• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika

Serikat

Oleh: Hendra Permana

Pendahuluan

Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama, China dalam beberapa tahun ke depan akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai negara dengan ekonomi nomor satu dunia –sejak 1880 ketika Pax Britania runtuh. Hal ini didasarkan pada analisis studi baru dari lembaga The International Comparison Program yang melibatkan World Bank1. Peristiwa kedua yang tidak kalah heboh ialah wahana berbiaya murah milik India yakni Mangalyaan mencapai Planet Mars pada 24 September 2014 (waktu India). Dari pencapaian ini India berhasil menjadi negara non Barat dan pertama di Asia yang menempatkan satelit orbit di Mars. Secara lebih lanjut pencapaian ini semakin menjadi prestisius karena India mengalahkan Amerika dan Uni Soviet dengan mampu mengorbitkan wahana Antartika di Mars pada upaya pertama.2

Dari dua peristiwa ini, dapat terlihat bahwa China dan India merupakan peradaban yang besar dan berpotensi menyalip Barat –terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya. Selain itu, posisi geografis dari kedua negara ini sama-sama berada di benua Asia yang kebanyakan dihuni oleh negara-negara dunia ketiga. Tulisan ini akan mencoba menerangkan mengapa China dan India akan dapat mengambil alih posisi negara adidaya – baik di bidang ekonomi maupun teknologi –dengan menganalisa faktor-faktor awal pembentukannya sebelum era 1990-an. Pertanyaan besar itu akan dicoba dibantu dengan pemahaman gagasan Huntington tentang benturan budaya. Selebihnya akan dijelaskan di paragraf selanjutnya.

1http://bisnis.liputan6.com/read/2044062/ekonomi-china-bakal-salip-amerika-serikat diakses pada tanggal 06 Oktober 2014 pukul 21.15

(2)

Benturan Peradaban menurut Huntington

Sebelum menjelaskan apa yang terjadi dengan China dan India, terlebih dahulu akan diterangkan mengenai konsep dari pemikiran Francis Fukuyama dan Huntington. Fukuyama mendeskripsikan jika akhir sejarah terletak pada runtuhnya komunisme dan kemenangan Demokrasi Liberal. Jadi tidak ada lagi perdebatan ideologi yang menjadi konflik pada era sebelumnya. Huntington berpendapat lebih jauh lagi jika budayalah sebagai faktor benturan dari berbagai negara pada era selanjutnya.

Huntington dalam tulisannya The Clash of Civilizations? lebih menitikberatkan benturan yang terjadi antara Barat dan dunia Islam. Hal ini didasarkan salah satunya pada interaksi militer yang sudah berabad-abad antara Barat dan Islam yang tidak memperlihatkan gejala melemah.3 Seperti dalam contoh kontemporer Perang Teluk yang menyisakan rasa bangga bagi bangsa Arab karena Saddam Hussein menyerang Israel dan menantang Barat. Akan tetapi perang ini menyisakan rasa malu dan kesal atas kehadiran dan dominasi militer Barat di Teluk Persia, serta ketidakmampuan bangsa-bangsa Arab yang tidak bisa menentukan nasibnya sendiri.4 Banyak hal lain selain masalah militer yang menyebabkan benturan kedua peradaban itu, namun sukar dijelaskan. Tapi yang pasti, Huntington melihat semuanya dalam kacamata benturan secara fisik

Namun saya melihat ada potensi lain terhadap benturan budaya itu selain antara Islam dengan Barat, yakni antara China dan India dengan Barat.5 Bukan masalah pergolakan fisik yang akan dilihat, melainkan malah dari persaingan ekonomi dan teknologi. Tidak menutup kemungkinan jika persaingan ekonomi dan teknologi akan memunculkan konflik fisik hingga perang terbuka.

“Kebangkitan” China

Tidak dapat dipungkiri memang, jika ekonomi China saat ini merupakan yang terbesar hingga akan melebihi ekonomi Amerika Serikat. pertanyaan pertama akan saya ulang kembali, yakni mengapa hal itu bisa /akan terjadi? Huntington melihat jika “kebangkitan” China saat

3Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban?” dalam A. Zaim Rofiqi (ed.), Amerika dan Dunia. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. 64.

4 Ibid., hlm 64-65.

(3)

ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni posisi China di tengah-tengah peradaban dunia; masyarakat China yang tersebar di berbagai penjuru dunia ikut berperan dalam membangun ekonomi China dan di luar negaranya, dan terakhir ialah meningkatnya hubungan-hubungan – atau kerja sama- China dengan negara lain, terutama di kawasan Asia Timur Raya.6

Pertama, posisi China di tengah-tengah dunia bisa terlihat dari peranannya ketika pada tahun 1950-an menjadi aliansi Uni Soviet. Selain itu, China juga memosisikan diri sebagai “pemimpin” negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi negara Superpower. pada 1980-an, kekuatan militer China mampu dan sebanding dengan kekuatan militer Amerika Serikat. Akhir 1980-an menjadi babak baru merosotnya Uni Soviet yang beraliansi dengan China -yang pada akhirnya aliansi tersebut tak berharga sama sekali.

