• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh : Dian Tri Vita Sari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun Oleh : Dian Tri Vita Sari"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

07 – 09 MEI 2018

Disusun Oleh :

Dian Tri Vita Sari

2015750012

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii Assalammualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Ny. S dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih“ dari tanggal 07 sampai 09 Mei 2018.

Karya Tulis Ilmiah ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada :

1. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Ka. Prodi. DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ns. Fitrian Rayasari, M.Kep., Sp.KMB selaku dosen pembimbing dan penguji dari Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ns. Nuraenah, M.Kep selaku wali akademi tingkat III Angkatan XXXIII Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Dr. Yani Sofiani, M.Kep., Sp.KMB selaku penguji dari Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

(5)

iv

5. Orang tua dan Kakak-kakak saya tercinta yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XXXIII Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang sudah menyediakan fasilitas dan buku-buku yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Jakarta, 19 Mei 2018

(6)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penulisan ... 4 1. Tujuan Umum ... 4 2. Tujuan Khusus ... 5 C. Lingkup Masalah ... 5 D. Metode Penulisan ... 5 E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI ... 8

A. Konsep Dasar ... 8

1. Pengertian ... 8

2. Klasifikasi ... 9

3. Etiologi ... 9

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar ... 12

5. Manifestasi Klinis ... 15

6. Komplikasi ... 17

7. Penatalaksanaan dan Terapi ... 18

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan CHF ... 20

1. Pengkajian Keperawatan ... 20

2. Diagnosa Keperawatan ... 25

3. Perencanaan Keperawatan ... 26

4. Pelaksanaan Keperawatan ... 35

5. Evaluasi Keperawatan ... 35

BAB III TINJAUAN KASUS ... 37

A. Pengkajian Keperawatan ... 37 B. Diagnosa Keperawatan ... 52 C. Perencanaan Keperawatan ... 56 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 59 E. Evaluasi Keperawatan ... 64 BAB IV PEMBAHASAN ... 72 A. Pengkajian Keperawatan ... 72 B. Diagnosa Keperawatan ... 75 C. Perencanaan Keperawatan ... 78 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 80 E. Evaluasi Keperawatan ... 81

(7)

BAB V PENUTUP ... 84 A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit CHF sesuai dengan kelasnya ... 9

Tabel 2.2 Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya ... 10

Tabel 2.3 Penyebab gagal jantung berdasarkan kelainannya ... 11

Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan ... 27

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 04 Mei 2018 ... 38

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 06 Mei 2018 ... 45

Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan ECHO tanggal 06 Mei 2018 ... 46

Tabel 3.4 Data fokus ... 47

Tabel 3.5 Analisa data ... 49

Tabel 3.6 Perencanaan keperawatan ... 56

Tabel 3.7 Pelaksanaan keperawatan ... 59

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspiani, 2015). Menurut pendapat ahli yang lain, gagal jantung adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, akibatnya adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung (Sudoyo, 2011).

Penyebab CHF yaitu kondisi yang meningkatkan preload, afterload, atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Kondisi yang meningkatkan preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Afterload meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta atau dilatasi ventrikel. Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas miokardium dapat menurun (Asikin, 2016).

Pada umumnya pasien dengan CHF muncul tanda dan gejala yang berbeda disetiap letak gagal jantungnya seperti pada gagal jantung ventrikel kanan mempunyai tanda dan gejala edema, anoreksia, mual, asites, dan sakit daerah perut. Sedangkan pada gagal jantung ventrikel kiri mempunyai tanda dan gejala badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak nafas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin. Jika tanda dan gejala tersebut tidak dapat diatasi dengan cepat dan tepat, maka akan terjadi komplikasi, seperti: hepatomegali, edema paru, hidrotoraks, syok kardiogenik, dan tamponade jantung (Kasron, 2012; LeMone, 2016).

(10)

CHF merupakan salah satu masalah kesehatan dalam sistem kardiovaskuler, yang angka kematiannya terus meningkat. Menurut American Heart Association (AHA) tahun 2016 dilaporkan bahwa ada 7,3 juta penduduk Amerika Serikat yang menderita gagal jantung (AHA, 2016).

RISKESDAS 2013, melaporkan berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit CHF atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif di Indonesia, diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/ gejala diperkirakan sekitar 530.068 orang. Prevalensi CHF berdasarkan terdiagnosa dokter tertinggi di Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%). Prevalensi CHF berdasarkan diagnosa dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar (0,5%). Prevalensi CHF di DKI Jakarta berdasarkan terdiagnosa dokter menduduki peringkat 5 di Indonesia sebanyak (0,15%) atau 11.414 orang (RISKESDAS, 2013).

Pasien CHF yang dirawat di rumah sakit akan megalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan oksigenasi, kebutuhan cairan dan elektrolit, dan kebutuhan aktivitas. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pada pasien CHF gangguan kebutuhan oksigenasi terjadi karena adanya kegagalan pada fungsi ventrikel yang menyebabkan hambatan pengosongan ventrikel, dan pompa jantung meningkat, hal ini akan menurunkan kemampuan jantung memompa atau disebut dengan penurunan curah jantung. Kemampuan jantung memompa mengakibatkan adanya bendungan pada paru-paru dan ini mengakibatkan gangguan pertukaran gas.

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Pada pasien CHF gagal pompa ventrikel mengakibatkan forward failure sehingga curah jantung menurun

(11)

maka renal flow menurun sehingga pelepasan RAA (Renin Angiotensin dan Aldosteron) maka terjadi retensi natrium dan air mengakibatkan edema sehingga terjadi kelebihan volume cairan.

Kebutuhan aktivitas merupakan suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Pada pasien CHF gagal pompa ventrikel mengakibatkan forward failure sehingga curah jantung menurun maka suplai darah kejaringan menurun, nutrisi dan oksigen sel menurun, metabolisme sel menurun maka terjadi lemah dan letih sehingga terjadi intoleransi aktifitas (Kasron, 2012).

