• Tidak ada hasil yang ditemukan

WACANA BERITA PEMILU 2014 ANTARA KUBU PRABOWO-HATTA DAN JOKOWI-JK DALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT (Sebuah Analisis Wacana Kritis).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WACANA BERITA PEMILU 2014 ANTARA KUBU PRABOWO-HATTA DAN JOKOWI-JK DALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT (Sebuah Analisis Wacana Kritis)."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makluk yang hidup berkelompok, manusia selalu menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan manusia lain dalam kehidupan bersosialnya. Di sini muncul fungsi komunikatif dari bahasa,yang pada kenyataannya fungsi tersebut dapat digunakan, dimanipulasi, dan dikemas sehingga mempunyai tujuan tertentu.

Wacana menurut Roger Fowler via Eriyanto (2009:2) adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. Sementara itu, menurut Yuwono, dkk (2009:92) wacana adalah kesatuan makna (semantis) antar bagian di dalam suatu bangun bahasa. Berdasarkan kesatuan makna, wacana dapat dilihat sebagai sesuatu yang utuh, karena setiap bagiannya saling berhubungan satu sama lain secara padu.

(2)

Salah satu media massa di Jogja yang terbit setiap hari dan paling banyak dibaca oleh masyarakat Jogja dan sekitarnya adalah koran

Kedaulatan Rakyat. Surat kabar Kedaulatan Rakyat merupakan surat kabar

yang terbit sejak 27 september 1945. Surat kabar ini memiliki slogan “Suara Hati Nurani Rakyat”.

Surat kabar Kedaulatan Rakyat terdapat beberapa topik pembahasan, di antaranya adalah sosial, politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan olahraga. Surat kabar ini selalu mengupas tentang berita politik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat. Salah satu yang sangat menjadi perhatian koran Kedaulatan Rakyat adalah sebulan sebelum pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada 9 Juli kemarin. Kedaulatan Rakyat selalu mengupas segala tindakan, tingkah laku para calon presiden maupun calon wakil presiden beserta para pendukungnya.

Beberapa alasan di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap surat kabar Kedaulatan Rakyat, khususnya berita yang mengupas tentang calon presiden Joko Widodo yang berpasangan dengan calon wakil presiden Jusuf Kalla dan calon presiden Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa beserta para pendukungnya masing-masing.

(3)

surat kabar adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utamanya adalah mengkontruksikan berbagai realitas yang akan diberitakan. Surat kabar/ media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media merupakan realitas yang telah dikontruksikan dalam bentuk yang bermakna (Badara, 2012: 8).

(4)

dan organisasi media, serta yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi sitem politik, tekanan pasar serta kekuatan-kekuatan lain di luar media.

Dengan demikian, upaya mengetahui tendensi tertentu dari sebuah tulisan dapat dilihat melalui ekspresi-ekspresi bahasa yang muncul dalam wacana tersebut. Ekspresi bahasa inilah yang pada akhirnya menuntun perspektif pembuat berita ini mengarah pada suatu objek tertentu. Sudut pandang pembuat berita atau pers dapat diartikan juga perspektif.

Untuk mengungkap perspektif pemberitaan dan bentuk ekpresi bahasa dari sebuah wacana berita, khususnya berita politik seputar pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat dengan menggunakan analisis wacana kritis (AWK) karena di dalam AWK, wacana tidak hanya dipahami sebagai aspek kebahasaan saja, melainkan dapat juga dihubungkan dengan konteks yang ada, termasuk di dalamnya tujuan tertentu dari praktik kekuasaan. AWK digunakan untuk kekuasaan-kekuasaan dalam setiap proses bahasa, antara lain batasan-batasan yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, dan berbagai topik lain yang disampaikan.

(5)

tentang pemilu. Dalam jangka waktu tersebut telah terjadi kampanye yang satu sama lain saling menarik simpati masyarakat dengan berbagai cara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, berbagai permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Ragam bahasa wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat

2. Ciri kebahasaan wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat

3. Struktur pendahuluan, isi, dan penutup wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat

4. Perspektif wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat

5. Ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaultan Rakyat

C. Batasan Masalah

(6)

dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian hanya difokuskan kepada hal-hal sebagai berikut.

1. Perspektif wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan

Rakyat.

2. Ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana perspektif wacana berita pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan rakyat(1 Juni – 8 Juli 2014)?

2. Bagaiman ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita pemilu dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat( 1 Juni – 8 Juli)?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan di atas adalah sebagai berikut.

1. Mendiskripsikan perspektif wacana berita pemilu 2014 surat kabar

Kedaulatan Rakyat ( 1 Juni – 8 Juli 2014).

(7)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis diharapkan dapat menambah wawasan penelitian di bidang wacana, khususnya analisisa wacana kritis, yang tidak hanya melibatkan linguistik, melainkan juga melibatkan ilmu lain, seperti ilmu politik maupun ilmu sosial. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran khalayak dalam menyikapi wacana-wacana yang disajikan oleh media. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam tubuh media terjadi praktik penyalahgunaan kekuasaan. Khalayak yang memiliki kesadaran kritis, diharapkan dapat memilah mana yang bisa dipercaya menurut realitas yang ada, serta dapat memperkaya diri dengan pengetahuan agar terbentuk khalayak yang bijaksana, cerdas, serta berpikiran terbuka. Bagi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pendidik dalam mengananalisa wacana dalam bentuk apapun.

G. Batasan Istilah

Berikut ini dikemukakan batasan pengertian istilah berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk menghindari kesalahan tafsir dalam memahami penelitian ini.

(8)

meski dipakai, topik apa yang dibicarakan.analisis wacana ini menekankan pada konstelasi kekuasaan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna (Eriyanto dan M. A. S. Hikam via Eriyanto, 2011:6) 2. Bentuk ekspresi bahasa adalah sebuah bentuk yang mengacu pada struktur

bahasa, unsur-unsur bahasa atau pembentuk bahasa, misalnya diksi(kosakata), gaya bahasa, struktur dalam tatanan sintaksis, seperti ketransitifan(Fowler via Suroso,2002:18).

3. Perspektif merupakan sudut pandang penulis terkait dengan nilai-nilai keyakinan, pengetahuan, dan pandangan penulis dalam melihat, memproses, membuat dan melaporkan suatu peristiwa dalam interaksi sosial(Suroso, 2002).

4. Wacana adalah komunikasi lisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Fowler via Eriyanto,2011:2).

5. Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau sebuah opini yang memiliki nilai penting dan menarik bagi sebagian besar khalaya, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik.

(9)

BAB II KAJIAN TEORI

Untuk melandasi penelitian ini digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Teori-teori tersebut antara lain mengenai (A) bahasa, Teks, dan Konteks; (B) Bahasa dan Ideologi; (C) Berita dan Media; (D) Analisis Wacana Kritis; (E) Perspektif Pemberitaan; (F) Ekspresi Bahasa; (G) Surat Kabar Kedaulatan Rakyat.

A. Bahasa, Teks, dan Konteks

(10)

juga kejadian nonverbal yang lain. Malinowski dalam Halliday dan Hasan (1992:8) mengenalkan dua gagasan terkait dengan konteks yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Kedua konteks tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Konteks situasi

Konteks situasi adalah lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar terjadi, yang lebuh mengacu kepada lingkungan secara keseluruhan. Tiga unsur dalam konteks situasi, yaitu sebagai berikut.

a) Medan wacana (permainan): jenis kegiatan, sebagaimana dikenal dalam kebudayaan, yang sebagian diperankan oleh bahasa (memprakirakan makna pengalaman),

b) Pelibat wacana (pemain): pepelaku atau persn interaksi antara yang terlibat dalam penciptaan teks (memprakirakan makna antar pelibat),

c) Sarana wacana (bagian): fungsi khas yang diberikan kepada bahasa, dan saluran retorisnya (memprakirakan makna tekstual).

2. konteks Budaya

Konteks situasi yang telah membentuk teks seperti susunan medan tertentu, pelibat, dan sarana bukanlah suatu kumpulan ciri yang acak, melainkan suatu kesatuan yang secara khas bergandengan langsung dengan suatu budaya. Khalayak melakukan hal tertentu pada kesempatan tertentui kemudian memberiakn makna dan nilai, inilah yang dimaksut dengan kebudayaan (Halliday dan Hasan, 1992:63).

