuk ketiga faktor tersebut akan dikombinasikan sehingga akhirnya membentuk 27 kombinasi tingkatan beban kerja mental.

c. Modified Cooper Harper Scalling

Sejak tahun 1960-an beban mental yang dipaksakan oleh tugas kontrol manual, khususnya pada kualitas handling pesawat, telah diukur oleh Cooper (C) skala

daripadanya, yaitu Cooper-Harper

(CH) dan dimodifikasi menjadi

Modified Cooper Harper (MC-H) scaling. Cooper-Harper (CH) scaling

adalah yang paling banyak beban kerja, yang deskriptor harus diubah untuk digunakan dalam aplikasi beban kerja lain.

d. Rating Scale Mental Effort

Rating scale mental effort

(RSME) merupakan metode pengukuran beban kerja subyektif dengan skala tunggal. Responden diminta untuk memberikan tanda pada skala 0-150 dengan deskripsi pada beberapa titik acuan (anchor point).

2.3 Fatigue

Kelelahan (fatigue) adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf otot-otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Makin berat beban yang dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan, maka timbulnya

fatigue akan lebih cepat. Kelelahan mental sering disebut dengan kelelahan psikologis.

Kelelahan psikologis bisa dikatakan sebagai kelelahan semu (sulit terlihat secara kasat mata) yang timbul dalam perasaan pekerja. “Kelelahan ini terlihat dengan tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang sudah tidak konsekuen lagi, serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadaan lingkungan, adanya hukum moral yang mengikat dan merasa tidak cocok, serta sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh dua sistem antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang bersifat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari organ-organ tubuh ke arah bereaksi. Dengan demikian keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung pada pada hasil kerja kedua sistem antagonis ini” [2].

(4)

Gambar 1. Otak manusia

Sutalaksana(2006) memaparkan 3 hal utama mengenai gejala-gejala kelelahan, antara lain adalah sebagai berikut [2].

1. Kepala dan kaki terasa berat, rasa ingin menguap dan mengantuk, rasa malas, kaki terasa pegal, serta merasa ingin berbaring.

2. Susah berpikir, cenderung lupa, cemas terhadap sesuatu, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu, kurang percaya diri, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam bekerja.

3. Terasa sakit pada bagian kepala, merasa pening, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, merasa haus, bahu yang mulai kaku, suara serak, spasme dari kelopak mata, mulai kejang pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian pada jurnal pengukuran beban kerja psikologis ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan praktikum yang telah dilakukan.

Gambar 2.Flowchart Metodologi Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan adalah : 1. Mengamati secara langsung aktivitas

kerja operator dengan melakukan pekerjaan mengambil bola dengan skenario dan waktu yang telah ditentukan serta menghitung jumlah angka dan menebak pelataran warna dari angka tersebut dengan waktu yang telah ditentukan.

2. Mengisi kuisioner setelah melakukan kegiatan tersebut.

3. Menghitung persentase kesalahan dan kebenaran dari aktivitas tersebut dan menghitung perbandingan indikator beban mental.

(5)

Hasil dan pembahasan berisikan bagaimana cara pengumpulan dan pengolahan dari data tersebut.

4.1 Pengumpulan Data

Praktikum beban kerja psikologis melakukan dua macam aktivitas yaitu mengambil bola dalam kumpulan bola dimana ada tekanan dari waktu kerja dan menebak angka dan wana dengan kecepatan waktu yang telah ditentukan. Data rekapitulasi dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

4.1. 1 Rekapitulasi Data Skenario 1

Data rekapitulasi dari skenario 1 ini adalah pengambilan bola dengan memperhatikan titik dan warna bola yang sebutkan oleh pemberi skenario.

Tabel 1. Rekapitulasi Data Hasil Skenario1

4.1.2Hasil Perbandingan Berpasangan Indikator Beban Mental Skenario 1

Perbandingan Perpasangan Indikator Beban mental Skenario 1 yang dirasakan

oleh operator adalah sebagai berikut. Dengan indikator yang terpilih adalah yang berwarna hijau.

Tabel 2. Perbandingan Berpasangan Indikator Beban Mental Skenario1

4.1.3Hasil Kuisioner Rating Indikator Beban Mental Skenario 1

Kuisioner berikut diisi oleh operator setelah melakukan kerja mental dari aktivitas pengambilan bola dengan skenario yang diberikan.

