MOCH ALIP MOCH ALIP
Email: moch_alip@uny.ac.id Email: moch_alip@uny.ac.id
12/9/2011
UNDANG UNDANG (UU)
No 20 Th 2003 tentang
Beberapa Definisi/Pengertian
pd SPN
pd SPN
• Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
lanjutan
• SPN adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. • Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
lanjutan
• SPN adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. • Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
lanjutan
• Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
• Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
lanjutan
• Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yg dapat dilaksana-kan secara terstruktur dan
berjenjang.
lanjutan
lanjutan
• Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai
sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
lanjutan
• Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
• Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga
lanjutan
• Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan.
• Akreditasi adalah kegiatan penilaian
lanjutan
• Sumber daya pendidikan adalah segala
sesuatu yg dipergunakan dalam penyeleng-garaan pendidikan yang meliputi tenaga
kependidikan, masyarakat, dana, dan sarpras • Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri
yang beranggotakan berbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan.
Pasal 3
Pasal 3
Pendidikan nasional
Pendidikan nasional berfungsiberfungsi mengembang mengembang- -kan kemampuan dan membentuk watak serta
kan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan
bertujuan untuk berkembangnya potensi untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yg
peserta didik agar menjadi manusia yg beriman beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang
mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Pasal 4 Pendidikan diselenggarakan:
(1) secara demokratis, berkeadilan, tidak dis-kriminatif, menjunjung tinggi HAM, dan nilai keagamaan, kultural, dan kemajemukan.
(2) sbg satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna.
Pasal 4 (lanjutan)
(4) dg memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
(5) dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
(6) dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
Hak dan Kewajiban Warga
Hak dan Kewajiban Warga
Negara
Negara
Pasal 5. Setiap warga negara (WN):
Pasal 5. Setiap warga negara (WN):
(1) berhak memperoleh pendidikan bermutu.
(1) berhak memperoleh pendidikan bermutu.
(2) WN berkelainan fisik, emosional, mental,
(2) WN berkelainan fisik, emosional, mental,
intelek-tual, dan/atau sosial berhak atas
intelek-tual, dan/atau sosial berhak atas
pendidikan khusus
pendidikan khusus
(3) WN di daerah terpencil/terbelakang
(3) WN di daerah terpencil/terbelakang
berhak memperoleh pendidikan layanan
berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus.
khusus.
(4) WN yg memiliki berbakat istimewa berhak
(4) WN yg memiliki berbakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
memperoleh pendidikan khusus.
(5) berhak atas pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6.
Pasal 6.
(1) Setiap warga negara yang berusia 7 s.d. 15
(1) Setiap warga negara yang berusia 7 s.d. 15
thn wajib mengikuti pendidikan dasar
thn wajib mengikuti pendidikan dasar
(SD-SMP).
SMP).
(2) Setiap WN bertanggung jawab terhadap
(2) Setiap WN bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Pasal 7
Pasal 7
(1) Ortu berhak memilih sekolah dan memperoleh
(1) Ortu berhak memilih sekolah dan memperoleh
info ttg perkembangan pendidikan anaknya.
info ttg perkembangan pendidikan anaknya.
(2) Ortu dari anak usia wajib belajar,
(2) Ortu dari anak usia wajib belajar,
berkewajiban memberikan pendidikan dasar
berkewajiban memberikan pendidikan dasar
kepada anaknya.
Hak dan Kewajiban
Hak dan Kewajiban
Masyarakat
Masyarakat
Pasal 8
Pasal 8
Masyarakat berhak berperan serta dlm
Masyarakat berhak berperan serta dlm
perencanaan, pelaksanaan,
perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program
pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.
pendidikan.
Pasal 9
Pasal 9
Masyarakat berkewajiban memberikan
Masyarakat berkewajiban memberikan
dukungan sumber daya dalam
dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Hak dan Kewajiban Pemerintah
Hak dan Kewajiban Pemerintah
(Pusat dan Daerah)
(Pusat dan Daerah) Pasal 10
Pasal 10
Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing,
Pemerintah berhak mengarahkan, membimbing,
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
membantu, dan mengawasi penyelenggaraan
pend.
pend.
Pasal 11.
Pasal 11.
