• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMAKSIMALKAN FUNGSI SEKOLAH DI SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

MUHAMMAD RIZAL DJANTI NIM : 105381120216

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI OKTOBER 2020

(2)
(3)
(4)

iv

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Rizal Djanti Nim : 105381120216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul :Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar

Skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri. Bukan hasil jiplikan atau dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya berbeda menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat pernyataan

MUH. RIZAL DJANTI Nim: 105381120216

(5)

v

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Rizal Djanti Nim : 105381120216

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul :Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan Fakultas.

3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skpripsi saya.

Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1,2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat pernyataan

MUH. RIZAL DJANTI Nim: 105381120216

(6)

vi MOTO

Hidup itu harus optimis...

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini Sebagai darma baktiku untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta Serta saudara dan keluargaku tersayang.

(7)

vii ABSTRAK

Muhammad Rizal Djanti, 2020. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Memaksimalkan fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Jamaluddin Arifin sebagai pembimbing I dan Lukman Ismail sebagai pembimbing II.

Sekolah sebagai tempat proses pembelajaran yang terdapat tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan sarana prasarana sehingga membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah untuk menggerakkan sumber daya sekolah dalam mencapai tujuan sekolah dan pendidikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar serta faktor pendorong dan penghambat. penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berlokasi di SMP Muhammadiyah 12 Makassar dengan menggunakan informan sebanyak 7 orang, jenis dan sumber data penelitian yang di gunakan yaitu: data primer dan sekunder. Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu: 1) Data Reduction, 2) Data Display dan, 3) Verifikasi. Serta analisis dan keabsahan data yang di gunakan yaitu, 1) Trianggulasi Sumber, 2) Trianggulasi waktu dan, 3) Trianggulasi Teori.

Hasil penelitian ini menunjukkan pola kepemimpinan kepala sekolah yaitu: kedisiplinan bagi warga sekolah (guru, staf dan siswa). tertib pada administrasi sekolah bagi guru dan staf. Gaya kepemimpinan kepala sekolah alah kepemimpinan yang demokratis. Kepala sekolah mampu menggerakkan seluruh warga sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah mulai guru staf, siswa dan sarana prasarana sebagai faktor pendorong dan penghambat.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat empat keterampilan berbahasa kepada manusia yang terdiri dari keterampilan menyimak yang berkaitan dengan pendengaran yang diperintahkan untuk mendengar hal yang baik-baik saja. Kemudian, keterampilan membaca yang berkaitan dengan penglihatan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Subhana wata’ala. Selanjutnya, keterampilan berbicara yang berkaitan dengan ucapan yang bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang positif. Dan keterampilan menulis yang bertujuan untuk mengikat ilmu yang telah diperoleh. Penulis bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Subhanahu wata’ala.

Selawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Beliau adalah nabi yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliahan dan membentangkan permadani keislaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Sehingga umat manusia dapat merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta atas doa dan kasih sayangnya yang tak pernah padam agar menjadi anak yang sukses. Penulis tak pernah lupa atas semua yang telah mereka berikan. Semoga mereka selalu diberikan umur yang panjang, kesehatan, dan dilingdungi Allah Subuhana Wata’ala.

Terima kasih pula kepada Dr. Jamaluddin Arifin, S.Pd., M.Pd dan Lukman Ismail, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, serta memberikan motivasi yang sangat bermanfaat. Penulis sangat bersyukur atas bimbingan yang telah diberikan baik melalui tatap muka secara langsung maupun melalui media sosial. Penulis meminta maaf

(9)

ix

sebesar-besarnya apabila selama proses pembimbingan penulis melakukan kekhilafan.

Akhir kata, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Billahi Fii sabililhaq, fastabiqul khaerat, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2020

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Judu ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Surat Perjanjian ... v

Moto dan Persembahan ... vi

Abstrak Bahasa Indonesia ... vii

Kata Pengantar... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Gambar ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Konsep ... 9

1. Definisi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 9

2. Bentuk Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 10

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 15 4. Sekolah ... 16 a. Pengertian Sekolah ... 16 b. Krakteristik Sekolah ... 17 c. Fungsi Sekolah ... 18 B. Kajian Teori ... 20

(11)

xi

b. Teori Struktural Fungsional ... 22

C. Kerangka Pikir ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

C. Informan Penelitian ... 27

D. Fokus Penelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian... 28

F. Jenis dan Sumber... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Analisis Data ... 30

I. Teknik Pengabsahan Data ... 32

BAB IV GAMBARAN HISTORIS LOKASI PENELITIAN ... 34

A. Sejarah SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 34

B. Keadaan Lingkungan Sekolah... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 42

a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan... 43

b. Siswa SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 50

2. Faktor pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 55

a. Faktor Pendorong ... 55

b. Faktor Penghambat... 59

B. Pembahasan ... 63

1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 63

2. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar ... 67

(12)

xii b. Faktor Penghambat... 70 BAB VI PENUTUP ... 72 A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 26 Gambar : 5.1. Pengawasan langsung Kepala Sekolah terhadap administrasi Sekolah dan perangkat pembelajaran guru. ... 46 Gambar 5.2. proses pembelajaran dalam keadaan pandemi covid 19 ... 49 Gambar 5.3 Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 59

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang begitu cepat perlu disikapi oleh dunia pendidikan. Reformasi Pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasi sistem pendidikan untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Pendidikan harus bersifat dinamis, karena pembaharuan-pembaharuan itu perlu dilakuakan sesuai dengan kebutuhan sumber daya manusia dan masyarakat.

Pelaksanaan pendidikan tentu tidak lepas dari peran serta dari sumber daya manusia, karena majunya pendidikan harus di tunjang dengan kualitas tenaga pendidik, lingkungan dan sumber daya manusia yang mumpuni. Hal ini pun diatur dalam Undang-Undang sebagaimana disebutkan dalam Bab I Pasal 1 ayat 23, yaitu Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana. (Bekti 2016). Dalam Undang - Undang tersebut memberikan gambaran jelas bahwa pelaksanaan pendidikan tidak hanya memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, tetapi juga memerlukan tenaga pendidikan dan kependidikan yang lebih profesional.

Sekolah sebagai suatu sistem organisasi yang memiliki struktural dalam mengelola dan menjalakan fungsi sebagai tempat pembelajaran. Sekolah sebagai

(15)

lembaga pendidikan membutuhkan kepala sekolah yang mampu memimpin dan mengelola sekolah dengan profesional.