Upaya untuk mengatasi masalah gangguan pemenuhan kebutuhan pada pasien CHF, maka diperlukan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi bio, psiko, sosial, dan spiritual. Untuk meningkatkan kesembuhan pasien CHF maka diperlukan 4 upaya yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pada pasien CHF upaya promotif dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan seperti: pengertian CHF, penyebab, tanda gejala, dan komplikasi yang bertujuan untuk mencegah terulangnya serangan kegagalan jantung, faktor-faktor pencetus, modifikasi diit, efek samping dari obat-obatan, program kegiatan/ istirahat, dan tanda-tanda yang perlu dilaporkan kepada dokter.

Upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan. Pada pasien CHF upaya preventif dapat dilakukan dengan mempertahankan keseimbangan cairan pasien serta membatasi asupan natrium pasien, dan membiasakan pola hidup sehat. Upaya kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk pemyembuhan penyakit. Pada pasien CHF upaya kuratif dapat dilakukan dengan memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon

(12)

pasien, seperti memberikan istirahat fisik pada pasien CHF klasifikasi kelas II, pemberian terapi glikosida jantung, diuretik, dan vasodilator.

Upaya rehabilitatif adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan pasien CHF ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pada pasien CHF upaya rehabilitatif dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas pasien sehari-hari secara bertahap untuk meningkatkan kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah. Perawatan yang dapat dilakukan di rumah seperti: istirahat cukup, diet rendah kolesterol, konsumsi protein, dan serat yang cukup (Nursalam, 2008; Asikin, 2016).

Masih banyaknya kasus CHF di Indonesia, gangguan pemenuhan kebutuhan yang terjadi, sebagai calon perawat menyadari pentingnya memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan secara komprehensif untuk membantu pasien mencapai kondisi tubuh yang sehat. Untuk mencapainya tujuan tersebut perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat. Agar dapat melaksanakan pelayanan keperawatan yang professional yang mencakup asuhan keperawatan secara komprehensif, upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan. Dari penjelasan diatas, maka penulis mengangkat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah untuk menambah pengetahuan, dapat menerapkan teori, dan konsep yang telah dipelajari

(13)

sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF).

2. Tujuan Khusus:

a. Mampu menguraikan hasil pengkajian kebutuhan dasar pada pasien dengan CHF di Rumah Sakit Islam Jakarta.

b. Mampu menguraikan masalah keperawatan kebutuhan dasar pada pasien dengan CHF di Rumah Sakit Islam Jakarta.

c. Mampu menguraikan rencana tindakan keperawatan kebutuhan dasar pada pasien dengan CHF di Rumah Sakit Islam Jakarta.

d. Mampu menguraikan tindakan keperawatan kebutuhan dasar pada pasien dengan CHF di Rumah Sakit Islam Jakarta.

e. Mampu menguraikan hasil evaluasi kebutuhan dasar pada pasien dengan CHF di Rumah Sakit Islam Jakarta.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara konsep teori dan kasus.

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat mencari solusi.

C. Lingkup Masalah

Penulisan Karya Tulis Ilmiah merupakan pembahasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Ny. S dengan Congestive Heart Failure (CHF) yang dilakukan selama 3X24 jam di paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dari tanggal 07 – 09 Mei 2018.

D. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yaitu dengan menggunakan metode studi kepustakaan, dimana penulis mencari dan mempelajari beberapa

(14)

sumber data yang berkaitan dengan topik permasalahan yaitu Congestive Heart Failure (CHF), metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengamati, menganalisa, menarik kesimpulan dari pengalaman nyata. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah: studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus dengan menggunakan proses keperawatan, dan hasil asuhan keperawatan di deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis menyusunnya secara sistematika yang terdiri dari lima bab dengan perincian sebagai berikut: Bab I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : TINJAUAN TEORITIS

Meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi, gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, asuhan keperawatan (pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan).

Bab III : TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. S dengan Congestive Heart Failure (CHF) selama 3x24 jam yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Bab IV : PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang berbagai kesenjangan yang timbul antara tinjauan teoritis, dan tinjauan kasus. Dalam pembahasan bab ini juga akan diidentifikasikan berbagai faktor penunjang, dan penghambat dari asuhan keperawatan serta

(15)

pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan ditiap-tiap tahapannya, yaitu : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Bab V : KESIMPULAN dan SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) serta permasalahan yang timbul. Selain itu, diuraikan saran yaitu tentang harapan dan masukan dari penulis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, dan perawatan yang diberikan oleh perawat untuk pasien.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

8 BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Congestive Heart Failure (CHF) 1. Pengertian

Berikut ini adalah pengertian tentang CHF menurut beberapa ahli dan sumber diantaranya adalah :

a. Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspiani, 2015).

b. Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi ketika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (Black, 2009).

c. Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2017).

d. Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme dan oksigen (Nugroho, 2011).

e. Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, akibatnya adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung (Sudoyo, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran oksigen ke organ tubuh.

(17)

2. Klasifikasi

Pada CHF terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit gagal jantung kongestif sesuai dengan kelasnya

Klasifikasi Karakteristik

Kelas I  Tidak ada batasan aktivitas fisik

 Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan

Kelas II  Gangguan aktivitas fisik ringan  Merasa nyaman ketika beristirahat

 Aktivitas fisik biasa menimbulkan keletihan, dan palpitasi Kela III  Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata

 Merasa nyaman ketika beristirahat

 Aktivitas fisik yang tidak biasanya menyebabkan dispnea napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan

Kelas IV  Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman

 Gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat istirahat

 Ketidaknyaman semakin bertambah ketika melakukan aktivitas fisik apapun

Sumber: Aspiani, 2015

3. Etiologi

Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat menyebabkan timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang meningkatkan preload, afterload, atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Kondisi yang meningkatkan preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Afterload meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta atau dilatasi ventrikel. Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas miokardium dapat menurun. Terdapat faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa, anatara lain adanya gangguan pengisian ventrikel (stenosis katup atrioventrikularis), serta adanya gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung). Berdasarkan seluruh penyebab

(18)

tersebut, diduga yang paling mungkin terjadi yaitu pada setiap kondisi tersebut menyebabkan gangguan penghantaran kalsium didalam sarkomer, atau didalam sintesis, atau fungsi protein kontraktil.

Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis yang dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:

1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ vital.

2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah jantung dan output jantung normal.

b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada tekanan vena sentral normal.

