• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengujian methylene blue test pada arsip mikrofilm 56823bd6310a6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pengujian methylene blue test pada arsip mikrofilm 56823bd6310a6"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGUJIAN

METHYLENE BLUE

TEST

PADA ARSIP MIKROFILM

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung preservasi dan pelayanan arsip

terhadap publik, dilakukan salah satunya proses alih media arsip

kertas ke dalam bentuk mikrofilm. Dalam proses alih media

tersebut, diperlukan suatu tahapan processing. Hasil tahapan processing mikrofilm sangat memegang peranan penting dalam penentuan kualitas microfilm. Proses pencucian mikrofilm yang

tidak sempurna akan menyebabkan hilangnya density dari gambar

dan akan menyebabkan terbentuknya noda pada daerah yang

memiliki density yang rendah. Proses kerusakan ini akan

dipercepat oleh kondisi tempat penyimpanan yang tidak sesuai.

Salah satu parameter yang menunjukkan kualitas optimal

tidaknya processing microfilm adalah penentuan kadar residu thiosulfat, yang dapat diuji pada mikrofilm yang telah mengalami

proses pencucian. Semakin rendah kadar thiosulfat, semakin baik

proses pencucian.

Sesuai dengan tugas dan fungsi Subdit Instalasi Laboratorium

yaitu diantaranya adalah melaksanakan pengujian hasil reproduksi

arsip, maka program kerja Subdit Instalasi laboratorium tahun

anggaran 2008 adalah melaksanakan pengujian methylene blue test pada arsip microfilm. Hal ini tertuang dalam Peraturan kepala

Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 01 A Tahun 2008

Tentang Rencana Kinerja Tahunan Arsip Nasional Republik

(2)

2 B. Maksud dan Tujuan

Maksud pengujian ini adalah untuk mengetahui kandungan

thiosulfat pada arsip microfilm sehingga diketahui kualitas arsip

microfilm hasil processing.

Adapun tujuannya adalah untuk mendukung pelestarian

microfilm sehingga dapat digunakan bagi para pengguna secara

maksimal.

II. PELAKSANAAN

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 12 (dua belas) bulan,

dari bulan Januari hingga Desember 2008.

Pengujian dilakukan di Subdit Instalasi Laboratorium,

Gedung D lantai 2, sedangkan sampling dilakukan di ruang

processing Subdit Reproduksi Arsip, Gedung D lantai 3.

2. Pelaksana

Koordinator pengujian adalah Yanah Suryanah, Dipl.Kim.

sedangkan pelaksana pengujian adalah staf laboratorium yaitu

Sari Hasanah, S.Si dan Roby Syafurjaya, A.Md. Adapun Sampling

dilakukan oleh Umar Yakub dari subdit Reproduksi Arsip.

3. Limitasi

Pengujian yang dilakukan pada tahap ini masih dalam

tahapan pra penelitian / trial and error mengingat pengujian methylene blue test ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh

Subdit Instalasi laboratorium dan peralatan pengujian ini baru

(3)

3 4. Peralatan dan bahan

a. Peralatan

1. Spektrofotometer visible double beam;

2. Buret;

3. Vial/tabung reaksi;

4. Gunting;

5. Erlenmeyer;

6. Gelas piala;

7. Pengaduk;

8. Labu ukur;

9. Botol semprot.

b. Bahan Kimia

1. KI;

2. KH2PO4;

3. KBH4;

4. NaOH 0.2 M; 5. FeC13.6H20;

6. N,N-dimethy-p-phenylenediamine sulfate; 7. KIO3/K2Cr2O7;

8. Aseton;

9. Natrium karbonat;

10. Akuadest.

c. Contoh

Arsip microfilm hasil processing.

C. Metode Pengujian

Berdasarkan ISO 1897 tentang photography-Determination of

(4)

4 photographic materials-methods using methylene blue test, tahapan

kerja yang dilakukan dalam pengujian methylene blue test adalah

sebagai berikut:

1. Sampling

Sampel uji microfilm diambil dari satu kali processing yang

terdiri dari ± 10 reel microfilm yang kemudian disambung

menjadi satu gulungan besar dalam magazine. Ujung film yang

disambung dipotong ± 5 cm (contoh film yang tidak ada gambar

dan berwarna hitam). Pengujian methylene blue test ini harus

segera dilaksanakan selama dalam jangka waktu 2 minggu

setelah processing.

2. Pembuatan Pereaksi

a. Eluen

Larutkan 1,0 g ± 0,1 g KI dan 1,0 g ± 0,1 g KH2PO4 dengan air dalam labu ukur 1 liter. Encerkan hingga batas dan kocok.