Kepemimpinan Kepala Sekolah dikatakan sebagai pemimpin yang efektif bilamana mampu menjalankan proses Kepemimpinannya yang mendorong, mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan dan tingkah laku kelompoknya. Inisiatif dan kreativitas kepala sekolah yang mengarah kepada kemajuan sekolah merupakan bagian integratif dari tugas dan tanggungjawab. Fungsi utamanya ialah menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kepala sekolah juga wajib mengelola tenaga kependidikan yang mampu meningkatkan pelayanan pendidikan dengan baik sumber daya tersebut adalah tenaga tata usaha, pustakawan, tenaga kebersihan, petugas keamanan yang masing masing meningkatkan kemampuan dan kinerjanya tenaga kependidikan.

Keberhasilan ataupun kesuksesan kepala sekolah dalam memimpin sekolah di lembaga pendidikan dapat dilihat dari pola kepemimpinan yang diterapkan, apakah pola yang diterapkan itu salah satu dari tipe kepemimpinan seperti otoriter, laissez faire (bebas), demokratis, kharismatik, paternalistik, transformasional, militeristik, atau menggunakan kombinasi dua atau tiga tipe kepemimpinan.

Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat menentukan akan kesuksesan lembaga pendidikan, seperti penelitian terhadap kepemimpinan Kepala sekolah di SMP Raden Fatah Cimanggu, Dalam penelitian ini ditemukan ada beberapa hal pokok yang telah dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam membesarkan dan mengembangkan lembaga pendidikan dengan memaksimalkan fungsi sekolah yaitu: Pertama, Kepala Sekolah mampu menciptakan atmosfer yang

(16)

mendorong siswa untuk belajar, melalui penciptaan lingkungan kondusif belajar, melalui penyediaan fasilitas belajar, layanan khusus, inovasi pengajaran, penyelenggaraan intra-ekstra kurikuler, pembelajaran yang bersifat individual, dan kebermaknaan belajar melalui tumbuhnya motivasi dan kegairahan siswa dalam belajar. Kedua, kepala sekolah sebagai pemimpin piawai memotivasi dan mendorong para guru untuk memiliki komitmen tinggi terhadap kemajuan sekolah, mengelola konflik secara efektif, menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, menyamakan visi, meningkatkan kesejahteraan yang kesemuanya itu membutuhkan kemampuan para ustad untuk berkembang secara personal maupun profesional. Kepala Sekolah menyadari bahwa guru merupakan salah satu kunci bagi kesuksesan sekolah. Sehingga dampak dari kepemimpinan kepala sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah menjadikan SMP Raden Fatah Cimanggu menjadi sekolah berprestasi. (Arifin. A. S : 2018).

Menurut Webstar, (Zaitun :2015 hal 4). dalam Hasbullah atau institusi/lembaga yang secara khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar atau pendidikan. Sebagai institusi, sekolah merupakan tempat untuk mengajar siswa-siswa anak didik, tempat untuk melatih dan memberi instruksi-instruksi tentang suatu lapangan keilmuan dan keterampilan tertentu kepada siswa. Wahjosumidjo mengemukakan bahwa: “Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik”. Bersifat kompleks, menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu sistem sosial di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah merupakan suatu organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu dan tidak dimiliki oleh

(17)

organisasi-organisasi lain, seperti tempat terjadinya proses pembelajaran dan pembudayaan kehidupan manusia. (Zaitun: 2015 hal 3).

Masalah yang masih terjadi sampai sekarang, masih ada sekolah yang prestasi belajar siswanya rendah, guru dan siswanya kurang disiplin, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran rendah, serta lambatnya staf tata usaha dalam melayani kebutuhan siswa serta perangkat-perangkat sekolah yang tidak berjalan secara maksimal. Masalah-masalah ini merupakan cerminan kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan stafnya, disamping rendahnya etos kerja komunitas sekolah secara keseluruhan. Kepala sekolah seharusnya mampu mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. (Nuryani : 2013).

Peran Kepala Sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah, tidak dapat dilepaskan dari strategi kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah. Dalam konteks persekolahan, kepala sekolah merupakan pemimpin yang menggerakkan guru-guru agar mau berbuat sesuatu untuk mewujudkan program kerja yang telah dirumuskan bersama. Kemampuan kepala sekolah dalam memimpin organisasi dianggap dapat berpengaruh pada kinerja perangkat sekolah yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi pada keberhasilan yang dicapai oleh sekolah. Sebagaimana yang terjadi pada SMP Muhammadiyah 12 yang senantiasa kepala sekolah selalu memaksimalkan fungsi sekolah dalam meningkatkat kualitas pendidikan.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Maskassar merupakan salah satu amal usaha Muhammadiyah yang beralamat di Jl. Bonto

(18)

Daeng Ngirate No.22. Lingkungan SMP Muhammadinyah 12 Makassar terdapat dua sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 9 dan Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Perumnas dan memiliki satu halaman. Ini sangat mempengaruhi proses pembelajaran dan menghambat proses kerja perangkat sekolah. Disamping itu keberagaman budaya, status sosial di antara guru, siawa di lingkungan sekolah ini menimbulkan adanya kesenjangan antara mereka dalam bekerja dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Infrastruktur dan media-media pembelajaran yang masih terbatas membuat perangkat- perangkat sekolah bekerja kurang maksimal seperti pemberdayaan laboratorium, perpustakaan, bimbingan konseling dan perangkat lainnya. Sekolah sebagai unit sosial yang memiliki struktur yang saling mempengaruhi dan perangkat-perangkat sekolah yang berintegrasi dan bekerja pada sesuai fungsinya. Pemberdayaan perangkat-perangkat sekolah di SMP Muhammadiyah 12 makassar melibatkan tenaga pendidik atau guru untuk menjadi tenaga Tata usaha dan memberdayakan guru-guru untuk mengawal Shalat Dzuhur dan memberdayakan organisasi kesiswaan (Osis) dan Hizbul Wathan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa dan sebagai wadah untuk penanaman ideologi Muhammadiyah.

Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat di butuhkan untuk memaksimalkan fungsi sekolah agar setiap prangkat-perangkat sekolah itu bisa berjalan sesuai dengan fungsi masing-masing, Agar fungsi sekolah sebagai tempat proses pembelajaran baik itu pengetahuan, sikap dan ketrampilan bisa dilaksanakan secara maksimal.

(19)

Uraian diatas maka Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah ini sangat menarik untuk diteliti lebih mendalam, karena tidak semua kepala sekolah mampu melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dengan baik dalam memaksimalkan fungsi sekolah, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih mendalam, dengan mengangkat judul “Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah Di SMP Muhammadiyah 12 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar?

2. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar. 2. Untuk menganalisis Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan

Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

(20)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Naskah Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan kepada tenaga pendidik. Sebagai wadah untuk menjadikan referensi dalam memecahkan masalah dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang signifikan sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi peneliti dan sebagai bahan kajian konsep pendidikan Sosiologi dll.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta Didik

Penelitian ini dapat digunakan untuk melatih mengembangkan dan mengupgrade siswa dalam kegiatan sosial ataupun iklim terkait pembelajaran di sekolah atau penerapan dalam kehidupan masyarakat. b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan guru dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan Sekolah berkaitan dengan bahan ajar dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mempelajari Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Memaksimalkan Fungsi Sekolah yang terdapat pada penelitian ini.

(21)

E. Definisi Operasional

Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam memaksimalkan Fungsi Sekolah adalah cara atau strategi kepala sekolah dalam memberdayakan sumber daya sekolah melalui gaya-gaya kepemimpinan, bentuk-bentuk kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar dan merupakan organisasi pendidikan yang memiliki perangkat-perangkat sekolah maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan dan mempengaruhi seluruh perangkat sekolah.

(22)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN KONSEP

1. Definisi Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar yang dipakai untuk sesuatu. Pola dapat dipakai untuk menghasilkan sesuatu atau bagian dari sesuatu, misalkan dalam sebuah organisasi atau lembaga tertentu, dalam hal ini digunakan dalam mengelola lembaga pendidikan yaitu sekolah dan yang berperan penting adalah kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan dilihat dari sisi bahasa Indonesia “Pemimpin” sering disebut ketua, kepala, pembimbing, penggerak. Sedangkan istilah pemimpin Merupakan cara mempengaruhi orang dalam menjalanjakan perannya. (Akhmad : 2018).

Kepemimpinan diterjemahkan dari bahasa Inggris “Leadership”. kepemimpinan diartikan sebagai hubungan antara Individu dan kelompok manusia, yang memiliki kepentingan yang sama. ini ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin. Sutrisno menyatakan bahwa; Kepemimpinan merupakan suatu proses yang melibatkan pemimpin dan para pengikutnya, di mana sang pemimpin mempengaruhi mereka untuk melakukan apa yang diinginkannya. (Firman : 2016).

Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Sekolah, Menurut Sri Dayanti, dikutip oleh Jamal, Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “Kepala” dan “Sekolah”. Kata “Kepala” dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi

(23)

atau lembaga. Sedangkan “sekolah” diartikan sebagai sebuah lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran. Maka kepala sekolah merupakan tenaga fungsional guru dan memimpin yang menyelengggarakan proses belajar mengajar di mana terjadi interaksi antar siswa dan guru dalam memberi pelajaran. (Bekti :2016).

Beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah cara atau strategi seorang pemimpin atau kepala sekolah dalam mengelola Sekolah dengan memberdayakan sumber daya Sekolah serta perangkat-perangkat sekolah untuk mencapai prestasi sekolah dan tujuan pendidikan.

2. Bentuk Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan merupakan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain agar mau berbuat sesuatu dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan Standar Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah, standar tersebut dibagi:

Kepribadian : a). Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi, akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah, b). Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, c). Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, d). Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, c). Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah, d). Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

(24)

Manajerial : a). Menyusun perencanaan sekolah untuk sebagai tingkatan perencanaan, b). Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan, c). Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal, d). Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif, d). Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik, e). Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal, f). Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal, g). Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah, h). Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik, i). Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional, j). Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip keuangan yang akuntabel, transparan dan efisien, k). Mengelola ketatausahaan sekolah dalam upaya mendukung pencapaian tujuan sekolah, l). Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran kegiatan peserta didik di sekolah, m). Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan, n). Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah, o). Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program pelaksanaan kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat. Serta melaksanakan tindak lanjutnya.

(25)

Kewirausahaan : a). Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, b). Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran efektif, c). Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, d). Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, e). Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.

Supervisi : a). Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, b). Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat, c). Menindaklanjuti supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Sosial : a). Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah, b). Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, c). Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. (Bekti : 2016).

Gaya Kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin baik yang tampak maupun tidak tampak oleh bawahannya. ) Gaya Kepemimpinan Otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa yang diperintahkan harus dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak dapat dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. b) Gaya Kepemimpinan

(26)

laissez faire Bentuk kepemimpinan ini menitik beratkan kepada kebebasan bawahan untuk melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin laissez faire banyak memberikan kebebasan kepada personil untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit sekali memberikan pengarahan kepada personilnya. c) Gaya Kepemimpinan Demokratis Bentuk Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan perkembangan organisasi pendidikan. (Arifin: 2018)

Dalam menjalankan peran kepemimpinannya, seorang kepala sekolah akan menerapkan sejumlah pola yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar dalam menggunakan kekuasaanya untuk memengaruhi para guru, staf, siswa, dan juga masyarakat yang berada di lingkungan sosial sekolah yang dipimpinnya.

Kepala Sekolah merupakan Pemimpin Pendidikan dalam tingkat operasional yang berada pada garis depan yang mengkordinasikan upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Mulyasa (Nurssyifa :2019) menyebutkan bahwa untuk mendukung visi dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan, 1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik) Dalam melakukan fungsinya kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, 2) Kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

(27)

profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah, 3) Kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah harus mempunyai keahlian di bidang administrasi, yaitu mengawasi keseluruhan bagaimana data sekolah, persiapan sekolah tenaga personalia sekolah, serta bagaimana pengelolaan keuangan sekolah, 4) Kepala sekolah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan, 5) Kepala sekolah sebagai leader, Wahjosumijo mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. 6) Kepala sekolah sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat, untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan mencari gagasan baru, menginteggrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif, 7) Kepala sekolah sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

Kepala sekolah merupakan penggerak dalam menentukan arah gerakan melalui kebijakan yang ditetapkan dalam meningkatkan kulitas pendidikan. Kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinan dapat mengembangkan kepemimpinannya melalui upaya-upaya yang di lakukannya. Upaya yang di lakuakan melalui kepemimpinannya (Ekosiswoyo: 2016) yaitu: 1). Memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik lancar

(28)

dan produktif, 2). Menyelesaikan tugas dan dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, 3). Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah, 4) Menerapkan prinsip-prinsip efektifitas, efisian, adil, bertanggung jawab dan akuntabel, 5). Bekerja dengan tim manajemen dan melibatkan semua komponen sekolah.

