PERATURAN
MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01 /Per/M.KUKM/I/2013
TENTANG
PEDOMAN REVITALISASI KOPERASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran koperasi
dalam mewujudkan kesejahteraan anggota
khususnya dan masyarakat pada umumnya, perlu memperkokoh kedudukan koperasi sebagai wadah untuk menghimpun dan menggerakkan potensi ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi, sehingga koperasi
sebagai badan hukum mampu berperan
menjalankan usaha yang sehat, kuat, mandiri dan tangguh;
b. bahwa untuk memperkokoh dan memantapkan
kedudukan dan peran koperasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan langkah-langkah dan upaya revitalisasi koperasi yang terintegrasi lintas unit kerja dilingkungan Kementerian Koperasi dan UKM, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan Pemangku Kepentingan
lainnya secara terencana, terpadu dan
berkesinambungan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Pedoman Revitalisasi Koperasi
MENTERI NEGARA
KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 1993, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian Dan Perubahan Anggaran Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3540);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3591);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Simpan Pinjam Oleh Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3549);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3744);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten atau Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Nomor 195/Per/M.KUKM/VIII/2006 tentang Pedoman Umum Akuntansi Koperasi ;
11. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Nomor 06/Per/K.UKM/III/2008
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 22/Per/M.KUKM/VI/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi;
12. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 145/KEP/M/III/2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penanaman Modal
Penyertaan pada Koperasi ;
13. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 06 /Per/M-KUKM/ IV /2009 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 03/Per/M-KUKM/I/2007 tentang Pedoman Penilaian Propinsi/ Kabupaten/Kota Koperasi;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA
KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
TENTANG PEDOMAN REVITALISASI KOPERASI
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Revitalisasi Koperasi adalah rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Gerakan Koperasi, Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan Pemangku Kepentingan terkait lainnya untuk menata kelembagaan dan memperkuat usaha koperasi.
2. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
3. Dewan Koperasi Indonesia adalah organisasi yang didirikan dari dan oleh Gerakan Koperasi untuk memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi koperasi.
4. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan daerah Kabupaten/Kota.
8. Menteri adalah Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 9. Pemangku Kepentingan Lain adalah Gerakan Koperasi, Lembaga Gerakan
Koperasi, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kementerian/ Lembaga terkait lainnya.
10. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita dan tujuan koperasi.
11. Lembaga Dewan Koperasi ( Dekopin, Dekopinwil, Dekopinda ) adalah organisasi yang didirikan dari dan oleh Gerakan Koperasi untuk memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi koperasi.
12. Koperasi sektor riil adalah koperasi produsen yang melakukan kegiatan produksi pengolahan dan pemasaran.
BAB II
REVITALISASI KOPERASI Bagian Kesatu
Maksud Pasal 2
Revitalisasi Koperasi dimaksudkan untuk mendorong Gerakan Koperasi agar tumbuh dan berkembang menjadi pelaku utama ekonomi sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi, dengan dukungan dari internal maupun eksternal.
Bagian Kedua Tujuan Pasal 3
Bagian Ketiga Sasaran
Pasal 4
Sasaran Revitalisasi Koperasi adalah :
a. terwujudnya kelembagaan koperasi yang kuat, didukung oleh perangkat organisasi koperasi; dan
b. terwujudnya usaha koperasi yang sehat, mandiri dan berdaya saing
Bagian Keempat Ruang Lingkup
Pasal 5
Ruang Lingkup Revitalisasi Koperasi meliputi :
a. pembenahan kelembagaan, organisasi, manajemen dan sumber daya manusia berdasarkan nilai dan prinsip koperasi.
b. peningkatan usaha yang mencakup aspek sumber daya manusia, produksi, teknologi informasi, pembiayaan dan pemasaran.
Bagian Kelima Strategi
Pasal 6
Strategi yang ditempuh dalam revitalisasi koperasi melalui : a. penataan regulasi dibidang perkoperasian;
b. menggiatkan kelembagaan dan usaha koperasi;
c. memperkuat kualitas kelembagaan dan meningkatkan usaha;dan d. meningkatkan peran dan dukungan lembaga pendamping koperasi.