(1) Pemerintah wajib memberikan layanan,
(1) Pemerintah wajib memberikan layanan,
kemudah-an, menjamin terselenggaranya
kemudah-an, menjamin terselenggaranya
pend. bermutu
pend. bermutu
(2) Pemerintah wajib menjamin tersedianya dana
(2) Pemerintah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia 7 – 15 tahun
PESERTA DIDIK
PESERTA DIDIK
Pasal 12. Setiap peserta didik berhak: Pasal 12. Setiap peserta didik berhak: (1). Mendapatkan: pend. agama sesuai (1). Mendapatkan: pend. agama sesuai agamanya, oleh pendidik seagama; agamanya, oleh pendidik seagama;
pelayanan pend. sesuai bakat, minat, pelayanan pend. sesuai bakat, minat,
dan kemampuannya; beasiswa bagi dan kemampuannya; beasiswa bagi
yg berprestasi ttp miskin; biaya pend yg berprestasi ttp miskin; biaya pend
bagi yg tidak mampu membiayai ; bagi yg tidak mampu membiayai ;
pindah ke program lain yg setara;dan pindah ke program lain yg setara;dan
menyelesaikan pendidikan sesuai menyelesaikan pendidikan sesuai
PESERTA DIDIK
PESERTA DIDIK
(lanjutan)
(lanjutan)
(2) Setiap peserta didik berkewajiban: (2) Setiap peserta didik berkewajiban: menjaga norma-norma pend. untuk menjaga norma-norma pend. untuk
menjamin keberhasilan pend.; ikut menjamin keberhasilan pend.; ikut
membiayai penyelenggaraan pend., membiayai penyelenggaraan pend.,
kecuali yg tidak mampu. kecuali yg tidak mampu.
(3) WNA dapat menjadi peserta didik pd (3) WNA dapat menjadi peserta didik pd
satuan pend. Di Indonesia. satuan pend. Di Indonesia.
(0) Ketentuan hak dan kewajiban tsb (0) Ketentuan hak dan kewajiban tsb
diatur lebih lanjut dengan Peraturan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
JALUR, JENJANG, DAN JENIS
JALUR, JENJANG, DAN JENIS
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
Pasal 13.
Pasal 13.
(1)
(1) JALURJALUR pendidikan terdiri atas pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan
pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi
informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya.
dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diselenggarakan dg
dalam ayat (1) diselenggarakan dg
sistem terbuka melalui tatap muka
sistem terbuka melalui tatap muka
dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 14. Pasal 14.
JENJANG
JENJANG Pendidikan Formal terdiri atas Pendidikan Formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. menengah, dan pendidikan tinggi. Pasal 15.
Pasal 15.
JENIS
JENIS pend. mencakup pend. umum, pend. mencakup pend. umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dan khusus. keagamaan, dan khusus. Pasal 16.
Pasal 16.
Jalur, jenjang, dan jenis pend. dapat dalam Jalur, jenjang, dan jenis pend. dapat dalam
bentuk satuan pend. yg bentuk satuan pend. yg
PENDIDIKAN MENENGAH
PENDIDIKAN MENENGAH
Pasal 18.
Pasal 18.
Pendidikan menengah merupakan
Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas
lanjutan pendidikan dasar, terdiri atas
Pend. Umum dan Pend. Kejuruan.
Pend. Umum dan Pend. Kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk: SMA,
Pendidikan menengah berbentuk: SMA,
Madrasah Aliyah (MA), SMK, dan
Madrasah Aliyah (MA), SMK, dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
bentuk lain yang sederajat.
Ketentuan lain diatur lebih lanjut dengan
Ketentuan lain diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
PENDIDIKAN TINGGI
PENDIDIKAN TINGGI
Pasal 19
Pasal 19
(1) Pendidikan tinggi mrpkan jenjang (1) Pendidikan tinggi mrpkan jenjang
pend. setelah pend. menengah yg pend. setelah pend. menengah yg mencakup program pend diploma, mencakup program pend diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yg diselenggarakan oleh perguruan yg diselenggarakan oleh perguruan
tinggi (PT). tinggi (PT).
Pasal 20
Pasal 20
(1) PT dpt berbentuk akademi, politeknik, (1) PT dpt berbentuk akademi, politeknik,
sekolah tinggi, institut, atau universitas sekolah tinggi, institut, atau universitas
(2) PT wajib menyelenggrkan pendidikan, (2) PT wajib menyelenggrkan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kpd masy. penelitian, dan pengabdian kpd masy.
(3) PT dpt menyelenggrkan program (3) PT dpt menyelenggrkan program
akademik, profesi, dan/atau vokasi. akademik, profesi, dan/atau vokasi.
(4) Ketentuan mengenai PT sebagaimana (4) Ketentuan mengenai PT sebagaimana
disebut ayat 1;2;3 tsb akan diatur dg PP disebut ayat 1;2;3 tsb akan diatur dg PP
Pasal 21Pasal 21
(1) PT yg memenuhi syarat pendirian (1) PT yg memenuhi syarat pendirian
dan dinyatakan berhak dan dinyatakan berhak
menyeleng-grkan program pend. tertentu dapat grkan program pend. tertentu dapat
memberikan
memberikan gelar akademik, profesi, gelar akademik, profesi, atau vokasi
atau vokasi sesuai dengan program sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakannya. pendidikan yang diselenggarakannya. (2) Perseorangan, organisasi, atau
(2) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pend. yg bukan PT penyelenggara pend. yg bukan PT
dilarang memberikan
dilarang memberikan gelar akademik, gelar akademik, profesi, atau vokasi
Pasal 21Pasal 21
(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi (3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
hanya digunakan oleh lulusan dari PT hanya digunakan oleh lulusan dari PT
yg berhak memberikan gelar. yg berhak memberikan gelar.