Pereaksi ini stabil selama 1 bulan.

b. Pereaksi Borohydrate

Larutkan 3.0 g KBH4 (Potassium tetrahydroborate) segar dalam 100 ml larutan NaOH 0.2 M (8.0 g/l). Pereaksi ini

stabil selama l minggu di tempat dingin. Bila wadah sudah

dibuka 1 kali, maka harus dibuang pada akhir pemeriksaan.

c. Aseton

d. Feri klorida

Pada kira-kira 50 ml air dalam beaker, tambahkan hati-hati

sambil diaduk, 37.5 ml HCI. Larutkan 8.45 g ± 0.01 g

feriklorida hexahidrat (FeC13.6H20) dalam asam encer, dinginkan sampai suhu ruang dan pindahkan ke labu

volumetri 100 ml. Encerkan dengan air sampai batas dan

(5)

5 e. NND

Pada kira-kira 50 ml air dalam beaker, tambahkan hati-hati

sambil diaduk, 12,5 ml HCI. Larutkan 3,00 g ± 0.01 g

N,N-dimethy-p-phenylenediamine sulfate dalam asam encer,

dinginkan sampai suhu ruang dan pindahkan ke labu

volumetrik 100 ml. Encerkan dengan air sampai batas dan

kocok baik-baik. Pereaksi ini stabil paling tidak 1 minggu.

3. Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi baru dibuat ketika pereaksi yang baru

digunakan. Kurva diperiksa dalam interval waktu tertentu

misalnya satu kali dalam setiap minggu.

a. Persiapan larutan standar thiosulfat (larutan disiapkan pada

saat hanya akan digunakan)

Pipet 25.0 ml larutan thiosulfat 0.1 M ke dalam labu

volumetnik 500 ml dan encerkan dengan air sampai tanda

batas. Tutup dan balikkan labu 8 sampai 10 kali. Pipet 5.0 ml

larutan diatas ke labu volumetrik 250 ml dan encerkan

dengan air sampai tanda batas.Tutup dan balikkan labu 8

sampai 10 kali. Larutan ini mengandung 11,2 µg/mI

thiosulfat.

b. Pembuatan deret standar

Deret standar dibuat dengan mengencerkan larutan

(6)

6

No Volume larutan

standar

Dari masing-masing labu volumetrik dipipet larutan sebanyak

5 ml ke dalam 7 buah vial.

c. Pengukuran Absorbansi

1. Pindahkan pereaksi borohydride (1.b.); aseton; pereaksi

feriklorida (1.d); pereaksi NND (1.e.) ke dalam 4 buret

terpisah.

2. Kepada masing-masing vial yang berisi larutan 5 ml

larutan standar (3b.) ditambahkan masing-masing

pereaksi berikut tanpa delay time/langsung antara penambahan.

a. Tambahkan 0.25 ml pereaksi borohydrate, aduk

supaya campur.

b. Tambahkan 0.50 ml aseton, aduk supaya campur

c. Tambahkan 0.25 ml pereaksi feri klorida dan 0.25 ml

pereaksi NND.

3. Vial segera ditutup kuat-kuat dan dikocok selama 1

menit. Kemudian secara hati-hati dikeluarkan tekanan

yang terbentuk dengan adanya gas hidrogen, pastikan

bahwa vial jauh dan muka, lalu segera diukur dengan

(7)

7 4. Analisa blangko dilakukan dengan menggantikan 5 ml

larutan standar tiosulfat dengan 5 ml eluent.

4. Analisa Sampel

a. Potong 1 cm2 sample microfilm kemudian letakkan sample pada vial yang bersih dan kering. Tambahkan 10.0 ml eluent

(1.a.) dan biarkan campuran selama 10 menit, sekali-kali

dikocok (l menit - 3 menit). Pipet 5.0 ml ekstrak ke sample

vial yang lain.

b. Ke dalam vial ditambahkan masing-masing pereaksi berikut

tanpa delay time antara penambahan.

a. Tambahkan 0.25 ml pereaksi borohydrate, aduk supaya

campur.

b. Tambahkan 0.50 ml aseton, aduk supaya campur

c. Tambahkan 0.25 ml pereaksi feri klorida dan 0.25 ml

pereaksi NND.

c. Vial segera ditutup kuat-kuat dan dikocok selama 1 menit.

Kemudian secara hati-hati dikeluarkan tekanan yang

terbentuk dengan adanya gas hidrogen, pastikan bahwa vial

jauh dan muka, lalu segera diukur dengan

spektrophotometer pada panjang gelombang 665 nm.

