Home/Rumah About/Tentang Translate / Terjemahkan Contact/Hubungi Download
Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia
There is an English version of this document.
Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk
memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk
mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks.
Definisi Istilah
kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.
afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.
prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
konfiks (sirkumfiks / simulfiks) =secara simultan (bersamaan), satuafiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.
keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.
Afiks Bahasa Indonesia yang Umum
prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-,
ter-sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya
Penggunaan Afiks
Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.
Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah
pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan
diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah
perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.
Frekuensi Penggunaan Afiks
Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut
persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.
Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887 atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks. Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.
ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba dengan afiks "ber-" mempunyai kata yang sama dengan bentuk
adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada katadasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini.
ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.
(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)
(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya
menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.
se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:
1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam Bahasa Inggris)
2. untuk menyatakan seluruh atau segenap
4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama ataumenyatakan sesuatu yang berhubungan dengan waktu
-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.
-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut . Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.
-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk
-kah : menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang digunakan.
-lah :sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks inisering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini.
ke-an :Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:
1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar
2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal
3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan
4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan
.
pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
per-an :menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik. Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.
tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).
-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini. contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently
-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.
Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk(bukan sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan majalah berita
Home/Rumah About/Tentang Translate / Terjemahkan Contact/Hubungi Download
Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari bentuk dasar ke bentuk kompleks atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses pembubuhan afiks pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan. Afiks dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks ( gabungan awalan dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan awalan dan akhiran secara tidak bersamaan).
Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar.
Perubahan suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan yang berkaitan dengan diskusi di masing-masing imbuhan.
pihak-pihak oleh. Sementara setelah bertahun-tahun penggunaan menerjemahkan telah diganti sepenuhnya oleh menerjemahkan dalam periode yang sangat shor pada pertengahan 1980-an.
Dalam beberapa hal. Mempengaruhi kata ,pengaruh,. Dasar dari pengaruh, mungkin hasil interpretasi dari kata memiliki awalan peN-. Namun, mempunyai memiliki dasar ’punya’ harus dianggap sebagai pengecualian dalam bahasa modern. Kaji dengan baik
kemungkinan terjadi tapi berbeda dengan arti: mengaji ’yang menceritakan Al-Quran’, pengajian ’,membaca Al-Quran’ dan mengkaji ’untuk penelitian, kami melakukan studi’, pengkajian memiliki arti ’kajian, penelitian’. Dari segi tiu terjadi perbedaan arti karena terjadi pengimbuhan.
Rumusan Tujuan
Setelah materi makalah ini dipelajari secara seksama, mahasiswa diharapkan memiliki sedikit pengetahuan tentang morfologi. Baik berupa pembentukan kata atau berupa kaidah-kaidah yang terdapat dalam morfologi. Makalh ini diharapkan akan menjadi suatu bahan yang akan mendukung materi perkuliahan yang akan melengkapi tugas-tugas berikut mengenai morfologi.
BAB II
2.1 Pembentukan Kata
Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari bentuk dasar ke bentuk komplek atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses pembubuhan afiks pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan. Afiks dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks ( gabungan awalan dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan awalan dan akhiran secara tidak bersamaan).
2.1.1 prefiks
Prefiks dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas prefiks meN-, peN-, ber-, per, ter,
di-, ke-, dan se-. pembubuhan awalan tersebut dapa dilihat sebagai berikut:
a. prefiks
meN-prefiks meN-memiliki alomorf me-,mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Alomorf tersebut merupakan variasi dari prefiks meN-.
1) prefiks meN- berubah menjadi me- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /l/, /r/, /m/, /n/, /ng/, /w/, dan /y/.
meN- + lihat → melihat
meN- + rasa → merasa
2) prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /b/, /p/, /f/.
Contoh:
meN- + bantu → membantu
meN- + pakai → memakai
meN- + fitnah → memfitnah
3) prefiks meN- berubah menjadi men- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /d/,/t/, /c/, /j/, /sy/,/z/
contoh:
meN- + dengar → mendengar
meN- + tulis → menulis
meN- + cuci → mencuci
meN- + jual → menjual
meN- + syarat +-kan → mensyaratkan
meN- + ziarah+-I → menziarahi
4) prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /s/.
contoh:
meN- + sewa → menyewa
5) prefiks meN- berubah menjadi meng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/,dan /k/.
contoh:
meN- + edit → mengedit
meN- + ukir → mengukir
meN- + ikat → mengikat
meN- + ukur → mengukur
meN- + olah → mengolah
meN- + gali → menggali
meN- + klasifikasi → mengklasifikasi
6) prefiks meN– berubah menjadi menge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang bersuku satu.
Contoh:
meN- + pel → mengepel
meN- + bor → mengebor
meN- + cat → mengecat
meN- + tik → mengetik
meN- + lap → mengelap
b. prefiks
peN-prefiks peN-memiliki alomorf pe-,pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Alomorf tersebut merupakan variasi dari prefiks peN-.