(4) Penggunaan gelar akademik, profesi, (4) Penggunaan gelar akademik, profesi,
atau vokasi lulusan PT hanya atau vokasi lulusan PT hanya
dibenar-kan
kan dlm bentuk dan singkatan yang dlm bentuk dan singkatan yang diterima dari PT ybs.
diterima dari PT ybs.
(5) Penyelenggara pendidikan yg tidak (5) Penyelenggara pendidikan yg tidak memenuhi persyaratan pendirian spt memenuhi persyaratan pendirian spt
Pasal 21Pasal 21
(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi
yang dikeluarkan oleh penyelenggara
yang dikeluarkan oleh penyelenggara
pend. yg tidak sesuai dg ketentuan
pend. yg tidak sesuai dg ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
atau penyelenggara pendidikan yg
atau penyelenggara pendidikan yg
bukan PT sebagaimana dimaksud
bukan PT sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.
dalam ayat (2) dinyatakan tidak sah.
(7) Ketentuan mengenai gelar akademik,
(7) Ketentuan mengenai gelar akademik,
profesi, atau vokasi spt dimaksud pd
profesi, atau vokasi spt dimaksud pd
ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) akan
ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) akan
diatur dg Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
Pasal 22
Universitas, institut, dan sekolah tinggi Universitas, institut, dan sekolah tinggi
yang memiliki program doktor berhak yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar doktor kehormatan memberikan gelar doktor kehormatan
(doktor honoris causa) kepada setiap (doktor honoris causa) kepada setiap
individu yang layak memperoleh individu yang layak memperoleh
penghargaan berkenaan dengan penghargaan berkenaan dengan
jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan,
pengetahuan, teknologi, teknologi,
kemasyarakatan, keagamaan, kemasyarakatan, keagamaan,
Pasal 23
Pasal 23
(1) Pada universitas, institut, dan (1) Pada universitas, institut, dan
sekolah tinggi dapat diangkat guru besar sekolah tinggi dapat diangkat guru besar
atau profesor sesuai
atau profesor sesuai dengan peraturan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
perundang-undangan yang berlaku. (2) Sebutan guru besar atau profesor (2) Sebutan guru besar atau profesor
hanya dipergunakan selama yang hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja bersangkutan masih aktif bekerja
Pasal 24
Pasal 24
(1) Dlm penyelenggaraan pendidikan dan
(1) Dlm penyelenggaraan pendidikan dan
pengemb ilmu pengetahuan, pd PT
pengemb ilmu pengetahuan, pd PT
berlaku kebebasan akademik &mimbar
berlaku kebebasan akademik &mimbar
akademik dan otonomi keilmuan.
akademik dan otonomi keilmuan.
(2) PT memiliki otonomi untuk mengelola
(2) PT memiliki otonomi untuk mengelola
sendiri lembaganya sebagai pusat
sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan PT, penelitian ilmiah,
penyelenggaraan PT, penelitian ilmiah,
dan pengabdian kepada masyarakat.
dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) PT dapat memperoleh sumber dana
(3) PT dapat memperoleh sumber dana
dari masyarakat yg dikelola berdasar-kan
dari masyarakat yg dikelola berdasar-kan
prinsip akuntabilitas publik.
Pasal 25
Pasal 25
(1) PT menetapkan syarat kelulusan (1) PT menetapkan syarat kelulusan
untuk mendapatkan gelar untuk mendapatkan gelar..
(2) Lulusan PT yg karya ilmiahnya (2) Lulusan PT yg karya ilmiahnya
digunakan untuk memperoleh gelar digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti akademik, profesi, atau vokasi terbukti
jiplakan dicabut gelarnya. jiplakan dicabut gelarnya.
(3) Ketentuan mengenai syarat (3) Ketentuan mengenai syarat
kelulus-an dkelulus-an pencabutkelulus-an sebagaimkelulus-ana dlm an dan pencabutan sebagaimana dlm
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal
Pasal 26
Pasal 26
(1) Pendidikan nonformal (1) Pendidikan nonformal
diselenggara-kan bagi warga masy yg memerludiselenggara-kan kan bagi warga masy yg memerlukan
layanan
layanan pendi. yg berfungsi sbg peng-pendi. yg berfungsi sbg peng-ganti, penambah, dan/atau pelengkap ganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dlm rangka pendidikan formal dlm rangka
(2) Pend. nonformal berfungsi mengem-bangkan potensi peserta didik dengan penekanan (2) Pend. nonformal berfungsi mengem-bangkan potensi peserta didik dengan penekanan
penguasaan pengetahuan & keterampilan dan pengembangan sikap dan kepribadian penguasaan pengetahuan & keterampilan dan pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
profesional.