Tabel 3. Kuisioner Rating Indikator Beban Mental Skenario 1

4.1.4Rekapitulasi Data Skenario 2 Operator Laki-laki

Berikut adalah data rekapitulasi dari skenario 2 pada operator laki-laki dengan aktivitas menebak jumlah angka dan warna yang tertera pada slide dengan waktu yang telah ditentukan.

(6)

4.1.5 Hasil Perbandingan Berpasangan Indikator Beban Mental Skenario 2 Operator Laki-laki

Perbandingan Perpasangan Indikator Beban mental Skenario 2 yang dirasakan oleh operator adalah sebagai berikut. Dengan indikator yang dipilih adalah yang berwarna hijau.

Tabel 5. Perbandingan Perpasangan

Indikator Beban mental Skenario 2 Operator Laki-laki

4.1.6 Hasil Kuisioner Rating Indikator Beban Mental 2 Operator Laki-laki

Kuisioner berikut diisi oleh operator setelah melakukan kerja mental dari aktivitas menebak jumlah angka dan warna dengan skenario yang diberikan.

Tabel 6. Kuisioner Rating Indikator Beban Mental Skenario 2 Operator laki-laki

4.1.7Rekapitulasi Data Skenario 2 Operator Perempuan

Berikut adalah data rekapitulasi dari skenario 2 pada operator perempuan dengan aktivitas menebak jumlah angka dan warna yang tertera pada slide dengan waktu yang telah ditentukan.

(7)

4.1.8Hasil Perbandingan Berpasangan Indikator Beban Mental Skenario 2 Operator Perempuan

Perbandingan Perpasangan Indikator Beban mental Skenario 2 yang dirasakan

oleh operator perempuan adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Perbandingan Perpasangan

Indikator Beban mental Skenario 2 Operator Perempuan

4.1.9Hasil Kuisioner Rating Indikator Beban Mental 2 Operator Perempuan

Kuisioner berikut diisi oleh operator perempuan setelah melakukan kerja mental dari aktivitas menebak jumlah angka dan warna dengan skenario yang diberikan.

Tabel 9. Kuisioner Rating Indikator Beban Mental Skenario 2 Operator Perempuan

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dari data yang telah direkapitulasi dihitung jumlah betul atau salahnya lalu dipresentasikan dalam bentuk diagram lingkaran.

4.2.1Perhitungan Jumlah Betul atau Salah Hasil Inspeksi Skenario 1

Berikut adalah perhitungan jumlah betul atau salah hasil inspeksi skenario 1 oleh operator.

(8)

Jumlah salah : 11 Jumlah benar : 19 Total Inspeksi : 30 Persentase kesalahan :

= Jumlah salah x100% Total inspeksi

= 11 x 100% 30

= 36,67 % Persentasi Kebenaran :

= Jumlah benar x100% Total inspeksi = 19 x 100% 30

= 63,33 %

Gambar 3. Grafik Perbandingan Benar Salah Skenario 1

46.67%

53.33%

Grafik Perbandingan

Jumlah salah

Jumlah benar

4.2.2Perhitungan Kuisioner Skenario 1

Kuisioner yang diisi oleh operator pada skenario 1 setelah menyeleseikan pekerjaan adalah berhubungan dengan Mental Demand (MD), Physical Demand (PD),

Temporal demand (TD), Performance (OP),

Frustation Level (FR), dan Effort (EF).

Tabel 11. Perhitungan Perbandingan Berpasangan Skenario 1

Tabel 12. Perhitungan Rating Kuisioner Skenario 1

Jumlah : 672 Total Bobot : 15

Skor rata2 : Jumlah Total Bobot : 672

15 : 44,8

Pembahasan :

(9)

metode NASA-TLX ini didapatkan data seperti berikut yaitu : Mental demand (MD) sebanyak 2, Physical demand (PD) sebanyak 1, Temporal demand (TD) sebanyak 3,

Owner peformance (OP) sebanyak 4,

Frustation (FR) sebanyak 1, dan Effort (EF) sebanyak 4. Berdasarkan data tersebut faktor paling berpengaruh pada aktivitas ini yaitu owner peformance (OP) dengan rating 63 dan effort (EF) dengna rating 40 hal ini dikarenakan operator harus mengeluarkan usaha yang lebih untuk dapat mengambil bola yang sesuai dengan skenario. Sedangkan pada Frustation (FR) dengan rating 25 dan Physical demand (PD) dengan rating 10 hanya terdapat 1 bobot karena pada skenario ini tidak terlalu membutuhkan kerja fisik dan tidak menyebabkan frustasi. Pada kategori Temporal demand (TD) dengan rating 55 dan Mental demand (MD) dengan rating 30 memiliki bobot yang cukup karena pada skenario ini sedikit membutuhkan beban mental dan dilakukan secara berulang dalam waktu yang cukup singkat. Dan perhitungan WWL didapatkan sebesar 44,8 yang masuk beban mental kedalam kategori ringan.