Uraian diatas dapat di simpulkan bahwa bentuk kepemimpinan kepala sekolah itu terlihat dari kepribadian, kemampuan dalam merencanakan, mengorganisasikan dan mengawasi dalam setiap pelaksanaan proses pembelajaran. Bentuk kepemimpinan dari kepala sekolah yaitu bagaimana kepala sekolah menjalakan tugas dan fungsinya dalam memberdayagunakan sumber daya sekolah.

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Faktor Pendorong lainnya adalah dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah tentunya memiliki pendukung yang kuat dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai kepala sekolah. Adapun berbagai pendukung keterampilan kepala sekolah yaitu seluruh stakeholder yang ada di sekolah termasuk, guru, siswa dan masyarakat.

Keberhasilan Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas tergantung dari kepemimpinannya. Efektivitas pengelolaan bidang, garapan sekolah dan kegiatan pembinaan tergantung pada, efektivitas kerja personal sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan para personal secara tepat akan, bisa membawa, organisasi sekolah pada keberhasilan yang optimal.

(29)

Faktor Penghambat dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah yaitu sarana dan prasarana, lingkungan yang kurang kondusif, tata ruang sekolah yang tidak teratur, media-media pembelajaran yang kurang mendukung dan kurangnya tenaga pengajar serta pola komunikasi yang tidak efektif. faktor penghambat lainnya adalah kemampuan memimpin yang kurang baik, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas dan, seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit serta banyak faktor lain yang menghambat kinerja seorang kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada lembaga yang dipimpinnya. Ini mengimplikasikan, rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu. (Sri,dkk :2016).

Uraian diatas dapat disimpulkan faktor pendorong dan penghambat sangat berpengaruh dalam kepemimpinan kepala sekolah ketersediaan sumber daya sekolah dari tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana merupakan tenaga pelaksana dan media pendukung dalam melaksanakan fungsi sekolah yaitu sebagai tempat proses pembelajaran.

4. Sekolah

a. Pengertian Sekolah

Kata sekolah berasal dari bahasa latin, yakni skole,scola, scolae atau skola yang mempunyai arti “waktu luang” atau “waktu senggang” yakni waktu luang di tengah kegiatan utama mereka bermain dan menghabiskan waktu menikmati masa kanak-kanak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang adalah mempelajari waktu

(30)

berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang etika (moral: budi pekerti) dan estetika (seni keindahan). (Maksum: 2016 hal.91).

Gorton, mengemukakan bahwa “Sekolah adalah suatu sistem organisasi, di mana terdapat sejumlah orang yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan sekolah,...” Sekolah merupakan satuan pendidikan yang memiliki fungsi mendasar, yaitu sebagai wahana atau tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman dan pengembangan potensi-potensi individu manusia, sehingga akan membentuk insan manusia yang mulia. (Zitun : 2015 hal.3)

Talcott Parsons menyebutkan sekolah sebagai sistem, yang didalamnya terdiri atas berbagai sub sistem. Sub sistem yang ada dalam sekolah, berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi di sekolah berlangsung dalam empat kategori. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah, guru, pelajar,dan karyawan non guru. sekolah merupakan suatu sistem sosial yang didalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan, yang menentukan apa yang terjadi di sekolah. (Zitun : 2015 hal.3).

Pendapat diatas dapat di simpulkan sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai tempat transformasi ilmu pengetahuan, penanaman sikap dan pengembangan keterampilan terhadap siswa dan sekaligus sekolah sebagai penghasil sumber daya manusia yang terdidik.

b. Karakteristik Sekolah

Ciri khas sekolah adanya ruang belajar. Sekolah merupakan tempat yang dinamakan sekolah itu merupakan satu kompleks bangunan, laboratorium, fasilitas fisik yang disediakan sebagai pusat kegiatan belajar dan mengajar. Berdasarkan

(31)

pendapat itu maka sekolah mengandung dua makna, secara fisik sekolah terdiri dari bangunan-bangunan gedung dan laboratorium, jadi sekolah dalam artian material. Sedangkan yang non fisik terdiri dari sistem-sistem hubungan antara mereka yang ditugaskan untuk mengajar (guru, pelatih dan lain-lain) dengan yang diajar (anak didik). (Zitun : 2015 hal.4)

Uraian diatas dapat disimpulkan karakteristik sekolah dibagi menjadi dua yaitu fisik dam non fisik. Fisik terdiri dari sarana dan prasarana sedangkan non fisik terdiri dari Tenaga Pendidik dan kependidikan dan siswa.

c. Fungsi Sekolah

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang di dalam terdapat kepala sekolah, guru-guru, staf dan peserta didik, memerlukan organisasi yang baik agar jalannya sekolah itu lancar menuju kepada tujuannya. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jalur pendidikan sekolah, formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang (Pasal 1 ayat 10). Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik, mengajar, memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya.

Fungsi Sekolah itu sendiri adalah sebagai berikut. (Zitun : 2015 hal.7). 1). Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan. disamping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral, 2). Spesialisasi;

(32)

sebagai konsekuensi makin meningkatnya kemajuan masyarakat makin bertambah diferensiasi sosial yang melaksanakan tugas tersebut. Sekolah mempunyai fungsi; sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran, 3). Efisiensi; terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab apabila tidak ada sekolah dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini tidak akan efisien, karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud. Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis. Di sekolah dapat mendidik sejumlah besar anak secara sekaligus.

Konsep Sosiologi Pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu sosiologi pendidikan makro, sosiologi pendidikan meso dan sosiologi pendidikan mikro. Sosiologi pendidikan meso, yang mempelajari hubungan-hubungan dalam suatu organisasi pendidikan. Pada sosiologi pendidikan meso ini sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang menjalankan aturan-aturan tertentu sehingga dapat mancapai suatu tujuan. Di sini dibahas struktur organisasi sekolah, peran dan fungsi organisasi sekolah, serta hubungan organisasi sekolah dengan struktur organisasi masyarakat lainnya. Sekolah merupakan sebuah organisasi sekolah, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan bersama. (Noho : 2019).

(33)

Sekolah memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Talcot Parson, (Rasyid : 2015). Mempunyai pandangan terhadap fungsi sekolah diantaranya:

1. Sekolah sebagai sarana sosialisasi. Sekolah mengubah orientasi kekhususan ke universalitas salah satunya yaitu, mainset selain mewarisi budaya yang ada juga membuka wawasan baru terhadap dunia luar. Selain itu juga mengubah alokasi seleksi (sesuatu yang diperoleh bukan dengan usaha seperti, hubungan darah, kerabat dekat dan seterusnya) ke peran dewasa yang diberikan penghargaan berdasarkan prestasi yang sesungguhnya.