(3) Pend nonformal meliputi pendidikan: kecakapan hidup, PAUD, kepemudaan, (3) Pend nonformal meliputi pendidikan: kecakapan hidup, PAUD, kepemudaan,
pemberdayaan perempuan, keaksara-an,
pemberdayaan perempuan, keaksara-an, keterampilan dan pelatihan kerja, pend. keterampilan dan pelatihan kerja, pend. kesetaraan, dan pendidikan lain
kesetaraan, dan pendidikan lain untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
(3) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok (3) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang yang sejenis.sejenis.
(0) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal(0) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan kemengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.jenjang yang lebih tinggi.
(0) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan (0) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal
formal
setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah
Pemerintah
atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
(0) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud (0) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud dalam
dalam
(4) Satuan pend nonformal terdiri atas (4) Satuan pend nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat (PKPM), majelis belajar masyarakat (PKPM), majelis
taklim, serta satuan pend lain sejenis. taklim, serta satuan pend lain sejenis. (5) Kursus dan pelatihan (5) Kursus dan pelatihan
diselenggara-kan bagi masy yg memerludiselenggara-kan bekal kan bagi masy yg memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, pengetahuan, keterampilan,
kecakap-an hidup, dkecakap-an sikap untuk an hidup, dan sikap untuk
mengem-bangkan diri, mengemb.profesi, usaha bangkan diri, mengemb.profesi, usaha
mandiri, bekerja, dan/atau mandiri, bekerja, dan/atau
(6) Hasil pend nonformal dapat dihargai (6) Hasil pend nonformal dapat dihargai
setara dengan hasil program pend. setara dengan hasil program pend.
Formal melalui proses penilaian Formal melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yg ditunjuk penyetaraan oleh lembaga yg ditunjuk
Pemerintah/Pemerintah Daerah dg Pemerintah/Pemerintah Daerah dg
mengacu pd standar nasional pend. mengacu pd standar nasional pend.
(7) Ketentuan mengenai (7) Ketentuan mengenai
penyelenggara-an pendidikpenyelenggara-an nonformal sebagaimpenyelenggara-ana an pendidikan nonformal sebagaimana dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
lanjut dengan PP (Peraturan lanjut dengan PP (Peraturan
Pendidikan Informal
Pendidikan Informal
Pasal 27
Pasal 27
(1) Pend. informal dilakukan oleh kelg (1) Pend. informal dilakukan oleh kelg
dan lingkungan berbentuk KBM (kegiatan dan lingkungan berbentuk KBM (kegiatan
belajar secara mandiri). belajar secara mandiri).
(2) Hasil pend. informal (ayat 1) diakui = (2) Hasil pend. informal (ayat 1) diakui =
pend.
pend. formal dan nonformal setelah formal dan nonformal setelah
peserta didik lulus ujian sesuai dg SNP. peserta didik lulus ujian sesuai dg SNP. (3) Pengakuan hasil pend. Informal pd (3) Pengakuan hasil pend. Informal pd
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD
Pasal 28
Pasal 28
(1) PAUD adalah jenjang sebelum (1) PAUD adalah jenjang sebelum
pendidikan dasar. pendidikan dasar.
(2) PAUD dapat jalur pend. formal, (2) PAUD dapat jalur pend. formal,
nonformal, dan/atau informal. nonformal, dan/atau informal.
(3) PAUD pd jalur pend. formal (3) PAUD pd jalur pend. formal
ber-bentuk TK,
bentuk TK, Raudatul Athfal (RA) atau Raudatul Athfal (RA) atau bentuk lain yg sederajad.
lanjutan
lanjutan
(4) PAUD pd jalur pend. nonformal ber. (4) PAUD pd jalur pend. nonformal ber.
bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yg sederajad. yg sederajad.
(5) PAUD pd jalur pend. informal (5) PAUD pd jalur pend. informal
ber-bentuk pendidikan keluarga atau pend bentuk pendidikan keluarga atau pend
yg diselenggarakan oleh lingkungan. yg diselenggarakan oleh lingkungan. (6) Ketentuan seperti dalam ayat (1), (6) Ketentuan seperti dalam ayat (1),
(2), (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut (2), (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut
Pendidikan Kedinasan
Pendidikan Kedinasan
Pasal 29
Pasal 29
(1) Pend. kedinasan mrpk pend. profesi (1) Pend. kedinasan mrpk pend. profesi yg diselenggrkn oleh departemen atau yg diselenggrkn oleh departemen atau
lembg pemerintah non-departemen. lembg pemerintah non-departemen.
(2) Pend kedinsan berfungsi (2) Pend kedinsan berfungsi
meningkat-kan kemampuan dan keterampilan kan kemampuan dan keterampilan
dalam
dalam pelaksanaan tugas kedinasan pelaksanaan tugas kedinasan bagi peg. dan calon peg negeri suatu bagi peg. dan calon peg negeri suatu
departemen
departemen atau lembaga pemerintah atau lembaga pemerintah non-departemen.
lanjutan
lanjutan
(3) Pend kedinasan diselenggrkn melalui (3) Pend kedinasan diselenggrkn melalui
jalur pend formal dan nonformal. jalur pend formal dan nonformal.