Tabel 2.2 Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya

Jenis gagal jantung Penyebab

Gagal jantung kiri Gagal jantung sistolik  Diabetes melitus  Hipertensi  Penyakit katup jantung  Aritmia  Infeksi dan inflamasi (miokarditis)  Kardiomiopati peripartum/ idiopatik  Penyakit jantung koroner  Penyakit jantung kongenital  Penyakit endokrin, kondisi neuromuskular, dan penyakit reumatologi

(19)

Jenis gagal jantung Penyebab Gagal jantung kiri Gagal jantung diastolik  Penyakit jantung

koroner  Diabetes melitus  Hipertensi  Penyakit katup jantung (stenosis aorta)  Kardiomiopati restriktif/ hipertrofi  Perikarditis kontstriktif

Gagal jantung kanan  Gagal ventrikel kiri  Penyakit jantung koroner  Hipertensi pulmonal  Stenosis katup pulmonalis  Emboli paru  Penyakit paru kronis  Penyakit neuromuskular Sumber: Asikin, 2016

Tabel 2.3 Penyebab gagal jantung berdasarkan kalainannya

Penyebab gagal jantung Deskripsi

Kelainan mekanik Peningkatan beban tekanan

 Sentral (stenosis aorta, dan lain-lain)

 Perifer (hipertensi sistemik, dan lain-lain)

Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, pirau, peningkatan beban awal, dan lain-lain)

Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau trikuspid)

Tamponade perikardium

Pembatasan miokardium atau endokardium

Aneurisme ventrikel Disinergi ventrikel Kelainan miokardium Primer

 Kardiomiopati  Miokarditis

 Kelainan metabolik

 Toksisitas (alkohol dan kobalt)  Presbikardia

(20)

Penyebab gagal jantung Deskripsi

Kelainan disdinamik sekunder (akibat kelainan mekanik)

 Deprivasi oksigen (penyakit jantung koroner)

 Kelainan metabolik  Peradangan  Penyakit sistemik

 Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Perubahan irama jantung atau urutan hantaran

 Terjadi fibrilasi

 Takikardia atau bradikardia ekstrem

 Arus listrik yang tidak sinkron (gangguan konduksi)

Sumber: Asikin, 2016

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar a. Kebutuhan dasar manusia

Menurut Potter dan Perry (2012). Handerson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Handerson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).

2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan). 3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).

4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).

5) Tidur dan istirahat (kebutuhan aktivitas).

6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal hygiene). 7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan

menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan (kebutuhan cairan).

8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen (kebutuhan personal hygiene).

(21)

9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai (kebutuhan aman nyaman).

10)Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuhan psikososial). 11)Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).

12)Bekerja dengan tata cara yang mengandug unsur prestasi (kebutuhan belajar).

13)Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan bermain).

14)Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).

Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1-9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis. Handerson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama hal dengan pasien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit).

b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada CHF menurut Kasron (2012), yaitu :

1) Kebutuhan oksigen

Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Pada pasien CHF gangguan kebutuhan oksigenasi terjadi karena adanya kegagalan pada fungsi ventrikel yang menyebabkan hambatan pengosongan ventrikel, dan pompa jantung meningkat,

(22)

hal ini akan menurunkan kemampuan jantung memompa atau disebut dengan penurunan curah jantung. Kemampuan jantung memompa mengakibatkan adanya bendungan pada paru-paru dan ini mengakibatkan gangguan pertukaran gas.

Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak masuk ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang akan membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak napas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ekstrimitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru.

2) Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Pada pasien CHF menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang ke ginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya terbentuk angiotensi II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan ektraintravaskuler sehingga terjadi kelebihan volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial. 3) Kebutuhan aktivitas

Kebutuhan aktivitas merupakan suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Pada pasien CHF gagal pompa ventrikel mengakibatkan forward failure sehingga curah jantung menurun maka suplai darah kejaringan menurun, nutrisi dan

(23)

oksigen sel menurun, metabolisme sel menurun maka terjadi lemah dan letih sehingga terjadi intoleransi aktifitas.

Kebutuhan aktivitas ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu: pemenuhan kebutuhan personal hygiene karena kelelahan, kelemahan dalam melakukan aktivitas, pemenuhan kebutuhan eliminasi karena penurunan frekuensi berkemih di siang hari dan peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari (nokturia), pemenuhan kebutuhan psikososial karena tidak mampu berinteraksi.

4) Kebutuhan istirahat dan tidur

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, rileks, tanpa tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Pada pasien CHF terjadi gagal pompa ventrikel kiri sehingga suplai O2 dalam tubuh akan berkurang maka peningkatan RR (Respiratory Rate) mengakibatkan sesak terjadi peningkatan pada malam hari, ortopnea (sesak saat berbaring) sehingga pasien sering terbangun maka terjadi gangguan istirahat tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur ini berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu: bekerja, belajar, dan bermain karena menurunnya sumber energi.

5. Manifestasi Klinik

Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel mana yang terjadi.

a. Gagal jantung kiri

Manifestasi kliniknya antara lain: 1) Dispneu

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea (kesulitan

(24)

bernafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal nokturnal dispnea (PND).

2) Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.

3) Sianosis

Terjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad failure) pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ seperti : kulit, dan otot-otot rangka

4) Batuk

Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan pada bronki.

5) Denyut jantung cepat (Takikardi)

Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk menutupi fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi.

b. Gagal jantung kanan

Manifestasi kliniknya antara lain :

1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen

2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen

3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan status vena di dalam rongga abdomen

4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi renal

5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.

(25)

6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya pelepasan renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler

7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis, sehingga cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli

6. Komplikasi

Menurut LeMone (2016). Mekanisme kompensasi yang dimulai pada gagal jantung dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain. Hepatomegali kongestif dan splenomegali kongestif yang disebabkan oleh pembengkakkan sistem vena porta menimbulkan peningkatan tekanan abdomen, asites, dan masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah kanan yang lama, fungsi hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat memicu disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura dan masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung berat adalah syok kardiogenik dan edema paru. Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain, yaitu:

a. Sistem kardiovaskuler:

Angina, disritmia, kematian jantung mendadak, dan syok kardiogenik. b. Sistem pernapasan:

Edema paru, pneumonia, asma kardiak, efusi pleura, pernapasan Cheyne-Stokes, dan asidosis respiratorik.

c. Sistem pencernaan:

Malnutrisi, asites, disfungsi hati.