D. Hasil Pengujian dan Pembahasan

Sebagai pengujian awal dalam Pengujian Methylene Blue Test

pada Arsip Mikrofilm, maka dalam pengujian ini laboratorium

mencoba untuk melakukan pengujian/pengukuran larutan standar

untuk dibuat kurva kalibrasi dengan berbagai macam variasi

perlakuan. Hal ini dikarenakan kurva kalibrasi sangat memegang

peranan penting dalam penentuan konsentrasi sampel uji.

1. Dalam analisa blangko, seharusnya digunakan 5 ml eluent

(8)

8 digunakan 5 ml air suling dalam analisa blangko, maka akan

menunjukkan absorbansi dengan hasil negative.

2. Pengujian methylene blue test ini sangat memerlukan

ketelitian yang tinggi sehingga harus dibuat galat/kesalahan

seminimal mungkin karena akan terdeteksi di dalam alat

spektrofotometer. Untuk menghasilkan kurva kalibrasi yang

bagus (R ~ 1), dilakukan beberapa kali uji coba pembuatan

kurva kalibrasi:

o Percobaan 1

Deret standar yang dibuat termuat dalam Tabel 1.

Berikut:

Tabel 1. Absorbansi larutan standar

No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)

1 0.28 0.001 2 1.12 0.027 3 2.24 0.085 4 4.48 0.158 5 7.84 0.266 6 11.20 0.374 7 16.80 0.236

Gambar 1. Kurva kalibrasi

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4

(9)

9 Dari Gambar 1. di atas dibuat 7 (tujuh) konsentrasi

larutan standar dan menghasilkan tingkat kemiringan kurva

R1 sebesar 0.665 dan R2 sebesar 0.443. Namun, kurva

kalibrasi ini tidak bisa digunakan untuk menghitung

konsentrasi sample karena kurva kalibrasi tidak linier,

bahkan untuk konsentrasi 16.80, absorbansi yang seharusnya

naik menjadi turun (Tabel 1.)

o Percobaan 2

Deret standar yang dibuat termuat dalam Tabel 2. Berikut:

Tabel 2.Absorbansi Larutan Standar

No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)

1 0.28 0.173 2 1.12 0.254 3 2.24 0.286 4 4.48 0.468

Gambar 2.Kurva Kalibrasi

Tingkat kemiringan kurva pada gambar 2. di atas lebih

baik dari kurva pada Gambar 1. yaitu sebesar R1 0.988 dan

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5

(10)

10 R2 0.976. Namun, kurva kalibrasi ini tetap tidak bisa

digunakan dalam penghitungan sample uji.

o Percobaan 3

Percobaan ini menggunakan blangko (eluent) sehingga

dalam table di plot sebagai standar 1.

Tabel 3. Absorbansi Larutan Standar

No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)

1 0.00 0.084 2 0.14 0.211 3 0.28 0.223 4 1.12 0.239 5 2.24 0.281 6 4.48 0.330

Gambar 3.Kurva Kalibrasi

Tingkat kemiringan masih jauh dari mendekati 1 yaitu R1

0.691 dan R2 0.478.

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

(11)

11 o Percobaan 4

Tabel 4. Absorbansi larutan standar

No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)

1 0.00 0.000 2 0.28 0.074 3 1.12 0.076 4 2.24 0.119 5 4.48 0.185 6 7.84 0.316 7 11.20 0.414 8 16.80 0.598

Gambar 4. Kurva Kalibrasi

Gambar 4 memiliki R yang bagus (dua angka dibelakang

koma mencapai 9) yaitu R1 0.995 dan R2 0.991. Sampel uji

dari microfilm kemudian di plot ke dalam kurva kalibrasi

ini dan menghasilkan konsentrasi sebesar 0.00 (table 5).

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35

(12)

12 Tabel 5. Konsentrasi Sampel uji

No Absorbansi Konsentrasi

1 0.016 0.00 2 0.025 0.00

o Percobaan 5

Tabel 6. Absorbansi Larutan Standar

No Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)

1 0.28 0.087 2 1.12 0.115 3 2.24 0.129 4 4.48 0.218 5 7.84 0.348 6 11.20 0.440 7 16.80 0.633

Gambar 5. Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi pada percobaan 5 ini memiliki kurva

kalibrasi dengan kemiringan yang baik yaitu R1 0.998 dan

R2 0.997. Konsentrasi sample uji pada setiap reel microfilm

termuat dalam Tabel 7.