Dari sisi persebaran penduduk, diaspora masyarakat China di seluruh dunia menjadi faktor lain dari “kebangkitan” ini. Pemerintah China menaggap “tanah air” China sebagai nenek moyang peradaban China. Dari sini, pemerintah China harus menempatkan diri sebagai pelindung komunitas masyarakat China di seluruh dunia.

Di Asia Tenggara, peran komunitas China mendominasi perekonomian negara, seperti Singapura, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Indonesia. di Flipina sendiri, komunitas China yang meningkat sebesar 1% mampu meningkatkan perdagangan domestik sebesar 35%.7 Contoh lain di Indonesia, pada pertengahan 1980-an keturunan China mengalami kenaikan sebesar 2-3%, mampu menguasai 70% modal swasta domestik. Data dari Huntington ini bisa dilihat bahwa masyarakat China di luar negaranya dianggap sebagai salah satu “motor” dalam menggerak perekonomian suatu negara.

Masih dalam pandangan Huntington, menurutnya lahirnya kemakmuran masyarakat China di luar negaranya sepenuhnya disebabkan oleh adanya sistem kekeluargaan yang disebut “Bamboo Networks”, hubungan-hubungan personal dan kesamaan kultur.8 Orang-orang China lebih memiliki keahlian di bidang bisnis. Hubungan-hubungan secara personal maupun kekeluargaan mampu menjalankan bisnis mereka berdasarkan kekeluargaan.

Faktor terakhir kebangkitan China di bidang ekonomi ialah bisanya negara ini dalam mengintegrasikan sistem ekonominya melalui kerja sama dengan berbagai negara, terutama

6 Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia. (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2003), hlm. 308.

7Ibid., hlm. 310.

(4)

dalam satu kawasan Asia Timur. Pasca digantikannya Mao Ze Dong oleh Deng Xiaoping pada 1970-an, China mampu mengintegrasikan kota-kota di pantai timurnya –Beijing, Shanghai, Qingdao, Guanzhou, dan lainnya – dengan sirkuit perekonomian yang dibangun oleh Barat di Asia Timur, seperti Jepang, Taiwan, Hongkong, dan Korea Selatan. Namun, saya melihat proses integrasi ini sebagai ekspansi ekonomi Barat ke China. Bisa terlihat sekarang ini, jika proses pembuatan barang-barang manufaktur di China kebanyakan digerakkan oleh perusahaan dari Barat –lihat saja Apple, General Motor, Boeing, dan lainnya. Banyaknya jumlah penduduk dan murahnya harga upah di China, membuat perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang dan lainnya memindahkan “pabrik-pabrik” mereka ke China. Namun di sisi lain juga terlihat bahwa kesempatan ini menguntungkan bagi China dalam melebarkan sayap perekonomiannya. Integrasi ini kemudian juga membuat China mempunyai pasar baru dalam memasarkan produk buatannya, namun hal ini lebih terlihat di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, kesamaan budaya –yang dalam pembagian Huntington sebagai kebudayaan Konghucu – memudahkan perluasan relasi ekonomi yang cepat antara China, Taiwan, Hongkong, Singapura, dan lainnya.9 Teori Huntington semakin kentara jika melihat kasus ini, di mana pasca perang dingin, kesamaan budaya semakin mengikis perbedaan ideologis, seperti China dan Taiwan semakin dekat.

Teknologi India yang menyalip Amerika

Jika menarik lagi ke belakang, yakni pada era Perang Dingin, kita tahu bahwa perlombaan-perlombaan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak hanya masalah militer, politik, serta ideologi saja, tetapi juga merambah pada ilmu pengetahuan terutama penjelajahan dunia antariksa (luar angkasa). Percobaan pertama oleh Uni Soviet keluar dan melihat Bumi dari angkasa, hingga penjelajahan misi Apollo untuk mempelajari bulan oleh Amerika Serikat terlihat persaingan itu tidak semata-mata hanya untuk “ilmu pengetahuan. Atau dalam contoh lain, kedua negara ini sama-sama menempatkan stasiun luar angkasa di atas orbit bumi –Skylab yang diluncurkan Amerika Serikat, dan MIR yang diterbangkan oleh Uni Soviet- membuat peradaban lain belum bisa mengungguli ke dua negara

9Samuel P. Huntington, “Benturan Peradaban?” dalam A. Zaim Rofiqi (ed.),

(5)

ini. Namun pada akhirnya, pasca perang dingin, Skylab dan MIR bergabung dan disatukan oleh wadah proyek baru, yakni ISS (International Space Station).

