22 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA (3-5 TAHUN) TENTANG PENTINGNYA PEMBERIAN VITAMIN A DI DUSUN III DESA HAMPARAN
PERAK KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG
Desi Handayani Lubis, SST.,M.Kes (Dosen Prodi D3 Kebidanan Flora)
Abstrak
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Kekurangan vitamin A masih merupakan penyebab kebutaan di seluruh dunia. Menurut WHO (World Healt Organization) kebutaan anak di dunia kini telah mencapai1,5 miliar dengan temuan setengah juta kasus baru dalam satu tahun. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A di Dusun III Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang periode 5 mei - 24 mei .
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden menggunakan kuesioner. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang akan di teliti sebanyak 60 ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) yang ada di dusun III Desa Hamparan Perak dan menggunakan teknik pengambilan sampel systematic random sampling. Analisa data yang dilakukan secara univariate.
Hasil penelitian pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 Tahun) tentang Vitamin A mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (48,33%). Berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan kurang pada umur 21-25 tahun yaitu sebanyak 17 orang ( 62,97%), berdasarkan pendidikan mayoritas berpengetahuan kurang pada pendidikan SD sebanyak 14 orang (53,84%), berdasarkan pekerjaan mayoritas berpengetahuan kurang pada tidak bekerja sebanyak 19 orang (57,58%), berdasarkan sumber informasi mayoritas berpengetahuan kurang pada sumber informasi orang sebanyak 25 orang (54,34%). Diharapkan perlu adanya penyuluhan atau seminar dari tenaga kesehatan yang diberikan kepada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) akan pentingnya pengetahuan tentang pemberian vitamin A.
Kata kunci : Pengetahuan, ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun), pemberian vitamin A.
PENDAHULUAN Latar Belakang
ekurangan vitamin A masih merupakan penyebab kebutaan di seluruh dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Menurut WHO (World Health Organization) kebutaan anak di dunia kini telah mencapai 1,5 miliar dengan temuan setengah juta kasus baru dalam satu tahun, gangguan penglihatan ini terutama terjadi pada awal kehidupan. Kekurangan vitamin A pada anak selama periode ini berisiko dan berdampakanegatif pada kelangsungan hidup anak dan juga dapat mempengaruhi perkembangan anak ketika anak mencapai usia sekolah
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
23 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
Hasil survey WHO pada tahun 2011, dari jutaan kasus baru pada kerusakan mata, kurang lebih 10% di antaranya menderita kerusakan kornea. Diantara kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu 1 tahun, sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anak-anak buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian anak antara anak yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%.
Penelitian Sommer dan Tarwojo (2009) memberikan bukti-bukti lebih nyata bahwa kekurangan vitamin A tidak hanya menyebabkan kebutaan saja, tetapi berdampak buruk terhadap kesehatan anak dan kelangsungan hidup anak secara keseluruhan. Penelitian longitudinal mendalam pada anak-anak balita yang dilakukan Sommer dan Tarwojo dan kawan-kawan di Provinsi Aceh dan Jawa Barat menunjukkan bahwa anak-anak dengan xeroftalmia ringan mempunyai resiko lebih tinggi sebesar 2-3 kali untuk menderita penyakit infeksi serta 3-6 kali untuk mati.
Banyak penelitian yang telah membuktikan keterkaitan antara KVA (kekurangan vitamin A) dengan berbagai penyakit infeksi. Dalam percobaan laboratoris terhadap binatang, KVA menurunkan kemungkinan hidup binatang percobaan tersebut, terjangkit infeksi saluran nafas, saluran kemih dan genital sebelum tanda-tanda okuler KVA termanifestasi, atau gangguan pertumbuhan terjadi. Pengalaman klinis menunjukkan bagaimana penyakit campak berpengaruh lebih parah dan lebih fatal pada anak-anak yang menderita xeroftalmia. Anak yang menderita KVA lebih sering mengalami infeksi, dan angka kemungkinan hidup nya pun menurun.