Pasal 7
Penataan regulasi dibidang perkoperasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan melalui :
a. penyusunan peraturan perundang-undangan yang berpihak bagi pemberdayaan, pengembangan dan penguatan Koperasi; dan
Pasal 8
Penggiatan kelembagaan dan usaha koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilakukan melalui :
a. bimbingan dan konsultasi manajemen yang efektif dan efisien;
b. bimbingan dan konsultasi usaha koperasi sesuai dengan kepentingan ekonomi anggota;
c. pendampingan di bidang kelembagaan dan usaha;
d. pendidikan dan pelatihan di bidang kelembagaan dan usaha; e. penyuluhan perkoperasian; dan
f. fasilitasi kemudahan untuk peningkatan akses kepada sumber-sumber pembiayaan.
Pasal 9
Penguatan kualitas kelembagaan dan peningkatan usaha koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c dilakukan melalui:
a. peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui seleksi dan pendidikan calon anggota;
b. peningkatan kualitas manajemen melalui peningkatan kompetensi pengurus dan pengelola;
c. peningkatan kualitas pengawasan internal dan eksternal; d. pengembangan kualitas produk dan jasa;
e. peningkatan akses pembiayaan melalui lembaga perbankan, lembaga non perbankan, dan lembaga penjaminan; dan
f. pengembangan akses pemasaran dan jaringan usaha serta kemitraan. Pasal 10
Peningkatan peran dan dukungan lembaga pendamping Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d meliputi:
a. pemantapan peran lembaga pendamping koperasi;
b. peningkatan kompetensi sumber daya manusia lembaga pendamping koperasi;dan
BAB III
PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN MEKANISME Bagian Kesatu
Perencanaan dan Pelaksanaan
Pasal 11
Gerakan Koperasi, Lembaga Gerakan Koperasi, Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya wajib mengintegrasikan perencanaan dan pelaksanaan Revitalisasi Koperasi.
Pasal 12
Perencanaan dan pelaksanaan revitalisasi koperasi yang dilakukan oleh Gerakan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi :
a. inventarisasi kondisi eksisting koperasi berdasarkan analisis strength weakneses opportunity tread ( SWOT ) ;
b. identifikasi kebutuhan dan potensi koperasi dibidang sumber daya manusia, pembiayaan, sarana dan prasarana, pemasaran, dan teknologi;dan
c. pembenahan kelembagaan dan peningkatan kualitas usaha koperasi.
Pasal 13
Perencanaan dan pelaksanaan revitalisasi koperasi yang dilakukan oleh
Lembaga Gerakan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi : a. inventarisasi kondisi eksisting Lembaga Gerakan Koperasi;
b. identifikasi kebutuhan dan potensi Lembaga Gerakan Koperasi;dan c. konsolidasi dan pemantapan peran Lembaga Gerakan Koperasi.
Pasal 14
Perencanaan dan pelaksanaan revitalisasi koperasi yang dilakukan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi :
a. penyusunan rencana strategis Kementerian Koperasi dan UKM;
b. penyusunan rencana kerja tahunan Kementerian Koperasi dan UKM;dan c. penyusunan rencana kegiatan dalam bentuk Rencana Aksi Nasional
Pasal 15
Perencanaan dan pelaksanaan revitalisasi koperasi yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi, Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi :
a. penyusunan rencana strategis Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota;
b. penyusunan rencana kerja tahunan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
c. penyusunan rencana kegiatan dalam bentuk Rencana Aksi Daerah Tahunan Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota.