(4) Ketentuan mengenai pend kedinasan (4) Ketentuan mengenai pend kedinasan
seperti dalam ayat (1), (2), dan ayat seperti dalam ayat (1), (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan (3) diatur lebih lanjut dengan
Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Jarak Jauh
Pasal 31
Pasal 31
(1) Pend. jarak jauh (PJJ) dpt (1) Pend. jarak jauh (PJJ) dpt diseleng-garakan pd semua jalur, jenjang, dan garakan pd semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. jenis pendidikan.
(2) PJJ berfungsi memberikan layanan (2) PJJ berfungsi memberikan layanan
pend kpd kelompok masy yg tidak dapat pend kpd kelompok masy yg tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka mengikuti pendidikan secara tatap muka
lanjutan
lanjutan
(3) PJJ dlm berbagai bentuk, modus, dan (3) PJJ dlm berbagai bentuk, modus, dan
cakupan yg
cakupan yg didukung oleh sarana dan didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian layanan belajar serta sistem penilaian
yg menjamin mutu
yg menjamin mutu lulusan sesuai lulusan sesuai dengan SNP.
dengan SNP.
(4) Ketentuan mengenai (4) Ketentuan mengenai
penyelenggara-an PJJ sebagaimpenyelenggara-ana dimaksud dalam an PJJ sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan lebih lanjut dengan Peraturan
Pendidikan Khusus (PK) dan
Pendidikan Khusus (PK) dan
Pendidikan Layanan Khusus (PLK)
Pendidikan Layanan Khusus (PLK)
Pasal 32
Pasal 32
(1) PK mrpk pendidikan bagi peserta (1) PK mrpk pendidikan bagi peserta
didik yg memiliki kesulitan dalam didik yg memiliki kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran krn kelainan mengikuti pembelajaran krn kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/ fisik, emosional, mental, sosial, dan/
atau memiliki potensi kecerdasan dan atau memiliki potensi kecerdasan dan
lanjutan
lanjutan
(2) PLK mrpk pend. bagi peserta didik di (2) PLK mrpk pend. bagi peserta didik di
daerah terpencil atau terbelakang, daerah terpencil atau terbelakang,
masy. adat terpencil, dan/atau masy. adat terpencil, dan/atau meng-alami bencana alam, bencana sosial, alami bencana alam, bencana sosial,
dan tidak mampu dari segi ekonomi. dan tidak mampu dari segi ekonomi.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan PK (3) Ketentuan mengenai pelaksanaan PK
dan PLK sebagaimana dimaksud dan PLK sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
BAHASA PENGANTAR
BAHASA PENGANTAR
Pasal 33Pasal 33
(1) Bahasa Indonesia sbg Bhs Negara
(1) Bahasa Indonesia sbg Bhs Negara
menjadi bhs pengantar dlm pend. nas.
menjadi bhs pengantar dlm pend. nas.
(2) Bhs daerah dpt digunakan sbg bhs
(2) Bhs daerah dpt digunakan sbg bhs
pengantar pd tahap awal pend
pengantar pd tahap awal pend bila di-bila
di-perlukan pd penyampaian pengetahu-an
perlukan pd penyampaian pengetahu-an
dan/atau keterampilan tertentu.
dan/atau keterampilan tertentu.
(3) Bhs asing dpt dipakai pd satuan pend
(3) Bhs asing dpt dipakai pd satuan pend
tertentu
tertentu guna mendukung kemampuan guna mendukung kemampuan berbhs asing peserta didik.
WAJIB BELAJAR
WAJIB BELAJAR
Pasal 34Pasal 34
(1) Setiap warga negara yg berusia 6 th
(1) Setiap warga negara yg berusia 6 th
dpt mengikuti program wajib belajar.
dpt mengikuti program wajib belajar.
(2) Pemerintah dan PemDa menjamin
(2) Pemerintah dan PemDa menjamin
wajib belajar pada jenjang pendidikan
wajib belajar pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya.
dasar tanpa memungut biaya.
(3) Wajib belajar merupakan tanggung
(3) Wajib belajar merupakan tanggung
jawab negara yang diselenggarakan oleh
jawab negara yang diselenggarakan oleh
lemb
lemb pend Pemerintah, PemDa, dan pend Pemerintah, PemDa, dan masyarakat.
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Pasal 35
Pasal 35
(1) SNP: standar isi, proses, kompetensi (1) SNP: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana & lulusan, tenaga kependidikan, sarana &
prasarana, pengelolaan, pembiaya-an, prasarana, pengelolaan, pembiaya-an,
dan penilaian pend yg ditingkat-kan dan penilaian pend yg ditingkat-kan
secara berencana dan berkala. secara berencana dan berkala.