(11)

memiliki medan wacana berupa „berita apa‟, pelibat wacana berupa „pemberitaan‟

yang semua itu merupakan konteks situasi. Sementara itu, konsep visi dan misi pers sebagai pemegang kendali surat kabar, peran dan kedudukan pemerintah dalam pers, struktur peran jurnalistik, penerbit, pembaca, dan lain-lain merupakan faktor pembentuk konteks budaya dan bersama menentukan penafsiran teks dalam konteks situasinya.

B. Bahasa dan Ideologi

Pembahasan ideologi erat kaitannya dengan konteks hubungan antara bahasa dan kekuasaan, karena perilaku ideologi hanya dapat diamati dalam praktik kekuasaan Suroso via Udayani (2012:12).

1. Bahasa dan ideologi: Pandangan Fowler

Pada tahun 1979, Roger Fowler dan kawan-kawan menerbitkan bukunya yang berjudul Language and Control. Sejak saat itu muncullah pendekatan yang disebut critical linguistics memandang melalui mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologinya. Roger Flower dan kawan-kawan, yaitu Robert Hodge, Gunther Kress, dan Toni Trew melihat bagaimana tata bahasa tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa implikasi dan ideologi tertentu. Praktik ideologi tersebut diketahui dari tata bahasa dan pemakaiannya.

(12)

berbeda dapat dilihat dari bahasa yang dipakai, yang menggambarkan bagaimana pertarungan sosial terjadi. Menurutnya, bahasa menggambarkan bagaimana realitas dunia melihat, bahasa juga memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman pada realitas sosial. Bahas di sini menyediakan alat, bagaimana realitas itu harus dipahami oleh khalayak.

Fowler juga mengatakan bahwa bahasa yang dipakai media bukanlah suatu yang netral, tetapi mempunyai aspek ideologi tertentu. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana media mempresentasikan peristiwa berdasarkan realitas yang ada.

2. Bahasa dan Kekuasaan

Dalam operasi kekuasaan tidak terbatas pada pengendalian sarana teknis dan sistem produksi material, tetapi tak kalah pentingnya upaya-upaya manipulasi sistem-sistem reproduksi ideasional. Bahasa dipandang sebagai penghubung subjek dengan tiga wilayah, yaitu wilayah eksternal, wilayah sosial, dan wilayah pribadi (Yudi latif dan Idi Subandi Ibrahim via Udayani, 2011:13).

Praktik kekuasaan dari segi apapun selalu berhubungan erat dengan kekuatan. Kekuatan yang selalu dimiliki oleh penguasa digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya, dan dari sini muncul tujuan politik, yaitu mengamankan kekuasaan. Proses pengamanan kekuasaan ini diwujudkan dalam bentuk pemertahanan, pemapanan, dan pengukuhan kekuasaan (Suroso, 2001: 9).

(13)

bungkam dan hanya mementingkan salah satu pihak saja. Pers diletakkan sebagai alat kekuasaan sehingga komunikasi politik lewat pers yang seharusnya mencakup dua arah, yaitu antara masyarakat umum dengan pemerintah tidak dapat tercapai. Pada masa orde baru ini, konsolidasi kekuasaan dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama,penghalusan konsep-konsep dan pengertian yang bersentuhan dengan

kekuasaan dengan tujuan untuk menghilangkan konsep yang membahayakan orde baru. Kedua,memperkasar dengan tujuan menangkal dan menyudutkan kekuasaan lain yang bisa saja mengancam kekuasaan. Ketiga, pemproduksian konsep-konsep yang bisa menurunkan emosi masyarakat sewaktu berhadapan dengan realitas tertentu yang tidak sesuai dengan kekuasaan. Keempat, cara penyeragaman bahasa dan istilah yang dipakai oleh pejabat. Penyeragaman bertujuan untuk menghindari perbedaan kosep yang dapat mengganggu kemapanan (Suroso, 2001: 10-11).

Dalam bukunya, suroso mengatakan bahwa posisi dan peran penguasa begitu dominan dalam sistem simbol. Supremasi simbol kekuasaan akan mudah dilakukan oleh penguasa melalui surat kabar karena selalu berkaitan dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu, surat kabar dan pers pada masa itu digunakan sebagai alat kekuasaan. Bahasa yang digunakan oleh media masa tidak pernah bersih dari campur tangan penguasa, hal ini menjadi penyebab hilangnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.

(14)

yang mengalami perkembangan luar biasa. Jika dibandingkan dengan pada masa orde baru yang hanya memiliki 289 media cetak, pada masa setahun setelah reformasi jumlah media cetak di Indonesia menjadi 1687 buah (Yakup via Chaer,2010:v). Pergolakan jumlah media ini dikarenakan banyak wartawan yang belum memiliki kemampuan yang cukup, namun telah dituntut untuk menyajikan berita secara besar-besaran oleh industri pers yang menaunginya. Suroso (2001:viii) mengatakan bahwa sesungguhnya industri pers belum terlalu siap menerima kebebasan yang diberikan, sehingga dalam perekrutan wartawan tidak mempedulikan kualitas pribadi calon wartawan sebagai pengemas berita. Akibatnya pemberitaan dalam media masa dipenuhi nuansa berita sepihak, berita memojokkan, berita tidak lengkap, berita tidak jelas, berita tanpa latar belakang, berita yang smakin membingungkan, berita yang merugikan narasumber, berita yang merugikan konsumen pers, berita yang mengadu domba, bahkan berita yang memprovokasi dan menghasut. Ketidakseimbangan berita tersebut pasti dipengaruhi oleh para penguasa pada waktunya.

C. Berita dalam Media

(15)

1. Pemberitaan

Berita merupakan sebuah informasi yang serat dengan kejadian yang dialami masyarakat dalm melaksanakan hajat hidup bersama berupa kehidupan berbangsa dan bernegara. Penyajian suatu berita adalah produk utama yang disajikan kepada pembaca.

2. Pandangan atau pendapat

Pendapat atau opini digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada pelaksana pemerintahan.

3. Periklanan

Isi dari periklanan adalah sebagai tempat bagi media massa untuk menggali uang. Dalam suatu media massa fungsi utamanya ialah untuk menyampaikan sebuah informasi.

(16)

D. Analisis Wacana Kritis

Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada perbedaan yang besar dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa.

Menurur Eriyanto (2011:4-6), ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivisme-empiris. Bahasa dilihat sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap secara langsung dapat diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh ini dipakai dengan pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Oleh karena itu, tata bahasa, kebenaran sintaksis adalah bidang utama dari aliran ini. Analisis wacana dimaksutkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama.

(17)

dasarnya adalah tindakan penciptaan makna , yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jadi diri dari sang pembicara.

Pandangan yang ketiga disebut pandangan kritis. Analisis wacana dalam pandangan kritis menekankan pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral, yang bisa menafsirkan wacana secara bebas, karena individu berhubungan dan tentunya dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakat sekitarnya. Bahasa disini berperan membentuk subjek tertentu, tema wacana tertentu, dan strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kekuasaan dalam proses bahasa, antara lain batasan-batasan yang diperkenalkan menjadi wacana, perspektif yang meski dipakai, dan topik apa yang dibicarakan. Karena menggunakan perspektif kritis, maka analisis wacana kategori ini disebut juga analisis wacana kritis.

(18)

digunakan untuk mendiskripsikan sesuatu, menerjemahkan, dan menganalisis kehidupan sosial dan kehidupan politik melalui teks yang disajikan. Wacana tidak hanya dilihat dari aspek kebahasaan saja, tetapi juga bagaimana hubungan antara bahasa dengan konteks tertentu, termasuk di dalamnya tujuan tertentu dari praktik kekuasaan. Hal ini disampaikan oleh Darma (2009: 50) yang mengatakan bahwa “AWK mengkaji tentang upaya kekuatan sosial, pelecehan, dominasi, dan

ketimpangan yang direproduksi dan dipertahankan melalui teks yang pembahasannya dihubungkan dengan konteks sosial dan politik”.

Nilai penting dalam analisis wacana kritis, mengutip dari tulisan Teun A. Van Dijk, Fairclough, dan Wodak via Eriyanto (2009:8), antara lain sebagai berikut.

1. Tindakan

Wacana dipahami sebagai tindakan dalam bentuk interaksi. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Pemahaman ini, memunculkan beberapa konsekuensi, yang pertama adalah wacana dipandangb sebagai sesuatu yang bertujuan . kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekpresikan secara sadar dan terkontrol.

