CARA SHALAT MENURUT HPT (7)
Oleh: Drs Agung Danarta, M.Ag
SUJUD DAN DUDUK ANTARA DUA SUJUD
25.Dalam bersujud hendaklah kamu berdoa: “Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikalla-hummaghfirli-“.(Maha suci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, Ya Allah, aku memohon ampun).
26.atau berdo’a dengan salah satu doa dari nabi saw. Diantaranya adalah: “Subha-na Rabbiyal a’la-“ atau berdoa: membaca “Subbu-hun quddu-sun rabbul Mala-ikati war ru-h”.
27.Lalu angkatlah kepalamu dengan bertakbir dan duduklah tenang dengan berdoa: “Alla-hummaghfirli- warhamni- wajburni- wahdini- warzuqni-“. (Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah rezeki kepadaku).
28.Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca “tasbih” seperti dalam sujud pertama. Kemudian angkatlah kepalamu dengan bertakbir.
29.Dan duduklah sebentar, lalu berdirilah untuk rakaat yang kedua dengan menekankan (tangan) pada tanah.
DALIL-DALIL
25. Berdasar hadis Nabi Muhammad saw dari ‘Aisyah:
“’Aisyah ra menceritakan bahwa Rasulullah saw dalam ruku’ dan sujudnya beliau mengucapkan “Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikallahu-mmagh firli-“.
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Nasai, Abu Dawud dan Ahmad ibn Hanbal dengan kualitas hadis adalah shahih dan dapat digunakan untuk hujjah. Pembahasan lebih lanjut lihat dalil no. 17 yang telah lalu.
26. a. Hadis Nabi Muhammad saw dari Hudzaifah: “Hudzaifah berkata, “Aku bershalat bersama Nabi saw, maka dalam ruku’nya beliau membaca: “Subha-naka rabbiyal ‘adzim”, dan dalam sujudnya beliau membaca: “Subha-na Rabbiyal a’la-“.
Hadis ini diriwayatkan oleh Nasai, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad ibn Hanbal, dan ad-Darimi. Kualitas hadis ini adalah sahih dan dapat dipakai sebagai dalil. Pembahasan lebih lanjut lihat no. 18. a. terdahulu.
26.b. Hadis nabi Muhammad dari ‘Aisyah:
“Dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah saw dalam ruku’ dan sujudnya membaca “ Subbu-hun quddu-sun rabbul Mala-ikati war ru-h”.
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim, Nasai, Abu Dawud, dan Ahmad ibn Hanbal. Kualitas hadis ini adalah sahih dan dapat dipakai sebagai hujjah. Pembahasan lebih lanjut lihat dalil no. 18. b. terdahulu.
27. Hadis Nabi saw dari Ibn ‘Abbas ra:
ن
ن ع
ع
ن
ن بنا
س
س
َّاببعع
ن
ب أع
ي
ب بببننبلا
َّىلبببص
ع
ههببلبلا
هنببينلععع
م
ع لبببس
ع وع
ن
ع َّاببك
ع
ل
ه ُوببقهيع
ن
ع ببينبع
ن
ن ينتعدعج
ن س
ب لا
م
ب ههلبلا
رنفنغنا
يلن
يننمنحعرناوع
يننرنبهجناوع
Dari Ibn ‘Abbas ra bahwa Nabi saw di antara kedua sujud mengucapkan: “Alla-hummagh- firli- warhamni- wajburni- wahdini- warzuqni-“.
Sumber dan Kualitas Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidzi (Sunan, al-Shalat: 262) dengan kualitas hadisnya adalah hasan, dan dapat dipakai sebagai hujjah.
28.a. Hadis Nabi Muhamad saw dari Abu Hurairah:
“Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar dari Qur’an, lalu ruku’lah sehingga tenang (tuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, kemudian sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”.
Hadis ini diriwayatkan oleh jama’ah ahli hadis, diantaranya adalah Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Abu Dawud, Ibn Majah, dan Ahmad ibn Hanbal. Hadis ini
berkualitas sahih dan dapat dipergunakan sebagai hujjah. Pembahasan lebih lanjut lihat dalil no. 14 terdahulu.
28. b. Hadis nabi dari ‘Aisyah sebagaimana terdapat dalam dalil no. 25 dan no. 17 di atas.
28. c. Hadis dari Hudzaifah sebagaimana terdapat dalam dalil no. 26.a. dan no. 18.a. di atas.