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5

(13)

13 Tabel 7. Konsentrasi Sampel Uji

No Reel Mikrofilm

ke…

Absorbansi Hasil Perhitungan Konsentrasi

microfilm lainnya dan dapat dilihat pada Tabel 8. Dan Tabel

9.

Tabel 8. Konsentrasi Sampel Uji pada Reel Mikrofilm yang

Sama

No Reel

Mikrofilm ke… Absorbansi Perhitungan Hasil Konsentrasi

1 9 0.047 0.000 2 9 0.038 0.000 3 9 0.054 0.000

Tabel 9. Konsentrasi Sampel Uji pada Reel Mikrofilm yang

Sama

terdeteksi). Banyak factor yang mempengaruhi hasil uji ini

diantaranya sampling, preparasi sampel uji, kesalahan

(14)

14 pengukuran kadar thiosulfat perlu dilakukan pengujian

lanjutan sehingga didapatkan hasil yang reliable.

III. HAMBATAN

Hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pengujian ini adalah :

1. Subdit Instalasi Laboratorium ANRI belum pernah melakukan

pengujian methylene blue test ini sebelumnya dikarenakan bahan

kimia dan peralatan pengujian ini baru terealisasi.

2. Belum adanya sampel arsip microfilm hasil processing karena

keterlambatan pengadaan bahan kimia untuk processing.

3. Belum adanya laboratorium di Indonesia yang melakukan

pengujian methylene blue test ini sesuai ISO 1897 ( photography-Determination of residual thiosulfate and other reelated chemicals in processed photographic materials-methods using methylene blue test). 4. Sulit untuk mengaplikasikan teori ke bentuk praktek karena

merupakan pengetahuan baru.

IV.UPAYA MENGATASI HAMBATAN

Dilakukan uji coba/trial and error di laboratorium ANRI sehingga

didapatkan hasil pengujian yang terpercaya. Sampel diambil bukan dari

arsip microfilm hasil processing, tetapi microfilm yang bukan berisi arsip

yang telah diprocessing.

V.PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengujian methyelene blue test ini memerlukan keterampilan

khusus yang hanya bisa diperoleh melalui praktek langsung di

(15)

15 2. Hasil yang didapatkan dalam pengujian kali ini adalah didapatkan

kurva kalibrasi yang linier (R ~ 1) yaitu dengan R1 = 0.998 dan R2=

0.997 pada percobaan 5 dengan blangko eluent.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam penanganan sample

microfilm sehingga dapat diketahui kadar thiosulfat yang

sebenarnya.

2. Perlu praktek pengujian di laboratorium yang berkompeten di

bidang pengujian methylene blue test yaitu Arsip Nasional

Singapura.

Jakarta, Desember 2008

Mengetahui

Kasubdit Instalasi Laboratorium

Yanah Suryanah, Dipl.Kim 360 000 466

Sekretaris Tim Uji

(16)

16

LAPORAN

PENGUJIAN METHYLENE BLUE TEST

PADA ARSIP MIKROFILM

disusun oleh :

Subdit Instalasi Laboratorium

Arsip Nasional Republik Indonesia

Jakarta

(17)

Gambar

Gambar 1. Kurva kalibrasi
Gambar 2.Kurva Kalibrasi
Gambar 4 memiliki R yang bagus (dua angka dibelakang
Gambar 5. Kurva Kalibrasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Djoni Djunaedi, Sp.PD, KPTI selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan inspirasi, waktu, bimbingan, dan penuh kesabaran mengarahkan saya dalam menyelesaikan tugas

Media tangga pertanyaan adalah salah satu bantuan yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar berlangsung. Media ini memiliki tujuan membuat siswa tertarik,

Faktor St:rategi Internal KEKUATAN Potensi areal budidaya Komitmen Pemda Aparatur teknis Julah Kelompok pembudidaya saat ini Jumlah produksi KELEMAHAN Kualitas bibit

Berdasarkan paparan definisi krisis tersebut dapat dipahami bahwa krisis merupakan kejadian atau situasi, baik situasi yang nyata terjadi maupun hanya dugaan atau rumor belaka

68 Trevino,L.K., Ethical Decision Making in Organizations:A Person-Situation Interactionist Model, Academy of Management Review 113,1986;Trevino,L.K., A Cultural Perspective on

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yaitu alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus

Hasil penelitian melalui uji Spearman mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan aspirin dan nilai agregasi trombosit pada penderita hipertensi

Dalam penelitian berjudul “Pengaruh Religiusitas, Persepsi, dan Pengetahuan Santri Terhadap Niat Menabung Di Perbankan Syariah (Studi Pada Santri Pondok Pesantren