2. Konteks

(19)

dimengerti, dan dianalisi pada konteks tertentu. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam proses komunikasi.

3. Historis

Aspek penting untuk memahami sebuah teks adalah dengan menempatkan wacana itu didalam konteks historis tertentu. Wacana diproduksi dalam konteks tertentu, dan tidak dapat serta merta dimengerti tanpa melihat konteks lain yang menyertainya.

4.Kekuasaan

Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan. Setiap wacana yang muncul merupakan bentuk pertarungan kekuasaan, tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang netral tanpa maksut tertentu. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dangan masyarakat. Analisis wacana kritis tidak hanya membatasi diri pada detil teks atau wacana struktur saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu.

(20)

5. Ideologi

Dalam teori klasik mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok dominan tertentu dengan tujuan untuk memproduksi dan melegatimasi dominasi mereka. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana suatu kelompok yang dominan mengkomunikasikan kepada khalayak tentang produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki. Peranan wacana dalam kerangka ideologi dimaksutkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.

E. Perspektif Pemberitaan

(21)

suatu peristiwa yang didasari sikap wartawan yang pro dengan golongan dan institusi atau partai politik tertentu.

Dalam penelitian terhadap wacana berita politik pemilu pada 2014 antara juku Jokowi dengan kubu Prabowo ini perspektif pemberitaan juga diinterpretasikan menggunakan tiga indikator yang ada yaitu topik, partisipan, dan nada pemberitaan. Topik merupakan langkah awal untuk menuju pada topik awal dalam pemberitaan keseluruhan. Ketika telah masuk dalam pemberitaan secara keseluruhan, selalu akan dijumpai partisipan yaitu orang yang terlibat dalam peristiwa. Partisipan ini digunakan sebagi alat pelacak untuk menangkap perspektif pemberitaan. Indikator ketiga yaitu nada pemberitaan.dalam melaporkan suatu peristiwa, wartawan secara sadar maupun tidak sadar memberikan penilaian sebagai ekspresi dari apa yang diyakininya.

Penilain dalam surat kabar dapat berupa mendukung atau memihak (seperti pujian, simpati, suka, setuju, menerima), sikap tidak mendukung atau tdak memihak (seperti sinis, antipati, tidak suka, tdak stuju, menolak), dan sikap netral yang tidak memihak atau mendukung. Nada pemberitaan merupakan representasi wartawan yang didasari ideologi, pengetahuan, gagasan, dan keyakinan yang dimiliki pribadi wartawan maupun intuisinya.

F. Ekspresi Bahasa

(22)

secara sistematis pada pemilihan bentuk-bentuk ekspresi linguistik, seperti pemakaian kosakata, sistem ketransitifan, struktur nominalisasi, modalitas, tindak tutur, metafora, dan struktur informasi. Untuk mempersempit konsentrasi, maka dalam penelitian ini hanya membahas beberapa bentuk ekspresi, anatara lain kosakata, modalitas, dan metafora.

1. Kosakata

(23)

oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatau bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa (2009: 24). Fowler dan kawan-kawan (via Eriyanto, 2009: 134) mengatakan bahwa bahasa menggambarkan bagaiman realitas dunia dilihat. Pengalaman dan politik yang berbeda dapat dilihat dari bahasa, yaitu kosakata yang dipakai, yang neggambarkan bagaimana pertentangan sosial terjadi. Bahasa melalui kosakata menyediakan alat bagaimana realitas itu harus dipahami oleh khalayak.

Dalam desertasinnya, Surosao (via Udayani 2011:25) mengatakan bahwa pemakaian kosakata bukan hanya persoalan teknis, melainkan menyangkut praktik ideologi. Pilihan kata dalam suatu teks menandai secara sosial dan ideologis bidang pengalaman yang berbeda dari penulisnya baik yang berupa nilai eksperiental (berhubungan dengan pengetahuan dan keyakinan yang dibawakan oleh kata-kata tersebut), nilai relasional (berkaitan dengan hubungan sosial yang tercipta oleh kata-kata tersebut), dan nilai ekspresif (berkaitan dengan pemilihan atau evaluasi tentang sesuatu yang dicerminkan oleh kata tersebut).

Fowler dan kawan-kawan menjelaskan lebih lanjut mengenai kosakata dan perannya, yaitu sebagai berikut:

a. Kosakata: membuat klasifikasi

(24)

realitas, khalayak kemudian memberikan penyederhanaan dan abstraksi mengenai realitas itu, dan di sinilah klasifikasi terjadi. Klasifikasi menyediakan tempat untuk mengontrol informasi dan pengalaman. Berikut ini diberikan contoh mengenai bagaimana kata-kata menyediakan klasifikasi untuk selanjutnya melihat bagaimana realitas tersebut dipahami.klasifikasi itu bermakna peristiwa seharusnya dilihat dalam sisi yang satu bukan yang lain.

Matrik 1: Klasifikasi Kata Tindakan Pasukan Interfet Klasifikasi (Anti-interfet) Klasifikasi (pro-Interfet) Masalah dalam negeri Masalah internasional Intervensi, konspirasi internasional Bantuan kemanusiaan Menambah kekerasan Menghentikan kekerasan

Nasionalisme Hak asasi manusia, hukum

internasional, nilai kemanusiaan

(25)

didefinisikan semata sebagai masalah Indonesia (2009: 136). Sebenarnya kehadiran masalah Interfet ke Timor-Timur dapat dipahami sebagai sebuah tindakan untuk menghentikan kekerasan di sana, tetapi munculnya istilah “intervensi” menimbulkan kemungkinan itu menjadi terbatas.

b. Kosakata: membatasi pandangan

Bahasa pada dasarnya bersifat membatasi. Seperti yang diutarakan Fowler dan kawan-kawan via Eriyanto (2011:137), bahwa kita diajak untuk memahami seperti itu, bukan yang lain. Pilihan kata yang dipakai menunjukkan siakap media tertentu ketika melihat dan memaknai sebuah peristiwa. Tidak menutup kemungkinan bahwa antara media yang satu dan media yang lain memiliki pilihan kata yang berbeda untuk menyajikan suatu peristiwa dengan topik yang sama. Pemakaian kata yang berbeda ini, hendaknya dipahami bukan hanya sebagai soal istilah semata, melainkan dilihat pula kemungkinan bahwa kata-kata tersebut menimbulkan arti dan pemaknaan tertentu bagi pembaca.

c. Kosakata: pertarungan wacana

(26)

yang dianggap paling benar untuk dapat pembaca. Efeknya kosakata yang mereka ciptakan, membatasi cara pandang pembaca melalui cara pandang.

d. Kosakata: marjinalisasi

Fowler mengatakan bahwa pemakaian kata, kalimat, susunan, dan bentuk kalimat tertentu, proposisi tidak dipandang sebagai persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tetapi ekspresi dari ideologi: upaya untuk membentuk pendapat umum, meneguhkan dan membenarkan pihak sendiri dan mengucilkan pihak lain (Eriyanto,2011: 149).

Pemilihan kosakata tidak hanya terbatas pada aspek tata ejaan, melainkan ada aspek tertentu berupa aspek ideologis. Perhatian dipusatkan pada tokoh dan peristiwa, bagaimana seoraang tokoh dibahaskan, dan bagaimana penulis menggambarkan suatu peristiwa. 2. Modalitas

(27)

sikap penulis yang tertuang dalam teks dibagi dalam empat bagian, yaitu kebenaran, keharusan, izin, keinginan.

3. Metafora

Matafora merupakan ungkapan kebahasaan yang menyatakan hal-hal yang bersifat umum umum untuk hal-hal-hal-hal yang bersifat khusus dan atau sebaliknya. Metafora digunakan sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak bisa dijangkau secara langsung dari lambang karena makna yang dimaksud terdapat pada redikasi ungkapan kebahasaan itu.

G. Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Kedaulatan rakyat adalah salah satu surat kabar yang terbit 27 September 1945. Dalam surat kabar kedaulatan rakyat selalu menghadirkan informasi dari berbagai daerah bahkan informasi dari luar negeri. Dalam surat kabar kedaulatan rakyat menghadirkan informasi dalam hal politik, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, dan olahraga. Koran kedaulatan ini terbit setiap hari. Situs kedaulatan rakyat yang dapat diakses yaitu

www,krjogja,com. Surat kabar ini memuat informasi yang sangat lengkap.