7. Penatalaksanaan dan Terapi

Penatalaksanaan CHF bertujuan untuk menurunkan kerja jantung, meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan

(26)

retensi garam dan air (Aspiani, 2015). Penatalaksanaan CHF dibagi 2, yaitu:

a. Penatalaksanaan keperawatan

1) Memperbaiki kontraksi miokard/ perfusi sistemik: a) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler. b) Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.

c) Memberikan terapi medis: digitalis untuk memperkuat kontraksi otot jantung.

2) Menurunkan volume cairan yang berlebihan:

a) Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan.

b) Mencatat asupan dan haluaran. c) Menimbang berat badan.

d) Restriksi garam/ diet rendah garam. 3) Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi:

a) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan pasien.

b) Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring. c) Mengubah posisi tidur.

d) Memperbaiki efek samping pemberian medika mentosa; keracunan digitalis.

e) Memeriksa atau mengobservasi EKG.

4) Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan:

a) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosis, kegunaan obat-obatan yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian obat.

b) Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti: merokok, stress, kerja berta, minuman alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol.

c) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan

(27)

kelelahan, berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, dan keringat dingin.

d) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala.

e) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya secara nyata/ realitas akan dirinya baik. b. Penatalaksanaan kolaboratif

1) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja jantung 2) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut,

vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.

3) Reduksi volume darah sirkulasi

Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.

4) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.

5) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekuensi ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.

6) Inotropik positif a) Dopamin

Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-adrenergik beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja jantung. b) Dobutamin

(28)

Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi dan takikardia.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien) (Nursalam, 2008).

Pengkajian keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) menurut Aspiani, 2015; Asikin, 2016 sebagai berikut:

a. Identitas pasien

Nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, diagnosa medis, tanggal masuk rumah sakit, dan nomor medical record.

b. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual 1) Aktivitas dan istirahat

a) Gejala:

Cepat lelah, kelelahan sepanjang hari, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari misalnya: membersikan tempat tidur dan menaiki tangga, intoleransi aktivitas, dispnea saat istirahat atau beraktivitas, insomnia, tidak mampu untuk tidur telentang.

b) Tanda:

Toleransi aktivitas terbatas, kelelahan, gelisah, perubahan status mental misalnya: ansietas dan latergi, perubahan tanda-tanda vital saat beraktivitas.

(29)

a) Gejala:

Riwayat hipertensi, infark miokard baru atau akut, episode gagal jantung sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, lupus eritematosus sistemik, anemia, syok sepsis, pembengkakan pada tungkai, dan distensi abdomen.

b) Tanda:

Tekanan darah rendah akibat kegagalan pompa jantung, denyut nadi teraba lemah, denyut dan irama jantung takikardia; disritmia, nadi apikal titik PMI menyebar dan bergerak ke arah kiri, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lemah; S3 gallop terdiagnosis GJK; S4 dengan hipertensi dan murmur sistolik diastolik dapat menandakan adanya stenosis yang menyebabkan GJK, denyut nadi perifer berkurang; nadi sentral teraba kuat, kulit pucat; berwarna abu-abu; sianosis, kuku pucat dengan pengisian kapiler yang lambat, pembesaran hati teraba, edema dependen, dan terdapat distensi vena jugularis. 3) Integritas ego

a) Gejala:

Ansietas, stres yang berhubungan dengan penyakit atau kondisi finansial

b) Tanda:

Berbagai macam menifestasi misalnya: ansietas, marah, takut, dan iritabilitas (mudah tersinggung).

4) Eliminasi a) Gejala:

Penurunan frekuensi berkemih, urine berwarna gelap, berkemih di malam hari.

b) Tanda:

Penurunan frekuensi berkemih di siang hari dan peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari (nokturia).

(30)

a) Gejala:

Riwayat diet tinggi garam; lemak; gula; serta kafein, penurunan nafsu makan, anoreksia, mual, muntah.

b) Tanda:

Edema di ekstremitas bawah, edema dependen, edema pitting, distensi abdomen menandakan adanya asites atau pembengkakan hati.

6) Hygiene a) Gejala:

Kelelahan, kelemahan selama melakukan aktivitas. b) Tanda:

Penampilan mengindikasikan adanya kelalaian dalam perawatan diri.

7) Neurosensori a) Gejala:

Kelelahan, pusing, pingsan. b) Tanda:

Latergi, kebingungan, disorientasi, perubahan perilaku, iritabilitas (mudah tersinggung).

8) Nyeri/ ketidaknyamanan a) Gejala:

Nyeri dada, angina akut atau angina kronis, nyeri abdomen bagian kanan atas (gagal jantung kanan), nyeri otot.

b) Tanda:

Gelisah, fokus berkurang dan menarik diri, menjaga perilaku.

9) Pernapasan a) Gejala:

Dispnea saat beraktivitas atau istirahat, dispnea pada malam hari sehingga mengganggu tidur, tidur dengan posisi duduk atau dengan sejumlah bantal, batuk dengan atau tanpa produksi

(31)

sputum terutama saat posisi rekumben, penggunaan alat bantu nafas misalnya oksigen atau obat-obatan.

b) Tanda:

Takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung, batuk moist pada gagal jantung kiri, pada sputum terdapat darah berwatna merah muda dan berbuih (edema pulmonal), bunyi nafas terdengar lemah dengan adanya krakels dan mengi, penurunan proses berpikir; letargi; kegelisahan, pucat atau sianosis.