Menurut schmid (2011) menunjukkan kemungkinan hubungan antara beta-karoten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini di kaitkan dengan fungsi beta-karoten dengan vitamin A sebagai antioksidan yang mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dengan sistem perlawanan tubuh terhadap mikroorganisme atau proses merusak lain.
Program pencegahan KVA dengan pemberian vitamin A yang di sertakan dengan upaya perbaikan keadaan sosial dan ekonomi telah berhasil menurunkan angka prevalensi KVA parah dan buta akibat kurang gizi dan telah berhasil juga menekan angka prevalensi dan keparahan infeksi saluran penafasan, tuberkulosis, diare, dan infestasi cacing yang berarti meningkatkan penyerapan, serta menurunkan kebutuhan metabolik akan vitamin A.
TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu", dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
24 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuk nya tindakan seseorang (over behavior).
tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recal) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Compherension)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari agar dapat situasi atau kondisi rill atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan atau pengggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk mengajarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan kemampuan atau menghubungkan bagian-bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi- formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Kriteria pengetahuan seseorang dibedakan atas 3 kategori yaitu : 1. Baik : Bila skor >75% dari total skor.
25 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
3. Kurang : Bila skor <60% dari total skor.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A di Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Periode 5 Mei - 24 Mei..
Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) yang ada di Dusun III Desa Hamparan Perak sebanyak 151 responden.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti. Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
𝑛 = 𝑁
1+ 𝑁 (𝑑)²
Keterangan : N : Besar populasi n : Besar sampel
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan 0,1 (10%) Maka : 𝑛 = 𝑁 1+ 𝑁 (𝑑)² 𝑛 = 151 1+ 151 (0,1)² 𝑛 = 151 1+ 151 (0,01) 𝑛 = 151 1+ 1,51 𝑛 = 60,15
Jadi, sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang.teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah systematic random sampling.
I = N : n Keterangan :
I : interval
N : jumlah populasi n : sampel yang diinginkan maka :
26 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5 I = N : n
I = 151 : 60 = 2, jadi pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan interval 2. Lokasi dan tempat penelitian
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Dusun III Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan sejak tanggal 5 mei - 24 mei 2015. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan data, dengan jenis pertanyaan tertutup sehingga respondennya hanya perlu memberikan jawaban yang dianggap paling benar dengan memberikan tanda silang ( X ). Adapun langkah-langkah pembuatan kuesioner adalah :
a. Pembuatan kisi-kisi kuesioner b. Penyusunan kuesioner
c. Pembuatan kuesioner d. Penyebaran kuesioner
e. Pemberian nilai semua jawaban dari kuesioner yang sudah dikumpulkan dan diberikan nilai untuk setiap jawaban.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita (3-5 Tahun) Tentang PentingnyaPemberian Vitamin A Berdasarkan Pengetahuan.
Pengetahuan Jumlah Persentase %
Baik 8 13,33
Cukup 23 38,34
Kurang 29 48,33
Total 60 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pengetahuan sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (48,33%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 8 orang (13,33).
Tabel .2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita (3-5 tahun) Tentang Pentingnya Pemberian Vitamin A Berdasarkan Umur
Umur
Pengetahuan
Total
Baik Cukup Kurang
f % f % f % n %
21-25 Tahun 2 7,40 8 29,63 17 62,97 27 100
26-30 Tahun 2 9,09 13 59,10 7 31,81 22 100
27 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
36-40 Tahun 0 0 1 33,33 2 66,67 3 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan umur sebagian besar berpengetahuan kurang pada umur 21–25 tahun sebanyak 17 orang (62,97%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada umur 36-40 tahun.
Tabel. 3
D1istribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita (3-5 tahun) Tentang Pentingnya Pemberian Vitamin A berdasarkan pendidikan
Pendidikan
Pengetahuan
Total
Baik Cukup Kurang
F % F % f % n % Lulus SD 4 15,39 8 30,77 14 53,84 26 100 Lulus SMP 0 0 5 45,46 6 54,54 11 100 Lulus SMA 0 0 7 43,75 9 56,25 16 100 Lulus Perguruan tinggi 4 57,14 3 42,86 0 0 7 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pendidikan sebagian besar berpengetahuan kurang pada pendidikan lulus SD sebanyak 14 orang (53,84%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada pendidikan lulus SMP dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada pendidikan lulus SMA serta tidak terdapat berpengetahuan kurang pada pendidikan lulus perguruan tinggi.