28. d. Hadis dari ‘Aisyah sebagaimana terdapat dalam dalil no. 26.b. dan no. 18.b. di atas
29. Hadis dari Malik bin Huwairis
َّانعرعبعخنأع
ك
ه لنَّامع
ن
ه بن
ث
ن رنينُوعببحهلنا
ي
ي ببثنينلبلا
ههببنبأع
َىأعرع
ي
ب بببننبلا
َّىلبببص
ع
ههببلبلا
هنببينلععع
م
ع لبس
ع وع
يللص
ع يه
اذعإنفع
ن
ع َّاك
ع
يفن
رستنون
ن
ن من
هنتنلعببص
ع
م
ن ببلع
ض
ن
ببهعننيع
َّىببتبحع
ي
ع ُونتعببس
ن يع
اددعنَّاقع
“Malik ibn Huwairis mengatakan bahwa ia mengetahui Nabi saw shalat; apabila beliau berada dalam rakaat gasal (ganjil) dari shalatnya, beliau sebelum berdiri, duduk dahulu sehingga lurus duduknya”.Sumber dan Kualitas Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari (Shahih, Adzan: 780), Tirmidzi (Sunan, al-Shalat: 264), Nasaiy (Sunan, al-Tatbiq: 1140), dan Abu Dawud (Sunan, al-al-Shalat: 718). Kualitas hadis ini adalah sahih dan dapat dipakai sebagai dalil.
RAKA’AT KEDUA
29. Dan kerjakanlah dalam rakaat yang kedua ini sebagaimana dalam rakaat yang pertama, hanya tidak membaca doa “iftitah”.
30. Setelah selesai dari sujud kedua kalinya, maka duduklah di atas kaki kirimu dan tumpukkan kaki kananmu serta letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu. Julurkan jari-jari tangan kirimu, sedangkan tangan kananmu
31. Duduk ini bukan dalam rakaat akhir. Adapun duduk dalam rakaat akhir maka caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan bertumpu dan dudukmu bertumpukan pantatmu.
Dalil-Dalil:
30. a. Hadis Nabi Muhamad saw dari Abu Hurairah:
“Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar dari Qur’an, lalu ruku’lah sehingga tenang (tuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, kemudian sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”. Hadis ini berkualitas sahih, dan telah dibahas pada dalil no.28.a. dan 14.
30.b. Hadis nabi saw dari Abu Hurairah:
ت
ه عنمنس
ع
َّابعأع
ةعرعينرعهه
لهُوقهيع
ن
ع َّاك
ع
ل
ه ُوس
ه رع
هنلبلا
َّىلبص
ع
ههببلبلا
هنببينلععع
م
ع لبببس
ع وع
اذعإن
ض
ع
هعنع
ن
ن من
ةنععكنربلا
ةنيعننَّاثبلا
ح
ع تعفنتعس
ن ا
ةعءعارعقنلنا
ب
ن
دهمنحعلنا
هنلبلن
ب
ل رع
ن
ع يمنلعَّاععلنا
م
ن لعوع
ت
ن ك
ه س
ن يع
Dari Abu Hurairah bahwa jika Rasulullah saw berdiri dari rakaat kedua, beliau tidak diam, melainkan memulai bacaan dengan “Alhamdu lilla-hi rabbil ‘a-lami-n”.Sumber dan Kualitas Hadis.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (Shahih, Masajid wa Mawadhi’ al-Shalat: 941), dengan kualitas hadis adalah sahih.
Catatan:
Dalam kitab HPT diberi penjelasan, bahwa maksud hadis ini dengan memulai bacaan dengan “alhamdu lilla-hi rabbil ‘a-lami-n”, adalah setelah orang berdiri dari rakaat pertama, langsung membaca surat al-Fatihah, tanpa membaca doa iftitah terlebih dahulu. Sedangkan dalam membaca surat al-Fatihah tersebut tetap dimulai dengan ta’awwudz dan basmalah kemudian “alhamdu lilla-hi…”, tidak langsung membaca “alhamdu lilla-hi..” dengan mengabaikan ta’awudz dan basmallah.
31. a. Hadis Nabi Muhammad saw dari Abu Humaid Sa’idiy:
“Abu Humaid Sa’idi ra berkata, “Saya lebih cermat (hafal) daripadamu tentang shalat Rasulullah saw. Kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga haruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada rakaat yang terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukkan kaki kanannya serta bertumpu pada pantatnya”.
Hadis ini berkualitas shahih dan pembahasannya telah dikemukakan di depan pada dalil no. 16 dan 24.a.