10)Keamanan a) Tanda:

Perubahan proses berpikir dan kebingungan, penurunan kekuatan dan tonus otot, peningkatan resiko jatuh, kulit lecet, ruam.

c. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi:

a) Respirasi meningkat, dispnea.

b) Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah. c) Vena leher dengan JVP meningkat.

d) Kulit bersisik, pucat. e) Edema kaki, skrotum. f) Asites abdomen. 2) Palpasi:

a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi atau hipertrofi ventrikel.

b) Pulsasi perifer menurun.

c) Hati teraba di bawah arkus kosta kanan.

d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta sistemik meningkat.

e) Edema menyebabkan piting. 3) Auskultasi:

(32)

a) Suara paru menurun, basilar rates mengakibatkan cairan pada jaringan paru.

b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi miokard menurun. S3 meningkat, volume sisa meningkat, murmur terkadang juga terjadi.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF) adalah:

1) Pemeriksaan laboratorium :

a) Enzym hepar: meningkat dalam gagal jantung kongestif. b) Elektrolit: berubah karena perpindahan cairan, penurunan

fungsi ginjal.

c) AGD (Analisa Gas Darah): gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan p (partial pressure of carbon dioxide).

d) Albumin: menurun sebagai akibat penurunan masukan protein. 2) Radiologi, yaitu Rongent Thorax :

a) Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang.

b) Lapang paru bercak-bercak karena edema paru. c) Distensi vena paru.

d) Hidrotoraks.

e) Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat. 3) EKG

Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertrofi ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru).

4) Ekokardiografi

Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.

(33)

Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmonary arterial wedge pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,71/menit/ luas permukaan tubuh.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan pasien mengenai respon individu (pasien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Nursalam, 2008).

Diagnosa keperawatan pada pasien CHF menurut Asikin (2016), yaitu: a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan

jantung memompakan sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan tubuh.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.

c. Volume cairan berlebihan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air. d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bed rest dalam jangka waktu lama, edema, dan penurunan perfusi jaringan.

f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya pemahaman terkait fungsi jantung, dan gagal jantung.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan adalah suatu dokumentasi tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan. Rencana asuhan keperawatan yang akan disusun harus mempunyai

(34)

beberapa komponen, yaitu: prioritas masalah, kriteria hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasian (Nursalam, 2008).

(35)

Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan

ketidakmampuan jantung memompa sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan tubuh

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan curah jantung adekuat dengan kriteria hasil:

a. Efektivitas pompa jantung yang ditandai dengan: - Tanda-tanda vital

dalam batas wajar, tidak ada atau terkontrolnya disritmia, tidak ada gejala gagal jantung, misalnya parameter

hemodinamik dalam batas wajar dan pengeluaran urine adekuat.

- Menunjukkan

penurunan episode dispnea dan angina. b. Manajemen penyakit

jantung secara mandiri yang ditandai dengan: - Berpartisipasi dalam

kegiatan yang mengurangi beban kerja jantung.

1. Auskultasi nadi apikal, catat penilaian denyut jantung, irama, dan dokumentasikan disritmia jika tersedia telemetri.

2. Catat bunyi jantung .

3. Palpasi denyut nadi perifer.

4. Pantau tekanan darah.

5. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.

1. Takikardi biasanya muncul meskipun saat pasien dalam kondisi istirahat, untuk mengompensasi penurunan kontraktilitas ventrikular. 2. S1 dan S2 mungkin terdengar lemah akibat penurunan kemampuan jantung untuk memompa irama gallop yang umum (S3 dan S4) juga mungkin terdengar. Murmur mungkin nenunjukkan kelainan katup dan stenosis.

3. Penurunan curah jantung dapat terlihat pada penurunan denyut nadi radialis, nadi popliteal, nadi dorsalis pedis, dan nadi posttibialis.

4. Pada gagal jantung awal atau kronis tekanan darah meningkat karena peningkatan tekanan pembuluh darah sistemik. Pada gagal jantung yang lebih lanjut tubuh tidak mampu lagi untuk mengompensasi dan mungkin terjadi hipotensi yang parah serta ireversibel.

5. Pucat merupakan indikasi berkurangnya perfusi perfifer sekunder akibat dari curah jantung yang tidak adekuat, vasokonstriksi, dan anemia. Sianosis dapat terjadi pada gagal jantung refraktori karena

(36)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional 6. Pantau asupan dan

pengeluaran urine, catat penurunan, jumlah warna, dan konsentrasi urine.

7. Anjurkan pasien untuk istirahat dengan posisi semirekumben di tempat tidur atau kursi.

8. Ciptakan lingkungan yang tenang, bantu pasien untuk menghindari situasi stres, serta dengarkan dan motivasi pasien untuk mengekspresikan perasaannya.

9. Posisikan pasien dengan kaki lebih tinggi dari tubuh, hindari tekanan dibawah lutut. Motivasi pasien untuk latihan ROM. Tingkatkan ambulasi dan aktivitas sesuai kemampuan klien.

10. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian:

peningkatan kongesti vena.

6. Ginjal merespon penurunan curah jantung dengan mempertahankan air dan natrium. Pengeluaran urine menurun sepanjang hari karena perpindahan cairan ke dalam jaringan, tetapi dapat meningkat pada malam hari karena cairan kembali ke sirkulasi saat pasien berbaring.

7. Istirahat fisik harus dipertahankan pada pasien dengan gagal jantung untuk meningkatkan efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan konsumsi oksigen miokard, serta beban jantung.

8. Istirahat fisik dan psikologis membantu untuk mengurangi stres yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan beban kerja jantung.

9. Menurunkan statis vena dan insiden trombus, serta pembentukkan emboli.

10. Tambahan oksigen meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, serta menghindari hipoksia

(37)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional - Oksigen tambahan.

- Loop diuretik, misalnya furosemid (lasix).

- ACE inhibitor, mialnya benazepril (lotensin). - Vasodilator, misalnya

nitrat (nitro-dur, isordil).

dan iskemia. Loop diuretik untuk mencegah reabsorpsi klorida, sehingga menghambat reabsorpsi garam dan air. ACE inhibirot untuk mengontrol gagal jantung sehingga curah jantung meningkat.

2. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas adekuat dengan kriteria hasil:

a. Menunjukkan hasil nilai gas darah arteri (AGD) dan oksimetri dalam rentang normal, serta pasien bebas dari gejala gangguan pernapasan.

1. Auskultasi suara napas, catat adanya krakels dan mengi. 2. Anjurkan pasien untuk batuk

efektif dan tarik napas dalam. 3. Pertahankan posisi semifowler

dengan kepala tempat tidur ditinggikan sebesar . Sokong tangan dengan bantal. 4. Kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dalam pemantauan grafik nilai arteri gas darah dan oksimetri. 5. Kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dalam pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.