2. Sekolah sebagai seleksi dan alokasi, sekolah memberikan motivasi-motivasi prestasi agar dapat siap dalam, dunia pekerjaan dan dapat dialokasikan bagi mereka yang unggul.

3. Sekolah memberikan kesamaan kesempatan. Suatu sekolah yang baik pastinya memberikan kesamaan hak dan, kewajiban tanpa memandang siapa dan bagaimana asal usul peserta didiknya.

Kepala Sekolah harus menjadi agen perubahan di mana kepala sekolah harus mengikuti perubahan yang ada. kepemimpinan kepala sekolah yang fungsional sangat menentukan kemajuan dari, lembaga pendidikan yang dipimpinnya dan dapat memberikan manfaat bagi warga sekolah terutama bagi guru dan siswa. B. KAJIAN TEORI

1. Teori Sistem Sosial

Talcott Parsons mendefinisikan Sistem sosial hanya sebagai segmen “sub sistem” dari apa yang disebut, Parsons sebagai teori tindakan. Parsons

(34)

mengorganisir sistem sosial dalam hal unit tindakan, di mana satu tindakan yang dilakukan oleh seorang individu, adalah satu unit. Beliau mendefinisikan sistem sosial sebagai jaringan interaksi antar aktor. Menurut Parsons, sistem sosial bergantung pada sistem bahasa, dan budaya harus ada dalam masyarakat agar memenuhi syarat sebagai sistem sosial.

Parsons dalam Ritzer dan Goodmans (2010:257) mempercayai bahwa ada empat imperatif fungsional yang diperlukan seluruh sistem. Fungsi adalah “Suatu gugusan aktifitas yang diarahkan untuk memenuhi satu atau beberapa kebutuhan sistem”. Secara bersama-sama empat imperative, fungsional tersebut disebut sebagai skema A.G.I.L. Agar bertahan hidup, sistem harus menjalankan empat fungsi tesebut: a). Adaptasi adalah sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang datang dari luar. harus beradaptasi dengan lingkungan dan, menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya, b). Goal attainment (pencapaian tujuan) adalah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya, c). Integrasi adalah sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A, G, L), d). Latensi (Pemeliharaan Pola) adalah sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. Parsons melihat sistem sosial sebagai satu dari tiga cara di mana tindakan sosial bisa terorganisir.

Menurut Parsons masyarakat adalah Sistem Sosial yang dilihat secara total. Jika sistem sosial dilihat secara parsial, maka masyarakat, itu adalah berupa jumlah dari sekian banyak sistem yang kecil-kecil, misalnya keluarga, sistem pendidikan,

(35)

dan lembaga-lembaga agama. Parsons dalam teori sistem umumnya melihat suatu nalogi diantara masyarakat dan lingkungannya merupakan suatu sistem yang terbuka. Kedua hal, tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi, individu ataupun kelompok merupakan bagian dari masyarakat. Setiap kehidupan masyarakat memiliki norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku. Menurut parsons yang utama bukanlah tindakan individual, melainkan norma-norma dan nilai-nilai tersebut. (Syawaluddin : 2014).

Lembaga pendidikan merupakan satu kesatuan yang terorganisir dan memiliki sistem untuk mengelola dan mengatur lembaga tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memiliki struktur kepemimpinan dan komponen-komponen sekolah mulai dari tenaga pendidik sampai pada sara dan prasarana, semuanya itu adalah bagian dari sistem yang saling bekaitan dalam mencapai tujuan. Maka komponen-komponen sekolah saling berkaitan dan memiliki fungsinya masing-masing dan sangat berpengaruh pada prestasi sekolah. Mulai dari kepala sekolah dalam memimpin sampai pada aktifitas-aktifitas sekolah yang dilakukan.

2. Teori Struktural Fungsional

Teori Struktural Fungsional dinamakan juga sebagai fungsionalisme struktural. Fungsionalisme struktural memiliki domain di teori Konsensus. Masyarakat dalam perspektif teori ini dilihat sebagai jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan bekerja secara teratur, menurut norma dan teori yang berkembang (Maunah: 2016).

(36)

Teori Fungsional Struktural mmenekankan pada unsur-unsur stabilitas, Integritas, Fungsi, Koordinasi dan Konsensus. Konsep fungsionalisme maupun unsur-unsur normatif maupun perilaku sosial yang menjamin stabilitas sosial. Teori fungsional menggambarkan masyarakat yang merupakan sistem sosial yang kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling ketergantungan. (Juwita, dkk : 2020)

Pendidikan dalam teori struktural adalah sebuah satu kesatuan yang terintegritas dan berjalan dengan teratur dan saling berhubungan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat penting, sebagai lembaga penyempurna setelah keluarga. Talcott Parson menyebutkan sekolah sebagai sistem yang didalamnya terdiri atas berbagai sub sistem. Sub sistem yang ada dalam sekolah berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi di dalam sekolah berlangsung dalam empat kategorti. Keempat kategori itu meliputi pimpinan sekolah, guru, pelajar dan karyawan non guru. Sekolah merupakan suatau sistem sosial yang di dalamnya terdapat seperangkat hubungan yang mapan yang menentukan apa yang terjadi di sekolah. (Juwita, dkk : 2020)

Sekolah sebagai suatu organisasi pendidikan formal yang membutuhkan pengelolaan dalam menjalankan fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran, proses penanaman pengembangan potensi individu manusia sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kepemimpinan Kepala Sekolah harus menjalankan fungsinya sebagai pemimpin sekolah dan mempunyai kemampuan manajemen. Menurut Kaplan dalam Kresna mengatakan bahwa Fungsionalisme mempunyai kaidah yang bersifat

(37)

mendasar bagi suatu antropologi yang berorentasi pada teori, yakni metodologi bahwa kita harus mengekplorasi ciri sistemik budaya, hal ini dikandung maksud bahwa kita harus mengetahui bahwa bagaimana keterkaitan antara instuisi-instuisi atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bulat, disamping itu para fungsionalis menyatakan pula bahwa fungsionalisme merupakan Teoi tentang proses kultural. (Maunah: 2016).

Perspektif Fungsionalisme fokus utamanya terhadap persyaratan fungsional atau kebutuhan dari suatu sistem sosial yang harus dipenuhi apabila sistem tersebut survive dan hubunganya dengan struktur. pandangan tersebut, suatu sistem sosial selalu cenderung menampilkan tugas-tugas tertentu yang diperlukan untuk mempertahankan hidupnya dan analisis sosiologi yang mencakup usaha untuk menemukan struktur sosial yang dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut atau yang dapat memenuhi kebutuhan sistem sosial tersebut.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab utama terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, memberikan pelayanan terhadap siswa dan mampu mengarahkan setiap perangkat-perangkat sekolah dalam mencapai tujuan sekolah.