4.2.3 Perhitungan Jumlah Betul atau Salah Hasil Inspeksi Skenario 2 Operator Laki-laki

Berikut adalah perhitungan jumlah betul atau salah hasil inspeksi skenario 2 oleh operator laki-laki.

Tabel 13. Evaluasi Hasil Inspeksi Skenario 2 Operator Laki-laki

Jumlah salah : 45 Jumlah benar : 5 Total Inspeksi : 50 Persentase kesalahan :

= Jumlah salah x100% Total inspeksi = 45 x 100% 50

= 90 %

Persentasi Kebenaran : = Jumlah benar x100%

Total inspeksi = 5 x 100% 50

= 10 %

(10)

90.00%

10.00%

Grafik Perbandingan

Presentase Kesalahan

Presentase Kebenaran

4.2.4Perhitungan Kuisioner Skenario 2 Operator Laki-laki

Kuisioner yang diisi oleh operator pada skenario 2 operator laki-laki setelah menyeleseikan pekerjaan adalah berhubungan dengan Mental Demand (MD),

Physical Demand (PD), Temporal demand

Tabel 15. Perhitungan Rating Kuisioner Skenario 2 Operator laki-laki

pengamatan operator hanya berhasil menjawab sebanyak 15 buah dengan jumlah benar sebanyak 5 buah dan salah 10 serta kosong sebanyak 35 buah dan dianggap salah. Persentase perbandingan antara kesalahan dengan kebenaran yaitu sebesar 90% berbanding 10%. Pada perhitungan perbandingan berpasangan subskala pada metode NASA-TLX ini didapatkan data seperti berikut yaitu : Mental demand (MD) sebanyak 2, Physical demand (PD) tidak ada,

Temporal demand (TD) sebanyak 4, Owner peformance (OP) sebanyak 3, Frustation (FR) sebanyak 4, dan Effort (EF) sebanyak 2.

Mental demand menunjukkan seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari pada data terdapat sebanyak 2 tally

berarti operator cukup terbebani dengan proses penglihatan karena kurangnya kecepatan operator dalam melihat dan mengingat. Physical demand pada data ini tidak terlalu mempengaruhi operator disebabkan operator tidak membutuhkan usaha yang lebih dalam melakukan aktivitas.

Temporal demand dirasa sangat menjadi pengahalang utama karena waktu selama 2 detik tidak cukup untuk melakukan kegiatan melihat, berfikir serta menulis. Perfomance

dirasa kurang puas dengan pekerjaan operator sendiri. Frustation level tinggi karena semakin bertambahnya slide maka semakin meningkat rasa frustasi operator.

Effort / usaha pada aktivitas ini cukup rendah sehingga kurang dapat hasil yang maksimal Berdasarkan data tersebut faktor paling berpengaruh pada aktivitas ini yaitu

Temporal demand dan Frustation hal ini dikarenakan waktu yang terlalu cepat sehingga membuat operator terlambat menulis dan juga karena slide berjalan begitu cepat membuat operator menjadi frustasi karena sudah ketinggalan slide. Dan perhitungan WWL didapatkan sebesar 52,6667 yang masuk beban mental kedalam kategori sedang. Pada operator laki-laki keadaan emosi kurang terkontrol terlihat pada bentuk tulisan yang tidak jelas dan tidak teratur.

4.2.5Perhitungan Jumlah Betul atau Salah Satu Hasil Inspeksi Skenario 2 Operator Perempuan

Berikut adalah perhitungan jumlah betul atau salah hasil inspeksi skenario 2 oleh operator perempuan.

