• Tidak ada hasil yang ditemukan

387 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) UNTUK ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "387 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) UNTUK ANAK USIA DINI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) UNTUK ANAK USIA DINI

Yasid1), Muhammad Azmi Akbar2), Asstapuri3), Welly Singgih Prakasa4), Agista Imas Kusumaningrum5), Rahmawati Nur Fadhilla6), Cindy Yuni Puspita7),

Alfiah Sintiawati8), Kinanti Faradiba Harahap9) 1Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

email: azmiakbarjr@gmail.com

ABSTRACT

Health Education, the Main Element of Early Childhood Education. Early childhood is a golden age period for Determining individuals' future life. Health education for early childhood is the main factor of early childhood education. It is not only as a learning process for health education, but Also as a playing factor to optimize the physical growth and cognitive and emotional potential. Health education for early childhood is affected by some factors such as: the paradigms of development, the health determinant factors, health services, and health education. There are five factors play ACTED as a base namely: (1) the parent's role; (2) political commitment; (3) policy and strategy; (4) value system, socio-economic and culture; and (5) nurture pattern.

Keywords: health behavior, early childhood education, Child, Age, Early

ABSTRACT

Health Education, the Main Element of Early Childhood Education. Early childhood is a golden age period for determining individuals’ future life. Health education for early childhood is the main factor of early childhood education. It is not only as a learning process for health education, but also as a main factor to optimize the physical growth and cognitive and emotional potential. Health education for early childhood is affected by some factors such as: the paradigms of development, the health determinant factors, health services, and health education. There are five main factors acted as a basis namely: (1) parent’s role; (2) political commitment; (3) policy and strategy; (4) value system, socio-economic and culture; and (5) nurture pattern.

Keywords: PHBS, PAUD, Anak, Usia, Dini

PENDAHULUAN

Anak adalah generasi masa depan suatu bangsa. Pembentukan generasi masa depan

bangsa yang kuat, cerdas, kreatif, dan produktif, merupakan tanggungjawab semua pihak.

Tumbuh kembang anak secara optimal dalam semua aspek (jasmani, mental, pemikiran) berarti

harus mendapatkan perhatian semua pihak. Program pembaktian diri kemasyarakat ikut

mensukseskan terwujudnya suatu generasi bangsa yang kuat, cerdas, kreatif, dan produktif.

Tanda anak sehat .

Menurut Depkes (2009) memiliki kriteria : berat badan naik sesuai garis pertumbuhan

mengikuti pita hijau pada Kartu Manuju Sehat (KMS), atau naik ke pita warna di atasnya, anak

bertambah tinggi, kemampuan bertambah sesuai usia, jarang sakit, ceria, aktif, dan lincah.

(2)

sejak masa kehamilan sang ibu. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan anak, antara lain

pemberian asi saat bayi, imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor

tersebut berkaitan erat dengan perilaku sehat anak itu sendiri dan perilaku sehat orang-orang

terdekat disekitar anak sejak usia dini. Hal ini dikarenakan usia dini merupakan masa Golden

Age (Usia keemasan).

Masa Golden Age merupakan masa dimana tahap perkembangan otak pada anak usia dini

menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak. Pada masa usia

dini kemampuan memori otak mencapai tingkat maksimal. Anak yang mendapatkan pesan

kesehatan yang intens semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk berperilaku

sehat di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pesan kesehatan yang tidak

intens maka perilaku sehat sulit terbentuk. Pendidikan kesehatan pada usia ini adalah peletak

dasar bagi pendidikan kesehatan selanjutnya.

Sebagian besar masalah kesehatan, dalam hal penyakit yang timbul pada manusia,

disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Penyakit menular seperti TBC dan diare lebih sering

terjadi pada perilaku masyarakat kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, sehingga

menjadi tempat perkembangbiakan dan sumber penularan penyakit (Kusumawati, 2004).

Saat ini beberapa data yang berkaitan dengan kesehatan anak usia dini menunjukkan

masih tingginya angka kejadian diare pada balita. Hasil survei Program Pemberantasan (P2)

Diare di Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2000

sebesar 301 per 1.000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali per tahun.

Pada tahun 2002 namun angka kejadian diare akut masih masuk urutan 5 besar dari penyakit

yang sering menyerang anak Indonesia.

Kejadian diare akut di Indonesia diperkirakan masih sekitar 60 juta episode setiap

tahunnya dan 1-5 persen diantaranya berkembang menjadi diare kronis. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa dari 35 persen seluruh kematian balita akibat diare disebabkan oleh diare

akut. Dan pada tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat menjadi 374 per 1.000

penduduk dan merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kedua tertinggi setelah DBD.

Survei Departemen Kesehatan (2003), penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor

dua pada balita. Padahal kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit diare antara lain

bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan penanggulangan kejadian

luar biasa (KLB). Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Direktorat Jenderal

Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) juga telah mengeluarkan

Pedoman Pelaksanaan dan Pemantauan Program Pemberantasan Diare dengan tujuan khusus

(3)

dan menurunkan angka fatalitas kasus (CFR) diare pada KLB dari 1-3,8 persen menjadi 1,5

persen. Selain penyakit diare, penyakit lain yang juga sering diderita oleh anak usia dini adalah

penyakit cacingan.