Bagian Kedua Mekanisme
Pasal 16
Mekanisme perencanaan dan pelaksanaan Revitalisasi Koperasi perlu disinergikan dengan Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sebagai berikut : a. Revitalisasi Koperasi dilaksanakan secara berjenjang oleh Gerakan
Koperasi (Primer, Pusat, Induk) dan Lembaga Gerakan Koperasi (Dekopinda, Dekopinwil, Dekopin);
b. Revitalisasi Koperasi dilaksanakan secara berjenjang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait;
c. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah cq Deputi Bidang
Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemetaan dan rencana aksi Revitalisasi Koperasi secara nasional;
d. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah cq Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemetaan, dan rencana aksi Revitalisasi Koperasi Tingkat Nasional;
e. Dinas yang membidangi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Provinsi mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemetaan dan rencana aksi Revitalisasi Koperasi di seluruh Kabupaten/Kota;
f. Dinas yang membidangi Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Provinsi melakukan perencanaan, pelaksanaan, pemetaan dan rencana aksi Revitalisasi Koperasi Tingkat Provinsi;
BAB IV
KOORDINASI PELAKSANAAN Bagian Kesatu
Organisasi Pelaksana Pasal 17
(1) Dalam pelaksanaan Revitalisasi Koperasi perlu dibentuk Organisasi Pelaksana Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
(2) Organisasi Pelaksana Tingkat Pusat terdiri dari : a. Pengarah :
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; b. Tim Pengawas :
1) Sekretaris Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
2) Staf Ahli Menteri Bidang Penerapan Nilai Dasar Koperasi; 3) Inspektur Kementerian Koperasi dan UKM;
4) Para Staf Khusus Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
c. Tim Penanggung Jawab :
1) Para Deputi di Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
2) Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM);
3) Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM);
4) Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia ( Dekopin ); d. Tim Pelaksana :
1) Kepala Biro Perencanaan;
2) Para Asisten Deputi Penanggung Jawab Program Revitalisasi Koperasi dilingkungan Kementerian koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
3) Direktur Pengembangan Usaha LPDB-KUKM;
4) Direktur Bisnis dan Pemasaran LLP-KUKM; e. Sekretariat :
1) Asisten Deputi Urusan Tatalaksana Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
2) Para Kepala Bidang dilingkungan Asisten Deputi Urusan Tatalaksana Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
Bagian Kedua Tugas Pasal 18
(1) Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a mempunyai tugas memberikan arahan kepada seluruh Tim Organisasi Pelaksana.
(2) Tim Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b mempunyai tugas memantau dan mengevaluasi kinerja penyelenggaraan Revitalisasi Koperasi.
(3) Tim Penanggung Jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c mempunyai tugas memberikan arahan, mengkoordinasikan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi Revitalisasi Koperasi sesuai bidang tugasnya.
(4) Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d mempunyai tugas memimpin, dan mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan Revitalisasi Koperasi.
(5) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf e mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan data, mengolah dan menyusun laporan.
Bagian Ketiga
Organisasi Pelaksana Tingkat Daerah Pasal 19
(1) Dalam rangka Revitalisasi Koperasi di Tingkat Provinsi, Gubernur dapat menetapkan organisasi pelaksana yang susunan keanggotaannya disesuaikan dengan tanggung jawab masing-masing.
Bagian keempat
Koordinasi Pelaksanaan Revitalisasi Koperasi Pasal 20
(1) Pelaksanaan Revitalisasi Koperasi di tingkat pusat dikoordinasikan oleh Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
(2) Pada masing-masing Deputi di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM, para Kepala Dinas yang membidangi koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Propinsi/Kabupaten/Kota membentuk tim teknis revitalisasi koperasidalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
(3) Tim Pelaksana di Tingkat Pusat melakukan koordinasi dengan Kementerian/ Lembaga/Instansi terkait lainnya;
(4) Tim Pelaksana di Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Lembaga/Instansi terkait lainnya.
(5) Tim Pelaksana di Tingkat Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Lembaga/Instansi terkait lainnya.
BAB V
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 21
(1) Pemantauan Revitalisasi Koperasi mencakup:
a. rencana aksi, sasaran, pelaksanaan dan output oleh masing-masing Unit Kerja;
c. pelaksanaan Revitalisasi Koperasi di bidang Usaha meliputi peningkatan kualitas sumber daya manusia koperasi, jenis produksi yang diusahakan oleh koperasi, penerapan teknologi informasi oleh koperasi, sektor riil yang ditangani oleh koperasi, sumber pembiayaan yang manfaatkan oleh koperasi, kemampuan dan perkembangan modal koperasi dan pemasaran hasil produk koperasi serta promosi serta market share dan wilayah pemasaran dan perkembangan kinerja usaha.
(2) Tim Pengawas mengkoordinasikan pemantauan pelaksanaan Revitalisasi Koperasi secara berkala.