1) prefiks peN- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /l/, /r/, /m/, /n/, /ng/, /w/, dan /y/.
contoh:
peN- + panjat → pemanjat
peN- + rasa → perasa
Contoh:
peN- + bantu → pembantu
peN- + pakai → pemakai
peN- + pukul → pemukul
3) prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /d/,/t/, /c/, /j/, /sy/,/z/
contoh:
peN- + dengar → pendengar
peN- + tulis → penulis
peN- + cuci → pencuci
peN- + jual → penjual
peN- + jajah → penjajah
4) prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /s/.
contoh:
peN- + sewa → penyewa
5) prefiks peN- berubah menjadi peng- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /h/,dan /k/.
contoh:
peN- + ajar → pengajar
peN- + edit → pengedit
peN- + ukir → pengukir
peN- + ikat → pengikat
peN- + ukur → pengukur
peN- + gali → penggali
peN- + klasifikasi → pengklasifikasi
6) prefiks peN- berubah menjadi penge- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang bersuku satu.
Contoh:
peN- + pel → pengepel
peN- + bor → pengebor
peN- + cat → pengecat
peN- + tik → pengetik
peN- + lap → pengelap
c. prefiks
ber-Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .
Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /r/ dan suku pertama ditutup dengan /er/.
Contoh:
ber- + runding → berunding
ber- + rebutan → berebutan
ber- + kerja → bekerja
ber- + cermin → becermin
Prefiks ber- berubah menjadi bel- hanya terjadi jika d imbuhkah padabentuk dasar ajar.
Contoh:
ber- + ajar → belajar
d. prefiks
Prefiks per- berubah menjadi pe- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /r/
Contoh:
Per- + redam → peredam
Per- + rasa → perasa
Per- + raga → peraga
Prefiks per- berubah menjadi pel- jika diimbuhkan pada bentuk dasar ajar.
Contoh:
Per- + ajar → pelajar
3. prefiks ter- memiliki alomorf
te-Prefiks ter- berubah menjadi te- jiak diimbuhkan pada bertuk dasar yang berfonem awal /r/ atau suku pertama ditutup dengan /er/
Contoh:
ter- + renggut → terenggut
ter- + rasa → terasa
ter- + pergok →tepergok
e. Prefiks di-, ke-, se-.
Prefiks di-, ke-, se- tidak memiliki kaidah morfofonemik, oleh karena itu prefiks tersebut tidak mempunyai alomorf sebagaimana awalan lainnya. Awalan itu juga ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
di- + jemput → dijemput
di- + kasih → dikasih
di- + sayang → disayang
ke- + kasih → kekasih
se- + bapak → sebapak
2.1.2 infiks
infiks merupakan bentuk terikat yang diimbuhkan pada bentuk dasar. Pengimbuhannya ditempatkan ditengah atau diantara bentuk dasar. Infiks dalam bahasa Indonesia antara lain: -el-, -em-, -er-, -in-.
Contoh:
-el- + tunjuk → telunjuk
-er- + gigi → gerigi
-em- + guruh → gemuruh
-in- + kerja → kinerja
2.1.3 sufiks
sufiks adalah bentuk terikat yang diimbuhkan pada akhir bentuk dasar. Sufiks dalam bahasa Indonesia adalah –an, -kan, -i. Sufiks tersebut tidak mengalami proses
morfofonemik, sehingga sufiks itu tidak mengalami perubahan apabila diimbuhkan pada bentuk dasar dimanapun.
Contoh:
-an + pikir → pikiran
-an + marah → satuan
-kan + tambah → tambahkan
-kan + bersih → bersihkan
-i + khianat → khianati
-i + sayang → sayangi
2.1.4 Gabungan awalan-akhiran (konfiks/simulfiks)
gabungan awal itu dinamakan konfiks. Artinya bentuk dasar yang diimbuhkan awalan-akhiran secara bersamaan itu tidak mempunyai tataran kata sebelumnya.
Contoh:
Per-an + tani → pertanian
Ke-an + rajin → kerajinan
di-kan + kerja → dikerjakan
ber-an + lanjut → berkelanjutan
pengimbuhan awalan-akhiran dalam bahasa Indonesia yang mempunyai tataran kata sebelumnya, pengimbuhan ini dinamakan simulfiks. Artinya pengimbuhan awalan-akhiran itu dilakukan secara bertahap, sehingga mempunyai tataran sebelum bentuk kompleks itu terwujud.
Contoh:
ber- + sama → bersama + -an → bersamaan
peN- + tani → petani + -an → pertanian
di- + marah → dimarah + -I → dimarahi
2.2 Perubahan Suara dalam kata kompleks
Sejumlah perubahan terjadi ketika adanya imbuhan dan menggabungkan dasar.
Perubahan suara yang terjadi mempengaruhi imbuhan walaupunwalaupun yang kecil dan yang berkaitan dengan diskusi di masing-masing imbuhan. Simbol-simbol yang
digunakan untuk suara perubahan antara lain, sebuan tanda tambah (+)menunjukkan urutan imbuhan dan bentuk dasarnya.dan tanda anak panah (→) menunjukkan hasil yang merupakan kombinasi dari pengimbuhan tersebut. Dengan demikian dapat diterangkan ber-+ lari → berlari berarti bila awal ber-dasar lari dan digabungkan hasilnyha kompleks kata berlari.