6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian:

- Diuretik, misalnya furosemide (lasix). - Bronkodilator, misalnya

aminophyline.

1. Mengetahui adanya kongesti paru atau adanya penumpukkan sekret. 2. Membersihkan jalan napas dan

memfasilitasi kebutuhan oksigen. 3. Mengurangi konsumsi dan

kebutuhan oksigen, serta meningkatkan infllasi paru maksimal.

4. Hipoksemia dapat menjadi parah selama edema paru.

5. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat memperbaiki atau mengurangi hipoksia jaringan. 6. Diuretik digunakan untuk

mengurangi kongesti alveolar dan meningkatkan pertukaran gas. Bronkodilator digunakan untuk meningkatkan pengiriman oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil dan mengeluarkan efek diuretik ringan untuk membantu dalam mengurangi kongestri paru.

(38)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/ meningkatnya

produksi ADH dan retensi natrium dan air.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan kriteria hasil:

a. Pasien menunjukkan volume cairan yang stabil dengan asupan dan keluaran yang seimbang, bunyi napas dan tanda-tanda vital dalam rentang normal, berat badan stabil, dan tidak ada edema.

1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna, serta waktu saat diuresis terjadi.

2. Kaji adanya distensi pada leher dan pembuluh perifer. Inspeksi adanya edema pitting edema umum (anasarka) pada area tubuh.

3. Auskultasi suara napas, catat adanya perubahan misalnya krakels dan mengi. Catat adanya dispnea, batuk, dan ortopnea.

4. Ukur lingkar abdomen sesuai prosedur.

5. Catat peningkatan letargi, hipotensi, dan kram otot.

6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian:

- Diuretik, misalnya Furosemid (Lasix). - Thiazides dengan agen

anti kalium, misalnya

1. Pengeluaran urine menurun dan pekat sepanjang hari karena perfusi ginjal berkurang, tetapi dapat meningkat pada malam hari karena cairan kembali ke sirkulasi saat klien berbaring.

2. Retensi cairan yang berlebihan dapat dimanifestasikan sebagai pembengkakan vena dan pembentukkan edema.

3. Kelebihan volume cairan menyebabkan kongesti paru. Gejala edema paru menunjukkan gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan gejala pernapasan yang muncul misalnya dispnea, batuk, dan ortopnea.

4. Pada gagal jantung kanan progresif cairan dapat berpindah ke arah peritoneal, sehingga menyebabkan perubahan lingkar abdomen (asites). 5. Tanda dari defisit kalium dan

natrium karena perpindahan cairan dan terapi diuretik.

6. Diuretik meningkatkan aliran urin serta menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada tubulus ginjal. Thiazides meningkatkan diuresis tanpa kehilangan kalium yang berlebihan. Suplemen kalium menggantikan kalium yang hilang

(39)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional spironolactone

(Aldactone).

- Suplemen kalium, misalnya K-Dur

akibat dari efek samping terapi diuretik.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria hasil:

a. Berpartisipasi dalam kegiatan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan, dapat memenuhi perawatan diri secara mandiri.

b. Peningkatan toleransi aktivitas yang dibuktikan dengan berkurangnya kelelahan dan kelemahan, serta tanda-tanda vital dalam batas wajar selama kegiatan.

1. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah aktivitas selama episode akut atau perburukan gagal jantung. Khususnya jika pasien menggunakan vasodilator, diuretik, atau beta bloker. 2. Kaji tingkat kelelahan,

evaluasi penyebab lain kelelahan misalnya nyeri, perawatan gagal jantung, anemia, dan depresi.

3. Dukung pasien untuk meningkatkan aktivitas/ toleransi perawatan diri. 4. Kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dalam pemberian program rehabilitas jantung secara bertahap.

1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi saat beraktivitas akibat dari obat vasodilator dan diuretik, atau pengaruh fungsi jantung.

2. Kelelahan karena gagal jantung kronik dapat berhubungan dengan hemodinamik, pernapasan, dan kelainan otot perifer.

3. Memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi kebutuhan oksigen yang berlebihan. 4. Untuk memperkuat dan memperbaiki fungsi jantung yang berada di bawah tekanan, jika disfungsi jantung tidak dapat diperbaiki ke kondisi semula. 5. Resiko gangguan

integritas kulit berhubungan dengan bed rest dalam jangka waktu lama, edema, dan penurunan perfusi jaringan.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan kriteria hasil:

a. Menjaga integritas kulit dan menunjukkan perilaku atau teknik

1. Inspeksi kulit, catat adanya tonjolan tulang, adanya edema, dan area dengan sirkulasi yang terganggu. 2. Berikan pijatan lembut di

sekitar area yang pucat dan kemerahan.

3. Motivasi pasien untuk

1. Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, obesitas atau kurus, edema, imobilitas fisik, dan perubahan status gizi.

2. Meningkatkan aliran darah dan meminimalkan hipoksia jaringan. 3. Mengurangi tekanan pada jaringan,

(40)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional untuk mencegah

kerusakan kulit.

melakukan perubahan posisi secara berkala di tempat tidur atau kursi roda.

4. Berikan perawatan kulit secara berkala.

5. Hindari pemberian obat melalui intramuskular.

6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian tekanan alternatif atau matras angina (kasur antidekubitus), sheepskin elbow, dan protektor tumit.

meningkatkan sirkulasi, dan mengurangi waktu pada satu area yang tidak terkena aliran darah. 4. Kekeringan atau kelembapan yang

berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit.

5. Edema interstisial dan gangguan sirkulasi dapat menghambat penyerapan obat dan predisposisi kerusakan jaringan, serta pengembangan infeksi.

6. Menurunkan tekanan pada kulit dan dapat memperbaiki sirkulasi.

6. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya

berhubungan dengan kurangnya pemahaman terkait fungsi jantung, dan gagal jantung

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam diharapkan memahami pengetahuan tentang proses penyakitnya dengan kriteria hasil:

a. Mengidentifikasi

hubungan terapi berkelanjutan untuk pengurangan episode berulang dan pencegahan komplikasi.

b. Mengetahui tanda dan gejala yang memerlukan intervensi.

1. Diskusikan dengan pasien tentang fungsi jantung yang normal, informasi mengenai hal yang berbeda pada pasien dari fungsi normalnya.