(3) Evaluasi dan Pelaporan atas pelaksanaan Revitalisasi Koperasi dilakukan secara berkala.
BAB VI PENDANAAN
Pasal 22
Biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan program Revitalisasi Koperasi berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 23
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Januari 2013
- 1 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2013
TENTANG PEDOMAN REVITALISASI KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI DALAM RANGKA REVITALISASI KOPERASI
NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/ GERAKAN KOPERASI TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
1 DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM
Merumuskan pedoman dan standar kelembagaan koperasi di sektor riil.
Menetapkan
kebijakan tentang penataan
kelembagaan
Koperasi di masing-masing sektor.
Terwujudnya koperasi dengan kondisi kelembagaan yang
siap untuk
memproduksi produk unggulan daerah yang memiliki prospek pemasaran dalam negeri/luar negeri
1. Menginventarisasi keragaan kelembagaan dan usaha koperasi di masing-masing Kab/kota yang bergerak di sektor riil;
2. Mengidentifikasi kinerja koperasi yang bergerak disektor riil berdasarkan jenis koperasi yakni : koperasi produsen, koperasi konsumen, dan koperasi jasa.
3. Merumuskan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka pemberdayaan
kelembagaan koperasi
1. Terinventarisasinya 497 koperasi sektor riil, masing-masing kabupaten/kota minimal 1 unit koperasi;
2. Teridentifikasinya kinerja koperasi dalam bentuk mapping koperasi sektor riil masing-masing jenis koperasi berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
3. Tersusunnya rencana operasional pembinaan dan pengembangan kelembagaan koperasi dan terwujudnya standar pembinaan dan pengembangan kelembagaan koperasi di sektor riil;
- 2 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/
GERAKAN KOPERASI
TUGAS DAN
FUNGSI KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANSI
TERKAIT SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
4. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengem-bangan kelembagaan koperasi secara siste-matis, obyektif dan berkelanjutan.
5. Melakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap pelaksanaan Revitalisasi Koperasi dalam rangka pengawasan, pengen-dalian dan perlindungan koperasi.
4. Tertatanya kelembagaan koperasi disektor riil yang berkualitas
- 3 -
2 DEPUTI BIDANG PRODUKSI
Merumuskan kebijakan, pedoman dan standar operasional usaha koperasi disektor riil
Menetapkan kebijakan tentang penataan usaha koperasi di-masing-masing sektor. (Kement. Pertanian, Kement.
Perindustrian,
Kement. Pertamben, Kement. Kehutanan, Kement. Perdagangan, Kement. terkait lainnya )
1. Terwujudnya koperasi/Koperasi Unit Desa (KUD) dengan kondisi 0usaha yang siap untuk
memproduksi produk unggulan daerah yang memiliki prospek pemasaran dalam negeri/luar negeri
1.Menginventarisasi keragaan usaha koperasi /koperasi unit desa (KUD) di masing-masing Kab/kota yang bergerak disektor riil (pertanian,perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan industri kerajinan;
1. Terinventarisasinya kera-gaan kelembagaan dan usaha koperasi/koperasi unit desa (kud) dimasing-masing Kab/Kota yang bergerak disektor riil (pertanian,perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan industri kerajinan
- 4 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/
GERAKAN KOPERASI
TUGAS DAN
FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
2. Terwujudnya koperasi sektor riil yang melkukan proses kegiatan dari hulu ke hilir yaitu mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi,
pengemasan dan pemasaran dengan menggunakan hak paten (HAKI)
2.Mengidentifikasi kebutuhan koperasi/ koperasi unit desa (KUD) yang bergerak disektor riil (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan industri kerajinan.
3.Merumuskan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam rangka pemberdayaan usaha koperasi/Koperasi Unit Desa (KUD) yang bergerak disektor riil pertanian,perikanan,petern akan,perkebunan,kehutana n,pertambangan dan industri kerajinan)
2 Teridentifikasinya kinerja koperasi/koperasi unnit desa (kud) dalam bentuk mapping koperasi sektor riil masing-masing jenis koperasi berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan;
3 Tersusunnya rencana operasional pembinaan dan pengembangan usaha kop. dan terwujudnya standar pembinaan dan pengem- bangan usaha koperasi disektor riil (pertanian, perikanan, peternakan, per- kebunan, kehutanan, pertambangan & industri kerajinan;
- 5 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
4.Melaksanakan kegiatan
pembinaan dan
pengembangan usaha
koperasi/ Koperasi Unit
Desa (KUD) dari sisi
produksi dan pengolahan.