Hasil data laboratorium yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana tahun 2006-2007

menunjukkan 10 % anak usia 4-6 tahun menderita penyakit cacingan. Penyakit cacingan dapat

mengakibatkan seseorang menjadi kurang bergairah, kurang nafsu makan dan mudah

mengantuk. Apabila menyerang anak sekolah maka dapat menurunkan prestasi belajar, karena

anak yang menderita penyakit cacingan berpeluang untuk menderita anemia. Hal ini dapat

mengurangi suplai oksigen ke otak sehingga dapat menurunkan prestasi belajar. Di Tanjung

Priok prevalensi Ascaris 5,0%, Trichuris 3,4% dan cacing tambang 0%, sedangkan di klinik

binaan di pisangan baru prevalensi Ascaris 1,7%, dan Trichuris 1,2% .Dan di klinik binaan di

palbatu Ascaris 1,9%, dan Trichuris 1,7% .

Dusun Kutoloyo merupakan Tempat terpencil di desa kaligintung. Setiap hari untuk

makan mereka memasak sendiri . dalam hal memasak sendiri masyarakat dusun kutoloyo

cenderung tidak memperhatikan kandungan yang mereka konsumsi. per ekonomian lemah

membuat masyarakat dusun kutoloyo tidak memperhatikan masalah kandungan yang mereka

konsumsi. Kondisi ini yang berdampak kepada anak-anak di bawah umur tertama belita.

Kondisi tersebut berisiko terhadap terjadinya penularan penyakit dikarenakan faktor

lingkungan yang tidak sehat. Penyakit menular yang terjadi antara lain TBC dan diare yang

mudah menyerang pada semua kelompok umur terutama anak-anak di bawah umur. (Murti,

2009).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar

atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan

mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan

PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat

Umum.

Pendidikan kesehatan sangat penting diberikan sejak usia dini. Pendidikan kesehatan

yang diberikan sejak dini akan membentuk kesadaran untuk berperilaku sehat sejak dini.

Beberapa penyakit yang sering diderita oleh anak usia dini merupakan penyakit yang dapat

(4)

makan anak usia dini. Hal ini berkaitan dengan status gizi anak, dan lebih lanjut lagi sangat

terkait dengan kecerdasan anak. Oleh karena itu, perlunya kesadaran orangtua untuk

meningkatkan perhatian yang maksimal terhadap kesehatan badan maupun kesehatan

lingkungan anak agar anak memiliki kesehatan yang lebih baik. Contoh dalam hal ni, yaitu

perilaku menggosok gigi.

Orangtua perlu mengajari anak sedini mungkin mengenai perilaku menggosok gigi

dengan melatih anak membiasakan diri menggosok gigi minimal dua kali sehari atau setelah

makan. Orangtua merupakan sumber edukasi primer dan sumber pertama kali yang dibutuhkan

oleh anak, sehingga diharapkan orangtu mampu mengajari dan melatih anak berperilaku sehat

sebaik mungkin. Dengan demikian, anak akan dapat belajar dan mulai memiliki kesadaran

tentang pentingnya menggosok gigi dan menjaga kesehatan badan dengan cara berperilaku

sehat.

Perilaku sehat yang diberikan sejak dini diharapkan mampu memberikan kesadaran sejak

dini pentingnya hidup bersih dan sehat. Pesan kesehatan ini dapat diupayakan untuk

dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan anak usia dini. Dan menggiatkan pendidikan

kesehatan melalui kurikulum program pendidikan anak usia dini di masyarakat merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan anak di usia dini.

METODE

Rancangan Kegiatan

Kesehatan gigi khususnya ketika masih menginjak masa pertumbuhan sangatlah penting.

Hal itu karena gigi yang kurang sehat secara tidak langsung akan mengganggu anak untuk

mencerna makanan sehingga pencernaan anak terganggu yang mana pertumbuhan pun juga

akan melambat. Selain itu, perawatan gigi sejak dini sangatlah penting untuk menghindari

masalah gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Gigi yang rusak juga akan

mempengaruhi kepercayaan diri si anak ketika berbicara terhadap lawan bicaranya. Untuk itu

sangat penting untuk menanamkan kebiasaan akan pentingnya menggosok gigi. Adapun

kegiatan yang kami laksanakan selama KKN yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan

sehat ialah memberikan pelatihan tentang bagaimana cara menggosok gigi dengan baik dan

benar .