Tabel . 4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita (3-5 tahun) Tentang Pentingnya Pemberian Vitamin A berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan
Pengetahuan
Total
Baik Cukup Kurang
F % F % f % N %
Petani 0 0 5 55,55 4 44,45 9 100
Wiraswasta 0 0 5 45,46 6 54,54 11 100
PNS 4 57,14 3 42,86 0 0 7 100
Tidak bekerja 4 12,12 10 30,30 19 57,58 33 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pekerjaan sebagian besar berpengetahuan kurang pada tidak bekerja sebanyak 19 orang (57,58%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada pekerjaan petani, wiraswasta, serta tidak terdapat berpengetahuan kurang pada pekerjaan PNS.
Tabel. 5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita (3-5 tahun) Tentang Pentingnya Pemberian Vitamin A berdasarkan sumber informasi
Sumber informasi
Pengetahuan
baik cukup Kurang Total
F % f % f % n %
28 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
Media elektronik 0 0 3 50 3 50 6 100
Orang 4 8,70 17 36,96 25 54,34 46 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan sumber informasi sebagian besar berpengetahuan kurang pada sumber informasi orang sebanyak 25 orang (54,34%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada sumber informasi media elektronik.
PEMBAHASAN
Pengetahuan Ibu Yang Mempunyai Balita (3-5 Tahun) tentang Pentingnya Pemberian Vitamin A Dari hasil peneitian dapat diketahui bahwa jumlah pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 29 orang (48,33%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 8 orang (13,33%).
Menurut Notoadmodjo (2011), Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu", dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Menurut hurlock (2004) pengetahuan adalah hal yang sudah dan proses untuk mengetahui sesuatu membutuhkan waktu. Pengetahuan akan memberikan dampak terhadap cara berfikir dan cara berbuat.
Hasil peneitian ini menunjukkan sebagian besar ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) berpengetahuan kurang, berarti ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) masih belum mengerti tentang vitamin A, oleh sebab itu, ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) harus lebih banyak diberi informasi mengenai vitamin A, agar pengetahuan dan wawasan mereka semakin luas. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan umurPengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan umur sebagian besar berpengetahuan kurang pada umur 21-25 tahun sebanyak 17 orang (62,97%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada umur 36-40 tahun.
Menurut Notoatmodjo (2003), umur merupakan lamanya hidup seseorang dalam hitungan waktu yang dihitung dari sejak lahir hingga saat ini dalam satu tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang akan semakin tinggi tingkat pengetahuan yang diperoleh. Menurut Hurlock (2004) umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan baru. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati .
Hasil pengetahuan yang di dapat tidak sesuai dengan teori notoadmodjo yang menyatakan semakin tua umur seseorang, maka semakin bijaksana pula orang tersebut. Karena dari hasil penelitian diatas ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) yang berumur 36-40 tahun kurang mendapat informasi mengenai vitamin A. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5
29 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang vitamin A berdasarkan pendidikan berpengetahuan kurang pada pendidikan lulus SD sebanyak 14 orang (53,84%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada pendidikan lulus SMP dan lulus SMA serta tidak terdapat berpengetahuan kurang pada pendidikan lulus perguruan tinggi.
Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam atau di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pengetahuannya. Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide baru dan teknologi baru.