4.Tertatanya usaha koperasi/ koperasi unit desa disektor riil (pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan, kehutanan,
pertambangan dan industri kerajinan) yang berkualitas
3 DEPUTI BIDANG
PEMBIAYAAN
Merumuskan kebi-jakan,
pedoman dan standar
opera-sional pembiayaan koperasi
disektor riil
Menetapkan kebijakan pengembangan
pembiayaan dalam
rangka penguatan
permodalan koperasi disektor riil (Kement.
Keuangan, Kement.
/Sektor terkait, Bank
Indonesia dan
Lembaga Keuangan
Lainnya).
Tersedianya akses
permodalan dan
perlindungan usaha
koperasi di sektor riil
1. Menginventarisir kekuatan
permodalan koperasi
disektor riil;
2. Mengidentifikasi
kebutuhan pasar dan
jaringan usaha koperasi disektor riil.
3. Merumuskan
sumber-sumber permodalan yang diperlukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan
koperasi di sektor riil.
1. Terinventarisasinya kekuatan permodalan
koperasi di sektor riil;
2. Teridentifikasinya kebutuhan pasar dan
jaringan usaha serta kemitraan koperasi di sektor riil;
3. Terumuskan sumber dan skema permodalan
koperasi di sektor riil.
- 6 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
4. Melaksanakan pembinaan
dalam rangka pengem- bangan pasar dan jaringan usaha dan kemitraan koperasi di sektor riil.
4. Tersedianya peluang pasar bagi produk koperasi sektor riel
4 DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
Merumuskan kebi-jakan,
pedoman dan standar
operasional pema-saran dan
jaringan usaha koperasi di
sektor riil dan mengembangkan kemitraan antar koperasi dan koperasi dengan badan usaha lainnya
Menetapkan
kebijakan tentang
penataan pemasaran dan jaringan usaha
serta kemitraan
antar koperasi dan
koperasi dengan
badan usaha lainnya dimasing-masing sektor (Kementerian Perdagangan;
Perindustrian; Perta-nian; dan Kemen-terian/Lembaga Terkait lainnya).
Terwujudnya koperasi dengan kondisi yang
siap untuk
memasarkan produk
unggulan daerah yang
memiliki prospek
melalui pasar bebas, jaringan usaha dan kemitraan.
1. Menginventarisir kekuatan
pemasaran dan jaringan usaha koperasi di sektor riil
2. Mengidentifikasi
kebutuhan pasar dan
jaringan usaha koperasi disektor riil.
3. Memfasilitasi kebutuhan
pemasaran produk
koperasi di sektor riil.
1. Terinventarisasinya kekuatan pasar dan
jaringan usaha serta kemitraan koperasi di sektor riil;
2. Teridentifikasinya kebutuhan pasar dan
jaringan usaha serta kemitraan koperasi di sektor riil;
3. Terfasilitasinya pemasaran produk koperasi
di sektor riil.
- 7 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
4. Melaksanakan pembinaan
dalam rangka pengem- bangan pasar dan jaringan usaha dan kemitraan koperasi di sektor riil.
4. Tersedianya peluang pasar bagi produk
- 8 -
5 DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
1. Merumuskan kebijakan
pendidikan dan pelatihan
keahlian dan ketrampilan
bagi pengurus, pengawas,
pengelola dan anggota
koperasi di sektor riil;
Menetapkan
kebijakan tentang
peningkatan kemampuan
manajerial dan
pengelolaan usaha
dan keuangan
koperasi sektor riil (Kementerian/
Lembaga sektor
terkait lainnya)
1. Terwujudnya
diklat ketrampilan
managerial bagi
pengurus, pengawas,
pengelola dan
anggota koperasi
di sektor riil
2. Terwujudnya
ke-mampuan teknis
produksi dan
pengolahan
produk koperasi
sektor riil bagi pengurus,
pengawas,
pengelola dan
anggota koperasi
1. Mengidentifikasi
kebutuhan diklat
ketrampilan dan
manajerial (training need assesment)
2. Melaksanaan diklat
ketrampilan dan
manajerial bagi pengelola, anggota, pengurus, dan pengawas koperasi secara intensif dan berkelanjutan.