Sasaran

Sasaran yang dipilih pada program unit yang kami adakan adalah anak-anak PAUD KB

(5)

Bahan dan Alat yang Digunakan

 39 Sikat Gigi untuk anak  Pasta Gigi

 Gelas Plastik

Teknik Pelaksanaan

Pelaksanaan program unit yang kami adakan adalah dengan mengumpulkan anak-anak

PAUD KB Dewi Sartika. Setelah semua berkumpul, anak-anak dibagikan sikat gigi

satu-persatu dan bergantian menggunakan past gigi, kemudian bersama-sama melakukan praktik

menggosok gigi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari pelaksanaan kegiatan PHBS yang dilakukan di KB Dewi Sartika, Kutoloyo,

Kaligintung, Pituruh, Purworejo, menunjukkan bahwa anak-anak tersebut mempraktikkan cara

menyikat gigi yang baik dan benar. Orangtua masing-masing anak telah melatih dan

membiasakan anaknya untuk menggosok gigi secara rutin. Terlihat mereka sudah mulai terbiasa

dengan menyikat gigi walaupun masih dilakukan dengan cara yang kurang benar, namun

dengan sedikit diajarkan secara terus menerus, anak-anak dapat terbiasa melakukan sikat gigi

dengan benar dan rutin dilakukan pagi dan malam hari.

Antusias anak-anak mengikuti kegiatan PHBS juga sangat tinggi, anak-anak mengikuti

dengan bersemangat sehingga tidak ada kendala berarti dalam menjalankan kegiatan PHBS di

KB Dewi Sartika. Sebagian besar anak-anak sangat senang jika diberikan pengetahuan dan

wawasan baru serta diberikan kesempatan untuk mempraktikknnya. Saat program PHBS

berlangsung dapat dilihat Social Team Work ketika anak-anak berbagi pasta gigi dan saling membantu memberikan pengarahan tentang cara menggosok gigi yang benar pada teman lain

yang belum paham.

Kendala program ini hanya masalah waktu pelaksanaan yang dirasa kurang begitu lama

sehingga belum dapat dipastikan apakah anak-anak kedepannya akan terbiasa dengan menyikat

gigi dengan baik dan benar. Dari 39 target anak yang diharapkan dapat mengikuti kegiatan

PHBS ini, seluruhnya dapatg mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai sehingga rasio dari

(6)

PESERTA

Target Realisasi Rasio

39 orang 39 orang 100%

KESIMPULAN

Dengan adanya program ini maka siswa-siswi KB. Dewi Sartika lebih mengerti

bagaimana cara untuk menyikat gigi dengan baik dan benar. Hal ini didukung oleh tingkat

(7)

mengikuti kegiatan PHBS yang sangat tinggi. Anak-anak mengikuti dengan bersemangat

sehingga tidak ada kendala berarti dalam menjalankan kegiatan PHBS di KB. Dewi Sartika.

Anak-anak merasa sangat senang dapat belajar melalui praktik secara langsung sehingga anak

menjadi lebih aktif dalam program kegiatan PHBS

REFERENSI

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Depkes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Kemendiknas. Permen Diknas No. 58/ 2009. Pendidikan Anak Usia Dini.

Luciasari, Erna, et.al. 2001. Status Gizi Balita Kaitannya dengan Tingkat Kesadaran Gizi Keluarga Muda Golongan Muda Sejahtera.

Adiwiryono, Retno Mardhiati. Pesan Kesehatan: Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Aanak Usia Dini Dalam Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. http://server2.docfoc.com/uploads/Z2015/12/04/68HRCfl4xw/726bb184431db864aac32a

c35a676870.pdf . Diakses tanggal 6 September 2016

Jayanti, Linda Dwi, Yekti Hartati Effendi, dan Dadang Sukandar. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Serta Perilaku Gizi Seimbang Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Dan Kesehatan Balita Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/6130/4756. Diakses tanggal 6

September 2016.

Siswanto, Hadi. Pendidikan Kesehatan Unsur Utama dalam Pendidikan Anak Usia Dini. http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/1565/pdf. Diakses tanggal 6 September

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang sama juga diperoleh oleh Cho dan Dslinger (1980) diacu dalam Afandi dan Usman (2002), bahwa semakin tinggi nilai suhu maka kebutuhan energi untuk

Tahapan evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang dimana mahasiswa menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan evaluasi pada An. A sesuai dengan

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah unsur Pemerintahan Desa yang merupakan badan legislatif desa sebagai wadah dan berfungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

Uji Biokimia Awal Pada Media BSA Uji Biokimia awal pada media BSA, menunjukkan hasil yang positif (pd sampel uterus dan telur), yaitu tdpt koloni warna hitam atau abu-abu,

Aspek sikap perubahan yang terjadi siswa dapat mendominasi aspek penilaian sikap spiritual dan sikap sosial selama pembelajaran sehinnga siswa dapat memiliki sikap

Gambar 2 Persentase penghambatan proliferasi fraksi heksan dan etil asetat dari ekstrak etanol 70% daun lampeni terhadap sel kanker hati HepG2 dengan konsentrasi 100; 50;.. 25;

Perbedaan jumlah spesies pada tiap rentang ketinggian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tempat, maka semakin sedikit jumlah spesies tumbuhan pangan dan

Sering kali kita dihadapkan pada suatu keadaan dimana kita harus memilih satu dari beberapa alternatif atau memilih beberapa alternatif dari banyak alternatif