2. Diskusikan pentingnya pembatasan natrium. Berikan informasi makanan apa saja yang harus dihindari.

3. Tinjau obat, tujuan, dan efek samping. Berikan instruksi secara lisan dan tertulis pada pasien.

1. Pengetahuan tentang proses penyakitnya dan harapan pasien dapat memfasilitasi partisipasi klien dalam pengelolaan gagal jantung. 2. Asupan makanan natrium lebih dari

3 gram/ hari dapat mengimbangi efek diuretik. Sumber natrium yang paling umum yaitu garam, dan makanan asin termasuk sup serta sayuran dalam kemasan kaleng. 3. Memahami kebutuhan terapeutik

dan pentingnya melaporkan jika terjadi efek samping dari obat dapat mencegah komplikasi akibat reaksi

(41)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional c. Mengidentifikasi stres,

faktor risiko yang menjadi penyebab, dan teknik untuk menangani stres.

d. Melakukan perubahan gaya hidup sesuai kebutuhan.

4. Rekomendasikan untuk mengonsumsi obat diuretik di pagi hari.

5. Diskusikan dengan pasien mengenai faktor risiko, misalnya: merokok, penyalahgunaan alkohol, dan faktor pemicu seperti diet tinggi garam, tidak aktif atau kelelahan, dan terpapar suhu ekstrem.

6. Diskusikan tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis segera, misalnya: kenaikan berat badan yang cepat dan signifikan, edema, sesak napas, peningkatan kelelahan, batuk, hemoptisis, dan demam.

7. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk

obat.

4. Memberikan waktu yang cukup terhadap efek obat, sehingga tidak terjadi gangguan tidur pada malam hari.

5. Menambah pengetahuan pasien sehingga memungkinkan pasien untuk membuat keputusan terkait pencegahan kekambuan. Merokok dapat menyebabkan vasokonstriksi, asupan natrium berlebih menyebabkan retensi air dan pembentukan edema. Keseimbangan yang tidak tepat antara aktivitas, istirahat, dan paparan suhu ekstrem dapat menyebabkan kelelahan. Meningkatkan beban kerja miokard, meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Alkohol dapat menurunkan kontraktilitas jantung. 6. Meningkatkan tanggung jawab

pasien dalam pemeliharaan kesehatan dan membantu dalam pencegahan komplikasi, misalnya edema paru dan pneumonia. Kenaikan berat badan yang mencapai 1,5 kg dalam seminggu membutuhkan evaluasi medis atau perubahan dalam terapi diuretik. 7. Tingkat keparahan dan seringnya

(42)

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional mengajukan pertanyaan,

mendiskusikan masalah, dan membuat perubahan gaya hidup yang diperlukan.

kondisi yang terus menurun pada pasien gagal jantung yang membuat kemampuan koping serta kapasitas pendukung pasien dan keluarga menurun sehingga mengakibatkan depresi pada pasien gagal jantung.

(43)

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan. Evaluasi keperawatan sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan pasien. Dengan mengukur perkembangan pasien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan. Meskipun tahap evaluasi keperawatan diletakkan pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa keperawatan perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi diperlukan pada tahap rencana asuhan keperawatan untuk menentukan apakah tujuan rencana asuhan keperawatan tersebut dapat dicapai secara efektif. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Tahap

(44)

evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2008).

Menurut Smeltzer, (2017). Evaluasi keperawatan pada pasien dengan CHF, yaitu:

a. Menunjukkan peningkatan curah jantung. b. Menunjukkan perbaikan pertukaran gas. c. Mempertahankan keseimbangan cairan.

d. Menunjukkan toleransi terhadap peningkatan aktivitas. e. Menunjukkan tidak adanya tanda-tanda integritas kulit.

(45)

37

BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar selama tiga hari dari tanggal 07-09 Mei 2018. Dalam melengkapi data ini penulis melakukan wawancara dengan pasien, keluarga, dan tim perawat di ruangan, selain itu memperoleh data-data dari catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil observasi langsung, dan pemeriksaan fisik.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 07 Mei 2018 di pavilium Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

1. Identitas

Pasien berinisial Ny. S, jenis kelamin perempuan, usia 82 tahun, status perkawinan janda, agama Islam, suku bangsa Sunda, pendidikan terakhir SD. Bahasa yang digunakan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Kenunig Dalam RT 6/4 No. 32, Kel. Utan Kayu Utara, Kec. Matraman, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Sumber biaya BPJS, sumber informasi diperoleh dari pasien, keluarga, tim perawat di ruangan, dan status pasien.

2. Resume Kasus

Pasien masuk dari UGD pada hari Jum’at, 04 Mei 2018, jam 10:00 WIB. Sebelum diantar oleh keluarga ke UGD pasien dengan keluhan sesak sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesak karena sering beraktivitas dirumah, karakteristik seperti tertimpan beban berat, sesak di area lapang dada, skala sesak 4, lamanya 10 menit. Saat datang ke UGD, kondisi pasien sesak masih dirasakan, nyeri dada sisi kiri, badan lemas seluruh tubuh, hasil TTV TD: 110/60 mmHg, N: 87 x/menit, RR: 30 x/menit, S:

(46)

36,5 , pasien mempunyai riwayat hipertensi. Pasien dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: EKG dengan hasil Atrial Fibrilasi, HR: 87 x/menit, irama tidak teratur, pemeriksaan rongent thorax dengan hasil COR: agak membesar, elongasi aorta, Pulmo: Corakan bronchovasculer kasar, sinus, diafragma, tulang: normal, Kesan: Cardiomegali, dan bronchitis kronis, pemeriksaan lab dengan hasil:

Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 04 Mei 2018

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin Hemoglobin L 10,4 g/dl 11.7- 15.5 Jumlah Leukosit H 11.82 3.60-11.00 Hematokrit L 29 35-47 Jumlah Trombosit 225 150-440 Eritrosit L 3.59 3.80-5.20 MCV/ VER 81 fL 80-100 MCH/ KHER 29 pg 26-34 Kimia Klinik 36 g/dl 32-36 Jantung