(2) SNP digunakan sbg acuan (2) SNP digunakan sbg acuan
pengem-bangan kurikulum, tenaga kependidi-kan, bangan kurikulum, tenaga kependidi-kan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, dan sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
lanjutan
lanjutan
(3) Pengemb SNP serta pemantauan dan (3) Pengemb SNP serta pemantauan dan
pelaporan pencapaiannya secara nas. pelaporan pencapaiannya secara nas.
dilaksnkn oleh badan standardisasi, dilaksnkn oleh badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu penjaminan, dan pengendalian mutu
pendidikan. pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai standar nas. (4) Ketentuan mengenai standar nas.
pend sebagaimana dimaksud dalam pend sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih
KURIKULUM
Pasal 36
(1) Pengemb kurikulum mengacu pd SNP untuk mewujudkan tujuan pend. nas.
(2) Kurikulum dikembangkan dg prinsip
diversifikasi sesuai dg satuan pend, potensi daerah, dan peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dg jenjang pend. dalam kerangka NRKRI dengan
lanjutan
memperhatikan:
•peningkatan: iman dan takwa; akhlak mulia; potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; •keragaman potensi daerah dan lingkungan; •tuntutan pemb. daerah dan nasional
•tuntutan dunia kerja;
lanjutan
• agama;
• dinamika perkembangan global; dan • persatuan nas dan nilai kebangsaan.
Pasal 37
(1) Kurikulum pend. dasar & menengah wajib memuat: pend. agama; pend.
kewarganegaraan; bahasa; matema-tika; ilmu pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan budaya; pend. jasmani dan olahraga; keterampilan/kejuruan; dan mu-lok.
(2) Kurikulum pend. tinggi wajib memuat: pendidikan agama; pend.
kewarganegaraan; dan bahasa.
Pasal 38
Pasal 38
(1) Kerangka dasar dan struktur (1) Kerangka dasar dan struktur
kuriku-lum pend. dasar & menengah lum pend. dasar & menengah
ditetap-kan oleh Pemerintah. kan oleh Pemerintah.
(2) Kurikulum pend. dasar & menengah (2) Kurikulum pend. dasar & menengah
dikembangkan sesuai dg relevansinya dikembangkan sesuai dg relevansinya
oleh setiap kelompok/satuan pend dan oleh setiap kelompok/satuan pend dan
komite sekolah/madrasah di komite sekolah/madrasah di
koordina-si dan supervikoordina-si dinas pendidikan atau si dan supervisi dinas pendidikan atau
kantor Dep. Agama Kab./Kota untuk kantor Dep. Agama Kab./Kota untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan dasar dan Propinsi untuk
(3) Kurikulum pend. tinggi (3) Kurikulum pend. tinggi
dikembang-kan oleh perguruan tinggi (PT) ybs dg kan oleh perguruan tinggi (PT) ybs dg
mengacu pd SNP untuk setiap Prodi. mengacu pd SNP untuk setiap Prodi. (4) Kerangka dasar dan struktur (4) Kerangka dasar dan struktur kuriku-lum pend. tinggi dikembangkan oleh lum pend. tinggi dikembangkan oleh
PT ybs dg mengacu pd SNP untuk PT ybs dg mengacu pd SNP untuk
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pasal 39
(1) Tenaga kependidikan (Tendik) bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengemb., pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menun-jang proses pend pd satuan
pend.
(2) Pendidik mrpk tenaga profesional yg
bertugas merenc. dan melaksanakan proses
pembelajaran, pembimb. dan pelatihan, menilai hasil belajar, meneliti dan PPM (untuk
Pasal 40
(1) Pendidik dan Tendik berhak memper-oleh: penghasilan & jaminan kesejah-teraan
sosial yg memadai; pengharga-an sesuai dg tugas dan prestasi kerja; pembinaan karier sesuai dg tuntutan pengemb. kualitas;
perlindungan hukum dlm melaksanakan
tugas dan hak atas HAKI; dan kesempatan untuk menggunakan Sarpras, dan fasilitas pend. untuk menunjang kelancaran
lanjutan
(2) Pendidik dan Tendik wajib: mencip-takan suasana pend. yg bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi teladan dan
Pasal 41
(1) Pendidik dan Tendik dpt bekerja secara lintas daerah.
(2) Pengangkatan, penempatan, dan
penyebaran Pendidik & Tendik diatur oleh lembaga yg mengangkat berda-sarkan
kebutuhan satuan pend formal.
Pasal 42
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dg jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani & rohani, dan
memiliki kemam puan mewujudkan tujuan pend. nas.
(2) Pendidik pd pend. formal jenjang PAUD, pend. dasar, menengah, dan PT dihasilkan oleh PT yg terakreditasi.