(28)

H. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang membahasa mengenai analisis wacana kritis sebelumnya pernah dilakukan oleh Ajeng Udayani dengan judul Analisis Wacana Kritis Berita Hukum dan Kriminal Situs Metrotvnews.Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan perspektif wacana berita Hukum dan Kriminal pada situs Metrotvnews, dan mendeskripsikan ekspresi-ekspresi bahasa wacana berita dan Kriminal pada situs Metrotvnews.

Subjek penelitian ini adalah berita hukum dan kriminal yang ada dalam situs metrotvnews pada bulan Agustus 2010. Objek penelitian ini adalah perspektif pemberitaan wacana berita Hukum dan Kriminal serta bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita Hukum dan Kriminal. Data diperoleh dengan metode dokumentasi dan metode simak. Metode simak dil;akukan dengan teknik baca dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan dalam analisis ini adalah metode padan, yaitu padan referensial. Teknik analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Keabsahan data secara intrarater diperoleh melalui ketekunan pengamatan dan penggunaan hasil referensi terkait dengan media, sedangkan keabsahan data secara interrater diperoleh melalui diskusi dengan rekan sejawat.

I. Kerangka Pikir

(29)
(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian mengenai perspektif pemberitaan serta bentuk ekspresi bahasa berita politik pemilu 2014 dari 1 juni – 8 juli dari surat kabar Kedaulatan Rakyat ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian untuk memahami fenomena tentang fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik. Penelitian ini dilakukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata dan bahasa (Moleong, 2009:6).

Dalam penelitian ini, peneliti berinteraksi dan bekerja dengan hal yang diteliti menggunakan pertimbangan gejala yang diamati pada data. Memusatkan perhatian pada ciri atau sifat data secara apa adanya (alamiah).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah berita politik pemilu 2014 anatar kubu Jokowi dan kubu Prabowo pada 1 Juni – 8 Juli dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat. Subjek data ini diambil melalui surat kabar cetak

Kedaulatan Rakyat. Objek penelitian ini adalah perspektif pemberitaan

(31)

ekspresi bahasa wacana berita politik pemilu 2014 dari 1 Juni – 8 Juli surat kabar Kedaulatan Rakyat.

C. Wujud dan Sumber Data

Wujud data penelitian ini ada dua, yaitu teks berita politik pemilu 2014 yang menjadi topik utama dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat dan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks. Wujud data yang pertama berupa teks berita pemilu 2014 (topik utama) digunakan untuk mengungkap objek penelitian berupa perspektif pemberitaan. Wujud data kedua yang berupa kalimat-kalimat digunakan untuk mengungkap objek penelitian berupa bentuk-bentuk ekspresi bahasa.

Sumber data dalam penelitian adalah sumber tertulis berupa bahasa tulis yang terdapat dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat. Data diperoleh dari bahasa tulis yang terdapat pada berita pemilu 2014 pada 1 Juni – 8 Juli 2014.

D. Instrumen Penelitian

(32)

selesainya penganalisisan data. Peneliti juga menggunakan instrumen pembantu berupa surat kabar cetak Kedaulatan Rakyat dan laptop untuk mencari informasi dari internet, menyimpan data, dan memproses data, selain itu peneliti menggunakan kartu data sebagai alat bantu dalam pencatatan data pada tahap pengelompokan data.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pertama, yang dilakukan peneliti adalah mencari data dengan mengumpulkan surat kabar Kedaulatan Rakyat edisi 1 juni – 8 Juli 2014. Kemudian peneliti mengumpulkan data yang menjadi topik utama dari berita pemilu 2014 antara kubu Jokowi dengan Kubu Prabowo.

(33)
[image:33.595.136.519.167.253.2]

ekspresi bahasa. Di bawah ini ditampilkan gambar lembar analisis data dan gambar kartu data.

No data

Topik Partisipan Nada

pemberitaan

[image:33.595.225.528.307.431.2]

Keterangan

Gambar: Lembar analisis data

Gambar: Kartu Data Keterangan:

JB : Judul Berita BK : Bentuk Kalimat BP : Bentuk Penanda

01 :Tanggal Publikasi Berita 08 : Bulan Publikasi berita KK : Kosakata

MD : Modalitas MT :Metafora 01 : Nomor Data

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data adalah cara-cara khas tertentu yang ditempuh peneliti untuk memahami problematik satuan kebahasaan yang diangkat sebagai objek penelitian (Sudaryanto via Udayani, 2011: 40). Untuk

JB :

BK :

BP :

(34)

menganalisis data, peneliti menggunakan metode padan. Metode padan berarti alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Dalam metode ini, teknik yang digunakan yaitu padan referensial. Padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan bentuk perspektif serta bentuk ekspresi berita politik pemilu 2014 dalam surat kabar

Kedaulatan Rakyat (topik utama).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Langkahnya adalah (1) mendeskripsikan perspektif pemberitaan wacana berita politik pemilu 2014 dalam surat kabar Kedaulatan

Rakyat, (2) menganalisis perspektif pemberitaan wacana berita politik pemilu

2014 dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat, (3) mendeskripsikan bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita tersebut, (4) mengelompokkan data-data berdasarkan bentuk ekspresi bahasa, (5) menganalisis bagaimana bentuk ekspresi bahasa mempunyai tujuan tertentu, (6) mengadakan penyimpulan atas data-data yang telah dianalisis dan dibahas.

G. Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data penelitian, peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang ditemukan. Pengecekan dilakukan dengan dua cara, yaitu intrarater dan interater.

1. Intrarater

(35)

penelitian sebanyak-banyaknya, sehingga mendapatkan data yang benar-benar akurat dan normal. Pengamatan dilakukan berulang-ulang dan mendalam dalam waktu yang lama untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Selain ketekunan pengamatan, peneliti menggunakan bahan referensi untuk meningkatkan kebenaran dan kepercayaan data. Bahan referensi tersebut berupa kamus dan buku-buku terkait dengan media. Kamus yang digunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk menemukan arti dari kata-kata dalam berita yang kurang dimengerti oleh peneliti.

2. Interrater

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(37)

A. Hasil Penelitian

1. Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Analisis perspektif pemberitaan dilakukan terhadap teks-teks “ wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat” (untuk selanjutnya disebut WBKPJ-SKHKR) pada 1 Juni – 8 Juli 2014. Keseluruhan teks berjumlah 123 pemberitaan (dapat dilihat pada lampiran 1). Kemudian dipilih berita berdasarkan halaman penulisan pada halaman 1 (head

line). Berikut ini disajikan tabel yang memuat ke-42 judul

WBKPJ-SKHKR dalam topik dan perspektif pemberitaan yang sudah dipilih berdasarkan letak penulisan di halaman 1 (head line).

Tabel 1: Perspektif Pemberitaan Pro Prabowo-Hatta dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat pada

No Tanggal Judul Teks Berita Topik Peristiwa Perspektif Pemberitaan 1 02/06/2014 Deklarasi Koalisi Merah Putih

DIY. Prabowo-Hatta, Dinilai Tegas dan Cerdas.

Deklarasi Tim Pemenangan Prabowo-Hatta

Pro Prabowo-Hatta

2 03/06/2014 Dideklaraikan Djoko Santoso Center 328. Mantan Panglima TNI Dukung Prabowo.

Deklarasi Dukungan Capres Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

3 09/06/2014 Didampingi Titiek dan Anaknya Prabowo Nyekar ke Makam Pak Harto Capres Prabowo Ziarah ke Makam Pak Harto Pro Prabowo-Hatta

4 09/06/2014 Prabowo-Hatta ingin Wujudkan Kedaupatan Pangan. Menolak Didikte Kekuatan Asing.

(38)

5 11/06/2014 Beredar Surat Pemberhentian Prajurit. Prabowo Tak Ambil Pusing Perihal Surat Pemberhentian Prabowo Pro Prabowo-Hatta

6 15/06/2014 Nurul Minta Moderator Debat Netral, Akbar Hadiri Deklarasi Temanggung

Deklarasi Tim Pemenangan

Pro Prabowo-Hatta

7 27/06/2014 Seniman Yogya “Nyeni Sak Poolee‟. Prabowo Ajak Rapatkan Barisan. Kampanye Capres Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

8 29/06/2014 Prabowo Utamakan Kesejahteraan Deklarasi Dukungan Capres Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

9 02/07/2014 Capres H Prabowo Subianto. Pemberitaan Pilpres di „KR‟ Berimbang. Sosialisai Program Prabowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

10 06/07/2014 Ingin Akhiri Kampanye Sejuk. Prabowo-Hatta Gelar Pesta Rakyat. Kampanye Capres Parbowo-Hatta Pro Prabowo-Hatta

Tabel 2: Perspektif Pemberitaan Netral dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

No Tanggal Judul Teks Berita Topik Peristiwa Perspektif Pemberitaan 1 01/06/2014 Hari ini Pengundian Nomor

Urut. Capres-Cawapres Mulai Dikawal.