Menurut Hurlock (2004), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memenuhi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah ia menerima informasi. Karena dari hasil penelitian tidak ada yang berpengetahuan kurang pada pendidikan lulusan perguruan tinggi. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pekerjaan
Hasil peneitian ini menunjukkan sebagian besar ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang vitamin A berdasarkan pekerjaan sebagian besar berpengetahuan kurang pada yang tidak bekerja sebanyak 19 orang (57,58%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada pekerjaan petani dan wiraswasta serta tidak terdapat berpengetahuan kurang pada pekerjaan PNS. Menurut Notoatmodjo (2003) pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dengan orang. Pekerjaan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, semakin baik pekerjaan seseorang semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
Menurut Mubarak (2011) lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pergaulan lingkungan sosial dalam pekerjaan ada yang memberikan dampak positif dan negatif. Seseorang yang bergaul dengan orang-orang yang mempunyai pengetahuan tinggi maka secara langsung maupun tidak langsung pengetahuan yang dimilikinya akan bertambah, begitu juga sebaliknya.
Hasil penelitian yang di dapat sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin baik pekerjaan ibu maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Karena dari hasil penelitian tidak ada berpengetahuan kurang pada pekerjaan PNS. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan sumber informasi
30 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang vitamin A berdasarkan sumber informasi sebagian besar berpengetahuan kurang pada sumber informasi orang sebanyak 25 orang (54,34%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada sumber informasi media elektronik. Menurut Notoatmodjo (2003) Informasi diperoleh dari berbagai sumber yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi, maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi adalah suatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan sumber informasi melalui media atau orang lain.
Menurut Kusrini (2004) sumber informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang mendukung sumber informasi. Pada penelitian sesuai dengan teori Notoadmodjo (2003), yang mengatakan semakin banyak mendapat informasi maka semakin baik pengetahuannya. hal ini di karenakan sebagian besar berpengetahuan kurang pada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) pada sumber informasi orang sebanyak 25 orang (54,34%) dan tidak terdapat berpengetahuan baik pada sumber informasi media elektronik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian
vitamin A sebagian besar berpengetahuan kurang.
2. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan umur sebagian besar berpengetahuan kurang pada umur 21-25 tahun.
3. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pendidikan sebagian besar berpengetahuan kurang pada pendidikan lulus SD.
4. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan pekerjaan sebagian besar berpengetahuan kurang pada tidak bekerja.
5. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) tentang pentingnya pemberian vitamin A berdasarkan sumber informasi sebagian besar berpengetahuan kurang pada yang tidak pernah mendapatkan sumber informasi.
Saran
1. Diharapkan kepada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang vitamin A misalnya ibu ikut serta dalam seminar kesehatan tentang vitamin A.
31 | V o l u m e V I I I N o . 1 J u n i 2 0 1 5
2. Diharapkan kepada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) umur 21-25 tahun agar lebih aktif dan lebih mengerti tentang vitamin A dengan cara mencari informasi lebih lengkap melalui media cetak atau dari petugas kesehatan setempat.
3. Diharapkan kepada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) yang berpendidikan lulus SD untuk mengikuti penyuluhan tentang vitamin A agar wawasan ibu semakin meningkat.
4. Diharapkan kepada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) yang bekerja maupun tidak bekerja agar dapat meluangkan waktu untuk mencari informasi tentang vitamin A misalnya pada saat menghadiri posyandu.
5. Diharapkan kepada ibu yang mempunyai balita (3-5 tahun) agar lebih memanfaatkan semua sumber informasi baik dari media massa, media elektronik, dan orang ( Keluarga, teman, tenaga kesehatan).
DAFTAR PUSTAKA
Naibaho, E. Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas Oleh Penolong Persalinan. Fakultas Kedokteran Semarang Universitas Diponegoro. Semarang ; 2011
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama ; 2010 Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC ; 2010
Ramadhan, Budi. Pemberian vitamin A pada balita.Jakarta : DetikHealth: 2010 (Diakses tanggal 13 Januari 2014). Http//artikels.wordpress.com/page/212/
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2006. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010
Sofyan ett all. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC ; 2009. Nursalima, Ilma. Kebijakan Pemberian Vitamin A. Jakarta : 2012
(Diakses tanggal 13 Januari 2014). Http//ilmanursalina.blogspot.com/2012/kebijakan-pemberian-vitamin-a.html?m=1
Beck, M. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta : ANDI OFFSET ; 2011
Notoatmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta; 2003 Notoaatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta; 2005