(3) Ketentuan ttg kualifikasi pendidik dalam ayat (1) dan (2) diatur lebih lanjut dengan
Pasal 43
(1) Promosi & penghargaan bagi pendidik dan Tendik dilakukan berdasarkan latar belakang pend, pengalaman, kemam-puan, dan
prestasi kerja dlm bid pend.
(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh PT yg memiliki program pengada-an Tendik yang terakreditasi.
Pasal 44
(1) Pemerintah & PemDa wajib membina dan mengembangkan Tendik pd satuan pend yg diselenggrkan Pem & PemDa.
(2) Penyelenggara pend oleh masy wajib
membina dan mengembangkan Tendik pd satuan pend yg diselenggarakannya
(3) Pemerintah & PemDa wajib memban-tu pembinaan dan pengembangan Tendik pd satuan pendidikan formal yg
SARANA & PRASARANA PENDIDIKAN
SARANA & PRASARANA PENDIDIKAN
Pasal 45
Pasal 45
(1) Setiap satuan pendidikan formal dan (1) Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan SarPras yg nonformal menyediakan SarPras yg
memenuhi keperluan pend. sesuai dg memenuhi keperluan pend. sesuai dg
pertumbuhan & perkembangan potensi pertumbuhan & perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional, dan kejiwaan peserta didik. emosional, dan kejiwaan peserta didik.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan (2) Ketentuan mengenai penyediaan
SarPras pend. pd semua satuan Pend. spt SarPras pend. pd semua satuan Pend. spt
dimaksud dlm ayat (1) diatur lebih lanjut dimaksud dlm ayat (1) diatur lebih lanjut
Tanggung Jawab Pendanaan
Pasal 46(1) Pendanaan pend. menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(2) Pemerintah & PemDa bertanggung jawab menyediakan anggaran pend. sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) UUD RI Tahun 1945.
(3) Ketentuan ttg tanggung jawab pendanaan pendidikan pd ayat (1) dan (2) diatur lebih
Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47
(1) Sumber pendanaan pend. ditentukan berdasar prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.
(2) Pemerintah, PemDa, dan masy.
Me-ngerahkan sumber daya yg ada sesuai dg peraturan yg berlaku.
Pengelolaan Dana Pendidikan
Pasal 48
(1) Pengelolaan dana pend. berdasarkan pd prinsip keadilan, efisiensi, transpa-ransi, dan akuntabilitas publik.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana pend. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Ang-garan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pd sektor pendidikan dan minimal 20% dari APB Daerah.
(3) Dana pend. dari Pemerintah & PemDa
untuk satuan pend. diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Dana pend dari Pemerth kpd PemDa diberikan dalam bentuk hibah.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimak-sud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Pasal 50
Pasal 50
(1) Pengelolaan sistem pend. nasional (1) Pengelolaan sistem pend. nasional
mrpk tanggung jawab Menteri. mrpk tanggung jawab Menteri.
(2) Pem. menentukan kebijakan nas. dan (2) Pem. menentukan kebijakan nas. dan
SPN untuk menjamin mutu pend. SPN untuk menjamin mutu pend.
(3) PemDa Propinsi melakukan koord. (3) PemDa Propinsi melakukan koord.
atas penyelenggaraan pend., atas penyelenggaraan pend., pengem-bangan Tendik, & penyediaan fasilitas bangan Tendik, & penyediaan fasilitas
pendidikan lintas daerah Kab/ Kota untuk pendidikan lintas daerah Kab/ Kota untuk
(4) Pemerintah Kab/Kota mengelola pend (4) Pemerintah Kab/Kota mengelola pend
dasar & menengah, dan satuan pend. dasar & menengah, dan satuan pend.
yg berbasis keunggulan lokal. yg berbasis keunggulan lokal.
(5) PT menentukan kebijakan dan (5) PT menentukan kebijakan dan
memiliki otonomi dalam mengelola memiliki otonomi dalam mengelola
pendidikan di lembaganya. pendidikan di lembaganya.
(6) Ketentuan mengenai pengelolaan (6) Ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih
Pasal 51
Pasal 51
(1) Pengelolaan satuan PAUD, pend. (1) Pengelolaan satuan PAUD, pend.
dasar, dan pend. menengah dasar, dan pend. menengah dilaksa-nakan berdasarkan standar nakan berdasarkan standar
pelayan-an minimal (SPM) dg prinsip mpelayan-ana- an minimal (SPM) dg prinsip mana-
mana-jemen berbasis sekolah (MBS). jemen berbasis sekolah (MBS).
(2) Pengelolaan satuan PT (2) Pengelolaan satuan PT dilaksana-kan berdasardilaksana-kan prinsip otonomi, kan berdasarkan prinsip otonomi,
akuntabilitas, jaminan mutu, dan akuntabilitas, jaminan mutu, dan
evaluasi yang transparan. evaluasi yang transparan.
Pasal 52
Pasal 52
(1) Pengelolaan satuan pend. (1) Pengelolaan satuan pend.