Pengundian Nomor Urut Capres-Cawapres

Netral

2 02/06/2014 Prabowo Nomor Urut 1, Jokowi Nomor Urut 2. Capres Jangan Saling Fitnah.

Pengundian Noor Urut Capres-Cawapres

Netral

3 04/06/2014 Siap Terima Keputusan Rakyat. Hari ini, Kampanye Dimulai.

Deklarasi Kampanyae Damai oleh KPU

Netral

4 13/06/2014 Deklarasi Kampanye Pemilu Damai Berintegritas. Sultan: Pemilu Bukan Perang Bharatayuda.

Deklarasi Pemilu Damai

Netral

5 16/06/2014 Debat Capres Putaran Kedua Lebih Hangat, Prabowo Dukung Program Jokowi

Debat Calon Presiden

Netral

6 18/06/2014 Meski Pilpres Hanya Diikuti Dua Pasang Calon. KPU Buka Peluang Putaran II.

Mekanisme Pilpres 2014

Netral

7 20/06/2014 KPU Tetap Ikuti UU Pilpres. Jika Satu Putaran Hemat RP. 3,9 T.

Pemungutan Suara

Netral

8 21/06/2014 Dialog Capres dengan Kadin. Tanpa Debat Tampil Lepas.

[image:38.595.163.565.113.335.2]
(39)

9 23/06/2014 Debat Capres Putaran Ketiga. Soal TKW Prabowo-Jokowi Sependapat

Debat Capres Netral

10 24/06/2014 Cegah Kekosongan Kekuasaan. Pemerintah Setuju 1 Putaran.

Pemungutan Suara

Netral

11 26/06/2014 Jadwal Kampanye akan Diatur Ulang. Sultan: Bentrokan Jangan Terulang.

Kampanye Capres

Netral

12 27/06/2014 Semua Pihak Sepakat Atur Ulang Jadwal Kampanye. Tak Ada Rapat Terbuka Bersamaan.

Kampanye Capres

Netral

13 28/06/2014 Tindak Kesepakatan Tim Sukses Capres. Kampanye Tak Terjadwal, Dibubarkan.

Kampanye Capres

Netral

14 30/06/2014 Debat Cawapres Dinamis dan Hangat

Debat Cawapres Netral

15 04/07/2014 Uji Materi UU Pilpres

Dikabulkan. MK Putuskan Satu Putaran.

Pilpres 2014 Netral

16 04/07/2014 Masyarakat Bisa Terbelah. Sultan Minta Pers Tetap Netral.

Pilpres 2014 Netral

17 06/07/2014 Debat Final, Capres Saling Serang Visi-Misi.

Debat Capres Netral

18 07/07/2014 Masa Tenang, Turunkan Tensi Politik. Boleh Sosialisasi Hak Pilih.

Masa Tenang Netral

19 08/07/2014 Waspadai Gerilya Politik Uang. Praktik Kecurangan Jelang Pipres

Netral

20 08/07/2014 Presiden Ajak Dua Kubu Berangkulan. Ukir Sejarah Pilpres Damai.

Mengajak Insan Pers Menjaga Netralitas

Netral

Tabel 3: Perspektif Pemberitaan Pro Jokowi-JK dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

No Tanggal Judul Teks Berita Topik Peristiwa Perspektif Pemberitaan 1 01/06/2014 Kebersamaan dan Sinergi.

Kunci Kemenangan Jokowi dan JK. Deklarasi Dukungan Capres Jokowi-JK Pro Jokowi-JK

2 02/06/2014 Tim Kampanye Pemenangan Jokowi-JK. Targetkan Raih 70% Suara DIY Jokowi-JK.

Bentuk Tim Kampanye Pemenangan

Pro Jokowi-JK

3 03/06/2014 Bersama JK Temui Sultan HB X. Jokowi Ingin‟Hamemayu Hayuning Bawana.

Kunjungan Jokowi-JK ke Yogyakarta

Pro Jokowi-JK

4 09/06/2014 ARB Hadiri Haul Taufiq Kiemas. Sayap Golkar Dukung Jokowi.

Aksi Relawan Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

5 15/06/2014 Pulang Kampung Melapas Rindu, Jokowi “Ngetes” Cara Merayu

[image:39.595.161.566.114.499.2]
(40)

6 16/06/2014 Perupa Jogja Dukung Jokowi-JK, Revolusi Mental untuk Indonesia Hebat

Deklarasi Dukungan

Pro Jokowi-JK

7 20/06/2014 Disambut Nelayan Tegal. Jokowi Mudahkan Regulasi Perikanan.

Kampanye Capres

Pro Jokowi-JK

8 24/06/2014 Ruhut Sitompul Deklarasi Dukung Jokowi-JK. Golkar Mulai Main Pecat.

Deklarasi Dukungan Capres Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

9 29/06/2014 Jokowi Tak Akan Khianati UU Desa

Sosialisasi Program Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

10 02/07/2014 Kunjungan Ponpes di Banten. Jokowi Tepis Kampanye Hitam.

Kampanye Capres Jokowi

Pro Jokowi-JK

11 05/07/2014 Lima Jenderal Silaturahmi Ke KR. Jangan Sampai ada Perampokan Suara Jokowi.

Silaturahmi Tim Jokowi-JK

Pro Jokowi-JK

12 06/07/2014 Indonesia Raya Awali Konser Salam 2 Jari. Jokowi Ajak Demokrasi Secara Bermartabat.

Kampanye Capres Jokowi-JK

[image:40.595.161.564.110.361.2]

Pro Jokowi-JK

Tabel 4: Persentase Kecenderungan Perspektif Pemberitaan dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Perspektif Pemberitaan

Jumlah Berita Persentase

Pro Prabowo-Hatta 10 23,8%

Netral 20 47,6%

Pro Jokowi-JK 12 28,6%

Total 42 100%

(41)

berita yang disajikan. Berdasarkan persentase memang perspektif netral netral terlihat lebih besar dari yang perspektif Jokowi-JK, sehingga daam hal ini pers sudah sesuai dengan tugasnya mampu memberikan suatu peristiwa dengan netral (dengan persentase lebih besar), tanpa mendukung satu satu pihak termasuk pro Jokowi-JK maupun pro Prabowo-Hatta.

2. Manifestasi Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dalam Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa

Di dalam penelitian ini dikaji tiga ekspresi bahasa, yaitu kosa kata, modalitas, dan metafora. Deskripsi hasil penelitian ketiga pilihan bentuk ekspresi tampat dalam uraian berikut.

a. Kosakata

(42)

dan evaluasi media atas identitas atau ciri sosial partisipan atau subyek yang dilaporkan.

1) Pilihan Kata Berfitur Nilai Eksperiental

Kata-kata tertentu memiliki nilai eksperiental karena menandakan suatu jejak dan isyarat mengenai pengalaman penghasil teks tentang dunia alam atau dunia sosial dipresentasikan. Dalam penelitian ini ditemukan pengalaman wartawan dalam merepresentasikan berbagai peristiwa yang terjadi dengan pilihan-pilihan kata yang beragam. Pilihan kata yang dipergunakan wartawan dapat berupa kosakata berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh wartawan maupun penggunaan sinonim atas kata-kata tersebut.

Contoh:

0106/KK/01 KPU resmi menetapkan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung pada pilpres 2014.

0106/KK/03 Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

0206/KK/07 Mantan Walikota Yogyakarta dua periode (2001-2012), Herry Zudianto didaulat

sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di DIY.

2) Pilihan Kata Berfitur Nilai Relasional

(43)

pemakaian kat-kata tertentu yang bernilai relasional dapat menandakan hubungan antarpartisipan, seperti hubungan antara penguasa dan rakyatnya, serta hubungan pimpinan dan bawahan.