India walaupun dirasa telat dalam mengeksplorasi luar angkasa, harus tetap diberi perhatian lebih. Kekuatan IT India pada saat ini memang hampir menyamai Amerika Serikat. sederhananya, lihat saja pemimpin/CEO dari perusahaan teknologi seperti Microsoft atau lainnya, kebanyakan posisi strategis dari perusahaan itu berasal dari keturunan India. Mengapa demikian? Sebetulnya naiknya India juga harus dilihat dari posisi Amerika Serikat. pada saat ini Amerika Serikat kekurangan tenaga jasa di negerinya sendiri, akhirnya dia mengimpor tenaga-tenaga ahli/ jasa ke negaranya untuk menggerakkan perekonomiannya. Sama seperti China, diaspora orang India –terutama tersebar di Amerika –membuat kesempatan untuk belajar itu bertambah banyak.

Pasca India dianggap “bangkrut” pada 1980-an, negara ini mulai membuka diri dengan memberikan kesempatan lebih pada investor untuk menanamkan modal di sana. Akan tetapi bukan hanya menginvestasikan di negaranya saja, India juga berinvestasi dengan mengirimkan pelajar-pelajar –terutama ke Amerika Serikat- untuk belajar dalam hal teknologi. Relasi antara Amerika Serikat dan India ini bisa terlihat dari sekarang. Pelajar-pelajar yang dikirimkan itu akhirnya membangun network dengan Universitas dan perusahaan di Amerika Serikat, sehingga orang-orang India pada saat ini bisa dengan mudah mendapatkan lanjutan studi ataupun pekerjaan di sana, terutama di bidang IT.

Kesimpulan

Melihat dua negara ini memang tidak ada habisnya. Potensi-potensi untuk menyalip Amerika Serikat mulai terasa saat ini. Kekuatan ekonomi dan juga teknologi di Amerika Serikat juga ditopang oleh diaspora orang-orang India dan China yang bekerja di sana. Pertanyaan kecil “menyentil” kembali, jika misalkan orang-orang India dan China itu dipaksa dideportasi oleh negaranya, apa yang akan terjadi di Amerika Serikat? Saya prediksikan pasti akan terguncang.

(6)

yang sering terjadi adalah antara Barat dan Dunia Islam, tapi yang dititikberatkan malah pada militer atau kontak fisik. Sebetulnya potensi lain juga terlihat bukan hanya di bidang militer saja, tetapi juga di bidang lain seperti ekonomi dan teknologi yang juga melibatkan peradaban yang berbeda, China dan India.

China dan India mungkin saat ini mulai mengancam posisi Barat sebagai kekuatan yang sudah tua. Kebangkitan China dan India menurut saya lebih disebabkan karena melemahnya posisi Barat, seperti Amerika Serikat. mungkin karena terlalu bersitegang dengan dunia Islam semenjak 5-6 dekade yang lalu, peradaban Barat ini tidak melihat perkembangan yang begitu pesat di Asia, lebih jelasnya China dan India. Namun dilihat hubungan antara China dan India, tidak menutup kemungkinan di antara keduanya juga bersitegang. Namun penjelasan mengenai benturan keduanya itu bukan pembahasan dalam artikel ini.

(7)

Kepustakaan

Buku:

A.Zaim Rofiqi (ed.). Amerika dan Dunia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Huntington, Samuel P. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia . Yogyakarta:

Penerbit Qalam, 2003.

Meisner, Maurice. Mao’s, China and After: A History of the People’s Republic. New York: The Free

Pres, 1999.

Internet:

http://bisnis.liputan6.com/read/2044062/ekonomi-china-bakal-salip-amerika-serikat diakses pada tanggal 06 Oktober 2014 pukul 21.15

Referensi

Dokumen terkait

Maka mulai dari masalah ini dibuatlah, judul "Penggunaan Metode Augmented Reality untuk Pembelajaran Pada Materi Sistem Kerangka Tubuh Manusia" sebagai

Seorang anak dengan baju putih dan rok merah sedang naik ayunan menandakan bahwa dia adalah anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan masih suka

Jangkar diikat dengan tali atau rantai yang ditambatkan pada haluan, umumnya terbuat dari logam atau kayu yang diberi pemberat batu.. Anjungan, disebut juga anjung-anjung, bagian

Sejauh ini penulis menemukan bahwa komunikasi yang terjadi dalam suatu lingkungan dapat terjadi seperti yang diharapkan apabila seseorang di dalam lingkungan tersebut

Anak usia sekolah adalah anak berusia 6 – 21 tahun , yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya di bagi menjadi 2 sub kelompok yakni praremaja 9( 6-9 tahun) dan remaja ( 10 – 19

Inti dari metode probabilistic encryption adalah untuk meneliminasi kebocoran informasi dengan kriptografi kunci public, karena metode ini menerapkan konsep acak

Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh dan berkembang.Tujuanpenelitian adalah mengetahui

Semoga dengan kesadaran penuh bahwa para pendidik di negara ini untuk selalu belajar sepanjang masa, negara Indonesia yang kita cintai ini dapat lebih maju