Non-formal dilakukan oleh Pemerintah, formal dilakukan oleh Pemerintah,
PemDa, dan/atau masyarakat. PemDa, dan/atau masyarakat.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan (2) Ketentuan mengenai pengelolaan
satuan pendidikan nonformal diatur satuan pendidikan nonformal diatur
lebih lanjut dengan Peraturan lebih lanjut dengan Peraturan
Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah/Madrasah
Pasal 56
(1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
(2) Dewan Pend. sebagai lembaga mandiri
dibentuk dan berperan dlm peningkatan mutu pelayanan pend dg memberikan pertimbang-an, arahan dan dukungan tenaga, Sarpras, dan pengawasan pendidikan pd tingkat Nas, Prop, dan Kab./Kota.
(3) Komite sekolah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dlm peningkatan mutu pelayanan dg memberikan pertimbangan,
Evaluasi
Pasal 57
(1) Evaluasi dilakukan dlm rangka pengendali-an mutu pend secara nasional sbg bentuk
akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pasal 58
(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilaku-kan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
(2) Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pend dilakukan oleh lembaga
Pasal 59
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. (2) Masyarakat dan/atau organisasi profesi
dapat membentuk lembaga yang mandiri (LAM) untuk melakukan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58. (3) Ketentuan mengenai evaluasi spt dalam
Akreditasi
Pasal 60
(1) Akreditasi dilakukan untuk menentukan
kelayakan program dan satuan pendidikan pd jalur pend formal dan nonformal pd setiap
jenjang dan jenis pendidikan.
Sertifikasi
Pasal 61
(1) Sertifikat berupa ijazah dan sertifikat kompt. (2) Ijazah diberikan kpd peserta didik sebagai pengakuan thd prestasi belajar dan/atau
penyelesaian suatu jenjang pend setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan
lanjutan
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penye-lenggara pend dan lembaga pelatihan kpd
peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN
Pasal 62(1) Setiap satuan pend. formal & nonformal yg didirikan wajib memperoleh izin Pem/Pemda. (2) Syarat untuk memperoleh izin meliputi: isi pendidikan, jumlah dan kualifikasi Pendidik dan Tendik, Sarpras pendidikan, pembiayaan
pendidikan, sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen dan proses pendidikan.
lanjutan
Pasal 63
(1) Satuan pendidikan yang didirikan dan diselenggarakan oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara lain menggunakan
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
OLEH LEMBAGA NEGARA LAIN
Pasal 64
Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh perwakilan negara asing di wilayah NKRI, bagi peserta didik warga negara asing, dapat
menggunakan ketentuan yg berlaku di negara yang bersangkutan atas persetujuan
Pasal 65
(1) Lembaga pend asing yg terakreditasi atau yg diakui di negaranya dpt menyelenggara-kan pend di wilayah NKRI sesuai dg peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
(2) Lembaga pend asing pd tingkat pendidikan dasar dan menengah wajib memberikan
lanjutan
(3) Penyelenggaraan pend asing wajib bekerja sama dg lembaga pendidikan di wilayah
NKRI dg mengikutsertakan tenaga pendidik dan pengelola Warga Negara Indonesia.
(4) Kegiatan pend yang menggunakan sistem pendidikan negara lain yg diselenggarakan di wilayah NKRI dilakukan sesuai dg peratur-an perundperatur-ang-undperatur-angperatur-an yperatur-ang berlaku.
PENGAWASAN
Pasal 66(1) Pemerintah, PemDa, dewan pendidikan, dan komite sekolah/madrasah melakukan
pengawasan atas penyelenggaraan pend pd semua jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(2) Pengawasan spt dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara transparan dan akuntabel.
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67(1) Perseorangan, organisasi, atau penyeleng-gara pend yg memberikan ijazah, sertifikat
kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/ atau vokasi tanpa hak dipidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,-(satu miliar rp)
(2) Penyelenggara PT yg dinyatakan ditutup berdasarkan Pasal 21 ayat (5) dan masih
Rp1.000.000.000,-lanjutan
(3) Penyelenggara pendidikan yg memberikan sebutan guru besar/profesor dg melanggar Psl 23 ayat (1) dipidana penjara maks 10 thn dan/atau denda maks Rp 1.000.000.000,-.
(4) Penyelenggara pend jarak jauh yang tidak memenuhi syarat spt dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) dipidana penjara 10 thn dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,-
Pasal 69
(1) Setiap orang yg menggunakan ijazah, serti-fikat kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yg terbukti palsu dipidana penjara maks 5 tahun dan/atau denda maks Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yg dg sengaja tanpa hak menggunakan ijazah dan/atau sertifikat
Pasal 70
Lulusan yg menggunakan karya ilmiah jiplakan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan
dipidana penjara maks 2 tahun dan/atau denda maks Rp200.000.000,-.
Pasal 71
TERIMAKASIH
TERIMAKASIH
MATURNUWUN
MATURNUWUN
THANKS YOU
THANKS YOU
for your attention