C. KERANGKA BERPIKIR

Pola kepemimpinan kepala sekolah merupakan cara untuk mempengaruhi dan menggerakkan perangkat-perangkat sekolah untuk bekerja dalam mencapai tujuan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan penting dalam kinerja perangkat sekolah mulai dari guru, staf dan peserta didik. Kepala sekolah memiliki standar tugas dan fungsi yang sudah diatur dalam Menteri Pendidikan

(38)

Nasional Republik Indonesia yang memiliki kemampuan dan layak untuk memimpin sekolah. kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan dalam mengeluarkan kebijakan yang mampu meningkatkan prestasi sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di mana menjadi tempat proses pembelajaran dan sebagai sarana penanaman nilai serta mengembangkan potensi siswa dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik. sekolah mengajarkan cara berfikir ilmiah, rasional, kritis serta cenderung berfikir objektif. Sekolah juga berfungsi sebagai difusi budaya (cultural difussion), kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian diambil berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya.

Sekolah juga menanamkan sikap, nilai dan pandangan hidup baru yang semuanya dapat memberikan kemudahan serta memberikan dorongan bagi terjadinya perubahan sosial berkesinambungan. Maka kepemimpinan kepala sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah harus di lakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan.

(39)

Gambar. 2.1 Kerangka Pikir

KEPALA SEKOLAH

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT

Faktor pendorong

1. Motivasi dan Integritas Guru 2. Kegiatan Ekstrakulikuler 3. Sara dan Prasarana Faktor penghambat

1. Penggunaan Sistem Sekolah Satu Atap dengan jenjang berbeda 2. Persaingan penerimaan siswa

dengan sekolah lain

3. Rendahnya kemampuan mengajar guru dalam menggunakan metode 4. Kurangnya Kesadaran dan Motivasi

Siswa POLARISASI

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH 1. Disiplin dan Tertib 2. Pengawasan 3. Model Kepemimpinan Demokratis 4. Peningkatan kemampuan guru SEKOLAH GURU 1. Kemampuan mengajar 2. Disiplin dan tertib administrasi STAF SEKOLAH 1. Disiplin dan integritas 2. Kemampuan berkerja dalam urusan administrasi sekolah SISWA 1. Perubahan perilaku 2. Prestasi siswa

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif Deskriptif dengan pendekatan Fenomenologi. Menurut Creswell (2017), Penelitian Kualitatif adalah proses untuk memahami masalah sosial berdasarkan metodologi yang berbeda. Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor Penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian yang terkait dengan judul penelitian yakni di SMP Muhammadiyah 12 Makassar dengan waktu penelitian kurang lebih dua bulan dilaksanakan selama masa pandemi Covid 19 dengan sistem bimbingan Ofline dan online.

C. Informan Penelitian

Penelitian ini digunakan informan yang terdiri dari : 1). Informan kunci (key informan) : kepala sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar 2). Informan utama : guru, Staf Sekolah dan siswa SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam memaksimalkan fungsi sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar seperti

(41)

dengan melihat tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan sarana prasarana serta faktor pendorong dan faktor penghambat.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendukung tercapainya hasil penelitian maka peneliti menggunakan alat bantu berupa Lembar observasi, berisi catatan-catatan yang diperoleh penelitian pada saat melakukan pengamatan langsung di lapangan, Panduan wawancara merupakan seperangkat daftar pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan peneliti yang akan dijawab melalui proses wawancara, Catatan dokumentasi adalah data pendukung yang dikumpulkan sebagai penguatan data observasi dan wawancara yang berupa gambar, data sesuai dengan kebutuhan penelitian, Kamera, ponsel sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti dan Buku catatan, alat tulis dan laptop sebagai penunjang dalam penelitian ini.

F. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang memenuhi kriteria penelitian melalui teknik observasi dan wawancara secara langsung atau melalui whatsapp secara mendalam. Sedangkan data sekunder yaitu sumber data yang memberikan informasi secara tidak langsung. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari dokumen berupa buku, jurnal, blog, web, dan arsip yang terkait dengan penelitian.

(42)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Observasi

Pengamatan menurut Sutrisno Hadi dalam Andi Prastowo (2011: 220) merupakan pengamatan dan pencacatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang, serta kemudian dapat dilakukan penilaian atas perbuatan tersebut. Observasi dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas, keadaan dalam sekolah di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

2. Wawancara

Wawancara menurut Sugiyono (2007: 72) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat di kontruksikan makna dalam topik tertentu. Wawancara menurut Andi Prastowo (2011: 212) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab kepada Narasumber atau informan pada penelitian, yaitu Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

(43)

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2007: 82) adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2007: 216) dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Metode Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang pendapat, teori atau hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumenter seperti foto-foto pada saat kegiatan.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah Kualitatif Deskriptif, dengan pendekatan fenomenologi maka lebih banyak bersifat uraian dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Bilken dalam Moleong (2007: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutusakan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

(44)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003: 70) yaitu sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo, dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan. Contohnya yaitu membuat suatu catatan, misalnya catatan wawancara. Catatan tersebut dikumpulkan sampai jenuh, kemudian dipilih catatan yang dianggap paling relevan dan menyisihkan data yang tidak terpakai, kemudian dimunculkan dalam bentuk display.

2. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang, dan

(45)

terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara beruntun sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk medeskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

Berdasarkan keterangan diatas maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan data dokumentasi melalui metode wawancara.

I. Teknik Pengabsahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu (Wiliam Wiersma,1986). Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).

1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (memberchek) dengan sumber data (Sugiyono, 2007:274). Jadi tujuan memberchek adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2007:276).

(46)

2. Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara tergantung dengan kesepakatan dengan informan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses wawancara dan informan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2007:274).

3. Triangulasi Teori

Memanfaatkan dua teori atau lebih untuk dipadu. Untuk itu di perlukan rancangan penelitian, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap. Dengan demikian akan dapat memberikan hasil yang lebih komperhensih. (Bachir : 2010).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, waktu dan teori. Triangulasi dengan memanfaatkan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan teori yang berbeda dengan penelitian kualitatif. Triangulasi dalam penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dari informan atau narasumber yang menjadi subjek penelitian dengan objek penelitian, kemudian dibuktikan dengan pengamatan peneliti dilapangan dan dikuatkan melalui cerita, dokumen atau arsip tertulis.