1. Teridentifikasinya kebu-tuhan diklat
ketrampilan dan manajerial;
2. Terlaksananya diklat ketrampilan teknis dan manajerial bagi koperasi disektor riil sesuai denga sektor usaha koperasi.
- 9 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
2. Melaksanakan Diklat
manajerial berbasis
kompetensi bagi perangkat organisasi koperasi;
3. Terwujudnya kemampuan Tehnologi/Informa
si bagi
pengembangan koperasi sektor riil
3 Mendorong dan
memfasilitasi
penyelenggaraan diklat kewirausahaan secara swadaya oleh Gerakan Koperasi di sektor riil
sesuai kebutuhan
pengembangan koperasi
3. Terlaksananya pemanfaatan Teknologi Informasi bagi koperasi sektor riil
4. Terbangunya jiwa kewira- usahaan bagi koperasi sektor riil.
6. DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN DAN
RESTRUKTURIS ASI USAHA
1. Merumuskan kebijakan pedoman dan penerapan
standarisasi sistem
mutu,HAKI dan kehalalan produksi Koperasi
1. Menetapkan kebijakan tentang standarisasi
produk dan
sistem mutu,
HAKI, dan
sertifikasi halal (BSN, BPPOM,
LPPOM, MUI,
Kementerian
Hukum dan
HAM))
1. Terwujudnya pemahaman
KUMKM dan
penerapan tentang standarisasi dan
sistem mutu,
HAKI, dan halal;
1. Menginventarisir
kebutuhan koperasi dan
UMKM akan
pendampingan/fasilitasi dan sertifikasi dan akreditasi produk koperasi
1. Terfasilitasinya KUMKM dalam penerapan standarisasi sistem mutu, HKI, dan kehalalan produk
- 10 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
2. Merumuskan kebijakan
pedoman dan standar
operasional dalam
pengembangan koperasi di sektor riil
3. Mensinergikan tenaga
konsultan pendamping
LPB/BDS dan perguruan
tinggi untuk melakukan
layanan pendampingan
kepada Koperasi dan UMKM
2. Mengkoordinasik
an stakeholder
terkait dalam
proses
pendampingan bagi
pengembangan
koperasi sektor
riil (Asosiasi
BDS, Asosiasi
KKMB, Bank
Pelaksana KUR, perguruan tinggi)
2. Terwujudnya
pemahaman
koperasi tentang
KUR bagi
pengembangan permodalan Koperasi maupun
dengan UMKM
anggota koperasi; 3. Terwujudnya pemberian layanan konsultan pendamping LPB/BDS-P
2. Meningkatkan
pemahaman Koperasi dan
UMKM tentang
pengembangan
permodalan Koperasi dan UMKM anggota Koperasi
serta layanan tenaga
konsultan pendamping
dan fasilitasi sertifikasi
3. Meningkatkan
pemahaman Koperasi dan UMKM tentang sumber
pembiayaan bagi
pengembangan
permodalan Koperasi
maupun dengan
permodalan UMKM
anggotanya
2. Terlaksananya sosialisasi dan
pendampingan bagi Koperasi di 33 Propinsi untuk perluasan KUR.