Troponim T Negatif ng/ml < 0.03 (-) Negatif Faal Ginjal

Kreatinin Darah H 2.4 mg/dl < 1.4 Elektrolit

Natrium (Na) Darah L 129 mEq/L 135-147 Kalium (K) Darah L 2.7 mEq/L 3.5-5.0 Klorida (Cl) Darah 99 mEq/L 94-111 Diabetes

Glukosa Darah Sewaktu 126 mg/dl 70-200

Pasien di diagnosa medis Dyspneu e.c CHF dengan masalah keperawatan gangguan pernafasan. Tindakan yang sudah dilakukan di UGD adalah observasi TTV, pemasangan infus dengan cairan Asering 500cc/24 jam, pemberian nasal kanul 3 liter, pemasangan kateter. Pasien di UGD diberikan obat CPG 75mg, ondansentron 1g, ISDN 5mg, Rantin 1g, aspilet 80mg, lasix 2ml. Evaluasi keperawatan pasien di UGD, yaitu pasien masih merasakan sesak, dan nyeri dada sisi kiri, terpasang nasal kanul 3 liter.

Pasien di pindahkan ke pavilium Marwah Atas dikamar 02 pada hari Jum’at, 04 Mei 2018, jam 23:45 WIB diantar oleh petugas dan keluarga dengan keluhan pasien sesak dan nyeri dada sisi kiri yang dirasakan

(47)

seperti di UGD. Kondisi pasien di ruangan kesadaran composmentis, GCS: E: 4, M: 6, V: 5, TTV TD: 110/ 70 mmHg, N: 83 x/menit, RR: 30 x/menit, S: 36,5 , badan lemas. Sesak karena aktivitas, karakteristik seperti tertimpan beban berat, sesak di area lapang dada, skala sesak 4, lamanya 10 menit, nyeri dada sisi kiri, frekuensi kadang kala, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, lamanya nyeri 10 menit. Pasien di diagnosa medis CHF dan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung. Tindakan yang sudah dilakukan oleh perawat ruangan, yaitu: monitor TTV, monitor CRT, monitor nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat, yaitu NaCl kapsul 500mg 3x1 kapsul, bisoprolol 5mg 1x2,5mg, folid acid 5mg 1x1 tablet, nitrockaf 5mg 2x1 kapsul, KSR 600mg 3x1 tablet, lasix 2ml 1x1 ampul. Evaluasi keperawatan tanggal 07 Mei 2018, yaitu: sesak berkurang, sudah tidak memakai nasal kanul, nyeri dada sisi kiri berkurang.

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan saat ini pasien mengatakan badan lemas, sesak nafas saat beraktivitas seperti tertimpan beban berat, sesak di area lapang dada, skala sesak 3, lamanya 5 menit. Nyeri dada sisi kiri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4, frekuensi hilang timbul, lamanya 5 menit. Batuk sudah 3 hari yang lalu dengan produktif sputum warna putih, konsistensi encer. Masalah ini dirasakan secara bertahap ketika aktivitas, dan untuk upaya mengatasinya dengan beristirahat, dan minum obat.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Menurut keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu tetapi sudah sembuh 3 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, binatang, dan lingkungan. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan, dan tidak ada riwayat di rawat di

(48)

Tn.A

rumah sakit. Riwayat pemakaian obat yaitu Amlodipine 5mg dan sudah berhenti minum obat 3 bulan yang lalu karena riwayat hipertensi pasien sudah sembuh, dan pasien mengikuti intruksi dokter untuk kontrol hipertensi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien anak kedua dari empat bersaudara. Orang tua pasien sudah meninggal. Suami pasien yaitu Tn. S meninggal karena penyakit prostad. Adik pertama pasien yaitu Ny. M sudah meninggal karena penyakit hipertensi. Anak kedua pasien yaitu Ny.M memiliki katarak dan sudah dioperasi. Pasien saat ini memiliki penyakit CHF. Pasien memiliki empat orang anak dan empat orang anaknya sudah tidak tinggal serumah. Pasien tinggal dirumah sendiri.

Genogram Ny. S

Bapak Ibu

Prostad 90 tahun 84 tahun 82 tahun HT sehat sehat CHF

65 tahun 63 tahun 59 tahun 48 tahun sehat katarak sehat sehat Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal : Tinggal serumah : Pasien : Anak Ny. S Tn. S Ny. Tn.E Tn.H Ny.K

Tn.A Ny.S Ny. Ny.

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit gagal jantung kongestif sesuai dengan  kelasnya
Tabel 2.2 Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya  Jenis gagal jantung  Penyebab  Gagal jantung kiri   Gagal jantung sistolik     Diabetes melitus
Tabel 2.3 Penyebab gagal jantung berdasarkan kalainannya  Penyebab gagal jantung  Deskripsi  Kelainan mekanik  Peningkatan beban tekanan
Tabel 2.4 Rencana Asuhan Keperawatan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, dirancang dan diimplementasikan sebuah sistem yang dapat memantau getaran dan amplitudo terbesar pada struktur bangunan yang diakibatkan oleh

meningkatkan kesejahteraan mayarakat setempat. Adanya hubungan antara kaki Jembatan Suramadu dengan wilayah yang ada dibelakangnya melalui pemberdayaan masyarakat

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan restoran yang menyimpan bahan makanan dalam kulkas sudah sesuai dengan pesyaratan jenis makanan, Menyimpan bahan makanan

Berdasarkan data penjualan Point Coffee Indomaret peneliti dapat menyimpulkan bahwa penurunan minat beli kosumen ini sangat dipengaruhi oleh adanya promosi, harga dan

Uways Sulqurni Graha Piesta, Jalan Warung Buncit Raya No.. Bursa Efek

pertumbuhan pucuk tanaman, jika roy ingin melakukan kultur jaringan terhadap kalus umbi kentang, mennurut mu apakah yang akan terjadi pada pertumbuhan kalus jiak kosentrasi

4.. Nanti didalam pertumbuhannja, dalam bahasa asingnja: didalam uitgroei, sifat dan watak imperialisme-imperialisme itu lantas men- dekati satu sama lain, bahkan

(2) Soal open-ended yang dikembangkan memiliki efek potensial yang positif terhadap hasil tes siswa, hal ini dapat dilihat dari keberagaman jawaban yang diberikan oleh