(47)

34 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah SMP Muhammadiyah 12 Makassar

Setelah Muhammadiyah berdiri di awal tahun 1980-an, dalam rangka memenuhi tujuan pendidikan Muhammadiyah yakni terbentuknya manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap terampil dan berguna bagi masyarakat terhadap dunia pendidikan, maka pengurus Muhammadiyah Ranting Tidung merasa terpanggil jiwanya untuk mendirikan sekolah sebagai amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan. Dibawah koordinasi Alm. Drs. H.M Hasyim Hamzah, SH., selaku ketua ranting Muhammadiyah dan H. Abdul Razak MT, BA selaku ketua Dikdasmen kota Makassar, maka dibentuklah panitia pembangunan sekolah pada tahun 1981 yang diketuai oleh Bapak H.M. Nasrum.

Panitia memperoleh tanah wakaf dari Bupati Gowa Let. Kol. Mas’ud yang seluas ±60 x 40 M2 dijalan Bonto Dg. Ngirate kecamatan Rappocini. Panitia mengupayakan kepada pemerintah daerah agar diberikan bantuan berupa gedung kepada Muhammadiyah Daerah Kota Makassar secara serentak. Maka berdirilah 3 komponen jenjang pendidikan di kompleks ini yaitu SD, SMP dan SMA. Pada tahun ajaran 1982/1983, tanggal 18 Juni 1983 SMP Muhammadiyah 12 Makassar berdiri dengan menerima siswa baru sebanyak ± 60 orang siswa sebagai angkatan pertama. Hingga pada tahun 2015-2016 sekolah ini mengalami beberapa pergantian kepala sekolah:

(48)

1. Drs. Harun Masruni Periode tahun 1983 - 1984 2. H.M Abd. Razak MT, BA Periode tahun 1984 – 1986 3. Amin Rauf B, BA Periode tahun 1986 – 1999 4. Dra. Hj. Shafiah Andi Patongai Periode tahun 1999 – 2006 5. Athifah Nur, BA, S.Pd.I Periode tahun 2006 – 2016 6. Nurmiati Halim, S.Ag Periode tahun 2016 –

Sekarang.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar ini terletak di Jl.Bonto Dg.Ngirate, No.22, Kel. Bonto Makkio. Dalam lokasi sekolah ini, terdapat 3 lembaga pendidikan di dalam satu lokasi yakni SMA Muhammadiyah 9 Makassar, SMP Muhammadiyah 12 Makassar, dan SD Perumnas.

Visi misi yang berjalan optimal akan tercapai tujuan yang dicitakan sesuai rumusan visi misi, tanpa visi misi kegiatan di sekolah tidak akan berjalan secara optimal dan terarah. Hal tersebut akan membahayakan kelangsungan prestasi suatu sekolah. Oleh karena itu visi misi perlu bagi sebuah sekolah.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar selalu menjunjung Sami’na Wa’atho’na terhadap aturan pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional yang selalu mengalami perubahan dan pergeseran dari waktu ke waktu. Dari tahun ketahun SMP Muhammadiyah 12 Makassar mengalami kemajuan dan perkembangan, meskipun lambat tapi pasti hal ini amat menggembirakan dengan semakin meningkatnya minat orang tua untuk mempercayakan kepada pihak sekolah untuk membina dan mendidik putra-putri mereka di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

(49)

Pendidikan di wilayah perkotaan khususnya masih rendah karena program pemerataan pendidikan belum membuat SMP Muhammadiyah 12 Makassar mendapatkan pendidikan yang layak. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dalam dunia kerja, terutama pada era modern ini untuk mencari pekerjaan tidaklah mudah karena yang berpendidikan tinggi saja masih banyak yang menganggur.

Penerimaan siswa baru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar dilaksanakan dengan cara para peserta didik yang ingin mendaftarkan diri di SMP Muhammadiyah 12 Makassar mengambil formulir dan mengisi formulir tersebut, dilengkapi dengan lampiran berupa kartu keluarga dan akta kelahiran. SMP Muhammadiyah 12 Makassar menerima siswa baru dengan melakukan ujian seleksi dan yang dinyatakan lulus seleksi maka akan diterima sebagai murid baru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar. Sebagian kecil ialah siswa pindahan dari sekolah lain.

B. Keadaan Lingkungan Sekolah

Lingkungan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar terbangun interaksi sosial yang sangat harmonis dan rukun satu sama lain, saling menghargai dan menghormati sehingga tercipta lingkungan yang kondusif, aman, tentram dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan. Masih jauh dari kata modern dan kehidupan kota sehingga kehidupan perkotaan masih sangat terasa.

SMP Muhammadiyah 12 Makassar sendiri memiliki lingkungan yang agamis. Sehingga Interaksi sosial yang ada di sekolah masih sangat terjalin dengan baik. Interaksi antara siswa dan guru sangat baik begitupun dengan kepala sekolah,

(50)

wakil kepala sekolah dan yang lainnya termasuk masyarakat yang ada dilingkungan SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

Saat Peneliti melakukan melakukan penelitian merasa sangat nyaman, interaksi yang terjadi sangat baik dan ramah-ramah penduduknya, begitupun dengan warga sekolah. Terlihat pada saat melakukan penelitian masih menyambut dengan baik warga sekolah dan penduduk yang ada disana. Peneliti merasa kehidupan di SMP Muhammadiyah 12 Makassar nyaman, kekeluargaan, hubungan kekerabatan yang sangat erat dan kompak.

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di SMP Muhammadiyah 12 Makasssar berawal dari jam 07 : 15 – 12 : 30, yang selalu diawali dengan pembacaan Al- Qur’an (Tadarrus) ± 5 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, begitupun di akhir pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan shalat dzuhur secara berjamaah.

Kegiatan ini merujuk pada visi misi Sekolah. Visi misi merupakan keperluan pemangku kepentingan dalam mengelola sekolah, dengan harapan visi misi yang ada di Sekolah dapat dijadikan sebagai panduan semua kegiatan proses pembelajaran baik akademik atau non akademik. Sebab semua kegiatan akademik atau non akademik bermuara dari visi misi sekolah.

Sekolah Menengah Sekolah (SMP) Muhammadiyah 12 Makassar sendiri tentu mempunyai visi misi yang dibuat sudah sesuai dengan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada Bab 2 pasal 3 di mana visi misi SMP Muhammadiyah 12 Makassar sebagai berikut :

(51)

1. Visi

Menciptakan lulusan yang unggul dalam Imtaq dan Iptek. 2. Misi

a. Melakukan peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. b. Membentuk pribadi Muslim yang berakhlakul karimah dan memiliki

kepedulian sosial.

c. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien. d. Mengoptimalkan kegiatan pembinaan ortom.

e. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.