ن
ن ع
ع
ن
ن بنا
رعمععه
ن
ب أع
ل
ع ُوس
ه رع
هنلبلا
َّىلبص
ع
ههلبلا
هنينلععع
م
ع لبس
ع وع
ن
ع َّاك
ع
اذعإن
دعععقع
يببفن
دنهيش
ع تبلا
ععض
ع وع
ههدعيع
َىرعس
ن يهلنا
َّىلعع
ع
هنتنبعكنره
َىرعببس
ن يهلنا
ععببض
ع وعوع
ههدعببيع
َّىببنعمنيهلنا
َّىلعع
ع
هنتنبعكنره
َّىنعمنيهلنا
دعقعععوع
ةدثعلعثع
ن
ع يس
ن منخعوع
رعَّاشعأعوع
ةنبعَّاببس
ب لَّابن
“Dari Ibn Umar ra bahwa Rasulullah saw jika duduk dalam tasyahhud, meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya, dan tangan kanan di atas lutut kanannya serta menggenggamkannya seperti membuat isyarat “lima puluh tiga” dengan
mengacungkan jari telunjuknya”.
Sumber dan Kualitas Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (al-Masajid wa Mawadhi’ al-Shalat: 912). Hadis ini diriwayatkan oleh para rawi sebagai berikut:
1. Abdullah ibn ‘Umar, sahabat nabi yang sudah dikenal kesiqahannya.
2. Nafi’ Maula Ibn ‘Umar. Ia dinilai sebagai orang yang kredibel (siqah) dalam meriwayatkan hadis oleh para ulama kritik hadis, seperti Yahya ibn Ma’in, al-‘Ajaliy, Nasaiy, dan Ibn Kharras. Ahmad ibn Shalih mengomentarinya sebagai hafidz yang kokoh. Sedangkan al-Kharraj menganggapnya sebagai imam yang disepakati kesahihan riwayatnya.
3. Ayyub ibn Abi Tamimah. Ia juga dinilai sebagai rawi yang siqqah oleh Yahya ibn Ma’in, Muhammad ibn Sa’ad, Nasaiy, dan Abu Hatim al-Raziy. Adapun ad-Daruquthni menilainya sebagai ulama yang hafidz dan kokoh.
4. Hammad ibn Salamah. Ia dinilai sebagai rawi yang kredibel, baik kapasitas kepribadian maupun intelektualnya, dalam meriwayatkan hadis. Diantara ulama yang menilainya sebagai siqqah adalah Yahya Ibn Ma’in, Nasaiy, al-‘Ajaliy, Muhammad ibn Sa’ad, dan Ibn Hibban.
5. Yunus ibn Muhammad. Ia dinilai siqqah oleh Yahya ibn Ma’in, Ya’qub ibn Syaibah, dan Ibn Hibban. Abu hatim ar-razi menilainya shaduq.
Di antara periwayat hadis tersebut tidak ada yang dha’if, semuanya adalah orang-orang yang siqqah. Dan dengan ketersambungan sanad hadis ini menjadikan kualitas hadis adalah shahih lidzatihi dan dapat dipakai sebagai hujjah.
31.c. Hadis Nabi Muhammad saw dari Zubair ra:
ن
ن ع
ع
رنمنَّاعع
ن
ن بن
دنبنعع
هنلبلا
ن
ن بن
رنينبعزيلا
ن
ن ع
ع
هنيبنأع
ل
ع َّاقع
ن
ع َّاك
ع
ل
ه ُوس
ه رع
هنلبلا
َّىلبص
ع
ههلبلا
هنينلععع
م
ع لبس
ع وع
اذعإن
دعععقع
ُوع
ه دنيع
ععض
ع وع
ههدعيع
َّىنعمنيهلنا
َّىلعع
ع
هنذنببخنفع
َّىببنعمنيهلنا
ههدعيعوع
َىرعس
ن يهلنا
َّىلعع
ع
هنذنخنفع
َىرعببس
ن يهلنا
رعَّاببشعأعوع
هنعنبعببص
ن إنبن
ةنبعَّاببببس
ب لا
ععببض
ع وعوع
ههمعَّاهعبنإن
َّىلعع
ع
هنعنبعص
ن إن
َّىط
ع س
ن ُوهلنا
م
ه قنلنيهوع
ههفبكع
َىرعس
ن يهلنا
ههتعبعكنره
“Dari
ن
Abdullah ibn Zubair ra, bahwa Rasulullah saw kalau duduk berdoa meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan tangan kirinya di atas paha kiri, serta mengacungkan jari telunjuknya, dan telapak tangan kirinya menggenggam lutut”.Sumber dan Kualitas Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh imam Muslim (Shahih, Masajid wa Mawadhi’ al-Shalat: 909, 910), Nasaiy (Sunan, al-Sahwi: 1358), Abu Dawud (Sunan, al-al-Shalat: 838), Ahmad ibn Hanbal (Musnad: 15518).
Hadis ini berkualitas sahih dan dapat dipakai sebagai hujjah.