3. Tersedianya layanan pendampingan bagi
Koperasi dan UMKM
- 11 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
7 DEPUTI BIDANG
PENGKAJIAN
SUMBER DAYA
UKM DAN
KOPERASI
Melakukan pengkajian dan penelitian atas pelaksanaan kebi-jakan, program dan kegiatan Revitali-sasi Koperasi
Menetapkan
kebijakan pengkajian dan penelitian terhadap
pengembangan koperasi di sektor riil (LIPI, Kementerian Riset dan Teknologi, Balitbang
Kementerian Terkait )
1. Tersedianya hasil kajian dan hasil penelitian bagi pengembangan produk koperasi di sektor riil;
2. Tersedianya model-model pengembangan Koperasi di sektor riil
Menginventarisir hasil pengkajian atas pelaksanaan kebijakan dan program bidang koperasi dan hasil penelitian produk koperasi di sektor riil
Tersedianya data hasil kajian koperasi dan penelitian kajian disektor pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, peternakan dan industri tehnologi yang berwawasan lingkungan dan kearifan lokal
8 SEKRETARIAT
KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
Merumuskan dukungan
program, kegiatan dan anggaran revitalisasi koperasi
Mengkoordinasikan perencanaan kebi- jakan revitalisasi koperasi dengan Kementeriaan/Lem- baga terkait (Bappe- nas, Kementerian Keuangan, Komisi VI DPR RI)
Terwujudnya
dukungan program, kegiatan dan anggaran revitalisasi Koperasi.
1. Menginventarisasi data keragaan koperasi di sektor riil.
2. Mengkoordinasikan program, kegiatan, dan anggaran revitalisasi koperasi.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksa-naan Revitalisasi Koperasi.
1. Terinventarisasinya data koperasi yang akan di revitalisasi;
2. Tersdianya rencana kegiatan dan anggaran revitalisasi koperasi.
3. Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Revitalisasi Koperasi.
- 12 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
9 LEMBAGA
PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN UMKM
Merumuskan kebijakan dan
skema pembiayaan bagi
Koperasi di sektor riil
Menetapkan
kebijakan dan skema pembiayaan untuk modal kerja dan modal investasi bagi koperasi di sektor riil (Kementerian
Keuangan, Kementerian/ Lembaga terkait lainnya )
tersedianya akses
pembiayaan bagi
koperasi di sektor riil.
1. Sosialisasi dana bergulir LPDB-KUMKM;
2. Menganalisa kelayakan usaha dan kelembagaan koperasi;
3. Menyiapkan Keputusan persetujuan
pinjaman/pembiayaan oleh komite pinjaman; 4. Monitoring dan evaluasi
pasca penyaluran
1. Jumlah dana bergulir yang disalurkan kepada koperasi sektor riel.
2. Data hasil kajian
10 LEMBAGA LAYANAN PEMASARAN KOPERASI DAN UKM
Melaksanakan promosi produk-produk yang telah dihasilkan oleh koperasi sektor riil.
Menetapkan
kebijakan pasar hasil produk koperasi sektor riil (Atase perdagangan di Luar
Negeri, BPEN,
Kementerian Perdagangan)
Terbukanya informasi pasar produk koperasi ,jaringan informasi dan publikasi bisnis
produk koperasi
disektor riil
Mengkoordinasikan peluang pasar bagi produk-produk koperasi sektor riil.
Meningkatnya akses pasar dan segmen pasar produk koperasi sektor riil
- 13 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
11 DEWAN KOPERASI INDONESIA
Meningkatkan partisipasi
anggota dalam melaksanakan aktivitas produksi, pengolahan dan pemasaran koperasi di sektor riil
Menetapkan
kebijakan untuk
mendorong
partisipasi seluruh
anggota koperasi
disektor riil dan
meningkatkan
kerjasama usaha
antar koperasi
(Dekopinwil,
Dekopinda, partner
bisnis, asosiasi dunia
usaha ,kerjasama
internasional dengan
koperasi anggota
ICA)
Terwujudnya
partisapasi anggota
kooperasi sektor riil
dan terbangunnya
kerjasama antar
koperasi, koperasi
denga nb adan usaha lainnya dan kerjasama internasional )
1. melakukan konsolidasi
kelembagaan dekopinwil
dan dekopinda seluruh
Indonesia, serta melakukan
pendekatan dengan
pemerintah/Pemda tentang peluang pasar bagi koperasi dan terciptanya kerjasama koperasi dengan asosiasi dunia usaha.
2. melakukan pendidikan
pelatihan kepada anggota koperasi sektor riil.
3. Mendorong tumbuh dan
berkembangnya kerjasama antar Koperasi, kerjasama
antar koperasi, koperasi
dengan badan usaha
lainnya, dan kerja sama internasional.