Contoh:

0106/KK/02 Setelah ditetapkan, capres dan cawapres mulai mendapatkan pengawalan masing-masing 93 personel polisi.

0206/KK/05 Dengan telah ditetapkannya nomor urut 1 kepada pasangan Prabowo-Hatta, maka pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh nomor urut 2.

2306/KK/35 Kalau kita lemah, kita tak punya nilai tawar dengan bangsa-bangsa lain.

3) Pilihan Kata Berfitur Nilai Ekspresif

Kata-kata yang mempunyai nilai ekspresif menandakan suatu jejak dan isyarat dari penghasil teks untuk memberikan evaluasi berupa nilai rasa simpati, suka, menyenangi, membensi, antipati, dan sebagainya. Dalam penelitian ini ditemukan pemakaian kata-kata tertentu yang bernilai ekspresif di dalam wawancara berita karena menunjukkan penilaian tertentu dari wartawan terhadap subyek yang diberitakan. Contoh:

1106/KK/20 Prabowo sendiri tak ambil pusing dengan surat tersebut.

2406/KK/36 Mahyudin menjelaskan, ketiganya terbukti

(44)

mendukung pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

2606/KK/37 Sultan mengatakan, supaya kasus serupa tidak terulang, pihaknya meminta agar kedua tim pemenangan pilpres bisa mengontrol massa simpatisannya yang menjadi peserta kampanye, sehingga mereka tidak mudah

terprovokasi.

b. Modalitas

Modalitas adalah komentar atau sikap yang diberikan oleh penulis terhadap hal yang dilaporkan, yaitu keadaan, peristiwa, dan tindakan. Dengan modalitas, seorang wartawan dapat mengemukakan pandangan-pandangannya melalui apa yang ditulis dan disajikan kepada masyarakat melalui media massa. Penggunaan modalitas ini, dimaksudkan untuk mempengaruhi opini masyarakat pembaca.

(45)

Modalitas yang dipergunakan wartawan dalam SKH Kedaulatan Rakyat seperti dalam lampiran 4 dibagi menjadi tiga jenis, (1) kebenaran, (2) keharusan, dan (3) keinginan.

1) Modalitas kebenaran

Dalam penelitian ini, modalitas kebenaran dipergunakan oleh wartawan untuk mengidentifikasikan suatu kebenaran dari proposisi yang dituliskannya. Sikap wartawan yang demikian ini menunjukkan perspektif pemberitaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Contoh:

0206/MD/04 Setelah dilakukan pengundian di KPU,

Minggu (1/6), pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan nomor urut 1 dalam pemilu presiden 2014.

0306/MD/07 Antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta, Senin (2/6).

0406/MD/09 Husni menegaskan kalau ada anggota KPU yang ke kanan atau ke kiri maka dipastikan

akan di tindak.

2) Modalitas keharusan

(46)

maupun tidak langsung mencerminkan perspektif pemberitaan yang ingin dibawakan.

Contoh:

0106/MD/02 Setelah ditetapkan, capres dan cawapres mulai mendapatkan pengawalan

masing-masing 93 personel polisi.

0207/MD/17 Seharusnya, sebagai penyebar informasi, media tetap mengedepankan keberimbangan setiap pemberitaannya.

0707/MD/29 Di masa tenang jelang pilpres, seluruh alat

peraga kampanye harus sudah dibersihkan oleh tim kampanye kedua capres.

3) Modalitas keinginan

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa dengan modalitas ini seorang wartawan menunjukkan kesetujuan maupun ketidaksetujuan antarpartisipan yang terlibat dalam suatu peristiwa. Modalitas ini menyinggung mengenai rasa masing-masing individu atau yang diwakilinya.

Contoh:

0106/MD/03 Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

1506/MD/13 HM Iqbal menambahkan, pihaknya optimis Prabowo-Hatta akan mampu meraup suara tertinggi dalam pilpres mendatang.

2006/MD/16 Terkait itu, Jokowi berjanji akan

(47)

c. Metafora

Dari penelitian terhadap metafora, seperti yang terdapat dalam lampiran 7 ditemukan bahwa metafora dipergunakan sebagai alat penggambaran suatu obyek dengan cara analogi, selain itu metafora juga berfungsi sebagai penanda perspektif pemberitaan.

Contoh:

0106/MT/01 Jokowi meyakini dengan adanya dukungan dari tokoh

sekelas Dahlan dapat membantu dalam upaya

memenangkan pilpres nanti.

0306/MT/04 Jokowi dan Sultan sempat melakukan pembicaraan

empat mata di ruang tamu khusus yang ada di Kraton

Kilen.

0806/MT/07 Dengan segala kekuatan, ekonomi Indonesia harus sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, bukan segelintir orang saja.

Apabila dipersentasikan menurut data metafora yang ada, 37,50% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif netral, 34,37% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif pro Jokowi-JK, dan 28,13% data digunakan wartawan untuk menunjukkan perspektif pro Prabowo-Hatta.

Pemakaian metafora ini tidak berbeda dengan pemakaian kata dan penunjuk modalitas. Semua ekspresi bahasa yang nampak pada berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan

Rakyat menunjukkan perspektif netral.

(48)

buruknya penilaian, sikap simpati atau antipati dan keberpihakan atau ketidakberpihakan wartawan terhadap suatu peristiwa digambarkan melalui metafora, setidaknya dapat dijadikan indikasi penilaian yang nantinya membawa perspektif pemberitaan.

B. Pembahasan

1. Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Pada tabel 1 ditemukan bahwa pemberitaan antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan Rakyat dari 1 Juni-8 Juli 2014 memiliki perspektif pro Prabowo-Hatta, netral, dan pro Jokowi-JK. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 42 teks berita kecenderungan pemberitaan SKH Kedaulatan Rakyat lebih banyak mengarah kepada netral sebesar 47,6% (20 teks berita), kemudian pro Jokowi-JK sebesar 28,6% (12 teks berita), dan yang terkecil kepada pro Prabowo-Hatta sebesar 23,8% (10 teks berita).

(49)

Mengenai kecenderungan topik peristiwa pemberitaan antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla di SKH Kedaulatan

Rakyat edisi 1 Juni-8 Juli 2014 topik deklarasi dukungan menempati

peringkat pertama.

a. Perspektif Pro Prabowo-Hatta

Perspektif pro Prabowo-Hatta adalah sudut pandang dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh nilai-nilai, ide-ide, dan pandangan dari pendukung calon presiden Prabowo-Hatta. Sehingga, apabila wartawan atau media masa memberitakan suatu peristiwa menggunakan perspektif pro Prabowo-Hatta, maka media masa atau wartawan tersebut memiliki sikap mendukung, memihak, simpati, senang terhadap aksi-aksi pendukung dalam peristiwa tersebut. Sikap media masa atau wartawan yang demikian akan memberikan dampak kepada pihak yang berada di seberang pihak pro Prabowo-Hatta. Dampak dari sikap tersebut antara lain sikap tidak mendukung, tidak memihak, tidak simpati, benci, dan lain-lain. Berikut ini diberikan kutipan data (02/06) yang memperlihatkan sikap memihak pro Prabowo-Hatta.

Mantan Walikota Yogyakarta dua periode (2001-2012), Herry Zudianto didaulat sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di DIY.

(02/06, paragraf 2) Koalisis merah putih dideklarasikan para ketua partai politik di DIY yang menjadi pendukung pasangan calon capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

(50)

Kutipan data (02/06) mencerminkan sikap wartawan yang pro Prabowo-Hatta. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tiga indikator, yaitu topik, partisipan, dan nada pemberitaan. Dari segi topik, wartawan memilih topik “Deklarasi Koalisi Merah Putih

DIY’. Pemilihan topik ini bukan tanpa alasan. Dari pengembangan topik di atas terlihat bahwa wartawan mendukung pro Prabowo-Hatta dalam memenangkan pilpres 2014 dengan dideklarasikan oleh para ketua partai politik di DIY yang menjadi pendukung pasangan calon capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Hal senada juga terjadi dalam usaha memperoleh dukungan bagi Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, berbagai pihak telah berupaya untuk memperluas dukungan dan mendeklarasikan dukungannya. Kutipan data (14/06) adalah sebagai berikut.

Untuk memperluas dukungan tersebut, Mahfud mengaku akan masuk basis suara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla (JK).

(02/06, paragraf 2) Tim pemenangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kabupaten Temanggung dideklarasikan dalam rapat

akbar yang diikuti koalisi enam partai politik pengusung.