2.3 Pengecualian untuk aturan-aturan N (nasal)
a. jika prefiks meN- diikuti oleh prefiks per- awal
meN- + per- + lebar → memperlebar
b. jika bentuk dasar diawali per-C, yaitu per- diikuti oleh konsonan, awal p tersebut luluh dengan tidak selalu:
meN- + percaya + -i → mempercayai
meN- + pergok + -i → memergoki
meN- + percik + -i → memerciki
c. huruf P yang dari awalan per- dan dasar awal per-C, terluluh prefiks peN- berikut:
peN- + per- + satu → pemersatu
peN- + per- + oleh + -an → pemerolehan
peN- + perkosa → pemerkosa
Dengan beberapa hal yang dasar awal /t/, /s/, /k/ dan tidak hilang. Jika /s/ tidak hilang menjadi N (nasal). Awal suara yang kemungkinan besar akan tetap jika masih merasa asing. Oleh karena itu ingatan dari suara umum dalam kata-kata lain dimulai dengan konsonan kelompok, yang tidak terjadi di kata dalam bahasa Indonesia.
meN- + proklamasi +-kan → memproklamasikan
meN- + traktir → mentraktir
meN- + swadaya +-kan → menswadayakan
meN- + klasifikasi +-kan → mengklasifikasikan
fonem awal /t/, /s/, /k/ kadang-kadang disimpan di mana tidak ada awalan konsonan rangkap. Yang sangat jelas terjadi di sini adalah huruf p yang luluh apabila diimbuhkan pada bentuk meN-. Selama transisi kedua bentuk akan terjadi:
meN- + protes → memprotes, memrotes
meN- + taat +-i → mentaati, menaati
meN- + sukses +-kan → mensukseskan, menyukseskan
meN- + kritik → mengkritik, mengritik
sepenuhnya oleh menerjemahkan dalam periode yang sangat shor pada pertengahan 1980-an.
Dalam beberapa hal. Mempengaruhi kata ,pengaruh,. Dasar dari pengaruh, mungkin hasil interpretasi dari kata memiliki awalan peN-. Namun, mempunyai memiliki dasar ’punya’ harus dianggap sebagai pengecualian dalam bahasa modern. Kaji dengan baik
kemungkinan terjadi tapi berbeda dengan arti: mengaji ’yang menceritakan Al-Quran’, pengajian ’,membaca Al-Quran’ dan mengkaji ’untuk penelitian, kami melakukan studi’, pengkajian memiliki arti ’kajian, penelitian’. Dari segi tiu terjadi perbedaan arti karena terjadi pengimbuhan.
Prefiks peng- terjadi pada kata lihat, rajin, dan lepas: seperti pada kata penglihatan ’mata’, pengrajin ’tukang’, penglepasan ’ rilis’. Selama awal tahun 1990-an ada
kecenderungan untuk meningkatkan pengrajin yang akan disetarakan dengan kata perajin. Awal suku kata yang luluh dari dasar kata syair menjadi penyair. Begitulah yang
merupakan pembentukan kata dai perfiks peng-.
2.4 Reduplikasi dasar meN- dan
peN-Ketika kata dasar diawali dengan meN- adalah reduplikasi N tetap pada menggandakan dasar dimana konsonan awal telah luluh. Simbol R mewakili penuh dasar reduplikasi tersebut.
ketika meN- adalah realisasi sebelum menge- satu suku kata dasar. Urutan menge- terjadi pada reduplikasi dasar.
Dalam reduplikasi terjadi proses pengulangan bentuk dasar baik secar utuh keseluruhan ataupun sebagian. Reduplikasi adalah proses morfemis dan proses morfologis yang mengulang bentuk dasar. Pengulangan bentuk ini membentuk kata ulang.
PENUTUP
3.1 Simpulan
Morfologi tidak pernah lepas dari kata dan kalimat. Pemebentukan kata selalu
memerlukan kaidah morfofonemik. Kaidah morfofonemik yang terdapat dalam bahasa Indonesia terdiri dari meN-, peN, ber-, per-, ter-.
Huruf kapital N mewakili suara perubahan yang tergantung pada suara dasar. N dapat muncul sebagai salah satu nasal m, n, ny, ng, atau nol. Kadang-kadang sengau sebelum datang pertama suara dasar dan kadang-kadang ia menggantikan suara pertama. Atruan-aturan yang digambarkan meN- tetapi berlaku untuk peN- dan peN…-an.
meN- memiliki alomorf me-, men-, mem-, meny-, menge-, meng-.
Prefiks ber- memiliki alomorf be- dan bel- .
Prefiks ber- berubah menjadi be- jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang berfonem awal /r/ dan suku pertama ditutup dengan /er/.Prefiks per- memiliki alomorf pe- dan pel-