1. Terkonsolidasinya kelembagaan dekopinwil
dan dekopinda seluruh Indonesia, serta terciptanya peluang pasar bagi koperasi
2. terlaksananya diklat ketrampilan teknis bagi
anggota koperasi di sektor riel.
3. Terwujudnya jaringan usaha antar koperasi ,
koperasi dengan badan usaha lainnya, serta kerja sama internasional.
- 14 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
12 DINAS YANG
MEMBI- DANGI
KOPERASI &
UKM DITINGKAT
PROVINSI DAN
KABUPATEN/KO TA
1. menginventarisir koperasi
sektor riil dan jenis
komoditi/ produk yg
dihasilkan
2. mengidentifikasi dan meng-
analisis kebutuhan
pengembangan dan
penguatan koperasi di sektor riiL
1. Mengkoordinasika
n penguatan
kelembagaan dan
usaha Koperasi
sektor riil (Dinas terkait di Propinsi.
Kab/Kota, dan
Dunia Usaha )
2. Dinas yang terkait
dengan usaha
koperasi di
Tingkat Provinsi
dan Kabupaten
/Kota
1. Terinventarisir
koperasi sektor riil dan jenis produk yang dihasilkan di masing-masing kabupaten/kota
2. Teridentifikasinya
kebutuhan pengembangan
dan penguatan
koperasi sektor riil
1. Mengidentifikasi Koperasi
dan kebutuhannya
2. Melakukan advokasi dan
memberikan fasilitasi
kepad pengurus koperasi di sektor riil.
1. Hasil identifikasi koperasi sektor riil yang akan dikembangkan
2. Terlaksananya advokasi dan fasilitasi
kepada koperasi sektor riil.
- 15 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
3. Memfasilitasi dan meng-
advokasi penyusunan studi
kelayakan dan perijinan
usaha yang terkait dengan
pengembangan komoditi/
produk koperasi
3. Tersusunnya
studi kelayakan
dan bisnis plan
koperasi sektor riil.
4. Teradvokasinya
pelaksanaan Revitalisasi
Koperasi sektor riil
3. Terlaksananya kerjasama koperasi antar
daerah di sektor riil.
- 16 - NO UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
13 KOPERASI 1. Menginventarisir peta
kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan yang dihadapi koperasi
2. mengidentifikasi dan meng-
analisis kebutuhan pengem-
bangan dan penguatan
koperasi di sektor riil
Mendorong
partisipasi lembaga
koperasi sekunder
untuk membangun
jaringan usaha
secara vertikal
maupun horizontal
(Pusat Koperasi,
Induk Koperasi,
koperasi Sekunder
terkait lainnya )
1. Terevaluasinya
peta kekuatan,
kelemahan,
peluang dan
tantangan yang
dihadapi koperasi
2. Teridentifikasi dan
teranalisisnya
kebutuhan bagi
pengembangan kelembagaan dan pengembangan usaha koperasi di sektor riil
3. Tercapainya
kinerja
kelembagaan dan usaha koperasi
1. Melakukan analisis SWOT
terhadap Koperasi sektor
riil secara mandiri/self
assessment
2. Melakukan identifikasi
kebutuhan bagi
pengembangan
kelembagaan dan
penguatan usaha koperasi sektor riil
3. Meningkatkan kualitas
SDM pengawas, pengurus,
pengelola dan anggota
koperasi dengan
memanfaatkan tehnologi .
1. Hasil analisis SWOT Koperasi
2. Hasil Identifikasi kebutuhan bagi
pengembangan kelembagaan dan penguatan usaha koperasi sektor riil
3. Hasil peningkatan kapasitas
pengurus/pengawas/pengelola dan anggota koperasi
- 17 -
NO
UNIT KERJA/ LEMBAGA/GERA KAN KOPERASI
TUGAS DAN FUNGSI
KEMENTERIAN/ LEMBAGA/INSTANS
I TERKAIT
SASARAN RENCANA AKSI (INPUT) KELUARAN (OUTPUT)
3. Meningkatkan kinerja
kelem-bagaan dan usaha
koperasi melalui
pening-katan kapasitas
pengurus/pengawas
koperasi, profesionalisme
pengelola dan partisipasi
anggota