(02/06, paragraf 2)

b. Perspektif Netral

(51)

Wartawan menyajikan suatu berita secara proporsional dengan tidak mendukung salah satu pihak.

Berikut dicontohkan kutipan data nomor (04/06) yang berjudul Deklarasi Kampanye Damai oleh KPU. Data tersebut memperlihatkan sikap wartawan yang netral, tidak mendukung aksi salah satu capres-cawapres yang sedang mencari simpatik.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu mendeklarasikan pilpres damai. Deklarasi ini diarahkan untuk mewujudkan pilpres yang bermartabat dan damai.

(04/06, paragraf 2) Dari teks berita nomor 04/06 terlihat bahwa wartawan mengangkat topik “Deklarasi Kampanye Damai oleh KPU”. Topik

yang diangkat wartawan masuk ke dalam perspektif netral karena tidak memihak kepada salah satu capres-cawapres. Wartawan lebih memberitakan deklarasi pilpres damai yang diarahkan untuk mewujudkan pilpres yang bermartabat dan damai.

Hal senada juga terjadi disampaikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwana X dalam berita nomor 13/06 dengan topik “Deklarasi Kampanye Pemilu Damai Berintegritas. Sultan:

Pemilu Bukan Perang Bharatayuda”. Kutipan data (14/06) adalah sebagai berikut.

Menurutnya, pemilu bukanlah perang Bharatayuda,

melainkan jembatan emas menuju kehidupan sejahtera, berkeadilan, dan bermartabat.

(52)

Sultan juga berpesan kepada simpatisan kedua pasangan capres-cawapres agar tidak melakukan ’black compaign’ yang menyinggung isu SARA dan primordialisme.

(14/06, paragraf 2) Kenetralan dapat dilihat dalam nada pemberitaan yang tidak emosional dan tidak mempengaruhi pembaca untuk memandang ke dalam salah satu capres-cawapres. Topik mengajak kepada kedua pasangan cawapres agar tidak melakukan ’black compaign’ yang

menyinggung isu SARA dan primordialisme, serta menganggap bahwa pemilu bukanlah perang Bharatayuda, melainkan jembatan emas menuju kehidupan sejahtera, berkeadilan, dan bermartabat.

c. Perspektif Pro Jokowi-JK

(53)

diberikan kutipan data (03/06) yang memperlihatkan sikap memihak pro Jokowi-JK.

Antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat

menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta, Senin (2/6).

(03/06, paragraf 1) Selepas dari pasar, Jokowi beserta rombongan naik andong diiringi bregada menuju kraton Kilen untuk bersilaturahmi dengan Sri Sultan HB X.

(03/06, paragraf 3) Kutipan data (03/06) mencerminkan sikap wartawan yang pro Jokowi-JK. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tiga indikator, yaitu topik, partisipan, dan nada pemberitaan. Dari segi topik, wartawan memilih topik “Kunjungan Jokowi-JK ke Yogyakarta”.

Pemilihan topik ini bukan tanpa alasan. Dari pengembangan topik di atas terlihat bahwa wartawan memberitakan tentang antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta.

Hal senada juga terjadi dalam usaha memperoleh dukungan bagi Capres-Cawapres Jokowi-JK, berbagai pihak telah berupaya untuk memperluas dukungan dan mendeklarasikan dukungannya. Kutipan data (02/06) adalah sebagai berikut.

Para relawan bertekad memenuhi target 70 persen suara di DIY pada pemilu presiden 9 Juli mendatang. Untuk itu, kelima parpol sepakat tim kampanye pemenangan Jokowi-JK.

(54)

Dari teks terlihat bahwa topik yang diangkat wartawan sebagai fokus utama adalah”Tim Kampanye Pemenangan

Jokowi-JK”. Dalam hal ini wartawan memaparkan tentang pemenuhan target suara DIY 70% untuk capres-cawapres Jokowi-JK.

2. Manifestasi Perspektif Pemberitaan Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dalam Bentuk-Bentuk Ekspresi Bahasa

Tema mengenai manifestasi perspektif pemberitaan dalam bentuk-bentuk ekspresi bahasa seperti telah disampaikan pada hasil penelitian di halaman muka diketahui bahwa bentuk-bentuk tersebut antara lain tertuang dalam pilihan kata, modalitas, dan metafora. Ketiga bentuk ekspresi bahasa terebut digunakan wartawan untuk menunjukkan keyakinan, gagasan, dan sikap berkaitan dengan peristiwa yang dilaporkan. Bentuk-bentuk ekspresi bahasa yang menandakan perspektif pemberitaan sebagai berikut.

a. Pilihan Kata

(55)

1) Pilihan Kata Berfitur Nilai Eksperiental

Penelitian ini menemukan bahwa pengalaman seorang wartawan dipresentasikan dalam pilihan-pilihan kata yang mereka gunakan. Sebagai contoh, berikut ini diberikan data yang menunjukkan pilihan kata berfitur eksperiental.

(0106/KK/03) Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

(0206/KK/07) Mantan Walikota Yogyakarta dua periode (2001-2012), Herry Zudianto didaulat sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta di DIY.

(0406/KK/14) Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu mendeklarasikan pilpres damai. Deklarasi ini diarahkan untuk mewujudkan pilpres yang bermartabat dan damai.

Penggunaan pilihan kata menang, didaulat, bermartabat dan

damai menunjukkan penegasan/pemantapan wartawan di dalam

memberitakan suatu kejadian. Pemilihan kata menang

menunjukkan adanya penegasan wartawan akan materi dan situasi yang diharapkan dalam deklarasi oleh kubu pro Jokowi-JK. Pemilihan kata didaulat menunjukkan penegasan wartawan dalam pemilihan kata untuk menunjukkan kepada para pembaca tentang penunjukkan secara langsung Herry Zudianto sebagai ketua tim pemenangan kubu pro Prabowo-Hatta. Pemilihan kata bermartabat

dan damai menunjukkan pemilihan kata oleh wartawan yang

(56)

2) Pilihan Kata Berfitur Nilai Relasional

Pemilihan kata berfitur relasional menandakan satu jejak dan isyarat dari penghasil di mana terdapat hubungan sosial antarpartisipan yang dipresentasikan. Penelitian ini menemukan bahwa kata-kata yang berfitur nilai relasional dalam kalimat berpotensi menandakan hubungan sosial antarpartisipan. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan penguasa dengan rakyat, dan hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Berikut ini diberikan data untuk mendukung temuan penelitian bahwa hubungan atas dan bawah antarpartisipan yang ditandai dengan pilihan kata yang dapat menunjukkan perspektif pemberitaan.

(0106/KK/02) Setelah ditetapkan, capres dan cawapres mulai mendapatkan pengawalan masing-masing 93 personel polisi.

(0206/KK/05) Dengan telah ditetapkannya nomor urut 1 kepada pasangan Prabowo-Hatta, maka pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla memperoleh nomor urut 2. (2306/KK/35) Kalau kita lemah, kita tak punya nilai tawar

dengan bangsa-bangsa lain.

(57)

Jokowi-JK mendapatkan nomor urut 2. Data (2306/KK/35) menunjukkan bahwa apabila kondisi kita lemah, maka kita tidak mempunyai nilai tawar dengan bangsa-bangsa lain.

3) Pilihan Kata Berfitur Nilai Ekspresif

Pilihan kata yang mempunyai fitur nilai ekspresif terbukti menandakan evaluasi mengenai realitas sosial yang berupa rasa suka, simpati, benci, dan lain-lain. Selain menunjukkan realitas sosial berupa rasa, pilihan kata berfitur nilai ekspresif juga menampakkan perspektif pemberitaan. Berikut ini diberikan data untuk mendukung temuan penelitian yang ditandai dengan pilihan kata yang dapat menunjukkan perspektif pemberitaan dengan berfitur nilai ekspresif.

(0306/KK/10) Pihak kepolisian khususnya Polda DIY agar

menindak tegas para pelaku yang terbukti

melakukan pelanggaran.

(1106/KK/20) Prabowo sendiri tak ambil pusing dengan surat tersebut.

(1306/KK/22) Sultan juga berpesan kepada simpatisan kedua pasangan capres-cawapres agar tidak melakukan ’black compaign’ yang menyinggung isu SARA dan primordialisme.