(11)

Jumlah salah : 48 Jumlah benar : 2 Total Inspeksi : 50 Persentase kesalahan :

= Jumlah salah x100% Total inspeksi

= 48 x 100% 50

= 96 %

Persentasi Kebenaran : = Jumlah benar x100%

Total inspeksi = 2 x 100%

50 = 4 %

Gambar 5. Grafik Perbandingan Benar Salah Skenario 2 Operator Perempuan

96.00%

4.00%

Grafik Perbandingan

Presentase Kesalahan

Presentase Kebenaran

Tabel 17. Perhitungan Perbandingan Berpasangan Skenario 2 Operator Perempuan

Tabel 18. Perhitungan Rating Kuisioner Skenario 2 Operator Perempuan

Jumlah : 1030 Total Bobot : 15 Skor rata2 : Jumlah

Total Bobot : 1030 15 : 68,6667

Pembahasan :

(12)

sebesar 96 % berbanding 4%. Pada perhitungan perbandingan berpasangan subskala pada metode NASA-TLX ini didapatkan data seperti berikut yaitu :

Mental demand (MD) sebanyak 3, Physical demand (PD) tidak ada, Temporal demand

(TD) sebanyak 4, Owner peformance (OP) sebanyak 3, Frustation (FR) sebanyak 4, dan

Effort (EF) sebanyak 1. Mental demand

menunjukkan seberapa besar aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari pada data terdapat sebanyak 3 tally berarti operator cukup terbebani dengan proses penglihatan karena kurangnya kecepatan operator dalam melihat dan mengingat.

Physical demand pada data ini tidak terlalu mempengaruhi operator disebabkan operator tidak membutuhkan usaha yang lebih dalam melakukan aktivitas. Temporal demand dirasa sangat menjadi pengahalang utama karena waktu selama 2 detik tidak cukup untuk melakukan kegiatan melihat, berfikir serta menulis hal ini terlihat dengan jumlah sebanyak 4 tally. Perfomance dirasa kurang puas dengan pekerjaan operator sendiri. Frustation level tinggi karena semakin bertambahnya slide maka semakin meningkat rasa frustasi operator. Effort / usaha pada aktivitas ini cukup rendah sehingga kurang dapat hasil yang maksimal. Berdasarkan data tersebut faktor paling berpengaruh pada aktivitas ini yaitu

Temporal demand dan Frustation hal ini dikarenakan waktu yang terlalu cepat sehingga membuat operator terlambat menulis dan juga karena slide berjalan begitu cepat membuat operator menjadi frustasi karena sudah ketinggalan slide. Dan perhitungan WWL didapatkan sebesar 68,6667 yang masuk beban mental kedalam kategori sedang. Akan tetapi pada operator perempuan keadaan emosi lebih terkendali pada aktivitas mengambil bola beban mental tergolong dalam kategori ringan dengan lingkungan sebaiknya juga mempengaruhi operator sehingga akan mendekati keadaan sebenarnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat nikmat darinya-Nya kami dapat menyelesaikan jurnal kami dengan baik. Kepada kedua orang tua kami yang telah mendukung secara moril dan materil serta cinta juga kasih sayang yang tak henti-hentinya kepada kami. Kepada jajaran asisten yang telah membantu dan membimbing kami sehingga sempurnalah jurnal kami. Kepada teman-teman [3] Wignjosoebroto, Sritomo. 2000.

Gambar

Gambar 2. Flowchart Metodologi Penelitian
Tabel 3.Kuisioner  Rating  Indikator  BebanMental Skenario 1
Tabel 5.PerbandinganIndikator  Beban  mental  Skenario
Tabel 8.PerbandinganIndikator  Beban  mental  Skenario
+5

Referensi

Dokumen terkait

Marjoni menyampaikan, dalam rapat ini dijelaskan tata cara dan prosuder dalam pemilihan kepala desa, sesuai dengan UU no 6 tahun 2014 tentang desa kepada seluruh panitia pilkades

Merupakan perawatan yang dapat direncanakan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan sistem (preventive maintenance) dan memperbaiki kerusakan

secara individu, Akasha memfasilitasi pelanggan untuk mendapatkan diskon check up di rumah sakit yang bermitra dengan Akasha dan mereka akan mendapatkan fasilitas seminar

Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan mengenai pemahaman konsep lean constuction dan tools yang sangat mendukung dalam

Siswa mampu memahami isi berbagai bentuk wacana nonsastra dan menanggapi secara kritis isi berbagai ragam wacana, seperti tabel, grafik, laporan ngamatan/percobaan,

a) Mengidentifikasi semua biaya yang mungkin timbul akibat adanya kegiatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru di Salatiga, berupa biaya langsung dan tidak langsung. b)

Sistem yang dirancang pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur kecepatan suara di dalam air dengan menghitung waktu tempuh gelombang ultrasonik sejak dipancarkan oleh

Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi peneliti..