Mutu sekolah sangat bergantung pada proses pembelajaran ini yang ditunjang oleh penyediaan fasilitas oleh sekolah, baik dalam bentuk fisik (sarana dan prasarana) maupun kompetensi tenaga pengajar. Semakin baik fasilitas sekolah, dan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berprestasi bagi Sekolah. SMP Muhammadiyah 12 Makassar memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang menunjang dan sarana prasarana dalam proses belajar mengajar.

1. Guru

Guru bertugas sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran dan disinilah kreatifitasnya dituntut untuk memberikan inovasi – inovasi dalam proses pembelajaran sehingga, belajar memberi kesenangan yang berbeda dan siswa akan merasa kerasan di sekolah dan tidak takut belajar.

(52)

Keadaan Guru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar memliki latar belakang sosial dan pendidikan yang berbeda. Jumlah guru di SMP Muhammadiyah 12 Makassar 16 orang yang terdiri dari guru honor 3 orang, guru tetap yayasan 12 orang dan PNS 1 orang, status guru yagn beragam mempengaruhi pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Mulai dari pada intensitas kehadiran sampai pelaksaanan proses belajar mengajar pun berbeda misakan guru honor di SMP Muhammadiya 12 Makssar mereka memiliki jam mengajar di sekolah lain sehingga intensitas kehadiran di sekolah tidak setiap hari. Ketersedian tenaga pendidik di SMP Muhammadiyah 12 Makassar cukup dan seimbang dengan jumlah sisiwa dan jam mengajar.

2. Staf Sekolah

Staf sekolah merupakan pegawai non guru yang bertugas dalam Tata Usaha merangkap pegawai Perpustakaan, dan penjaga Sekolah. Sedangkan diluar struktur sekolah. SMP Muhammadiyah 12 Makassar memiliki tenaga administrasi dua orang pelayanan administrasi sekolah selalu berjalan lancar dengan mulai dari pelaporan-pelaporan sekolah administrasi siswa. Staf Sekolah SMP Muhammadiyah merupaka tenaga honorer dan tenaga kontrak yayasan.

3. Siswa

Siswa, sebagai pelaksana pendidikan yang berhak mendapatkan pelayanan dari pihak sekolah. Keadaan siswa di SMP Muhammadiyah Berdasarkan data sekolah bahwa jumlah peserta didik 107 orang yang terdiri dari laki-laki 65 orang dan perempuan 42 orang. Rata-rata usia peserta didik 6-15 tahun, usia ini merupakan usia ideal bagi sesorang di tingkat sekolah menengah pertama.

(53)

Siswa SMP Muhammadiyah 12 Makssar semuanya beragama Islam dan memiliki latar belakang keluarga yang berbada baik itu mulai dari segi pendapatan orang tua dan lingkungan sosial sehingga terjadi kebaragaman di lingkungan sekolah. Ha ini mengakibatkan ada klaster-kalaster di lingkungan sekolah. Namun pada saat proses pembelajaran mulai semua siswa tertib dan di siplin dalam mendengarkan pelajaran. Di sampaing itu siswa berperan aktif dengan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

4. Saran dan Prasarana SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

Sekolah membutuhkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung berlangsungnya proses pendidikan. Jadi, sarana dan prasarana suatu alat yang memiliki peran penting untuk kelancaran dan keberhasilan suatu proses dalam ruang lingkup pendidikan. Sarana prasarana harus terpenuhi guna untuk menyelenggarakan kegiatan agar lebih mudah dalam berlangsungnya kegiatan tersebut. SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam miningkatkan proses belajar mengajar maka harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dari hasil observasi yang dilakukan SMP Muhammadiyah 12 Makssar keadaan sarana dan prasarana masih dalam keadaan baik. Mulai dari ruang kantor, laboratorium IPA Laboratorium Komputer, perpustakaan, Musallah. SMP Muhammadiyah 12 Memiliki 6 ruang kelas yaitu kelas VII terdiri dari kelas VII A dan VII B, kelas VIII terdiri dari VIII A dan VIII B dan Kelas IX terdiri dari Kelas IX A dan IX B ini seimbang dengan jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 12 Makassar.

Keadaan Sarana yang menunjang proses pembelajaran masih kurang seperti ketersedian LCD dan media-media belajar yang lain. Selain itu ketersedian

(54)

Buku-buku di perpustakaan juga masih kurang tetapi Buku-Buku-buku yang digunakan sesuai dengan kurikulim yang di terapkan di SMP Muhammadiyah 12. Selain itu ada sarana-sarana penunjang dalam kegiatan ekstrakulikuler yaitu SMP Muhammadiyah 12 Makassar memiliki lapangan, dan ruangan pencak silat selain itu alat-alat pun tersedia namun masih terbatas.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir................................................................................
Gambar : 5.1. Pengawasan langsung Kepala Sekolah terhadap administrasi  sekolah dan perangkat pembelajaran guru
Gambar 5.2. proses pembelajaran dalam keadaan pandemi covid 19.
Gambar 5.3 laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) variabel pengeluaran pemerintah pada sektor pertanian berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar -1,008481 dan tidak

Pada hari ini, Selasa tanggal tiga bulan Juli tahun dua ribu dua belas, telah diadakan evaluasi dokumen prakualifikasi untuk Pekerjaan Pengembangan Website

Salah satu satu cara untuk dapat mengatasi permasalahan, terutama kegagalan impelementasi teknologi informasi tersebut adalah dengan melakukan pengembangan model

Hasil Penelitian dapat mengetahui sebaran kelerengan terlandai dan tercuram, topogafi terendah dan tertinggi, pola pemanfaatan lahan yang tergunakan, dan titik sumber air,

Pembelajaran dengan menggunakan lagu sebagai media pendukung dalam mempelajari serta mengembangkan kosakata Bahasa Inggris sangat mendukung karena kegiatan yang

(tidak mencontek), terlepas dari pada pencapaian hasil. Ataupun juga dengan membiasakan hal-hal kecil yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari di rumah. Kebanyakan anak

S ebelumnya, mohon maaf atas keterlambatan kami dalam penerbitan newsletter kali ini. Mohon maaf pula atas ketiadaan Tautan Pekan di awal bulan Maret, karena

Hasil obsevasi kerja ilmiah siswa dan aktivitas proses pembelajaran dalam kelas pada siklus I pada Gambar 1, diperoleh bahwa aktivitas kerja ilmiah yang meliputi