Keseluruhan data di atas menunjukkan nilai ekspresif. Pilihan kata ditunjukkan dengan pemakaian menindak tegas, tak ambil

pusing, dan compaign. Data (0306/KK/10) menunjukkan adanya

(58)

(1106/KK/20) menunjukkan sikap Prabowo Subianto yang tidak merespon adanya kebocoran surat pemberhentian. Dan data (1306/KK/22) menunjukkan adanya pesan dari Sultan tentang larangan kampanye dengan menjelek-jelekan calon lain yang menjurus kepada isu SARA dan primordialisme.

b. Modalitas

Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa modalitas digunakan oleh wartawan untuk menunjukkan manifestasi perspektif pemberitaan. Modalitas yang digunakan untuk menunjukkan perspektif netral sebanyak 47,37%, yang digunakan untuk menunjukkan perspektif pro Jokowi sebanyak 31,58%, dan yang digunakan untuk menunjukkan perspektif pro Prabowo-Hatta sebanyak 21,05%.

(59)

1) Modalitas Kebenaran

Dengan modalitas kebenaran, wartawan menyatakan secara tidak langsung suatu komitmen pada kebenaran suatu proposisi yang ditulis dan suatu prediksi tingkat kemungkinan dari deskripsi suatu kejadian. Komitmen dan prediksi yang diberikan merupakan suatu indikator penting untuk mengungkap perspektif pemberitaan.

Data berikut akan menjelaskan mengenai perspektif pemberitaan dengan modalitas kebenaran.

(0206/MD/04) Setelah dilakukan pengundian di KPU, Minggu

(1/6), pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapatkan nomor urut 1 dalam pemilu presiden 2014.

(0306/MD/07) Antusiasme tinggi ditunjukkan warga Yogyakarta saat menyambut kedatangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi) di Yogyakarta, Senin (2/6).

(0906/MD/11) Penentuan pemenang pasangan capres-cawapres dalam pilpres 9 Juli mendatang, masih multitafsir.

(60)

penilaian yang masih multitafsir terhadap penentuan pemenang pasangan capres-cawapres dalam pilpres 9 Juli 2014.

2) Modalitas Keharusan

Dengan modalitas kebenaran, wartawan menetapkan bahwa partisipan dalam suatu proposisi seharusnya atau tidak seharusnya melakukan tindakan khusus dalam proposisi ini. Data (0106/MD/02), (0207/MD/17), dan data (0707/MD/29) ini

merupakan data modalitas keharusan dari perspektif pemberitaan netral dan pro Prabowo-Hatta.

(0106/MD/02) Setelah ditetapkan, capres dan cawapres mulai

mendapatkan pengawalan masing-masing 93 personel polisi.

(0207/MD/17) Akbar Tandjung dalam orasinya mengatakan, kemenangan Prabowo-Hatta akan membawa Indonesia bermartabat di mata dunia.

(0707/MD/29) Di masa tenang jelang pilpres, seluruh alat

peraga kampanye harus sudah dibersihkan oleh tim kampanye kedua capres.

Pada (0106/MD/02) wartawan menggunakan modalitas

setelah untuk menunjukkan tentang tahapan-tahapan dalam pilpres

(61)

menunjukkan bahwa dalam masa tenang seluruh alat peraga kampanye harus tidak ada atau dibersihkan oleh tim kampanye kedua capres.

3) Modalitas Keinginan

Dengan modalitas keinginan, wartawan mengindikasikan persetujuan atau ketidakpersetujuan terhadap keadaan atau hal-hal dalam proposisi yang disampaikan. Kata-kata yang digunakan dalam modalitas keinginan adalah akan, bakal, ingin. Contoh berikutdapat dijadikan data bahwa modalitas keinginan dapat digunakan wartawan untuk menggambarkan perspektif.

(0106/MD/03) Kebersamaan dan sinergi bakal membuat pasangan Jokowi dan JK menang dalam pilpres pada 9 Juli mendatang.

(0607/MD/28) Kami ingin mengakhiri kampanye dengan kesejukan, rasa persaudaraan, persahabatan, kita telah kampanye keras tapi tetap dalam bingkai keluarga besar Indonesia,”kata Prabowo.

(62)

c. Metafora

Penggunaan perspektif pemberitaan ke dalam kalimat dengan memanfaatkan piranti metafora dapat dideskripsikan melalui data-data berikut yang menunjukkan pemakaian metafora yang mempresentasikan perspektif pemberitaan.

(0806/MT/07) Dengan segala kekuatan, ekonomi Indonesia harus sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, bukan segelintir orang saja.

(1306/MT/12) Menurutnya, pemilu bukanlah perang Bharatayuda, melainkan jembatan emas menuju kehidupan sejahtera, berkeadilan dan bermartabat.

(2406/MT/28) “Hari ini saya membulatkan hati untuk

Jokowi-JK”, kata Ruhut yang mengenakan kemeja batik warna merah dan biru.

Penggunaan kata segelintir dalam data (0806/MT/07) memberikan penilaian yang negatif, dan pro Prabowo-Hatta. Data (1306/MT/12) menggunakan kata jembatan emas yang menunjukkan penilaian memberikan penilaian yang positif dan netral. Data (2406/MT/28) yang menggunakan kata membulatkan

hati menunjukkan penilaian yang positif dan pro Jokowi-JK.

(63)

ekspresi seperti kosakata, modalitas, dan metafora digunakan untuk mewakili pandangan, nilai-nilai, ide, dan keyakinan wartawan SKH

(64)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perspektif pemberitaan dan bentuk-bentuk ekspresi bahasa wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan

Rakyat, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat

Perspektif pemberitaan wacana berita antara kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dari tanggal Juni – 8 Juli 2014 adalah perspektif pro Prabowo-Hatta, netral, dan pro Jokowi-JK. Perspektif pro Prabowo-Hatta adalah sudut pandangan dalam melihat suatu peristiwa yang didasari oleh nilai-nilai keyakinan, ide, dukungan, dan pandangan dari masyarakat yang menginginkan capres Parbowo-Hatta menjadi presiden seperti deklarasi dukungan capres Prabowo-Hatta, kampanye capres Prabowo-Hatta, dan sosialisai program Prabowo-Hatta. Perspektif netral adalah sudut pandangan dalam melihat suatu peristiwa yang didasari sikap wartawan yang akomodatif dan netral terhadap semua pihak yang terlibat dalam suatu dukungan capres seperti berita pengundian nomor urut capres-cawapres, deklarasi kampanyae damai oleh KPU, debat

calon presiden, dan mengajak insan pers menjaga netralitas. Perspektif pro Jokowi-JK

(65)

nilai keyakinan, ide, dukungan, dan pandangan dari masyarakat yang menginginkan capres Jokowi-JK menjadi presiden seperti berita deklarasi dukungan capres Jokowi-JK, kampanye Capres, dan sosialisasi program Jokowi-JK.

Dari ketiga perspektif yang ada perpsektif netral adalah sudut pandang yang mendominasi pemberitaan di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat dari tanggal Juni – 8 Juli 2014, yaitu sebanyak 47,6%. Sementara perspektif pro Jokowi-JK sebanyak 28,3% disusul dengan perspektif pro Prabowo-Hatta sebanyak 23,8%. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan

Gambar

gambar kartu data.
Tabel 2: Perspektif Pemberitaan Netral dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat
Tabel 3: Perspektif Pemberitaan Pro Jokowi-JK dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat
Tabel 4: Persentase Kecenderungan Perspektif Pemberitaan dalam Wacana Berita antara Kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah desain jalur alternatif 1+1, re-engineering jaringan MSAN dengan membuat topologi ring MSAN via GPON, jalur alternatif GPON

Pemberian seftriakson sebagai terapi empiris pada pasien demam tifoid secara bermakna dapat mengurangi lama pengobatan dibandingkan dengan pemberian jangka panjang

The first one is the explanation of the types of English-Indonesian code switching in Indonesian song lyrics composed by Melly Goeslaw and the second one is the

This work discusses influences of Heidegger’s ontology and Nietzsche’s overman in the main character in Sartre’s The Flies since interpretations of this play are dominated either

Sehingga, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum komplit terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan

Sebelum dilakukan pengukuran terhadap sampel, agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat maka perlu dilakukan optimasi kondisi analisis yang meliputi panjang

Hasil ini mengindikasikan bahwa tidak adanya dukungan terhadap hipotesis 4 yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan manipulasi laba riil dengan memperbesar biaya kombinasi (arus